Document Details

AmusingCornet

Uploaded by AmusingCornet

Universitas Pattimura

Bela Hulisenlan

Tags

opioid analgesics pharmacology medical medicine

Summary

This document is a presentation on opioid analgesics. It discusses different types of opioids, their receptors, effects on the central nervous system (CNS) and other body systems, indications, and adverse effects.

Full Transcript

BELA HULISELAN  Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium  Opium atau candu adalah getah Papaver Somniferum yang dikeringkan  Mengandung 20 jenis alkaloid, diantaranya Morfin, kodein, tebain dan papaverin  Yang termasuk go...

BELA HULISELAN  Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium  Opium atau candu adalah getah Papaver Somniferum yang dikeringkan  Mengandung 20 jenis alkaloid, diantaranya Morfin, kodein, tebain dan papaverin  Yang termasuk golongan opioid: - Alkaloid opium - Derivat semisintetik alkaloid opium - Senyawa sintetik dengan sifat farmakologi menyerupai morfin  Ada 3 jenis reseptor utama opioid, yaitu: μ, δ, κ (jenis reseptor yang berpasangan dengan protein G)  Reseptor μ memperantarai efek analgetik mirip morfin, euforia, depresi napas, miosis, berkurangnya motilitas saluran cerna - μ1 Analgesia supraspinal, pelepasan prolaktin, hipotermia, katalepsi - μ2 penurunan tidal volume dan bradikardi  Reseptor κ memperantarai analgetika seperti yang ditimbulkan pentazosin, sedasi, miosis, depresi napas tidak sekuat reseptor μ  Reseptor δ berhubungan dengan depresi napas (penurunan frekuensi napas)  Berdasarkan kerja pada reseptor, obat golongan opioid dibagi menjadi: 1. Agonis penuh (kuat) 2. Agonis parsial (agonis lemah sampai sedang) 3. Campuran agonis-antagonis 4. Antagonis  Agonis kuat hanya mempunyai efek agonis  Agonis parsial dapat menimbulkan efek agonis atau sebagai antagonis dengan menggeser agonis kuat dari ikatannya pada reseptor opioid, sehingga efeknya berkurang  Opioid yang merupakan campuran agonis dan antagonis adalah opioid yang memiliki efek agonis pada 1subtipe reseptor dan sebagai parsial agonis atau antagonis pada subtipe reseptor yang lain Berdasarkan rumus bangunnya, obat golongan opioid dibagi menjadi: 1. Derivat fenantren 2. Fenilheptilamin 3. Fenilpiperidin 4. Morfinan 5. Benzomorfan MORFIN DAN ALKALOID OPIUM  Mrp senyawa semisintetik dari alkaloid fenantren yang alamiah  Efek morfin pada SSP dan usus terutama ditimbulkan karena morfin bekerja sebagai agonis reseptor μ FARMAKODINAMIK 1. SSP a) Narkosis  Morfin dosis 5-10 mg: -Pasien yang menderita nyeri, sedih dan gelisah: euforia - Normal: disforia (kuatir, takut, mual muntah)  Kantuk, sukar konsentrasi, sukar berpikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, ketajaman penglihatan berkurang, letargi  Nyeri berkurang, lapar hilang, muntah  Dosis 15-20 mg cepat tertidur, nyenyak, disertai mimpi, napas lambat dan miosis b) Analgetik disebabkan OK kerja opioid pada reseptor μ, δ, κ yang berperan pada transmisi dan modulasi nyeri  Agonis opioid melalui reseptor μ, δ, κ pada ujung prasinaps afferen nosiseptor mengurangi pelepasan transmiter  Menghambat saraf yang mentransmisi nyeri di kornu dorsalis medula spinalis Analgesik kuat Analgesik opioid melalui medula spinalis μ agonis : inhibisi pasca sinaps reseptor μ di otak  Nosiseptor adalah saraf aferen primer untuk menerima dan menyalurkan rangsang nyeri  Ujung-ujung saraf bebas nosiseptor berfungsi sebagai reseptor yang peka terhadap rangsangan mekanik, suhu, listrik, kimiawi yang menimbulkan nyeri  Efek analgesik morfin dan opioid lain sangat selektif  Tidak disertai hilangnya fungsi sensorik lain (rasa raba, rasa getar,penglihatan dan pendengaran)  Nyeri tumpul berkesinambungan >>> nyeri tajam intermiten  Morfin dapat meredakan nyeri kolik renal atau kolik empedu, nyeri yang berasal dari organ dalam tubuh kita, integumen, sendi dan otot c) Eksitasi  Mual, muntah  Delirium dan konvulsi jarang terjadi d) Miosis  Morfin dan agonis opioid yang bekerja pada reseptor μ dan κ  Antidotumnya: atropin dan skopolamin  Morfin dosis terapi: daya akomodasi meningkat, TIO menurun (glaukoma, normal)  Keracunan morfin: Pin Point Pupils e) Depresi napas (efek langsung BO) - Pada dosis kecil, morfin sudah menyebabkan depresi napas tanpa menyebabkan tidur atau penurunan kesadaran - Morfin dan analgesik opioid lain berguna untuk menghambat refleks batuk  Depresi napas morfin >>> depresi refleks batuk  Depresi refleks batuk kodein >>> morfin  Pusat batuk : Medula Oblongata di Batang Otak  Obat yang menekan refleks batuk tanpa disertai depresi napas adalah naskopin f. Mual dan muntah  Stimulasi langsung pada Chemoreseptor Trigger Zone (CTZ) di MO  Apomorfin menstimulasi CTZ paling kuat  Efek emetik kodein, heroin, metildihidromorfinon < morfin  Derivat fenotiazin (antagonis dopamin) bekerja menghambat CTZ: klorpromazin, flifenazin, perfenazin, dipakai untuk mengatasi emetik krn morfin FK  Pemberian oral dengan dosis yang sama menghasilkan efek analgesik lebih kecil dibanding pemberian intravena  IV mula kerja semua alkaloid opioid sama cepat  SK kecepatan absopsi berbeda beda Indikasi 1. Analgesik untuk nyeri berat yang tidak dapat diobati dengan analgetik non opioid - Infark miokard - Neoplasma - Kolik renal/kolik empedu - Oklusi pembuluh darah perifer akut, pulmonal dan koroner - Perikarditis akut, pleuritis, pneumotoraks spontan - Nyeri pada trauma: luka bakar, fraktur, nyeri pasca bedah 2. Batuk  Menghambat refleks batuk, batuk tidak produktif  Telah ditinggalkan 3. Udem paru akut  Menghilangkan sesak napas akibat udem paru yang menyertai gagal jantung kiri 4. Anti diare  Efek langsung terhadap OP usus TOLERANSI, ADIKSI DAN ABUSE 1. Mrpk alasan untuk membatasi penggunaannya 2. Adiksi morfin menyangkut fenomena: - Habituasi Perubahan psikis emosional hingga ketagihan - Ketergantungan fisik Kebutuhan akan morfin karena faal dan biokimia tubuh tidak berfungsi lagi tanpa morfin - Toleransi Toleransi  Timbul terhadap efek depresi  Tidak untuk efek eksitasi, miosis, efek pada usus  Toleransi timbul setelah 2-3 minggu pemakaian  Kemungkinan toleransi lebih besar pada penggunaan dosis besar secara teratur  Toleransi silang dapat timbul antara morfin, dihidromorfinon,metapon, kodein dan heroin  Gejala putus obat atau abstinensi Menjelang saat dibutuhkannya morfin, rasa sakit, gelisah dan iritabel  Kemampuan adiksi tiap obat berbeda-beda  Heroin paling kuat adiksinya (euforia paling kuat, tanpa muntah dan konstipasi)  Kodein paling jarang adiksi, efek euforia sedikit sekali  Untuk adiksi kodein perlu dosis besar Sebelum adiksi, sdh ada efek samping  Peyalahgunaan opioid terutama utk agonis reseptor μ karena efek euforia nya  Heroin (putaw) hasil ekstraksi dari morfin  Metamfetamin (sabu-sabu): limbah ekstrak dari heroin yang diproses sedemikian rupa sehingga menjadi kristal lebih halus  Metamfetamin adalah golongan stimulan sistem saraf pusat Indikasi metamfetamin - ADHD (Attention Deficit Hyperactivyty Disorder) ditandai dengan perilaku hiperaktif dan impulsif, mudah terganggu dan sulit konsentrasi - Narkolepsi Gangguan tidur dimana penderita merasa kantuk yang berlebihan MK metamfetamin Meningkatkan jumlah neurotransmiter (dopamin, serotonin, dan NE) Aktivitas otak dan sistem peredaran darah meningkat - Kesadaran pengguna meningkat - Meningkatkan denyut jantung dan tek darah - Meningkatkan energi - Menurunkan napsu makan ANTAGONIS OPIOID Nalorfin  Antidotum keracunan morfin  Antagonis kompetitif  Menimbulkan gejala putus obat akut pada pencandu morfin, metadon, heroin  Menyebabkan disforia, shg jarang digunakan  Antagonis tanpa disforia Nalokson dan naltrekson  Antagonis kompetitif reseptor μ, κ, δ  Afinitas terhadap reseptor μ jauh lebih tinggi  Dosis besar memperlihatkan efek agonis tp tidak bermakna secarra klinis ANTAGONIS PARSIAL Pentazosin  Antagonis lemah pada reseptor μ  Agonis kuat pada reseptor κ  Tidak mengantagonis depresi napas oleh morfin  Pada SSP mirip dengan opioid yaitu menyebabkan analgesia, sedasi dan depresi napas  Analgesia krn efek pada reseptor κ karena analgesia nya berbeda dengan morfin  Analgesia timbul lebih dini dan hilang lebih cepat dari morfin  Toleransi dapat timbul pada efek analgesik pada pemberian berulang  Dapat pula terjadi ketergantungan fisik dan psikis, tetapi kemungkinan jauh lebih kecil  Diindikasikan untuk nyeri sedang  Untuk nyeri kuat, kurang efektif dibanding morfin  Efek disforia dapat diatasi dengan nalokson TRAMADOL  Analog kodein sintetik yang merupakan agonis reseptor μ lemah  Efek analgetik timbul krn inhibisi ambilan NE dan serotonin  Nyeri ringan- sedang = morfin  Nyeri berat lebih lemah  Depresi napas diatasi dengan nalokson ANTITUSIF NON OPIOID Naskopina  Alkoloid alam  Didapat dari candu  Pada dosis terapi tidak ada efek terhadap SSP kecuali sebagai antitusif  Penglepas histamin yg kuat sehingga dapat menyebabkan bronkokonstriksi danhipotensi sementara  Tidak menyebabkan habituasi dan adiksi

Use Quizgecko on...
Browser
Browser