Pemeriksaan Makroskopik Feses PDF
Document Details
Uploaded by UnselfishGladiolus3607
Tags
Related
- Pemeriksaan Laboratorium Pada Kehamilan (PDF)
- Pemeriksaan Darah Rutin PDF
- Pemeriksaan & Tes Laboratorium Darah, Cairan Sendi pada Kasus Nyeri Sendi (RF, LE sel) PDF
- Pemeriksaan & Tes Laboratorium Darah, Cairan Sendi pada Kasus Nyeri Sendi (RF, LE sel) PDF
- Panduan Belajar Pemeriksaan Gait, Motorik, Sensorik, dan Saraf Kranial 2022 PDF
- Pemeriksaan Refleks Fisiologis dan Patologis, Koordinasi, dan Iritasi Meningeal (PDF)
Summary
Dokumen ini memberikan ringkasan tentang pemeriksaan makroskopik feses. Pembahasan meliputi kompetensi dasar, metode, prinsip, dan teori dasar seperti jumlah, warna, konsistensi, bau, lendir, dan parasit dalam feses. Ini sangat berguna bagi mahasiswa kesehatan.
Full Transcript
# TOPIK V ## MAKROSKOPIK FESES Feses merupakan sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Dalam keadaan normal dua pertiga feses terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, a...
# TOPIK V ## MAKROSKOPIK FESES Feses merupakan sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Dalam keadaan normal dua pertiga feses terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 - 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari - 3x / minggu. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam feses, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna. Bahan pemeriksaan feses sebaiknya berasal dari defekasi spontan, jika pemeriksaan sangat diperlukan contoh feses dapat diambil dengan jari bersarung dari rektum. ## Pemeriksan Feses Pemeriksan feses adalah prosedur untuk memeriksa sampel feses atau tinja. Pemeriksan feses bertujuan untuk mendeteksi penyakit atau gangguan pada sistem pencernaan. Pemeriksaan feses secara makroskopis dilakukan dengan cara memeriksa kondisi feses secara kasat mata. Untuk pemeriksaan rutin dipakai feses sewaktu dan sebaiknya feses diperiksa dalam keadaan segar karena bila dibiarkan mungkin sekali unsur unsur dalam feses menjadi rusak. Pemeriksaan feses terdiri atas pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia. Pemeriksaan makroskopik feses meliputi jumlah, warna, konsistensi, bau, lendir, dan parasit. ### 1. Kompetensi dasar Mahasiswa mampu memahami, melakukan dan menganalisa pemeriksaan makroskopik pada feses. ### 2. Metode Visual kolorimetri. ### 3. Prinsip Untuk memeriksa feses secara lengkap dan mengetahui bentuk atau morfologi (normal atau tidak normal) yang ada dalam feses. ### 4. Dasar teori * **Jumlah:** Dalam keadaan normal jumlah feses berkisar antara 100-250 gram per hari. Banyaknya feses dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah feses meningkat. * **Warna:** feses normal berwarna kuning coklat dan dapat berubah menjadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna feses dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. * Warna kuning disebabkan karena susu, jagung, lemak dan obat santonin. * Warna hijau disebabkan oleh sayuran yang mengandung klorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium * Warna kelabu disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, feses tersebut disebut akholis. * Warna merah muda disebabkan oleh perdarahan yang segar di bagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. * Warna coklat disebabkan adanya perdarahan di bagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. * Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. * Warna hitam disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena. * **Konsistensi:** feses normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya feses yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan feses yang lunak dan bercampur gas. * **Bau:** Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada feses. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi feses menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Feses yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi feses pada keadaan itu menjadi asam. * **Lendir:** Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam feses. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. * Lendir yang terdapat di bagian luar feses, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan feses mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. * Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa feses. * Lendir transparan yang menempel pada luar feses diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas. * Feses dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal. * Feses dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc. * Feses dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon. * **Parasit:** Diperiksa pula adanya cacing ascaris, ancylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses. ### 5. Alat dan bahan * **Persiapan alat:** pot feses, lidi. * **Persiapan bahan:** feses ### 6. Cara Kerja * Feses ditampung ke dalam pot atau container yang sudah disediakan * Kemudian feses diamati secara makroskopik * Hasil pengamatan dicatat ### 7. Interpretasi hasil * Jumlah : 100 - 250 gram * Bentuk: Padat * Warna: Kuning - coklat * Bau: Indol, skatol, dan asam butirat * Konsistensi : Agak lunak berbentuk * Lendir: Sedikitan * Parasit: Negatif | NO. | PENGAMATAN | HASIL | |-----|----------------|----------| | 1 | Jumlah | | | 2 | Bentuk | | | 3 | Warna | | | 4 | Bau | | | 5 | Konsistensi | | | 6 | Lendir | | | 7 | Parasit | | ## Kesimpulan: ## Catatan / Pembahasan: # TOPIK VI ## MIKROSKOPIK FESES > ## SEDIMEN FESES ### 1. Kompetensi dasar Mahasiswa mampu memahami, melakukan dan menganalisa unsur-unsur organik dan anorganik dalam feses. ### 2. Metode Mikroskopik feses ### 3. Prinsip Larutan pengencer akan memberikan warna pada latar belakangnya serta memberikan kotoran yang melekat pada parasit sehingga mudah dibedakan. ### 4. Dasar teori Pemeriksaan mikroskopis meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, sel epitel, kristal, makrofag, dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing. * **a. Protozoa** Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit. * **b. Telur cacing** Telur cacing yang mungkin didapat yaitu *Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis* dan sebagainya. * **c. Leukosit** Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencernaan. Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam asetat 10% pada 1 tetes emulsi feses pada obyek glass. * **d. Eritrosit** Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal. * **e. Epitel** Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal. * **f. Kristal** Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberry, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amoebiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin * **g. Makrofag** Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, leukosit. Bentuknya menyerupai amoeba tetapi tidak bergerak. * **h. Sel ragi** Khusus *Blastocystis hominis* jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba * **i. Jamur** Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol. Untuk membedakan antara kandida dalam keadaan normal dengan kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari candida pada sediaan tinja ### 5. Alat dan bahan * **Persiapan alat:** mikroskop, objek glass, deck glass, lidi, pipet pasteur, pot feses, rak tabung, tabung falcon. * **Persiapan bahan:** Lugol, Eosin, Dan Feses. ### 6. Cara kerja * Pada kaca objek diteteskan satu/dua tetes larutan lugol/eosin. * Dengan menggunakan lidi yang bersih diambil feses lalu diratakan pada kaca objek tadi. * Kemudian kaca objek ditutup dengan deck glass setelah feses diratakan. * Sediaan diperiksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 10x dan 40x ![image](./images/image1.png) **Gambar yang bermakna pada pada feses, telur cacing** # PARASIT FESES ![image](./images/image2.png) ![image](./images/image3.png) ### 7. Interpretasi hasil | NO. | PENGAMATAN | HASIL | |-----|----------------|----------| | 1 | Eritrosit | Negatif (-) | | 2 | Leukosit | Negatif (-) | | 3 | Makrofag | Negatif (-) | | 4 | Epitel | Positif (+1) | | 5 | Kristal | Positif (+1) | | 6 | Pati/amilum | Negatif (-) | | 7 | Lemak | Negatif (-) | | 8 | Serat sayuran/tumbuhan | Positif (+1) | | 9 | Serat otot/daging | Positif (+1) | | 10 | Parasit | Negatif (-) | | 11 | Jamur | Negatif (-) | | 12 | Sel ragi | Positif (+1) | | 13 | Bakteri | Positif (+1) | ![image](./images/image4.png) **Amilum dan lemak** # TOPIK VII ## PEMERIKSAAN DARAH SAMAR (Fecal Occult Blood Test) DAN LEMAK PADA FESES ### A. Darah Samar #### 1. Kompetensi dasar Mahasiswa mampu memahami, melakukan dan menganalisa pemeriksaan darah samar pada feses #### 2. Metode Tablet TMD (Temporoandibular) dan Colo Screen #### 3. Prinsip * **a. Tablet TMD** : Adanya haemoglobin dalam feses akan beroksidasi dengan Tetrametil Benzidine sehingga dengan bantuan enzim peroksidase akan terbentuk warna biru. * **b. Colo Screen** : Haemoglobin pada feses akan menguraikan hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Oksigen akan mengoksidasi zat pada kertas Guajac yang menimbulkan perubahan warna biru. #### 4. Dasar teori Pemeriksaan kimia feses yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam feses selalu abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 mL/hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah >2 mL/hari. Macam - macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase/oksiperoksidase dari eritrosit (Hb). #### 5. Alat dan bahan * **Alat** * Wadah sampel * Cawan petri * Kertas saring * **Bahan** * Kapsul benzidine * Srtip Colo sreen #### 6. Cara kerja * **Tablet TMD:** * Pada cawan petri diletakkan / dialaskan kertas saring, kemudian diambil 1-2 tetes feses yang sudah diemulsikan * Kapsul benzidine diletakkan diatas feses tadi dan diteteskan aquades pada kapsul. * Tunggu sampai 5 menit. * Hasil dibaca dan dicatat. * **Colo Screen** * Diambil atau dikumpulkan sedikit spesimen feses pada stick. Lalu dioleskan pada kotak A. * Lalu, diambil kembali spesimen feses lain, lalu dioleskan pada kotak B * Diteteskan 2 tetes dari Coloscreen Developer pada masing-masing kotak yang berisi feses. Tunggu 30 detik dan baca hasil tidak lebih dari 2 menit. * Untuk Control, dilakukan dengan cara meneteskan 1-2 tetes pada kotak monitor. Tunggu 30 detik dan baca hasil kurang dari 2 menit. #### 7. Interpretasi Hasil : * Negatif (-) : tidak terjadi perubahan warna. * Positif (+) : hijau kebiruan