Modul 09 Teknik Silvikultur: Produksi Bibit dan Pengelolaan Persemaian PDF
Document Details
Uploaded by FervidRelativity
Tags
Summary
This module details silviculture techniques for producing seedlings and managing nurseries. It covers topics including nursery development, site selection, nursery types, area determination, design, and seedling production for forest plants.
Full Transcript
BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 09 Teknik Silvikultur: Produksi Bibit dan Pengelolaan Persemaian M09S01: Pembangunan...
BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 09 Teknik Silvikultur: Produksi Bibit dan Pengelolaan Persemaian M09S01: Pembangunan Persemaian BW3105 Teknik Silvikultur 2 Pendahuluan Persemaian : Bibit tempat atau areal untuk kegiatan Berkualitas memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan Teknik Persemaian sesuai (+)Teknik Bibit berkualitas prosedur persemaian baik baik baku Benih berkualitas (+)Teknik Jumlah Bibit berkualitas Tepat waktu persemaian memadai rendah buruk BW3105 Teknik Silvikultur 3 Pemilihan Lokasi Persemaian Syarat lokasi persemaian : 6. Dekat dengan ketersediaan media 1. Dekat dengan lokasi penanaman, semai dan tenaga kerja aksesibilitas baik (mudah diawasi 7. Bebas hama dan penyakit dan diangkut) 8. Iklim dan altitude sesuai dengan 2. Fisiografi datar, kemiringan < 5% persyaratan tumbuh 3. Dekat dengan sumber air 9. Status kepemilikan lahan jelas 4. Tanah berdrainase baik, subur, tekstur ringan, bebas batu dan kerikil 5. Terdapat alat komunikasi dan Persemaian sengon sumber listrik di lokasi datar BW3105 Teknik Silvikultur 4 Tipe Persemaian Karakteristik persemaian sementara: 1. Persemaian Sementara (Flying Nursery) berukuran kecil dan dekat daerah yang akan ditanami. Ciri : Kelebihan : Kekurangan : Berlangsung hanya untuk beberapa Ukuran kecil Kondisi ekologi selalu Total biaya periode panenan (bibit/semai) yaitu Dekat areal mendekati keadaan persemaian tinggi paling lambat hanya untuk waktu 5 yang akan lokasi tanam (tersebar dg tahun. ditanami Biaya pengangkutan produksi sedikit) Untuk bibit murah Keterampilan beberapa Kesuburan tidak petugas sulit periode bibit masalah (selalu ditingkatkan (sering (semai) maks. berpindah) berganti) 5 tahun Tenaga kerja sedikit Sering gagal (TK (mudah pengurusan) kurang terlatih) Pengawasan sulit (lokasi tersebar) BW3105 Teknik Silvikultur 5 Tipe Persemaian 2. Persemaian Tetap Karakteristik persemaian Ciri : Kelebihan : Kekurangan : tetap : berukuran (luasnya) besar dan lokasinya menetap Ukuran besar Kesuburan dipelihara Ekologi tidak di suatu tempat, melayani Lokasi menetap dengan pemupukan mendekati kondisi areal penanaman yang luas. Melayani areal Dikerjakan secara sebenarnya tanam yang luas mekanis Ongkos Pengawasan lebih pengangkutan lebih efisien (staf tetap & mahal terpilih) Investasi tinggi Perencanaan (sarana & prasarana pekerjaan lebih lengkap) teratur Kualitas bibit lebih baik & pertumbuhan lebih seragam BW3105 Teknik Silvikultur 6 Penentuan Luas Persemaian Faktor yang harus Luas Persemaian Efektif (LPE) : dipertimbangkan : digunakan untuk penyimpanan 1. Kapasitas produksi bibit bibit dan semai 2. Fasilitas sarana-prasarana Luas Persemaian Non efektif persemaian (LPN) : digunakan untuk sarana & prasarana (kantor, rumah kaca, ruang penaburan benih, LPE LPN LPT gudang, ruang media, areal penjemuran media, instalasi air, dsb. BW3105 Teknik Silvikultur 7 Penentuan Luas Persemaian Rasio LPE : LPN dipengaruhi oleh Studi kasus (dengan rasio 60% kebutuhan dan tipe persemaian LPE : 40% LPN), dalam 1 ha LPT : 1. Persemaian sementara : a. terdapat 1200 bedeng Tidak mutlak 600.000 batang bibit Sesuai kebutuhan b. Jika bibit yang dibutuhkan 1.000.000 batang, maka luas 2. Persemaian permanen : LPT = 1,6 ha (1 ha LPE + 0,6 ha 60% LPE dan 40% LPN LPN) Ukuran standar bedeng sapih : 5m x 1m (kapasitas 500 batang Lihat kolom diskusi ! bibit dengan polybag 10 cm BW3105 Teknik Silvikultur 8 Perancangan Persemaian 1. Tentukan tipe persemaian yang 5. Menyusun rencana tata waktu akan dibangun pembangunan persemaian 2. Tetapkan kondisi lokasi (urutan pekerjaan) persemaian, sehingga diketahui 6. Menyusun tata waktu produksi pemenuhan syarat umum nya. bibit (musim buah, waktu tanam 3. Tetapkan target jumlah produksi dan umur bibit siap tanam) bibit dan tipe pengadaan bibit 7. Penyusunan kebutuhan alat dan yang akan diusahakan bahan (jenis, bahan, volume dan 4. Menyusun sketsa persemaian spesifikasinya) secara komprehensif 8. Penyusunan rencana biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap) BW3105 Teknik Silvikultur 9 Sketsa Persemaian Sketsa persemaian sementara (Yasman et al., 2002) (1) Shading area; (2) open area; (3) penaburan dan pengisian polybag; (4) penyimpanan alat bahan; (5) pipa saluran air; (6) jalan utama; (7) pintu Sketsa persemaian modern : https://www.bio- utama; (8) gubuk kerja; (9) pompa air; (10) hutanea.com/pembangunan-laboratorium-persemaian-modern/ sprinkle; (11) sumber air BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 10 Terima Kasih BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 09 Teknik Silvikultur: Produksi Bibit dan Pengelolaan Persemaian M09S02: Produksi Bibit Tanaman Hutan BW3105 Teknik Silvikultur 2 Pendahuluan Pelaksanaan persemaian : Contoh jadwal pekerjaan di Disesuaikan dengan masa tanam di persemaian dengan usia bibit lapangan dan umur bibit di siap tanam 6 bulan : persemaian. Jadwal pelaksanaan pekerjaan di persemaian disesuaikan dengan jenis bibit yang dihasilkan BW3105 Teknik Silvikultur 3 Teknik Pembibitan Produksi bibit secara generatif menggunakan benih: Produksi bibit secara vegetatif : dilakukan melalui perbanyakan bagian tanaman induknya, seperti stek, cangkok, okulasi dan kultur jaringan. Benih Perkecamba han benih Penyapihan pada media Pemelihara Bibit siap Produksi bibit melalui benih : untuk pada media tabur sapih an tanam benih ortodok (benih dapat disimpan) Produksi bibit melalui cabutan : benih rekalsitran (benih tidak bisa disimpan) Produksi bibit secara generatif menggunakan anakan alam / cabutan BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 4 Alur Produksi Bibit secara Generatif Pengadaan media semai dan sapih Pengadaan benih Penjemuran media tanah Penyiapan media dengan kompos/pupuk Perlakuan pendahuluan Penaburan benih Pencampuran tanah dengan kompos/pupuk Penyapihan Pengisian container Pemeliharaan/Aklimatisas (polybag) i bibit Distribusi bibit BW3105 Teknik Silvikultur 5 Proses Produksi Bibit Secara Generatif 1. Pengadaan Media 2. Pengadaan benih : 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 (𝑚2) a. Media tabur : pasir kali KBt = + %Pn 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 (𝑚2) b. Media sapih : top soil dan campuran kompos+pupuk 𝐾𝐵𝑡 dengan komposisi tertentu KBn = 𝐺.𝑃.𝑆.𝑁 Dimana : c. Sterilisasi media : alat autoklaf, KBn : kebutuhan benih (kg) penjemuran Pn : Penyulaman d. Karakteristik media sapih : KBt : Kebutuhan bibit (batang) gembur dan partikel halus → S : % bibit jadi G : % kecambah benih diayak dan digemburkan N : jumlah benih per kg P : % kemurnian benih BW3105 Teknik Silvikultur 6 Proses Produksi Bibit Secara Generatif 3. Penaburan benih 4. Penyapihan : Perlakuan Penyiapan media pendahuluan : Penyiapan tabur : steril dan media sapih untuk memecahkan poros dormansi Pengisian kontainer Pemeliharaan : Penaburan : pada media semai tetap bak kecambah atau basah, membuang Penyapihan polybag benih berpenyakit, BW3105 Teknik Silvikultur 7 Proses Produksi Bibit Secara Generatif 5. Pemeliharaan bibit : a. Pengurangan intensitas naungan Satu bulan sapih : 40%-50% Dua bulan sapih: 10%-20% Bulan ketiga : tanpa naungan b. Penyiangan: menghilangkan gulma agar mengurangi persaingan absorpsi hara dan air c. Pemupukan : NPK 15-15-15 (dosis 7,5 g/l air) d. Pencegahan hama penyakit: eradikasi atau sterilisasi persemaian e. Pemangkasan akar: mengaktifkan pertumbuhan akar cabang (frekuensi : 1-2 bulan dan 10 hari sebelum ke lapangan) BW3105 Teknik Silvikultur 8 Proses Produksi Bibit Cabutan Letakkan pada tempat yang teduh. Setelah satu minggu, akar dan daunnya dipotong, pindahkan ke bedeng semai disisakan sepertiga, disapih yang telah disiapkan dengan naungan 50 %. Setelah berumur 3-4 bulan Pengemasan menggunakan di persemaian bibit siap pelepah pisang (penguapan dikurangi) ditanam. Cabutan anakan (contoh: nyamplung) BW3105 Teknik Silvikultur 9 Produksi Bibit Secara Vegetatif (Stek) Sumber bahan Kondisi Media: stek : lingkungan : Bahan juvenil Media padat Suhu 25 – (bagian yang (porus, aerasi 30ºC, RH mendekati dan drainase 85%-90% dan Rumah Tumbuh Sistim akar) baik) intensitas KOFCO Model Sungkup Tunas Media cair cahaya 300 – orthotrof (water 10.000 lux Sumber rooting (rumah ADH- bahan stek system) 1) dari kebun ZPT untuk pangkas akar dari kelompomk auksin atau sitokinin Ruang Pengakaran Stek Model Sungkup BW3105 Teknik Silvikultur 10 Proses Produksi Bibit Secara Vegetatif (Stek) 1. Sumber bahan stek 2. Persiapan bahan stek 3. Bahan stek siap diberi ZPT 1 9 10 2 4. Penanaman 3 5. Penyiraman dan pengendlian kelembaban 6. Stek yang sudah berakar 7. Penyapihan 8 4 8. Aklimatisasi 7 6 5 9. Stek yang sudah tumbuh 10. Pengamatan pertumbuhan stek BW3105 Teknik Silvikultur 11 Pemilihan Benih Berkualitas Kualitas benih meliputi kualitas fisik- Kementerian kehutanan telah fisiologis serta kualitas genetik menetapkan kelas sumber benih yaitu ; Kualitas fisik-fisiologis ditentukan (1) Tegakan Benih Teridentifikasi; berdasarkan hasil pengujian benih baik di lapangan maupun di laboratorium (2) Tegakan Benih Terseleksi; (daya kecambah, kemurnian, berat (3) Areal Pengumpulan Benih; 1000 butir, kadar air, daya tumbuh, dsb) (4) Tegakan Provenans; Kualitas genetik ditetapkan (5) Kebun Benih Semai; berdasarkan asal usul benih Semakin Baik (6) Kebun Benih Klonal dan Benih berkualitas : benih utuh/berisi (7) Kebun Pangkas. (bernas) dan sehat yang diunduh dari pohon induk pada sumber benih. Semakin tinggi kelas sumber benih, semakin baik mutu genetiknya. BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 12 Terima Kasih BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 09 Teknik Silvikultur: Produksi Bibit dan Pengelolaan Persemaian M09S03: Pengelolaan Persemaian BW3105 Teknik Silvikultur 2 Pendahuluan Administrasi persemaian: Setiap tahapan pekerjaan adalah kegiatan penatausahaan di produksi bibit harus persemaian berupa pencatatan dan didokumentasikan mulai dari dokumentasi berbagai aktivitas perkecambahan hingga dalam rangka pengelolaan pengangkutan bibit ke lokasi persemaian. tanam. Jadwal pelaksanaan pekerjaan di persemaian disesuaikan dengan jenis bibit yang dihasilkan BW3105 Teknik Silvikultur 3 Manajemen Distribusi Bibit Labeling terhadap bak dan bedeng Labeling terhadap bedeng perkecambahan penyapihan Keterangan mengenai benih yang disemaikan Seng atau papan 10 x 15 cm (bak perkecambahan) Bedeng perkecambahan 15 x 20 cm BW3105 Teknik Silvikultur 4 Manajemen Distribusi Bibit Daftar jumlah bedeng kecambah Daftar mutasi bibit dan bedeng sapih BW3105 Teknik Silvikultur 5 Manajemen Distribusi Bibit Daftar jumlah bedeng kecambah Daftar mutasi bibit dan bedeng sapih BW3105 Teknik Silvikultur 6 Manajemen Distribusi Bibit Mutasi Produksi Bibit keluar Label sortasi Bibit BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 7 Distribusi dan Transportasi Bibit Perhatikan bibit di lapangan Pengepakan bibit Jenis container dan karakteristiknya BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 8 Sistem Informasi Manajemen Persemaian Sistem informasi perbenihan dan persemaian telah berkembang berbasis web. MUHAMMAD RIZKY KUNCORO HADI (2021) BW3105 Teknik Silvikultur 9 Monev Kualitas Bibit Kriteria Mutu Bibit Mutu Fisik-fisiologis bibit terdiri dari : 1. Kriteria mutu genetik : didasarkan pada kelas sumber benih di mana benih tersebut STANDAR UMUM diperoleh Asal usul benih : (lihat materi pada M09S02) Sertifikat sumber benih atau sertifikat mutu benih atau surat keterangan mutu benih 2. Kriteria mutu fisik-fisiologi : didasarkan Bibit normal : pada : Bibit berbatang tunggal dan lurus, tinggi maksimal 1,5 m Kesehatan Bibit sehat terbebas dari serangan hama penyakit dan warna daun normal (tidak menunjukkan kekurangan nutrisi) Diameter batang Pangkal batang bibit berkayu (batang berkayu 50% dari tinggi Tinggi bibit) Kekompakan media STANDAR KHUSUS Jumlah daun Tinggi bibit, diukur mulai pangkal batang sampai pada titik tumbuh teratas Diameter batang bibit pada pangkal batang Kekompakan media : utuh, retak, patah, lepas Jumlah daun sesuai dengan jenisnya BW3105 Teknik Silvikultur 10 Persyaratan Khusus Bibit SNI 8420: Bibit Tanaman Hutan (2018) BW3105 Teknik Silvikultur 11 Hasil Pengujian Bibit Hasil pengujian berlaku 6 bulan atau tinggi bibit melebihi 1,5 m Bibit dinyatakan lulus uji apabila : jika bibit normal lebih besar dari 95% dan rata-rata persyaratan khusus lebih besar dari 90%. Apabila bibit tanaman hutan tidak lulus uji, dapat dilakukan uji ulang setelah bibit diseleksi atau perbaikan kualitas bibit. BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 12 Terima Kasih BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 1 Modul 10 Teknik Silvikultur: Persiapan Lahan M09S01: Penebasan dan Pembuangan Semak BW3105 Teknik Silvikultur 2 Pengertian A general term used to describe treatments applied to slash groundstory vegetation, forest floor and soil in order to make the site suitable for natural or planted regeneration (focused on regeneration establishment) Other site treatments concern (technical): 1. Protecting the site from erosion or sustaining its productivity 2. Restoring or changing a site’s productivity and floristics through the use of techniques (menjadikan hutan) BW3105 Teknik Silvikultur 3 The purposes of site preparation 1. reduce the competition 2. remove slash and 3. to prepare or modify of unwanted vegetation logging debris if the the soil. in order to increase the site has been survival and growth harvested rate of the desired trees to provide better light, nutrients and moisture → to make conditions favorable for germination, survival and growth. (http://www.sfrc.ufl.edu/Extension/florida_forestry_information/forest_management/site_preparation.html) BW3105 Teknik Silvikultur 4 Site treatments divided: 1 DISPOSAL of LOGGING SLASH Prescribe burning Mechanical treatments 2 TREATMENT of THE FOREST Herbicide treatments FLOOR AND COMPETING VEGETATION Flooding Fertilization 3 Drainage IMPROVEMENT of SITE Irrigation Protection BW3105 Teknik Silvikultur 5 Slash : debrish left by harvesting operation : residue from tree removed in harvests and thinnings. : can be simultaneously harmful and beneficial : benefits mostly indirect. : its treatment can be very expensive → integrated BW3105 Teknik Silvikultur 6 Effect of Slash on the DISPOSAL of Methods and Appilcation Future Stand Productivity, utility, safety LOGGING SLASH of Slash Disposal Slash in Relation to Fuel Forest Fires Broadcast Burn Effect of Removing Effect of Slash on Organic Materials Nutrients are removed Spot Burn Reproduction Shade new seedling Effect of Burning Forest Management of Slash, Fuels Smoke on the Air Piled/row Burn Litter and Soil Lopping and Scattering of Decay, burned or remove from site Slash in Relation to Insects and Fungi Slash Effect of Burning on Spread from slash to livng trees Nutrients and Soil Direct Control of Bark Heat the air & stored chemical nutrients Slash in Relation to Beetles in Slash Slash in Relation to Aesthetics and Wildlife Chipping and Yarding of Fire control, specified distances from high way, Harvesting Operations Efficiency in log transportation railroads, habitations and adjoining properties Slash BW3105 Teknik Silvikultur 7 BW3105 Teknik Silvikultur 8 Slash handling BW3105 Teknik Silvikultur 9 Slash chipper machine BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 10 Terima Kasih Selanjutnya : M10S02 BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 1 Modul 10 Teknik Silvikultur: Persiapan Lahan M09S02: Pengolahan Tanah BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 2 TREATMENT of THE FOREST FLOOR AND COMPETING VEGETATION Seedbed Flooding Preparation Necessary to create the approriate Herbicide environmental conditions for natural Treatments or artificial reproduction Competing Potential Vegetation damage from Limitations of Purposes and prescribed effect of burning Mechanical prescribed Methods of Treatments burning prescribed Techniques of burning Treatment Prescribed Mechanical Application of Burning prescribed Treatments burning BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 3 TREATMENT of THE FOREST FLOOR AND COMPETING VEGETATION BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 4 Site bedding BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 5 Seedbed Preparation Treatment of the forest floor: Organic matter Fallen leaves Twigs Other plant Burning or mechanical scarification → excessively dense regeneration or invasion undesireble pioneer veg. Does not make good seedbed for most small-seeded species BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 6 Competing Vegetation Unwanted vegetation Grasses Herbaceous plants Shrubs Compete with tree seedling in : Light Water Nutrients Allelopathic effects Burning or mechanical site preparation Chemical antagonism between different species BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 7 Pembersihan Semak BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 8 Techniques of Treatment Prescribed burning Mechanical site preparation Grazing and Herbicide browsing animals FLOODING treatment These are techniques in which both the forest floor and competing vegetation can be treated simultaneously BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 9 1. Prescribed Burning or Controlled Burning Some clearly: Purpose of timber production Reduction of fire hazard Wildife management Improvement of grazing Purpose and effect: Fuel reduction Preparation of seedbed A kind treatment easily recognizable Control of competing vegetation Potencial damage: Method: Improvement of grazing for livestock Seeds Burning prescription Recreation management (parklike Soils Flanking or quartering fires Vegetation appearance) Stem and crown Low thinning in sapling Living tissue (>55oC) Control of pests BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 10 Prescribed Burning BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 11 2. Mechanical Treatments Involves: Redistribution of dead vegetation Exposure of mineral soil Moisture condition (include: reshaping) Smoothing soil surface Bedding (drained soils) Loosening of compacted soils (by plowing) Limitation: Horizontal movement of organic materials and top soil (cover of forest floor) ✓ Nutrient capital (litter and upper layer of mineral soil) ✓ Erosion and water infiltration capacity ✓ Mineral soil BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 13 3. Herbicide Treatments Keuntungan Kerugian Can be use to topkill low vegetation Ekonomi & keuntungan Bergantung tipe, formulasi and after drying, will allow burning & dosis Penghematan waktu Kurang toleran pada pohon & kurang optimal dalam mengontrol gulma Mudah (aplikasi-tenaga) Berpengaruh pada tanaman di luar sasaran Perlakuan ulang ringan Sisa herbisida Cukup selektif bagi Reaksi sosial bisa negatif kerusakan pohon Menaikan atau mengurangi populasi satwa BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 14 4. Flooding Commonly used to exclude competition and prepare the site for seedling or planting Coastal and riparian lands – to kill off weed growth Shrimp ponds and mangrove plantation Seasonal flooding promotes dispersal and colonization (species along river, swamp, coastal margins) BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 15 Terima Kasih Next : M10S03 BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 1 Modul 10 Teknik Silvikultur: Persiapan Lahan M09S03: Mekanisasi dan Penyiapan Lahan Tanaman BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 2 Improving or restoring site quality: bergantung sifat kimia dan fisik tanah Drainage Fertilization Oxygen-deficient water 2 1 Mengantisipasi defisiensi Water-holding capacity nutrient element essensial Sloping ground (NPK) Trees can transpire IMPROVEMENT Artificial fixation of nitrogen Of soils makes so well for fertilization (high money supplied with aerated water of SITE & energy) that they become highly Organic biostimulants: productive optimum yields with up to 3 4 50 % reduction in fertilizer use. For seed-orchards, nurseries Erosive force of climate or land and other sites intensive tree use Irrigation culture Prevent vegetation Protection Little use in forestry establishment and soil Rainfall is low but soils are stabilization fertile Contouring Notable for restoration Vegetative covers, organic (reclamation of surface mine mulches or synthetic mats soils) Degraded sites in arid areas BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 3 BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 4 Tan. Rehabilitasi SISTEM TPTI Riau SISTEM MANGROVE BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 5 Planting by Machine BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 6 BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 7 Mechanical Site Preparation for Forestry 1. Chemical site preparation 2. Mechanical site preparation Penerapan herbisida untuk Diperlukan untuk memperbaiki mengendalikan pertumbuhan sifat fisik tapak gulma Membersihkan sisa Biaya implementasi di lapangan penebangan, drainase buruk, murah pemadatan tanah dan rutting Potensi kerusakan tapak rendah Meningkatkan produktivitas Pelaksanaannya ekstensif tapak yang tidak dapat dicapai oleh persiapan tapak secara kimia BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 8 Mechanical Site Preparation for Forestry (case study : Mississippi) The Soil Resources Tahapan kegiatan : (tugas individu) Pembentukan tanah → interaksi antara proses Mowing (ganjil) fisik, kimia dan biologi Shearing (ganjil) Interaksi tsb dipengaruhi oleh iklim, kondisi Chopping (ganjil) topografi dan biota tanah Bahan organic tanah hutan terakumulasi di Disking (genap) atas (bagian pohon yang tdk diambil) → mulsa Subsoiling (genap) (isolasi tanah dari panas dan dingin ekstrim) Bedding (genap) Dekomposisi serasah mjd humus → food and nutrient → topsoil Combination Plowing (genap) Mengapa konservasi tanah perlu diperhatikan (ganjil) Apa pertimbangan dilaksanakannya persiapan lahan secara mekanis (ganjil+genap) BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 9 Mechanical Site Preparation for Forestry (case study : Mississipi) Summary : Mechanical site preparation can be Careful consideration to site- useful for regeneration efforts. specific soil conditions effective mechanical site techniques that might be used preparation can be cost-prohibitive to correct problems, and the in some cases. budget available to perform mechanical site preparation. Choose site preparation methods on a case-by-case basis (consult with a forestry professional when selecting appropriate forestry management techniques) BW3105 Teknik Silvikultur BW 3102 Teknik Silvikutur 10 Terima Kasih BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 11 Teknik Silvikultur: Penanaman, Pemeliharaan dan Monev Tanaman M11S01: Penanaman Hutan BW3105 Teknik Silvikultur 2 Sistem Tanaman BERDASARKAN KOMPOSISI (KERAGAMAN) JENIS BERDASARKAN TEKNIK PERMUDAAN SISTEM MONOKULTUR Penanaman dengan permudaan alam Jenis homogen Penanaman dengan permudaan buatan Satu strata tajuk (kanopi) Permudaan sistem coppice (trubusan) Pertumbuhan seragam (kurva sebaran normal) Rentan terhadap serangan hama Umumnya pada Hutan Tanaman Industri (HTI) SISTEM HETEROKULTUR Jenis heterogen Multi strata tajuk Pertumbuhan tidak seragam (kurva J terbalik) Resisten terhadap serangan hama Pada hutan alam, TPTI, agroforestri, hutan campuran BW3105 Teknik Silvikultur 3 Monokultur vs Heterokultur Diameter Diameter Jumlah batang Jumlah batang BW3105 Teknik Silvikultur 4 Cemplongan Sistem Jalur (pada lahan miring) Sistem Tugal BW3105 Teknik Silvikultur 5 Pola Tanam Silvikultur Intensif (2003) BW3105 Teknik Silvikultur 6 SILVIKULTUR JATI INTENSIF JATI PROSPEKTIF Asal benih: stek pucuk klon Asal benih: 30 famili dari uji klon unggulan dan uji keturunan Jarak tanam 3 x 3 m Jarak tanam : 6 x 2 m Bentuk plot: square 9x9 Tanaman sela: Larikan lamtoro ditanam 50 cm kanan-kiri tanaman Riap umur 3 th: rerata tinggi 15 larikan jati. m, rerata diameter 14 cm. Pemeliharan intensif selama daur BW3105 Teknik Silvikultur 7 KOMPLANGAN (CEMPLONGAN) BANJAR HARIAN TUMPANGSARI (AGROFORESTRI) TUMPANGSARI INTENSIF PERHUTANAN SOSIAL Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) SILVIKULTUR JATI INTENSIF/PROSPEKTIF BW3105 Teknik Silvikultur 8 Pola Larikan Tanaman Sela BW3105 Teknik Silvikultur 9 Perbandingan JPP, SI dan Prospektif BW3105 Teknik Silvikultur 10 PERSYARATAN PENANAMAN KEBERHASILAN PENANAMAN PERSYARATAN PENANAMAN : KESESUAIAN TEMPAT KUALITAS BIBIT TUMBUH KESESUAIAN KESESUAIAN KEAMANAN DARI MUSIM TANAM TEKNIK GANGGUAN MENANAM BW3105 Teknik Silvikultur 11 PERSYARATAN PENANAMAN Kesesuaian Tempat Metode : Tumbuh UJI SPESIES 1 Uji kemampuan tumbuh suatu Jenis tanah tanaman pada lokasi baru Kondisi Iklim (curah hujan, suhu) Kondisi air Ketinggian tempat 2 STUDI LITERATUR LEBIH CEPAT Deteksi Cepat Secara alami tumbuh baik atau tegakan tumbuh baik BW3105 Teknik Silvikultur 12 PERSYARATAN PENANAMAN Kesesuaian musim tanam Kesesuaian teknik penanaman Awal musim hujan Berakhir minimal 1 bulan sebelum Cara mengangkut bibit musim kemarau Cara melepaskan polybag → akar tidak rusak Kecuali spesies pada hutan mangrove Lubang tanam, ukuran standar 30 cm x → dipengaruhi pasang surut air laut 30 cm x 30 cm BW3105 Teknik Silvikultur 13 PERSYARATAN PENANAMAN Kualitas bibit Keamanan dari gangguan Pangkal batang berkayu Sehat Gangguan secara alami Media kompak Gangguan oleh manusia Top/root ratio cukup Gangguan oleh hewan Batang kokoh Batang tunggal Tidak bercabang Kekokohan bibit (tinggi/diameter) Perlu identifikasi potensi penyebab Induk baik (aspek genetik) gangguan MUTU BIBIT BW3105 Teknik Silvikultur 14 ASPEK – ASPEK PENTING DALAM PENANAMAN 1. Perencanaan : BUKU RANTEK 2. Penataan Areal Tanam : bila areal TANAMAN tanam luas Pengukuran dan penataan batas Pembagian blok dan petak lokasi tanaman Pembuatan batas alur petak dan Pemetaan areal tanam blok Penyusunan rantek tanaman Pembuatan jalur pengawasan Penyusunan tata waktu Dalam petak : jenis, umur, pelaksanaan perlakuan sama Perencanaan alat dan bahan Dalam blok : terdiri dari 10-25 Penyusunan anggaran dan biaya petak Koordinasi dengan pihak terkait Batas alur : berupa vegetasi lain atau jalan inspeksi BW3105 Teknik Silvikultur 15 ASPEK – ASPEK PENTING DALAM PENANAMAN 3. Pembersihan lahan : 4. Pembuatan Larikan Sistem total; mahal, tenaga banyak, lama, Larikan dibuat sebagai tanda jalur tanaman larikan mudah dibuat Tujuan : mempermudah membuat lubang tanam Sistem piringan; murah, larikan sulit, Jarak antar tanaman ditandai dengan ajir (bahan gulma, tanaman pencekik bambu, lebar 2-3 cm, tinggi 75-100 cm. Pembuatan larikan sejajar kontur Sistem jalur; gulma dan tanaman pencekik BW3105 Teknik Silvikultur 16 ASPEK – ASPEK PENTING DALAM PENANAMAN 5. Pembuatan lubang tanam 6. Pengangkutan bibit Ukuran disesuaikan dengan tinggi bibit Jumlah yang diangkut harus sesuai dan ukuran polybag dengan jadwal tanam Ukuran standar : 30 x 30 x 30 cm Pada tanah padat : 40 x 40 x 40 cm Pupuk dasar : NPK 40 gr/batang Kompos atau pupuk kandang Penanaman : topsoil dulu yang masuk ke lubang tanam Jarak tanam: 3m x 1m atau 2m x 2m BW3105 Teknik Silvikultur 17 ASPEK – ASPEK PENTING DALAM PENANAMAN 7. Penanaman Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk mengurangi tingkat stres bibit akibat terik sinar matahari. Memasukkan tanaman pada lubang yang telah dipersiapkan, posisi bibit yang masuk ke dalam tanah adalah sampai leher akar. Kemudian ruang kosong dalam lubang diisi kembali dengan media tanah hasil galian, lalu tanahnya dipadatkan Posisi bibit tegak lurus BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 18 Terima Kasih Selanjutnya : M11S02 BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 11 Teknik Silvikultur: Penanaman, Pemeliharaan dan Monev Tanaman M11S02: Pemeliharaan Tanaman BW3105 Teknik Silvikultur 2 Outline Manfaat Tanaman muda Kegiatan BW3105 Teknik Silvikultur 3 MANFAAT PEMELIHARAAN TANAMAN PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Meningkatkan kualitas bentuk 1. Penyulaman : mengganti pohon mati, merana, tidak sehat dengan tanaman yang sama umur & jenisnya. batang 2. Pemangkasan tunas/wiwil (pruning) : pembuangan Mencegah penjalaran hama tunas air → diameter pohon & tinggi bebas cabang baik (setiap saat). penyakit 3. Penyiangan/weeding : membuang tanaman lain di Mengendalikan persaingan sekitar tanaman pokok. 4. Pendangiran tanah : penggemburan tanah untuk Memperbaiki aerase dan perbaikan kandungan oksigen (aerasi) dan drainase. drainase tempat tumbuh 5. Pemupukan : merangsang pertumbuhan awal, meningkatkan kesehatan → kualitas & kuantitas → Memacu pertumbuhan lebih produksi meningkat. cepat 6. Pembersihan (cleaning) : dilakukan pada tanaman lebih tua, membuang tanaman seumur yang dominan. 7. Pengendalian HPT dan kebakaran. BW3105 Teknik Silvikultur 4 KEGIATAN PEMELIHARAAN TANAMAN Penyulaman Penyulaman Penyiangan Penyiangan Pendangiran Pendangiran Pemupukan Pemupukan Menggantikan Menghilangkan Menggemburkan Menambahkan nutrisi tanaman yang gulma atau tanah di sekitar dengan pupuk organik mati atau tanaman tanaman pokok agar tumbuh merana pengganggu dengan cangkul agar pertumbuhan tanaman sirkulasi air dan oksigen meningkat BW3105 Teknik Silvikultur 5 TATA WAKTU Pemeliharaan Tahun Berjalan : dilaksanakan 1 bulan setelah penanaman, meliputi (a) penyulaman PEMELIHARAAN 10%, (b) pendangiran, (c) penyiangan, (d) pemupukan, (e) penanggulangan hama dan penyakit Pemeliharaan Tahun I : dilaksanakan 1 Tahun Penyulaman tahun setelah penanaman, meliputi Berjalan Pendangiran (a) penyulaman 20%, (b)pendangiran(c) Penyiangan penyiangan, (d) pemupukan, (e) penanggulangan Pemupukan hama dan penyakit Penanggulangan HPT Pemeliharaan Tahun II : dilaksanakan 2 tahun setelah penanaman, meliputi:(a) Tahun I pendangiran, (b) penyiangan,(c) pemupukan, (d) penanggulangan hama dan penyakit, (e) penyulaman 10% Tahun II BW3105 Teknik Silvikultur 6 PEMELIHARAAN TANAMAN DARI TANAMAN PENCEKIK 7 GrowthBW3105 Teknik Silvikultur Natural Pruning PEMANGKASAN (PRUNING) Knots Artificial Pruning Timber Production Ornamental Trees BW3105 Teknik Silvikultur 8 Prinsip Dasar Pemangkasan Jenis toleran akan lebih mudah melepaskan cabang Bebas cabang meningkat BW3105 Teknik Silvikultur 9 Prinsip Dasar Pemangkasan Menghilangkan cabang-cabang dari Efek pemangkasan terhadap biaya: PRINSIP batang pohon pada umur awal agar DASAR dapat bebas dari mata kayu Jumlah pohon yang dipangkas cabangnya setiap hektar Pemeliharaan Diameter cabang setiap lingkar pangkal batang Ornamental Jumlah lingkaran pangkal cabang yang dipotong Tegakan Tinggi pemotongan cabang Kecepatan pertumbuhan dan kualitas tempat tumbuh Timber Suku bunga yang dibebankan pada Individu investasi modal Waktu sebelum harvesting BW3105 Teknik Silvikultur 10 BW3105 Teknik Silvikultur 11 Tidak > 50% FOTOSINTESIS BW3105 Teknik Silvikultur 12 Produksi tertinggi Mutu tinggi BW3105 Teknik Silvikultur 13 Mengurangi pertumbuhan tinggi BW3105 Teknik Silvikultur 14 Aspek yang harus dipertimbangkan: 1. Sudut pemotongan 2. Alat yang digunakan 3. Jarak pemotongan BW3105 Teknik Silvikultur 15 PEMANGKASAN ALAMI DAN BUATAN Natural Pruning Artificial BW3105 Teknik Silvikultur 16 Pemangkasan Alami Penyebab: Lingkungan fisik dan biotik Keterbatasan cahaya Angin Ruang daun pada tajuk Kristal es Percikan garam Serangga Penyakit Sudut percabangan BW3105 Teknik Silvikultur 17 Pemangkasan Alami Diawali dari cabang yang ternaungi HUTAN TERTUTUP BW3105 Teknik Silvikultur 18 Knots (mata kayu) BW3105 Teknik Silvikultur 19 Pemangkasan Buatan Pemangkasan buatan dilakukan ketika manipulasi kerapatan tegakan tidak cukup untuk mengelemininasi cabang pohon BW3105 Teknik Silvikultur 20 Pemangkasan untuk produksi kayu TUJUAN: Lemari kerja Interior Furniture Permukaan veneer Profil kayu Kayu konstruksi Waktu pemangkasan Knots BW3105 Teknik Silvikultur 21 Pemangkasan Pohon Ornamen Pemangkasan bertujuan untuk memperbaiki penampilan tajuk pohon Keuntungan estetis BW3105 Teknik Silvikultur 22 BW3105 Teknik Silvikultur 23 TEBANG PEMELIHARAAN 1. PENERANG Liberation cutting Penaung Sanitation cutting 2. Komposisi PERBAIKAN & kualitas 4. SANITASI 3. Berpotensi PERAWATAN penyebaran HPT Mencegah penularan (HPT BW3105 Teknik Silvikultur 24 1. Tebang Penerang Menaungi ▪ Tebangan Penerang (Liberation cutting) adalah tebang yang dilakukan pada tegakan yang dinilai menjadi penaung (menghalangi cahaya matahari) bagi pohon-pohon lain. ▪ Tebangan penerangan sering dilakukan untuk membuang jenis lain yang menaungi pohon target. BW3105 Teknik Silvikultur 25 2. Tebang Perbaikan Jelek & tidak ▪ Tebangan Perbaikan (Improvement bernilai Pohon-pohon cutting) adalah tebang yang dilakukan ekonomis tidak sesuai pada tegakan pasca fase pancang (sapling) yang bertujuan untuk memperbaiki komposisi dan kualitas Sapling ditebang dengan menghilangkan pohon-pohon yang tidak sesuai ▪ Tebangan perbaikan sering dilakukan berbarengan dengan penjarangan, biasanya dilakukan pada awal penjarangan (penjarangan pertama) ▪ Tebangan perbaikan dapat dilakukan untuk menghilangkan pohon-pohon berpenampilan jelek dan tidak bernilai ekonomis BW3105 Teknik Silvikultur 26 3. Tebang Perawatan ▪ Tebangan Perawatan (Salvage cutting) adalah tebang yang HPT dilakukan pada tegakan yang terserang penyakit, jamur atau Nilai ekonomis di serangga (hama), yang bertujuan akhir daur untuk mencegah penularan (penyebaran) ke pohon lainnya. ▪ Tebangan perawatan sering kali disebut sebagai “presalvage cutting” ▪ Tebangan perawatan dapat dilakukan untuk nilai ekonomis tegakan pada akhir daur. BW3105 Teknik Silvikultur 27 4. Tebang Sanitasi ▪ Tebangan Sanitasi (Sanitation Penurunan cutting) adalah tebang yang populasi inang dilakukan pada tegakan yang atau hama dinilai berpotensi sebagai media penyebaran hama penyakit, yang bertujuan untuk mencegah penjalaran lebih luas pada pohon-pohon lain. ▪ Tebangan sanitas sering dilakukan untuk menurunkan populasi yang menjadi inang atau makanan hama. BW3105 Teknik Silvikultur 28 Terima Kasih BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 11 Teknik Silvikultur: Penanaman, Pemeliharaan dan Monev Tanaman M11S03: Monitoring dan Evaluasi Pertumbuhan Tanaman BW3105 Teknik Silvikultur 2 Penilaian Keberhasilan Penanaman Evaluasi tanaman perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penanaman Variabel yang dinilai: pengukuran luas tanaman; jumlah dan jenis tanaman ; penghitungan persen tumbuh tanaman. Evaluasi tanaman dilaksanakan sebelum pelaksanaan pemeliharaan tanaman. Hal-hal yang perlu dievaluasi: Menghitung jumlah tanaman yang hidup atau mati Menghitung jumlah tanaman yang sehat Menghitung jumlah tanaman yang merana Mengamati tingkat gangguan hama BW3105 Teknik Silvikultur 3 Tahapan Kegiatan Evaluasi Tanaman (P. 105 MENLHK tahun 2018 ) 1. Progres tahapan pelaksanaan penanaman : 2. Pengukuran luas pemancangan batas blok/petak tanaman : realisasi luas pembuatan jalan pemeriksaan, pembersihan lahan, areal yang ditanam (Ha); pembuatan/pengadaan dan pemancangan patok jalur, output peta 1:5000 atau pembuatan jalur tanaman, pembuatan dan pemasangan ajir, 1:10000 pembuatan lubang tanaman, distribusi bibit ke lubang tanaman, penanaman, pemupukan dasar/media tanam, pembuatan gubuk kerja, pembuatan papan nama, 3. Metode evaluasi tanaman Pemeliharaan Tanaman tahun berjalan, : Systematic sampling Pemeliharaan Tanaman tahun pertama dan Pemeliharaan Tanaman tahun kedua. with Random Start BW3105 Teknik Silvikultur 4 Tahapan Kegiatan Evaluasi Tanaman (P. 105 MENLHK tahun 2018 ) Metode sampling lainnya: Mangrove/hutan pantai: Tanaman pengayaan : metode sistem jalur purposive sampling (dipilih dengan IS sesuai dengan yang dianggap mewakili) anggaran Tanaman penghijauan lingkungan : sensus Agroforestri/wanatani : Systematic sampling with Random Start BW3105 Teknik Silvikultur 5 Tahapan Kegiatan Evaluasi Tanaman (P. 105 MENLHK tahun 2018 ) Metode Evaluasi: PU = 𝐼𝑆 𝑥 𝑁 𝑛 ✓ Buat Petak Ukur (PU) 25 m x 40 m = (0,1 ha) ✓ PU lingkaran diameter 17,8 m ✓ Sampling : IS 5 % ✓ Jarak antara PU lihat gambar ✓ Parameter : jumlah tanaman yang hidup, ukur diameter dan tinggi rata- rata BW3105 Teknik Silvikultur 6 Tahapan Kegiatan Evaluasi Tanaman (P. 105 MENLHK tahun 2018 ) Pengolahan Data : 2. Tinggi Tanaman 1. Persen tumbuh tanaman (𝑡1+𝑡2+⋯+𝑡𝑛) (ℎ1+ℎ2+⋯+ℎ𝑛) 𝑇= 𝑇= x 100% (𝑛1+𝑛2+⋯+𝑛𝑛) (𝑛1+𝑛2+⋯+𝑛𝑛) Dimana : Dimana : T = Persen tumbuh tanaman T = Tinggi tanaman rata-rata dalam PU hi = Jumlah tanaman yang tumbuh pada petak ukur ke-i ti = Tinggi setiap individu tanaman ni = jumlah tanaman yang pada petak ukur ke-i seharusnya ada pada petak ni = jumlah tanaman pada petak ukur ke-i ukur ke-i BW3105 Teknik Silvikultur 7 Terima Kasih BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 12 Teknik Silvikultur: Penjarangan M12S01: Pengertian dan Landasan Penjarangan BW3105 Teknik Silvikultur 2 Pengertian Definisi Penjarangan (Thinning) : Taksasi Hasil Penebangan pada tegakan Penjarangan Landasan yang belum dewasa untuk Lingkup menstimulir pertumbuhan Pembahasan PENJARANGAN pohon-pohon yang ditinggalkan untuk Pengaruh Tujuan Penjarangan menambah hasil total tegakan pada akhir daur. Metode dan (Hawley & Smith, 1960) aplikasi BW3105 Teknik Silvikultur 3 Tujuan penjarangan Pemungutan pohon terutama untuk mendistribusikan kembali potensi pertumbuhan atau untuk meningkatkan kualitas tegakan tinggal (Daniel et al., 1979) Untuk meningkatkan laju pertumbuhan pohon yang ditinggalkan, memperbaiki komposisi, kesehatan, dekomposisi serasah, menambah jumlah hasil & mendapatkan serta menggunakan https://www.google.com.vn/search?newwindow=1&biw=1138&bih=54 materi-materi yang akan hilang bila 8&tbm=isch&sa=1&q=penjarangan+hutan&oq=penjarangan&gs_l=img tidak dijarangi..1.3.0i24k1l4.6381.11998.0.16706.17.10.1.3.3.0.243.994.5j3j1.9.0....0... (Society of American Forester,1950) 1c.1.64.img..4.9.674...0j0i67k1.tv5JRwDrD-o#imgrc=_ BW3105 Teknik Silvikultur 4 Tujuan penjarangan Hawley & Smith, (1960) Daniel, 1979 1. Menyebarkan potensi 1. Memanfaatkan bahan yang biasanya akan hilang karena kematian pohon- pertumbuhan tegakan pohon secara alami. sampai tingkat optimal 2. Memberi kemungkinan lebih banyak 2. Menggunakan semua untuk pertumbuhan pohon yang baik dengan menghilangkan pohon jelek materi berharga yang di sekitarnya sehingga kompetisi yang dihasilkan oleh tegakan merugikan dapat dihindarkan agar selama daurnya hasil maksimal BW3105 Teknik Silvikultur 5 Apa yang diutamakan ? Pemeliharaan hutan dengan dasar menghindarkan persaingan hidup antar pohon, sedang nilai ekonomi tidak ditonjolkan. (Champion & Griffith,1946) http://www.justfruitsandexotics.com/JFE/wp-content/uploads/2014/12/black- walnut-tree-1.jpg BW3105 Teknik Silvikultur 6 Pavan et al (2011) : Intergenotypic competition is an important factor of environmental variation, interfering with the selection results. The inclusion of competition covariables reduces estimates of variance components and influences the genetic gains. http://www.scielo.br/img/revistas/sa/v68n6/a11fig01.jpg BW3105 Teknik Silvikultur 7 Landasan 1. Menaikkan hasil yang laku dijual dengan mendistribusikan pertambahan volume pada batang yang lebih besar, tetapi jumlahnya lebih sedikit 1. Hasil akhir tinggi, jumlah 2. Produksi volume akhir pada tegakan yang dijarangi biasanya sedikit lebih kecil dibanding dengan tegakan yang tidak dijarangi 3. Tegakan yang dijarangi biasanya mempunyai produksi yang 2. Produksi volume akhir bernilai lebih tinggi rendah 4. Penjarangan memberi kesempatan kepada forester untuk 3. Bernilai lebih tinggi menyeleksi pohon-pohon penghasil sebagai ganti pilihan alam yang sering berupa pohon dominan terbesar 4. Kesempatan menyeleksi 5. Perkecualian pada penjarangan seleksi, penjarangan akan 5. Memperpendek rotasi (limit memperpendek rotasi jika umur rotasi ditentukan oleh diameter) pencapaian diameter pohon tertentu 6. Memperpanjang rotasi (umur 6. Penjarangan akan memperpanjang rotasi jika umur rotasi ditentukan oleh umur ketika kecepatan pertumbuhan indivdu atau kulminasi riap) pohon menjadi rendah dan tidak bisa diterima atau jika 7. Keuntungan awal dan didasarkan kulminasi riap tahunan rata-rata menambah modal 7. Penjarangan memberikan keuntungan awal dari modal yang diinvestasikan dan menambah laba modal keseluruhan keseluruhan BW3105 Teknik Silvikultur 8 Pertimbangan Seleksi Pohon yang akan Dijarangi 1. Posisi relatif & kondisi tajuk 2. Kesehatan pohon 3. Kondisi & kualitas batang 4. Pemilihan jenis (khusus https://www.google.com.vn/search?newwind ow=1&biw=1138&bih=548&tbm=isch&sa=1 untuk tegakan campuran) &q=thinning&oq=thinning&gs_l=img.3...204 551.205840.0.206766.8.8.0.0.0.0.192.192.0j1.1.0....0...1c.1.64.img..7.1.191...0.O8643Hfos JQ#imgrc=_ BW3105 Teknik Silvikultur 9 Hasil Akhir Penjarangan Hasil akhir tegakan setelah Ex.: umur 6 dan 9 tahun penjarangan dipengaruhi oleh: (Perum Perhutani, 1999) 1. Umur tegakan waktu penjarangan dimulai 2. Periodisitas penjarangan 3. Jumlah pohon yang dihilangkan 4. Kelas tajuk yang http://www.barokahjatifurniture.com/wp- dihilangkan content/uploads/2014/05/DSCN0106.jpg BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 10 Terima Kasih Selanjutnya : M12S02 BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 12 Teknik Silvikultur: Penjarangan M12S02: Metode dan Aplikasi Penjarangan BW3105 Teknik Silvikultur 2 Metode penjarangan 1. Penjarangan rendah (low Metode penjarangan no. 1 - 3, thinning). didasarkan kepada pertimbangan status perkembangan dan posisinya 2. Penjarangan tinggi/tajuk dalam struktur tajuk (canopy). (crown thinning). Metode penjarangan ke 4 dan 5 3. Penjarangan seleksi didasarkan atas pertimbangan jarak (selection thinning). tanam, atau susunan atau posisinya 4. Penjarangan dalam strata tajuk tegakan. Mekanis/geometric 5. Penjarangan bebas (free thinning) BW3105 Teknik Silvikultur 3 Penjarangan rendah Tujuan: membebaskan pohon- pohon dominan (D) dan kodominan (C) dengan menghilangkan kelas-kelas tajuk yang lebih rendah Merupakan metode penjarangan tertua Derajat penjarangan: A (sangat ringan)-B-C-D-E (sangat berat). Dapat dilakukan sepanjang rotasi BW3105 Teknik Silvikultur 4 Perubahan tutupan tajuk akibat penjarangan rendah (a) sebelum penjarangan rendah (b) setelah dilakukan penjarangan rendah sangat ringan (grade A) (c ) perubahan tutupan tajuk setelah dilakukan penjarangan berat (grade D). (d) Perubahan tutupan tajuk setelah 10 tahun dilakukan penjarangan grade D BW3105 Teknik Silvikultur 5 Perubahan tutupan tajuk akibat penjarangan rendah Penjarangan rendah yang dilakukan pada hutan tanaman white pine di North Carolina (a) Penjarangan pertama pada umur 20 th (b) Penjarangan kedua pada umur 26 tahun (c) Penjarangan ketiga pada umur 32 tahun (d) Penjarangan keempat setelah berumur 45 tahun BW3105 Teknik Silvikultur 6 Penjarangan tinggi (penjarangan tajuk) Tujuan: membebaskan pohon- pohon penghasil yang dominan dan pohon kodominan yang baik, dengan menghilangkan pohon kodominan pesaing BW3105 Teknik Silvikultur 7 Penjarangan tinggi (penjarangan tajuk) Terdapat 2 cara Menyeleksi dan menandai pohon penghasil di masa mendatang, kemudian menebang sebagian pohon dominan atau kodominan yang menjadi pesaing pohon penghasil Membebaskan setiap pohon dominan dan kodominan yang mungkin menjadi pohon penghasil BW3105 Teknik Silvikultur 8 Penjarangan tinggi (penjarangan tajuk) ▪ Prinsip penjarangan tinggi: kelas-kelas tajuk bawah hanya menggunakan jumlah hara yang tidak berarti. Persaingan nyata terjadi antara pohon dominan dan kodominan. ▪ Kelebihan : segera menghasilkan ▪ Kelemahan: tingkat kerusakan tegakan tinggal tinggi BW3105 Teknik Silvikultur 9 Perubahan akibat penjarangan tinggi ▪ Atas: sebelum dilakukan penjarangan tinggi (crown thinning) ▪ Tengah : Perubahan tajuk tegakan setelah penjarangan tajuk pertama ▪ Bawah : penjarangan tajuk tahap 2 sudah harus dilakukan BW3105 Teknik Silvikultur 10 Penjarangan seleksi ▪ Tujuan: menghilangkan semua pohon dalam kelas tajuk dominan agar dapat membebaskan pohon – pohon dalam kelas tajuk kodominan dan intermediate yang akan menjadi pohon penghasil di masa mendatang BW3105 Teknik Silvikultur 11 Penjarangan seleksi Terdapat 3 variasi ▪ Pada tegakan muda seumur terdapat beberapa pohon yang superior (dominan) ▪ Suatu tegakan dibiarkan berkembang dengan penjarangan rendah sampai pohon kodominan dan beberapa pohon intermediate telah mengembangkan batang berkualitas tinggi pada saat pohon dominan ditebang dan pohon kodominan yang berkualitas menjadi pohon penghasil ▪ Variasi Borgreve (Dengler, 1944): adalah membiarkan tegakan berkembang sampai pohon dominan laku dijual, kemudian pohon dominan diambil. Sesudah pohon kodominan berkembang menjadi dominan, lalu beberapa pohon dominan lama dan baru ditebang Penjarangan seleksi memberikan hasil terbaik BW3105 Teknik Silvikultur 12 Rangkaian penjarangan seleksi pada kayu balsam fir dan red spruce Pohon yang tajuknya diarsir pada sketsa bagian atas, akan terus dipertahankan sampai akhir daur Penjarangan seleksi tahap dua (sketsa tengah) Penjarangan seleksi tahap ketiga BW3105 Teknik Silvikultur 13 Penjarangan mekanik Tujuan: menghilangkan pohon- pohon tanpa memandang kelas tajuk, kualitas, atau karakter pohon yang diambil BW3105 Teknik Silvikultur 14 Penjarangan mekanik Terdapat 3 pendekatan 1. Pedoman jarak tanam digunakan dan semua pohon dalam radius tertentu di sekitar pohon terpilih diambil 2. Penjarangan baris digunakan dalam tanaman dengan setiap baris kedua sampai ke tujuh dihilangkan 3. Pada tegakan yang mempunyai semai atau sapihan sangat rapat, baris-baris pohon diambil dengan bulldozer dengan cara seperti papan catur. Kelompok semai kecil- kecil yang ditinggalkan dalam pola kisi-kisi kemudian dibebaskan. BW3105 Teknik Silvikultur 15 Penjarangan bebas Pohon-pohon diambil tanpa menyesuaikan dengan salah satu metode terdahulu. Pohon-pohon individual yang diambil tergantung pendapat rimbawan Kriteria yang digunakan dalam seleksi pohon adalah kelas tajuk, kekuatan, bentuk, dan karakteristik cabang. Pada hutan tanaman jati, umumnya metode penjarangan bebas digunakan pada penjarangan pertama BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 16 Terima Kasih Selanjutnya : M12S02 BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 1 Modul 12 Teknik Silvikultur: Penjarangan M12S03: Pengaruh Penjarangan dan Taksasi Hasil Penjarangan BW3105 Teknik Silvikultur 2 Pengaruh penjarangan Lingkungan 1. Suhu udara 2. Penguapan 3. Kelembaban udara 4. Cahaya https://www.google.com.vn/search?newwindow=1&biw=1138& bih=548&tbm=isch&sa=1&q=suhu&oq=suhu&gs_l=img.3..0l1 0.325418.325818.0.328222.4.4.0.0.0.0.70.195.3.3.0....0...1c.1.6 4.img..1.3.191...0i67k1.p-vco6WT_Ks BW3105 Teknik Silvikultur 3 Pengaruh penjarangan Tegakan Tinggal 1. Perkembangan individu pohon 2. Pertumbuhan & hasil tegakan 3. Kualitas kayu http://img.bisnis.com/posts/2014/08/13/249668/1 30610_perhutani-sita-kayu-antara.jpg BW3105 Teknik Silvikultur 4 Pengaruh penjarangan Nilai Ekonomi Tegakan 1. Mengantisipasi kehilangan volume kayu 2. Meningkatkan pertumbuhan diameter 3. Pengendalian dana investasi 4. Pengaturan komposisi tegakan 5. Mengurangi resiko kerusakan tegakan oleh hama penyakit, kebakaran, angin dll BW3105 Teknik Silvikultur 5 Hubungan penjarangan dengan distribusi diameter pada tegakan seumur ▪ Pada penjarangan rendah, sebagian besar pohon berdiameter rendah yang dijarangi. ▪ Pada penjarangan tinggi, sebagian pohon berdiameter besar (rata-rata) yang dijarangi ▪ Penjarangan seleksi, pohon yang berdiameter besar yang dijarangi ▪ Penjarangan mekanis, penjarangan dilakukan pada setiap ukuran diameter secara merata BW3105 Teknik Silvikultur 6 Hubungan pertumbuhan total dan panen kayu akibat penjarangan BW3105 Teknik Silvikultur 7 Jadual penjarangan Penjarangan perlu untuk meningkatkan nilai produksi dan mendapatkan hasil antara dari hasil penjualan kayu penjarangan Kapan penjarangan pertama dimulai? Waktu penjarangan tergantung kepada stok awal vegetasi (pohon), pertimbangan pengelolaan, dan pertimbangan pasar Sisi biologis: tegakan harus dijarangi sebelum terjadinya persaingan berat antar pohon Penjarangan awal (pertama) diperlukan ketika stok tanaman tinggi Kualitas tapak yang subur menghendaki penjarangan lebih dini Waktu penjarangan dipengaruhi oleh: toleransi jenis, kondisi tajuk, umur tegakan dan hasil akhir yang diinginkan. Penjarangan dapat dilakukan dengan kombinasi beberapa metode penjarangan BW3105 Teknik Silvikultur 8 Frekuensi penjarangan Perum Perhutani, 1999 BW3105 Teknik Silvikultur 9 Pengendalian stok Kunci penjarangan adalah pengendalian stok Pengendalian stok ditentukan dari pengendalian luas bidang dasar (LBDS) tegakan Pada tegakan yang tidak dikelola dengan baik → LBDS terakumulasi dengan cepat, tetapi riap setiap pohon hampir konstan Penurunan kerapatan tegakan dalam batas-batas stok ketika pertumbuhan konstan → sangat menaikan riap setiap pohon. BW3105 Teknik Silvikultur 10 Tabel normal Kekerasan penjarangan: Normal: N tegakan tinggal = N tabel normal Keras: N tegakan tinggal = N tabel-15% Lemah: N tegakan tinggal = N tabel + 20% S% x OH = Sm = 100√(2/N√3) BW3105 Teknik Silvikultur 11 Taksasi Produksi Penjarangan Data dalam PCP : 1. Peninggi : rata-rata tinggi dari 5-10 pohon tertinggi pada PCP 2. Nn : jumlah pohon normal (berdasarkan umur dan bonita dalam table 3. Nm : jumlah pohon yang akan ditebang (dengan kriteria : berpenyakit, jelek, tertekan, mati) 4. Nt : Jumlah pohon tinggal (Nn-Nm) 5. Jumlahkan semua volume pohon yang akan ditebang/dimatikan = taksasi produksi penjarangan BW3105 Teknik Silvikultur 12 Petak Coba Penjarangan (PCP) PCP (Petak Coba Penjarangan) : petak berbentuk lingkaran yang luasnya 0,1 hektar (radius 17,8 m) yang merupakan alat bantu dalam pelaksanaan penjarangan di lapangan. Pelaksanaan pembuatan PCP di lapangan: 1. Pada setiap blok (sekitar 4 ha) dibuat PCP berbentuk lingkaran dengan jari-jari 17,8 meter (luas PCP = 0,1 ha) 2. PCP diletakkan pada tempat yang memberi gambaran rata-rata tegakan di dalam blok setelah sebelumnya disurvey terlebih dahulu blok demi blok di petakan dalam peta kerja. Letak PCP 3. Letak PCP minimal 25 meter dari batas lokasi penjarangan alur, jalan dan jalan pemeriksaan, secara praktis batas minimal tersebut dapat langsung ditentukan dari pohon tengah, yaitu 25 + 17, 8 m = 42,8 setara 45 m. Letak PCP BW3105 Teknik Silvikultur 13 PCP 4. Pada penjarangan pertama (umur 3 tahun) tidak perlu membuat PCP, tetapi dengan pemilihan pohon atau tegakan ditinggal dengan sistem untu walang atau seleksi dengan memperhatikan hasil evaluasi tanaman (pengecualian untuk jati jarak tanam 3 x 3 meter tidak dilaksanakan untuk walang). 5. Pohon tengah sebagai titik tengah PCP harus berkualitas bagus. Pohon tengah diberi tanda Penandaan lingkaran dengan cat warna merah selebar 20 cm Pohon Tengah setinggi 160 cm di atas permukaan tanah. 6. PCP dilapangan diberi nomor urut sesuai dengan nomor blok petak atau anak petak tersebut. BW3105 Teknik Silvikultur 14 PCP 7. Pohon yang dekat dengan batas permanen (misal pal HM, persimpangan alur dan percabangan sungai) diberi petunjuk arah dan jarak PCP. 8. Pada pohon tengah saat pembuatan PCP diberi tanda arah dan jarak ke PCP berikutnya pada ketinggian 100 cm di atas permukaaan tanah dengan cat warna merah, untuk mengetahui jaringan PCP perlu diadakan pembatasan jalur sesuai dengan arah PCP yang telah Penandaan Pohon Tepi ditentukan. 9. Pohon-pohon yang terletak pada batas tepi kelling lingkaran PCP (pohon tepi) diberi tanda lingkaran dengan cat warna merah selebar 10 cm setinggi 150 cm di atas permukaan tanah. 10. Pohon-pohon yang termasuk dalam PCP adalah pohon- pohon yang ½ dan lebih dari diameternya terkena ujung tali pengukur jari-jari 17,8 meter. BW3105 Teknik Silvikultur 15 PCP 11. Pohon-pohon yang terdapat di dalam lingkaran PCP dihitung dan diberi nomor urut searah jarum jam (warna merah untuk jati dan warna putih untuk rimba) setinggi 140 cm di atas permukaan tanah, dimulai dari pohon tengah, kemudian bergeser ke arah barat laut, kemudian kembali ke pusat demikian seterusnya 12. Pada pohon tengah saat pembuatan PCP diberi tanda arah dan jarak ke PCP berikutnya pada ketinggian 100 cm di atas permukaaan tanah dengan cat warna merah, untuk mengetahui jaringan PCP perlu diadakan pembatasan jalur sesuai dengan arah Penomoran Pohon dlm PCP yang telah ditentukan. PCP 13. Pohon-pohon yang terletak pada batas tepi kelling lingkaran PCP (pohon tepi) diberi tanda lingkaran dengan cat warna merah selebar 10 cm setinggi 150 cm di atas permukaan tanah. 14. Pohon-pohon yang termasuk dalam PCP adalah pohon-pohon yang ½ dan lebih dari diameternya terkena ujung tali pengukur jari-jari 17,8 meter. BW3105 Teknik Silvikultur BW 3105 Teknik Silvikutur 16 Terima Kasih Selanjutnya : M12S02 BW3105 Teknik Silvikultur 1 RANTEKSIL Pemulihan Hutan & Lahan Dr. Ir. Yayat Hidayat 1 BW3105 Teknik Silvikultur 2 Cakupan Ranteksil I. Studi Pendahuluan IV. Perencanaan Bisnis a. Urgensi a. Bisnis Model Canvas b. Perumusan masalah b. Analisis Kelayakan Investasi/Usaha c. Tujuan c. Tata Waktu II. Pengumpulan data & informasi V. Analisis dampak a. Data Biofisik a. Dampak Lingkungan bio fisik b. Data Sosekbud b. Dampak Ekonomi c. Sejarah /Riwayat lokasi target c. Dampak Sosial Budaya & Kelembagaan d. Perbandingan (benchmarking) VI. Monev III. Metode Perancangan a. Monev Jasling a. Konsep/Tema Perancangan b. Monev Kelembagaan Ekonomi b. Pembuatan pola/desain ruang VII. Rencana Pengembangan c. Pembuatan pola/desain penanaman d. Pembutan fasilitas penunjang a. Pengembangan Kelembagaan b. Pengembangan MIS BW3105 Teknik Silvikultur 3 I. Urgensi, Perumusan masalah & Tujuan 1. Urgensi ✓ Menjelaskan alasan kuat perlunya masalah masalah penanganan/tindakan atas suatu persoalan yang dianggap penting ✓ Relevansi dengan isu terkini dan antipasti jauh ke depan ✓ Respect isu local & relevan isu global Masalah prioritas 2. Perumusan Masalah ✓ Identifikasi akar permasalahan ✓ Skala prioritas penanganan masalah 3. Perumusan Tujuan Tujuan ✓ Menyatakan tujuan dengan jelas ✓ Dapat terukur dengan mudah BW3105 Teknik Silvikultur 4 Urgensi Pemulihan Lahan Bekas Galian C (urugan) BW3105 Teknik Silvikultur 5 Orientasi posisi BW3105 Teknik Silvikultur 6 Metode Perumusan masalah ✓Analisis Logical Framework Approach ✓Analisis Hirarki Process ✓Analisis Problem Trees OVI= objective Verikable indicator ✓Causal loop MOV= Mean objective Verification BW3105 Teknik Silvikultur 7 II. Pengumpulan Data & info 1 Data biofisik ✓ Posisi geografis, elevasi dan luas area, letak administratif ✓ Data iklim: Suhu, CH, RH, Kec. angin, intensitas cahaya, jumlah bulan kering dan bulan basah, tipe iklim ✓ Kondisi tutupan vegetasi: kerapatan, sebaran jenis ✓ Kondisi tanah/lahan: jenis tanah, topografi, kontur lahan, kesuburan tanah, erosi & sedimentasi, tebal top soil ✓ Biodiversita jenis vegetasi ✓ Biodiversitas fauna : macro & micro fauna ✓ Aksesibilitas BW3105 Teknik Silvikultur 8 II. Pengumpulan Data & info BW3105 Teknik Silvikultur 9 II. Pengumpulan Data & info 2 Data Sosekbud ✓ Jumlah penduduk warga sekitar berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia ✓ Data tingkat Pendidikan dan tingkat kesejahteraan ✓ Mata pencaharian penduduk sekitar ✓ Budaya kerja ✓ Harga satuan upah minimum kerja (UMK) lokal ✓ Kesenian daerah ✓ Daya beli ✓ Literasi masyarakat ✓ Tokoh masyarakat ✓ Karangtaruna & kader penggerak ✓ Aspirasi, persepsi & partisipasi masyarakat ✓ dll BW3105 Teknik Silvikultur 10 II. Pengumpulan Data & info 3 Riwayat/sejarah ✓ Riwayat/Sejarah kerusakan lahan BW3105 Teknik Silvikultur 11 II. Pengumpulan Data & info 4 Benchmarking Pemulihan lahan bekas penambangan liar di Padang Pariaman Sumbar https://www.youtube.com/watch?v=XegbPw3MBw0 BW3105 Teknik Silvikultur 12 III. Metode Perancangan 1 Konsep/Tema Mengusung Konsep: DEWA (Desa, Edukasi Wisata Agroforestri) BW3105 Teknik Silvikultur 13 III. Metode Perancangan 2 Pola/desain ruang Dibagi ke dalam 3 Blok: (1) Blok Agroforestry; (2) Blok Wisata/Rekreaksi; (3) Blok Restorasi BW3105 Teknik Silvikultur 14 III. Metode Perancangan 3 Pola/desain tanaman Dibagi ke dalam 5 Klaster: (1) Klaster Agroforestry; (2) Klaster Kaki Parit retensi; (3) Klaster Kakija (4) Klaster Model Rehabilitasi (5) Klaster Tanaman Tepi BW3105 Teknik Silvikultur 15 III. Metode Perancangan 3 Pola/desain tanaman Blok A Komposisi jenis (1) Eukaliptus; (2) Kihujan; (3) Balsa (4) Picung (5) Buah naga (6) Kihanjuang (7) Jambu kristal (8) Manglid (9) Nagka (10) Petai (11) Kopi (12) Gmelina (13) Mangga kaweni BW3105 Teknik Silvikultur 16 III. Metode Perancangan 3 Pola/desain tanaman Blok B Komposisi jenis (1) Eukaliptus; (2) Kihujan; (3) Balsa (4) Picung (5) Manglid (6) Nagka (7) Petai (8) Kopi (9) Gmelina (10) Mangga kaweni BW3105 Teknik Silvikultur 17 III. Metode Perancangan 3 Pola/desain tanaman Blok C Komposisi jenis (1) Eukaliptus; (2) Kihujan; (3) Balsa (4) Picung (5) Alpukat (6) Petai (7) Mahoni (8) Kopi BW3105 Teknik Silvikultur 18 III. Metode Perancangan 3 Pola/desain tanaman Blok D Komposisi jenis (1) Eukaliptus; (2) Kihujan; (3) Picung BW3105 Teknik Silvikultur 19 III. Metode Perancangan 3 Pola/desain tanaman 3 D BW3105 Teknik Silvikultur 20 III. Metode Perancangan 4 Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang (1) Pipanisasi, Torn Air; (2) Saung sawala Petani; (3) Jalan (4) Plang, dll BW3105 Teknik Silvikultur 21 IV. Perancangan Bisnis 1 Bisnis Canvas Model Memetakan stakeholder penting pendukung jalannya bisnis BW3105 Teknik Silvikultur 22 IV. Perancangan Bisnis 2 Kelayakan usaha Menilai kelayakan usaha dari indicator: (1) NPV (2) BCR (3) IRR (4) PP BW3105 Teknik Silvikultur 23 Perancangan Bisnis 3 Tata Waktu & kurva S Tatawaktu penanaman BW3105 Teknik Silvikultur 24 V. Analisis Dampak 1 Dampak lingkungan Biofisik 1. Pengendalian risiko Bencana BW3105 Teknik Silvikultur 25 V. Analisis Dampak 1 Dampak lingkungan Biofisik 1. Pengendalian risiko Bencana 2. Pendukung Habuitat Satwa BW3105 Teknik Silvikultur 26 V. Analisis Dampak 1 Dampak lingkungan Biofisik 1. Pengendalian risiko Bencana 2. Pendukung Habitat Satwa 3. Implementasi FoLU net Sink BW3105 Teknik Silvikultur 27 V. Analisis Dampak 2 Dampak Sosek Ekonomi 4. Peningkatan pendapatan petani hutan BW3105 Teknik Silvikultur 28 VI. Monev 1 Monev 1. Monev Jasling BW3105 Teknik Silvikultur 29 VI. Monev 1 Monev 1. Monev Kelembagaan Ekonomi BW3105 Teknik Silvikultur 30 VII. Rencana Pengembangan 1 Pengembangan sistem Kelembagaan Penguatan peran stakeholder BW3105 Teknik Silvikultur 31 VII. Rencana Pengembangan 1 Pengembangan MIS ✓ Memberikan kemudahan akses informasi bagi pengunjung ✓ Memudahkan control pengelolaan bagi pengelola ✓ Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan BW3105 Teknik Silvikultur 32 32 Best Practice Teknik Silvikultur Rehabilitasitasi Lahan Pasca Tambang di Indonesia Teknik Silvikultur Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang Tanah terdiri atas empat komponen yaitu: mineral (45%), bahan organik (5%), air (20- 30%), dan udara (20-30% Teknik Silvikultur Rehabilitasi Lahan Pasca Tambang LAHAN PASCA IDENTIFIKASI TAMBANG MASALAH ANALISIS DATA DAN PENGAMBILAN KEPUTUAN BAGI KEGIATAN REKLAMASI YANG TEPAT Data Primer : 1. Topography RENCANA REHABILITASI 2. Land Use 3. Geology MONITORING 4. Hydrology EVALUASI 5. Sifat Kimia & Fisik Tanah PERSIAPAN REHABILITASI 6. Kondisi Vegetasi Data Sekunder 1. Iklim PELAKSANAAN 2. Dokumen AMDAL REHABILITASI TEKNOLOGI BIOFISIK DALAM REHABILITASI Perbaikan Tanah (Penataan Lahan) Remediasi tanah Revegetasi (Penanaman) Penataan kelerengan lahan ▪ Penanaman cover crop / legume Konservasi Tanah dan Air cover crop (LCC) ▪ Penanaman pohon pionir Perbaikan sifat tanah ▪ Penanaman pengkayaan Pemilihan jenis Pembutan lubang tanam Pemanfaatan Mikoriza Pemeliharaan tanaman Pemanfaatan Rhizobium Pemanfaatan Material Organik A. Teknik Pemilihan Jenis Tanaman Genetik (mempengaruhi sifat ekologis, termasuk toleransi terhadap cahaya) Kualitas Lingkungan