Arah Kebijakan Pembangunan Manusia Berdasarkan Dimensi Standar Hidup Layak - Regi Aing PDF

Document Details

Uploaded by Deleted User

Regi Aing

Tags

population projections development planning demographic analysis human development

Summary

This document presents an evaluation of development in 2024 and the projected policies for 2025. It focuses on improving human development through an IPM approach and highlights key population trends and projections for the region. Key aspects included are population projections, demographics, and macroeconomic indicators.

Full Transcript

EVALUASI PEMBANGUNAN TAHUN 2024 DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2025 DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI PENDEKATAN IPM PADA DIMENSI STANDAR HIDUP LAYAK Disampaikan Oleh:...

EVALUASI PEMBANGUNAN TAHUN 2024 DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2025 DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBANGUNAN MANUSIA MELALUI PENDEKATAN IPM PADA DIMENSI STANDAR HIDUP LAYAK Disampaikan Oleh: Regi Firmansyah Ramadhan, ST., MM. Fungsional Perencana Ahli Muda Bid. PPE Bappelitbangda Kab. Bandung Barat GAMBARAN UMUM DEMOGRAFI Proyeksi Penduduk 2025-2029 Tahun Proyeksi Penduduk Jenis Tahun 2024 kelamin (Jiwa) 2025 2026 2027 2028 2029 1.004.73 Laki-Laki 960.050 971.554 982.820 993.890 0 1.015.350 Perempuan 924.140 936.270 948.250 960.080 971.750 983.250 Proyeksi Penduduk 1.907.8 2025-2029 1.931.0 1.953.9 Berdasarkan 1.976.4 1.998.60 Jumlah 1.884.190 Usia24 Jumlah Proyeksi 70 Produktif Penduduk 70 Berdasarkan Usia80 Produktif dan 0 Kelompok Umur Tahun 2024 Non Produktif (Persen) 2025 2026 2027 2028 2029 Umur 0-14 23,92 23,67 23,44 23,22 23,02 22,82 Umur 15-64 69,32 69,27 69,19 69,07 68,93 68,77 Umur 65+ 6,76 7,06 7,37 7,71 8,06 8,41 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Dependency Ratio 44,25 43,74 44,54 44,78 45,08 45,41  Struktur Penduduk KBB tahun 2025-2029 berdasarkan Tabel penduduk tsb akan didominasi oleh: a. kelompok usia produktif yakni usia 15-64 tahun (69,32 - 68,77 persen), b. kelompok usia muda/belum produktif yakni usia 0-14 tahun (23,92- 22,82 persen), c. kelompok usia lanjut dan tidak produktif yakni usia 65 tahun ke atas (6,76-8,41 persen)  Rasio ketergantungan Penduduk KBB Tahun 2025-2029 berkisar 44,25 – 45,41 persen, artinya 100 penduduk usia produktif akan menanggung kurang lebih 45 penduduk usia tidak produktif CAPAIAN MAKRO PEMBANGUNAN KAB. BANDUNG BARAT 2020-2024 No Indikator Makro Pembangunan Satuan 2020 2021 2022 2023 2024 1 IPM Poin 68,81 69,03 69,82 70,33 70,77 2 Presentase Penduduk Miskin Persen 10,49 11,30 10,82 10,52 10,49 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Persen 12,25 11,65 9,63 8,11 6,70 4 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Persen -2,41 3,46 5,34 5,00 4,95* 5 Indeks Gini Point 0,376 0,356 0,368 0,374 0,370 6 Pendapatan Perkapita ADHB Ribu Rupiah 26,088 26,965 28,852 30,622 32,129* Pendapatan Perkapita ADHK Ribu Rupiah 17,198 17,53 18,206 18,854 19,402* 7 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Persen 1,65 1,47 1,43 1,39 1,32  Capaian IPM tahun 2024 mengalami peningkatan  TPT di KBB tahun 2024 mengalami penurunan 0,44 point bila dibanding capaian tahun 2023 atau sebesar 1,41 persen poin dibandingkan dengan meningkat sebesar 1,96 point selama 5 tahun tahun 2023 atau turun sebesar 5,55 persen point terakhir selama 5 tahun terakhir  Capaian IPM tahun 2024 sebesar 70,77 poin walau  LPE tahun 2024 mengalami pelambatan sebesar sudah berstatus capaian IPM “tinggi” tetapi masih 0,05 bila dibanding capaian tahun 2023 tetapi dibawah rata-rata capaian IPM Kab/Kota lainnya mengalami percepatan pertumbuhan sebesar atau berada di peringkat 22 dari 27 Kab/Kota di 7,36% selama kurun waktu 5 tahun Jawa Barat  Ketimpangan cenderung turun di tahun 2024  Tingkat kemiskinan tahun 2024 sebesar 10,49% sebesar 0,004 poin bila dibanding tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 0,03% dibanding  Selama 5 tahun terakhir jumlah penduduk terus tahun 2023 tetapi masih tergolong tinggi berada di bertambah setiap tahunnya, tetapi LPP bisa KOMPONEN INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup melalui pendekatan 3 (tiga) dimensi dasar Indikator USIA HARAPAN PENGELUARAN PER HARAPAN LAMA RATA-RATA LAMA HIDUP KAPITA YANG SEKOLAH (HLS) SEKOLAH (RLS) (UHH) DISESUAIKAN CAPAIAN IPM KABUPATEN BANDUNG BARAT 2020-2024 IndeksPembangunanManusia(IPM) Kab. BandungBarat Menurut Pertumbuhan KomponenTahun2020- 2024 KOMPONENIPM 2020 2021 2022 2023 2024 Tahunan 5Tahun 1. Umur Harapan Hidup (Tahun) 74,05 74,23 74,59 74,78 75,06 0,28 1,01 2. Harapan Lama Sekolah (Tahun) 11,87 11,88 11,89 11,91 12,00 0,09 0,13 3. Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 8,19 8,2 8,22 8,23 8,24 0,01 0,05 4. Pengeluaran Perkapita (Ribu Rupiah) 8,455 8,546 9,044 9,392 9,583 0,191 1,13 IPM 68,81 69,03 69,82 70,33 70,77 0,44 1,96 CAPAIAN IPM DAN PERKEMBANGANNYA DI JAWA BARAT 2020- 2024 CAPAIAN IPM TAHUN 2020-2025 PERTUMBUHAN IPM TAHUN 2024 PERTUMBUHAN IPM 5 TAHUNAN (2020-2025) IndeksPembangunan Manusia IPM Peningkatan Pertumbuhan IPM Peningkatan Pertumbuhan No Kab/Kota No Kab/Kota No Kab/Kota 2020 2021 2022 2023 2024 2023 2024 IPM (point) IPM (persen) 2020 2024 IPM (point) IPM (persen) 1 Kota Bandung 81,78 82,23 82,75 83,29 83,75 1 Cianjur 68,18 68,89 0,71 1,04 1 Tasikmalaya 67,22 69,98 2,76 4,11 2 Kota Bekasi 81,5 81,99 82,52 83,06 83,55 2 Garut 69,22 69,91 0,69 1,00 2 Garut 67,2 69,91 2,71 4,03 3 Kota Depok 81,14 81,54 82,02 82,53 83,05 3 Bekasi 76,13 76,80 0,67 0,88 3 Cirebon 69,61 72,30 2,69 3,86 4 Kota Cimahi 78,09 78,31 79,01 79,69 80,30 4 Subang 71,42 72,05 0,63 0,88 4 Indramayu 68,25 70,72 2,47 3,62 5 Kota Bogor 76,63 77,11 77,68 78,36 79,03 5 Kota Bogor 78,36 79,03 0,67 0,86 5 Kota Sukabumi 75,06 77,69 2,63 3,50 6 Kota Cirebon 75,91 76,26 76,89 77,45 78,09 6 Majalengka 70,76 71,37 0,61 0,86 6 Subang 69,66 72,05 2,39 3,43 7 Kota Sukabumi 75,06 75,44 76,24 77,16 77,69 7 Tasikmalaya 69,38 69,98 0,60 0,86 7 Karawang 71,56 73,82 2,26 3,16 8 Bekasi 74,47 74,84 75,6 76,13 76,80 8 Kota Cirebon 77,45 78,09 0,64 0,83 8 Majalengka 69,2 71,37 2,17 3,14 9 Kota Tasikmalaya 74,04 74,31 74,84 75,47 76,03 9 Bogor 73,02 73,63 0,61 0,84 9 Bekasi 74,47 76,80 2,33 3,13 10Kota Banjar 73,08 73,30 73,93 74,45 75,01 10Kuningan 70,99 71,56 0,57 0,80 10Kota Bogor 76,63 79,03 2,40 3,13 11Bandung 72,69 73,03 73,46 74,03 74,59 11Karawang 73,25 73,82 0,57 0,78 11Sukabumi 68,14 70,18 2,04 2,99 12Sumedang 72,48 72,64 73,53 74,02 74,57 12Kota Cimahi 79,69 80,30 0,61 0,77 12Ciamis 71,57 73,64 2,07 2,89 13Purwakarta 72,15 72,31 72,89 73,43 73,99 13Purwakarta 73,43 73,99 0,56 0,76 13Sumedang 72,48 74,57 2,09 2,88 14Karawang 71,56 71,84 72,64 73,25 73,82 14Indramayu 70,19 70,72 0,53 0,76 14Cianjur 66,96 68,89 1,93 2,88 15Ciamis 71,57 72,00 72,52 73,12 73,64 15Bandung 74,03 74,59 0,56 0,76 15Kota Cirebon 75,91 78,09 2,18 2,87 16Bogor 71,63 71,83 72,45 73,02 73,63 16Kota Banjar 74,45 75,01 0,56 0,75 16Bandung Barat 68,81 70,77 1,96 2,85 17Cirebon 69,61 69,99 70,92 71,81 72,30 17Kota Tasikmalaya 75,47 76,03 0,56 0,74 17Kota Cimahi 78,09 80,30 2,21 2,83 18Subang 69,66 69,84 70,54 71,42 72,05 18Sumedang 74,02 74,57 0,55 0,74 18Bogor 71,63 73,63 2,00 2,79 19Kuningan 69,66 69,99 70,44 70,99 71,56 19Ciamis 73,12 73,64 0,52 0,71 19Kuningan 69,66 71,56 1,90 2,73 20Majalengka 69,2 69,42 70,18 70,76 71,37 20Kota Sukabumi 77,16 77,69 0,53 0,69 20Kota Tasikmalaya 74,04 76,03 1,99 2,69 21Pangandaran 69,24 69,46 70,21 70,57 71,03 21Cirebon 71,81 72,30 0,49 0,68 21Kota Banjar 73,08 75,01 1,93 2,64 22Bandung Barat 68,81 69,03 69,82 70,33 70,77 22Sukabumi 69,71 70,18 0,47 0,67 22Bandung 72,69 74,59 1,90 2,61 23Indramayu 68,25 68,6 69,52 70,19 70,72 23Pangandaran 70,57 71,03 0,46 0,65 23Pangandaran 69,24 71,03 1,79 2,59 24Sukabumi 68,14 68,33 68,87 69,71 70,18 24Bandung Barat 70,33 70,77 0,44 0,63 24Purwakarta 72,15 73,99 1,84 2,55 25Tasikmalaya 67,22 67,43 68,45 69,38 69,98 25Kota Depok 82,53 83,05 0,52 0,63 25Kota Bekasi 81,5 83,55 2,05 2,52 26Garut 67,2 67,53 68,51 69,22 69,91 26Kota Bekasi 83,06 83,55 0,49 0,59 26Kota Bandung 81,78 83,75 1,97 2,41 27Cianjur 66,96 67,16 67,55 68,18 68,89 27Kota Bandung 83,29 83,75 0,46 0,55 27Kota Depok 81,14 83,05 1,91 2,35 Provinsi Jawa Barat 72,61 72,96 73,63 74,24 74,92 Provinsi Jawa Barat 74,24 74,92 0,68 0,92 Provinsi Jawa Barat 72,61 74,92 2,31 3,18 Nasional 72,81 73,16 73,77 74,39 75,02 Nasional 74,39 75,02 0,63 0,85 Nasional 72,81 75,02 2,21 3,04 CAPAIAN IPM DAN PERKEMBANGANNYA DI JAWA BARAT 2020- 2024 STATUS IPM DENGAN KRITERIA Sangat Tinggi : IPM ≥ 80 Tinggi : 70 ≤ IPM < 80 Sedang : 60 ≤ IPM < 70 Rendah : IPM < 60 SAMPAI DENGAN TAHUN 2024:  4 Kab/Kota – IPM Sangat Tinggi  20 Kab/Kota – IPM Tinggi  3 Kab/Kota – IPM Sedang SUDAH TIDAK TERDAPAT KAB/KOTA DENGAN NILAI IPM DENGAN KRITERIA “REBDAH” IPM MENURUT KOMPONENNYA DI JAWA BARAT TAHUN 2024 UHH HLS RLS Pengeluaran No Kab/Kota No Kab/Kota No Kab/Kota No Kab/Kota 2024 2024 2024 Per Kapita2024 1 Kota Bekasi 76,14 1 Ciamis 14,30 1 Kota Bekasi 11,79 1 Kota Bandung 18.795 2 Kota Bandung 75,83 2 Kota Bandung 14,25 2 Kota Depok 11,59 2 Kota Bekasi 16.775 3 Kota Depok 75,82 3 Kota Bekasi 14,14 3 Kota Cimahi 11,52 3 Kota Depok 16.640 4 Kota Bogor 75,80 4 Kota Depok 14,11 4 Kota Bandung 11,07 4 Kota Cimahi 13.278 5 Kota Cimahi 75,55 5 Kota Cimahi 13,85 5 Kota Bogor 10,71 5 Kota Bogor 13.154 6 Kota Cirebon 75,48 6 Kota Sukabumi 13,62 6 Kota Cirebon 10,53 6 Purwakarta 13.099 7 Bekasi 75,33 7 Kota Bogor 13,51 7 Kota Sukabumi 10,38 7 Karawang 12.942 8 Kota Tasikmalaya 75,31 8 Kota Tasikmalaya 13,50 8 Bekasi 9,76 8 Kota Cirebon 12.869 9 Sumedang 75,29 9 Kota Banjar 13,28 9 Kota Tasikmalaya 9,63 9 Bekasi 12.500 10 Ciamis 75,26 10 Bekasi 13,18 10 Bandung 9,15 10 Kota Sukabumi 12.252 11 Bandung 75,23 11 Kota Cirebon 13,17 11 Kota Banjar 8,83 11 Subang 11.894 12 Kuningan 75,22 12 Sumedang 13,02 12 Sumedang 8,74 12 Kota Banjar 11.811 13 Karawang 75,16 13 Bogor 12,75 13 Bogor 8,39 13 Sumedang 11.589 14 Pangandaran 75,11 14 Bandung 12,74 14 BandungBarat 8,24 14 Bogor 11.563 15 Kota Sukabumi 75,11 15 Tasikmalaya 12,64 15 Purwakarta 8,14 15 Cirebon 11.529 16 Subang 75,08 16 Cirebon 12,42 16 Ciamis 8,10 16 Kota Tasikmalaya 11.431 17 BandungBarat 75,06 17 Sukabumi 12,39 17 Pangandaran 8,10 17 Bandung 11.392 18 Kota Banjar 74,99 18 Indramayu 12,32 18 Karawang 8,05 18 Indramayu 11.010 19 Cirebon 74,98 19 Pangandaran 12,31 19 Tasikmalaya 7,97 19 Majalengka 10.842 20 Majalengka 74,98 20 Kuningan 12,27 20 Kuningan 7,90 20 Kuningan 10.418 21 Purwakarta 74,92 21 Majalengka 12,27 21 Garut 7,85 21 Ciamis 10.085 22 Bogor 74,90 22 Purwakarta 12,25 22 Cirebon 7,65 22 Sukabumi 9.815 23 Garut 74,87 23 Karawang 12,21 23 Majalengka 7,53 23 Pangandaran 9.654 24 Sukabumi 74,85 24 Garut 12,17 24 Subang 7,46 24 BandungBarat 9.583 25 Indramayu 74,82 25 Subang 12,11 25 Sukabumi 7,34 25 Garut 9.168 26 Cianjur 74,80 26 Cianjur 12,04 26 Cianjur 7,33 26 Cianjur 9.026 27 Tasikmalaya 74,06 27 BandungBarat 12,00 27 Indramayu 6,95 27 Tasikmalaya 8.965 Provinsi JawaBarat 75,16 Provinsi JawaBarat 12,80 Provinsi JawaBarat 8,87 Provinsi JawaBarat 12.157 Nasional 74,15 Nasional 13,21 Nasional 8,85 Nasional 12.341 DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA – STANDAR HIDUP LAYAK (PENGELUARAN PER KAPITA PER TAHUN YANG DISESUAIKAN)  Dimensi STANDAR HIDUP LAYAK merupakan representasi dari kesejahteraan, dimensi ini dicerminkan oleh indikator PENGELUARAN PER KAPITA (PPP) yang disesuaikan.  PPP menunjukkan tingkat daya beli masyarakat dan merupakan salah satu faktor yang digunakan untuk mengkaji status pembangunan manusia suatu daerah  Pengeluaran Per Kapita (PPP) yang disesuaikan adalah pengeluaran per kapita yang disesuaikan dengan: 1. Indeks Harga Konsumen (IHK), merupakan angka yang menggambarkan perubahan harga dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat 2. Penurunan Utilitas Marjinal, dengan menurunnya utilitas marjinal, kepuasan menurun seiring peningkatan konsumsi  Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (membandingkan tingkat harga barang dan jasa yang mewakili pola konsumsi di suatu daerah/negara  Dimensi standar hidup layak di Kab. Bandung Barat yang diukur berdasarkan rata-rata pengeluaran riil per kapita per CAPAIAN & PERKEMBANGAN PENGELUARAN RIIL PER KAPITA PER TAHUN YANG DISESUAIKAN KAB/KOTA DI JAWA BARAT PengeluaranRiil Pertumbuhan Per Kapita(Ribu) PengeluaranRiil Per Kapita Dalam konstelasi regional Jawa Barat, No Kab/Kota 2023 2024 Ribu Persen capaian pengeluaran riil per kapita 1 Garut 8.685 9.168 483 5,56 yang disesuaikan masih menunjukan 2 Majalengka 10.340 10.842 502 4,85 disparitas yang masih cukup tinggi 3 Tasikmalaya 8.562 8.965 403 4,71 4 Cianjur 8.626 9.026 400 4,64 antara kabupaten/kota di Jawa Barat, 5 Karawang 12.392 12.942 550 4,44 dengan capaian tertinggi adalah Kota 6 Sumedang 11.136 11.589 453 4,07 Bandung sebesar 18,795 juta rupiah 7 Kuningan 10.011 10.418 407 4,07 per tahun dan terendah adalah 8 Indramayu 10.580 11.010 430 4,06 9 Kota Banjar 11.356 11.811 455 4,01 Kabupaten Tasikmalaya sebesar 8,965 10 Kota Bogor 12.656 13.154 498 3,93 juta rupiah per tahun 11 Kota Sukabumi 11.799 12.252 453 3,84 12 Purwakarta 12.619 13.099 480 3,80 13 Bogor 11.153 11.563 410 3,68 14 Cirebon 11.128 11.529 401 3,60 15 Sukabumi 9.482 9.815 333 3,51 16 Ciamis 9.750 10.085 335 3,44 17 Bandung 11.018 11.392 374 3,39 18 Kota Tasikmalaya 11.063 11.431 368 3,33 19 Bekasi 12.123 12.500 377 3,11 20 Subang 11.537 11.894 357 3,09 21 Kota Bandung 18.236 18.795 559 3,07 22 Kota Cimahi 12.883 13.278 395 3,07 23 Kota Cirebon 12.506 12.869 363 2,90 24 Pangandaran 9.406 9.654 248 2,64 25 Kota Depok 16.279 16.640 361 2,22 26 BandungBarat 9.392 9.583 191 2,03 27 Kota Bekasi 16.479 16.775 296 1,80 Provinsi JawaBarat 11.695 12.157 462 3,95 Nasional 11.899 12.341 442 3,71 RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA PER BULAN MENURUT KOMODITAS MAKANAN DAN NON MAKANAN Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan Menurut Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan No Kelompok Pengeluaran per Kapita Kelompok Komoditas(Rupiah) Menurut Kelompok Komoditas(Persen) 2023 2022 2021 2020 2019 2023 2022 2021 2020 2019 1 Padi-Padian 74.060 73.993 72.939 65.736 73.940 6,55 6,39 7,66 6,52 6,69 2 Umbi-Umbian 8.658 9.888 8.002 6.249 6.296 0,77 0,85 0,84 0,62 0,57 3 Ikan 36.152 37.437 30.224 30.007 30.574 3,20 3,23 3,17 2,98 2,77 4 Daging 33.078 38.939 30.490 30.733 30.572 2,93 3,36 3,20 3,05 2,77 5 Telur Dan Susu 28.192 29.747 28.047 29.571 30.731 2,49 2,57 2,94 2,93 2,78 6 Sayur-Sayuran 40.470 42.453 33.329 33.830 33.285 3,58 3,66 3,50 3,36 3,01 7 Kacang-Kacangan 15.242 14.745 10.885 10.586 11.929 1,35 1,27 1,14 1,05 1,08 8 Buah-Buahan 29.770 30.266 21.246 23.182 26.272 2,63 2,61 2,23 2,30 2,38 9 Minyak Dan Kelapa 14.962 18.315 11.847 10.308 10.729 1,32 1,58 1,24 1,02 0,97 10 Bahan Minuman 21.707 24.124 21.884 21.658 21.029 1,92 2,08 2,30 2,15 1,90 11 Bumbu-Bumbuan 12.447 12.782 10.215 10.536 10.800 1,10 1,10 1,07 1,05 0,98 12 Bahan Makanan Lainnya 14.095 14.328 11.016 10.224 11.079 1,25 1,24 1,16 1,01 1,00 13 Makanan Minuman Jadi 181.296 175.918 146.009 164.606 189.380 16,04 15,19 15,33 16,33 17,13 14 Rokok Dan Tembakau 97.825 102.010 100.759 92.023 94.556 8,65 8,81 10,58 9,13 8,55 A Jumlah Makanan 607.954 624.945 536.892 539.249 581.172 53,78 53,95 56,36 53,50 52,58 15 Perumahan Dan Fasilitas Rumah Tangga 288.972 281.853 242.176 250.453 284.349 25,56 24,33 25,42 24,85 25,73 16 Aneka Barang Dan Jasa 114.582 137.441 78.235 90.509 106.030 10,14 11,86 8,21 8,98 9,59 17 Pakaian, Alas Kaki, Dan Tutup Kepala 31.188 27.310 25.171 30.491 29.703 2,76 2,36 2,64 3,03 2,69 18 Barang Tahan Lama 25.156 42.727 37.236 54.746 59.809 2,23 3,69 3,91 5,43 5,41 19 Pajak, Pungutan Dan Asuransi 36.884 32.672 20.337 21.659 21.749 3,26 2,82 2,13 2,15 1,97 20 Keperluan Pesta Dan Upacara/Kenduri 25.733 11.452 12.572 20.797 22.493 2,28 0,99 1,32 2,06 2,04 B Jumlah Non Makanan 522.515 533.455 415.727 468.655 524.133 46,22 46,05 43,64 46,50 47,42 A+B Jumlah 1.130.469 1.158.400 952.619 1.007.904 1.105.305 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 INFLASI DAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) KABUPATEN BANDUNG BARAT Kelompok Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Umum 0,06 0,31 0,39 0,11 -0,02 0,11 0,2 -0,13 -0,20 0,04 0,37 Makanan, Minuman Dan Tembakau -0,01 0,81 1 -0,42 -0,36 0,02 -0,05 -0,60 -0,59 0,24 0,84 Pakaian Dan Alas Kaki 0,01 0,02 - 2,35 -0,11 -0,24 0,1 0,07 -0,21 0,09 0,01 Perumahan, Air, Listrik, Dan Bahan Bakar 0,02 -0,02 -0,03 0,2 0,06 0,08 0,29 -0,3 -0,01 0,00 0,08 Rumah Tangga Perlengkapan, Peralatan Dan Pemeliharaan -0,01 0,06 0,02 0,15 0,1 0,26 0,65 0,41 0,04 0,09 0,02 Rutin Rumah Tangga Kesehatan 0,8 - - - 0,16 0,03 0,04 0,00 0,22 0,00 - Transportasi -0,29 - -0,01 - 0,15 -0,03 - 0,55 -0,53 -0,78 0,01 Informasi, Komunikasi, Dan Jasa Keuangan -0,5 -0,23 - -0,01 - - - -0,01 0,00 -0,14 - Rekreasi, Olahraga, Dan Budaya - - - 1,00 0,67 - - - -0,26 - - Pendidikan - - - - - - 2,04 0,08 0,72 - - Penyediaan Makanan & Minuman/Restoran 0,74 0,07 - 0,25 0,18 0,97 - 0,22 0,13 - 0,31 Perawatan Pribadi Dan Jasa Lainnya 0,28 0,08 0,07 1,14 1,03 0,03 0,8 0,48 0,62 0,29 0,21 IHKdanInflasi Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov IHK 106,39 106,72 107,14 107,26 107,24 107,36 107,57 107,43 107,22 107,26 107,66 Inflasi m-to-m 0,06 0,31 0,39 0,11 -0,02 0,11 0,20 -0,13 -0,20 0,04 0,37 Inflasi y-to-y 4,11 4,02 4,26 3,21 3,04 2,24 2,34 2,30 2,28 1,86 1,60  Kabupaten Bandung Barat bukan termasuk Kabupaten/Kota yang dihitung nilai inflasinya, mulai tahun 2024 Kabupaten Bandung merupakan rujukan inflasi KBB karena memiliki karekteristik ekonomi yang tidak jauh berbeda dan atau memiki kedekatan secara geografis  Sepanjang tahun 2024 (Jan-Nov), Kab. Bandung sebagai rujukan inflasi dan IHK Kabupaten Bandung Barat mengalami inflasi m-to m sebanyak 8 kali dan deflasi sebanyak 3 kali. Inlasi tertinggi terjadi pada bulan Maret 2024 sebesar 0,39 persen dan deflasi tertinggi terjadi pada bulan Sept 2024 sebesar -0,20 persen  Penyumbang inflasi tertinggi bulan Nov 2024 adalah mamin & tembakau sebesar 0,84% & Penyediaan ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2025 Untuk selanjutnya Harmonisasi Rantek RPJMD dalam menjabarkan Visi, Misi dan Program Prioritas Bupati/Wakil Bupati Terpilih ke dalam RPJMD Tahun 2025-2029 Sebagai Implementasi Sesuai dengan Arah Kebijakan RPJPD 2025-2045 Dokumen Rencana Tahap I (2025-2029) Pembangunan Daerah “Penguatan Fondasi Kesejahteraan Masyarakat” (RPD) Tahun 2024-2026 Tema Pembangunan Tahun 2025 “Peningkatan ekonomi dan pemenuhan pelayanan dasar melalui pengembangan SDM dan peningkatan Diselaraskan dengan infrastruktur” Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 Rencana Kerja “Akselerasi Pertumbuhan Pemerintah Daerah No Aspek Permasalahan Pembangunan Akar Permasalahan 1 Geografi Rawan Bencana  Kondisi topografi dan Struktur geologi yang kompleks menjadikan wilayah bandung Barat rawan terhadap bencana alam Masih Rendahnya Kualitas  IKLH yang masih rendah karena disebabkan oleh masih tingginya pencemaran Lingkungan Ketidakcukupan Ketersediaan dan  Perubahan iklim yang berdampak pada turunnya produksi pangan sehingga Ketahanan Pangan belum mencukupi kebutuhan masyarakat  stok cadangan pangan belum terpenuhi PERMASALAH 2 Demografi Masih tingginya Laju pertumbuhan penduduk Ketimpangan Komposisi penduduk  Laju pertambahan penduduk yang masih cukup tinggi disebabkan oleh masih tingginya angka migrasi dan tingkat kelahiran  rasio ketergantungan uisa non produktif cenderung meningkat AN usia produktif dan non produkti  Kompetensi angkatan kerja dan penduduk usia tua yang belum optimal dikarenakan tingkat pendidikan yang masih rendah PEMBANGUNA Masih rendanhnya Kualiatas SDM  Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang layanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas masih belum merata N  Masih perlu ditingkatkannya kualitas dan kuantitas tenaga pengajar dan tenaga kesehatan  Belum optimalnya peran keluarga dalam pembentukan karakter anak  Belum optimalnya pelayanan kesehatan terhadap ibu dan bayi No Aspek Permasalahan Pembangunan Akar Permasalahan 3 Kesejahteraaan Angak Kemiskinan Tinggi  Masih tingginya tingkat pengangguran, Ekonomi dan  Masih terbatasnya akses dan infrastruktur serta sektor-sektor ekonomi sosial  Perlindungan sosial belum optimal dan kurang tepat sasaran Tingkat Pengangguran Tinggi  Pertumbuhan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan permintaan pasar kerja, Tingkat pendidikan yang masih rendah  Perluasan akses dan kesempatan kerja belum optimal Daya beli masyarakat berkurang  Daya beli masyarakat miskin rentan terhadap inflasi barang dan jasa  Belum optimalnya stabilitas pasokan dan sistem rantai pasok barang kebutuhan pokok Ketimpangan pendapatan semakin  Infrastruktur perekonomian belum merata melebar  Ketimpangan akses dalam pemerataan pembangunan ekonomi Ketimpangan Gender masih tinggi  Ketimpangan gender masih tinggi  Masih rendahnya perlindungan perempuan.  Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan Masih rendahnya Kualitas keluarga  Belum optimalnya kualitas kesehatan dan ketahanan ekonomi keluarga  Masih adanya pernikahan dini Masih trendahnya kualitas  Kondisi lingkungan yang belum mendukung derajat kesehatan Kesehatan lingkungan  Masih rendahnya rumah tangga yang mengakses terhadap air minum dan sanitasi layak Lanjutan… PERMASALAHAN PEMBANGUNAN No Aspek Permasalahan Pembangunan Akar Permasalahan 4 Daya Saing Melambatnya pertumbuhan  Pertumbuhan ekonomi yang belum berkualitas dan rentan terhadap Daerah ekonomi guncangan eksternal  Tingginya ketergantungan pada sektor industri pengolahan  Peningkatan sector unggulan belum optimal Masih rendahnya Produktivitas dan  Produktivitas dan kualitas sektor-sektor perekonomian masih belum sebanding kualitas sektor perekonomian dengan potensinya  Terbatasnya kapasitas fiskal daerah Masih rendahnya Daya Saing  Kapasitas usaha, termasuk di dalamnya kapasitas teknologi dan akses IKM/UMKM pembiayaan IKM dan UMKM terbatas  Pembangunan pemuda di sektor ekonomi masih rendah,  Daya saing produk masih rendah, karena kurang memahami dan memanfaatkan teknologi. Masih rendahnya Daya Saing SDM  Masih kurangnya Kompetensi Tenaga Kerja  Belum berkembangnya pusat pendidikan dan inovasi  Masih lemahnya (link and match) antara lulusan pendidikan dengan dunia kerja Daya saing infrastruktur belum  Pemerataan dan kualitas infrastruktur belumoptimal merata  Aksebilitas ke pusat-pusat perekonomian dan pusat pertumbuhan belum merata  Pemenuhan infrastruktur dasar perumahan permukiman belum menjangkau keseluruhan masyarakat  Masih rendahnya kualitas dan kapasitas infrastruktur pengolahan limbah,  Belum memadainya sarana dan prasarana pengelolaan persampahan terpadu  Infrastruktur digital belum merata 5 Pelayanan Umum Penerapan reformasi birokrasi dan  Masih belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan yang berintegritas pelayanan public belum optimal  Birokrasi yang belum adaptif dan responsif terhadap perubahan, dinamika global, dan tuntutan masyarakat  belum optimalnya kolaborasi antara pemerintah dan swasta serta akademisi  Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik yang belum optimal  Belum optimalnya penyelenggaraan penguatan sistem inovasi daerah ISU Global ISU PROV. JAWA BARAT Isu Strategis 1. Demografi 1. Green dan Blue Economy serta Tahun 2025-2029 Pembangunan Inklusif 2. Persaingan SDM 2. Kualitas dan Daya Saing SDM 3. Penduduk Kelas Menengah 3. Kesenjangan Pembangunan dan 4. Ekonomi dan Perdagangan Infrastruktur Pelayanan Dasar - Internasioanal 4. Keberkelanjutan Daya Dukung dan - Daya Tampung Lingkungan ISU Pembangunan 5. Urbanisasi 5. Keberlanjutan Penataan Ruang 1. Berkelanjutan Kualitas SDM 6. Perubahan Iklim) 6. Kualitas Tata Kelola Pemerintahan 2. Pendidikan 7. Geopolitik dan Geoekonomi 3. Kemiskinan 8. Distrupsi Teknologi 4. Perekonomian 5. Ketahanan Pangan ISU NASIONAL ISU STRATEGIS KBB 6. Sumber Daya Air 1. Perpindahan Ibukota ke IKN 1. Kualitas dan Daya Saing Sumberdaya 7. Kebencanaan dan Perubahan Iklim Manusia 2. Demografi - 8. Pencemaran Lingkungan 2. Daya Saing Ekonomi yang 3. Green dan Blue Economy 9. Pengelolaan Sampah Berkelanjutan 4. Konektifitas dan Infrastruktur Dasar 10. Tata Kelola Pemerintahan 3. Kualitas Tata Kelola Pemerintahan, 5. Perubahan Iklim dan Ketahanan Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Bencana Publik 6. Daya Dukung dan Daya Tampung 4. Peningkatan Kapasitas Infrastruktur Lingkungan Wilayah Rekomendasi Rancangan Teknokratik RPJMD 2025- 2029 PROGRAM PRIORITAS yang dapat dilakukan Tahun 2025-2029 berdasarkan rangkaian kerja, arah kebijakan pembangunan daerah dan arah kebijakan Nasional dalam RPJMN 2025-2029, diantaranya :  Rekomendasi program 1. Peningkatan akses dan kualitas pendidikan; prioritas yang dapat 2. Peningkatan akses dan kualitas kesehatan dasar dan rujukan; dilakukan untuk 3. Peningkatan kualitas layanan perlindungan sosial; periode 2025-2029 “DAPAT 4. Peningkatan kebijakan yang inklusif bagi kelompok rentan. DITAMBAHKAN 5. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam; SESUAI DENGAN 6. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia bagi tenaga kerja; KONTEKS 7. Peningkatan kemudahan akses terhadap bantuan permodalan; PERWUJUDAN VISI DAN MISI CALON 8. Pengembangan kewirausahaan; KEPALA DAERAH” 9. Peningkatan kerja sama pemasaran produk UKM. 10.Penguatan inovasi dan digitalisasi pelayanan publik; 11.Kelembagaan yang efektif; 12.Peningkatan manajemen ASN melalui meritokrasi; 13.Peningkatan kualitas ASN; 14.Peningkatan kapasitas masyarakat untuk turut serta dalam penyelenggaraan pembangunan daerah; 15.Peningkatan ekosistem inovasi. Lanjutan… REKOMENDASI PROGRAM PRIORITAS TAHUN 2025-2029 16. Peningkatan ketenteraman dan ketertiban umum daerah; 17. Pengendalian ekonomi daerah; 18. Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). 19. Memperkuat peran keluarga dalam pembentukan karakter; 20. Memperkuat peran tenaga pendidik dalam pembentukan karakter berlandaskan agama dan budaya; 21. Peningkatan peran lembaga keagamaan dan sosial kemasyarakatan guna memperkuat kondusivitas sosial dan pelestarian kebudayaan; 22. Peningkatan pengarusutamaan gender, perlindungan anak dan penguatan kualitas keluarga; 23. Peningkatan pendampingan dan pembinaan kepemudaan dan keolahragaan. 24. Peningkatan penyediaan infrastruktur transportasi & logistik yang andal 25. Pengembangan infrastruktur esensial bagi upaya peningkatan produktivitas pertanian dan green tourism 26. Penyelesaian dokumen rencana tata ruang 27. Perluasan akses terhadap rumah layak huni; 28. Peningkatan akses layanan air minum dan sanitasi; 29. Penataan kawasan kumuh; 30. Pemerataan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah yang memenuhi standar. 31. Penguatan manajemen sumber daya air 32. Penguatan kelembagaan pengelolaan sampah 33. Manajemen bencana dan perubahan iklim 34. Pengelolaan lahan kritis dan degradasi lingkungan TEMA DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2025 Tema Pembangun an Tahun Arah Kebijakan Pembangunan KBB 1. Peningkatan akses dan kualitas 2025 pendidikan 2. Peningkatan layanan kesehatan 3. Pertumbuhan ekonomi sektor “Peningkat unggulan, pengembangan UMKM dan an ekonomi Koperasi berbasis inovasi dan 4. Pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis budaya lokal pemenuhan 5. Peningkatan produktivitas daerah dan pelayanan perlindungan social 6. Peningkatan kuantitas dan kualitas dasar infrastruktur pelayanan dasar dan melalui konektivitas wilayah 7. Pengelolaan kualitas lingkungan pengemban hidup dan kesiapsiagaan gan sdm penanggulangan resiko bencana dan 8. Peningkatan implementasi smart governance dengan memanfaatkan peningkata teknologi informasi dan komunikasi n 9. Stabilitas keamanan, ketentraman, ketertiban dan kehidupan sosial PRIORITAS PEMBANGUNAN TAHUN 2025 Prioritas Pembangunan Daerah Tahun 2025 1. Pemerataan akses dan kualitas Pendidikan; 2. Peningkatan akses dan kualitas layanan Kesehatan; 3. Pertumbuhan ekonomi dan investasi dengan melibatkan UMKM dan koperasi; 4. Pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis budaya local; 5. Perlindungan sosial dan mengurangi kesenjangan dengan kebijakan yang pro-poor, pro-job, pro growth; 6. Pemerataan pembangunan perkotaan dan pedesaan melalui penyediaan infrastruktur dasar dan konektivitas wilayah; 7. Pengelolaan lingkungan hidup dan peningkatan ketahanan daerah terhadap bencana; 8. Reformasi birokrasi dan transpormasi pemerintahan melalui Smart HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI TERKAIT KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT PADA TAHUN 2025 YAN AKAN BERPENGARUH TERHADAP DAYA BELI/PENGELUARAN 1 Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% mulai 1 Januari 2025 2 Kebijakan OPSEN atau pungutan tambahan pajak dari pemerintah daerah mulai berlaku 5 Januari 2025 3 Asuransi Third Party Liability (TPL) atau Asuransi Wajib Motor-Mobil 4 Iuran BPJS Kesehatan berpotensi naik di Tahun 2025 5 Cukai hasil tembakau (CHT) pada 2025 tidak akan naik. Namun, harga jual eceran (HJE) dipastikan akan tetap meningkat Pengendalian kategori konsumen untuk BBM jenis Pertalite dan Solar 6 Mengurangi Subsidi Elpiji direncanakan akan dialihkan menjadi (BLT) HATUR NUHUN Wasalamuaikum Wr. Wb 23

Use Quizgecko on...
Browser
Browser