Summary

This document provides information about Ali ibn Abi Talib, a significant figure in Islam, including his life, family, and contributions to Islamic history. The content details his early life and later roles.

Full Transcript

ALI BIN ABI THOLIB RA. ( 23 SH-40 H, 600-663 M = 63 th ) َ‫َِ ضْى َان ناَليَاَّهُوَاَلََّن ه‬ ِ ْ ‫اَاَلََرََْا ضََْ وُْْ نَِ نِّ نَِر ضْر نَِ نََِرَُْْ ن‬ َِ ‫...

ALI BIN ABI THOLIB RA. ( 23 SH-40 H, 600-663 M = 63 th ) َ‫َِ ضْى َان ناَليَاَّهُوَاَلََّن ه‬ ِ ْ ‫اَاَلََرََْا ضََْ وُْْ نَِ نِّ نَِر ضْر نَِ نََِرَُْْ ن‬ َِ ‫وض ض و‬ ‫ض يض‬ ‫ض‬ “ tidakkah engkau ridho kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di Sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku” (Rasulullah saw.) IDENTITAS  Nama aslinya Haidar = Singa, Rasulullah lebih suka memanggil ‘Ali (tinggi, mulia).  Ayah = Abu Tholib bin Abdul Mutholib bin Hasyim  Ibu = Fathimah binti Asad bin Hasyim  Ayah dan ibunya masih sepupu. Abu Tholib adalah paman Rasulullah saw. dari ayahnya, jadi ‘Ali ra. masih sepupu dengan Rasulullah saw. Ibunya adalah wanita Bani Hasyim yang pertama melahirkan seorang putra dari Bani Hasyim  Suku Quraisy, Bani Hasyim.  Lahir di Mekkah (23 SH - 40 H = 600-663 M). IDENTITAS  Fisiknya : berkulit sawo matang, pendek, berjenggot lebat, lebat bulu dada dan bahunya, tanpam, giginya bagus, dan ringan kakinya saat berjalan.  Dhirar bin Dhamrah Al Kinani menjelaskan, “Ali berpandangan jauh ke depan, sangat kuat, bijak, adil, takut akan dunia dan keindahannya, tenteram dengan malam dan kegelapannya, air mata deras mengalir, menyukai pakaian kasar, menyukai makanan yang keras…”.  Setelah masuk Islam, semangat mengikuti petunjuk Allah dan sunnah Rasulullah, berjuang dengan harta, raga dan jiwanya.  Saudaranya = Tholib, Aqil, Ja’far, Ummu Hani’, dan Jumanah  9 isteri dengan dengan 14 putra dan 17 putri. Para Isteri dan Anak 1. Fathimah, putri Rasulullah saw. yang dinikahi pada perang Badar (Hasan, Husain, Muhasin, Zainab, Ummu Kultsum) 2. Ummul Banin binti Hizam (Abbas, Ja’far, Abdullah, Utsman) 3. Laila binti Mas’ud (Ubaidillah, Abu Bakar) 4. Asma’ binti Umais Al Khats’amiyyah (Yahya, Muhammad) 5. Ummu Habib binti Rabi’ah (Umar, Ruqoyyah) 6. Ummu Sa’id binti Urwah (Ummu Hasan, Ramlah Al Kubro) 7. Binti Umru’ Al Qais bin Adi (seorang putri) 8. Umamah binti Abi Ash, puteri Zainab binti Rasulullah saw. (Muhammad Al Ausath) 9. Khaulah binti Ja’far (Muhammad Al Hanifiyah) Ketika wafat meninggalkan 4 isteri, 19 budak wanita, 14 putera dan 17 puteri PROSES MASUK ISLAM  Paceklik (Kemiskinan) dan kelaparan menimpa penduduk Mekkah.  Rasulullah saw. mengambilnya (Ali berusia sekitar 6 th), menanggung kebutuhannya, dan mendidiknya dengan bimbingan wahyu Ilahi Rabbi.  Masuk Islam pertama kali, berusia 10 th.  ‘Ali ra. cebderung menyembunyikan keIslamannya karena takut pada ayahnya (pembesar kaum kafir Quraisy), namun pada akhirnya ayahnya memberikan kebebasan untuk mengikuti agama Muhammad saw. walaupun dirinya tidak mengikutinya sampai wafat.  Berdakwah, hijrah, dan berjuang di Jalan Allah bersama Nabi dan kaum muslimin. JULUKAN gelar Abu Hasan. Abu Turab = bapaknya tanah. Rasulullah mengatakan, “ ‫س ايِ اَََب‬ ِ‫اِجل‬ ْ ْ ‫”تَُراب‬. Assabiquunal Awwalun (pemuda pertama) Amirul Mukminin (dari para sahabat) Khulafaur Rosyidien (dari Rasulullah) SIFAT DAN BUKTI ❑ menggantikan tidur Rasulullah saw ketika beliau dikepung dan akan dibunuh oleh orang kafir Quraisy dalam peristiwa hijrah ke BERANI Madinah. ❑ Berduel dengan Syaibah bin Rabiah dan berhasil mengalahkannya pada perang Badar. ❑ Berduel dengan ‘Amr bin ‘Abdi Wudd Al ‘Amiri (pemimpin pasukan kafir pada perang Khandak), Ali ra. membelah dengan pedang Zulfikarnya. ❑ Rasulullah saw. mendapuk sebagai komandan pada perang Khaibar, dan memenangkannya (membunuh Harits dan Marhab, kakak adik panglima Yahudi), padahal waktu itu sedang sakit mata, Rasulullah meludahi dan mendoakan sehingga sembuh. ❑ dikenal sebagai Babul ‘Ilmi (pintunya ilmu) ❑ Ahli fiqih, menjadi hakim (memutuskan perkara), dan tempat bertanya para sahabat (termasuk Abu Bakar, CERDAS Umar dan Utsman), Umar mengatakan, “kalau bukan ‘Ali, niscaya Umar celaka”. Rasulullah saw mengutus ke Yaman sebagai hakim padahal usianya sangat muda. Nasehat ….. Manusia dibagi menjadi 3; 1. Hendaklah berharap 1) ‘Ulama Rabbani hanya kepada Rabbnya 2) Muta’allim (pencari ilmu) 2. Takut akan dosa 3. Tidak malu bertanya 3) Orang awam (bodoh dan 4. Tidak malu berkata, tidak punya pendirian) “saya tidak tahu”. 5. Sabar, tidak ada iman bagi yang tidak sabar. Ilmu lebih baik dari harta; Cerdas 1) Ilmu menjagamu, sedangkan kamu menjaga harta 2) Ilmu bertambah dengan diamalkan, sedangkan harta akan habis jika dibelanjakan. 3) Ilmu mendatangkan harta, sedangkan harta belum tentu mendatangkan ilmu SIFAT DAN BUKTI ❑Waktu melakukan haji dan umroh secara Mengikuti Sunnah tamattu’ (bersamaan), dilarang Utsman. Ali berkata, “aku tidak akan meninggalkan sunnah Rasulullah saw karena ucapan seseorang”. Ittiba’ ❑Ali berkata, “seandainya agama itu dengan akal niscaya bagian bawah khuf lebih patut untuk diusap daripada bagian atasnya, akan tetapi aku telah melihat Rasulullah saw. mengusap bagian atasnya”. ❑Mempunyai 100.000 habis Dermawan Amanah disedekahkan bahkan ketika wafat mempunyai hutang 70.000 ❑Seluruh harta Baitul Mal dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya sampai tak tersisa. SIFAT DAN BUKTI “Wahai dunia, wahai dunia, engkau telah menggodaku atau engkau telah rindu kepadaku? Manjauhlah! Menjauhlah! Godalah orang lain. Aku telah mentalakmu dengan talak tiga yang tidak menyisakan peluang untuk rujuk. Umurmu Sederhana pendek, kehidupanmu hina, bahayamu besar, aku khawatir Zuhud terhadap minimnya bekal, jauhnya perjalanan, dan jalan yang mengerikan”. Seluruh harta di Baitul dibagikan ke orang yang berhak menerimanya sampai kosong, disiram air, kemudian beliau sholat sunnah dua rekaat. Menolak, berlari dari istana dengan mengatakan, “istana kesombongan! Aku tidak akan tinggal di sana selamanya”. Umar bin Abdul Aziz mengatakan “orang yang paling zuhud terhadap dunia adalah Ali bin Abi Tholib”. KEUTAMAAN = KEISTIMEWAAN َ ‫َِ ضَْى‬ ْ ‫ااَلََرََْا ضََْ وُْْ نَِ نِّ نََِر ضْر نَِ نََِرُْْ ن‬ َِ ‫وض ض و‬ ‫ض يض‬ ‫ض‬ َ‫ان ناَليَاَّهُوَاَلََّن ه‬ ِ Mata sakit, diludahi Rasulullah “ tidakkah engkau ridho kedudukanmu di dan dido’akan sehingga sembuh, sisiku seperti kedudukan Harun di Sisi kemudian diangkat menjadi Musa, hanya saja tidak ada nabi komandan perang Khaibar. setelahku” (HR. Bukhori Muslim) Do’a Rasulullah ketika diutus menjadi Hakim di Yaman Termasuk 10 sahabat yang dijamin masuk Bagian dari keluarga surga (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Rasulullah saw. (Ahlul Bait) Tholhah, Zubair, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqosh, Sa’id bin Zaid, dan Abu Ubaidah bin Jarah) Ba’iat Ali bin Abi Tholib Para sahabat telah mengakui atau memba’iat Ali ra. sebagai kholifah kecuali Mu’awiyah bin Abu Sufyan selaku gubernur Syam. Ali ra. meminta Mu’awiyah datang ke Madinah untuk memba’iatnya, kemudian baru mengatasi para pemberontak itu. Mu’awiyah mau membai’at Ali ra. (datang ke Madinah) asalkan para pemberontak pembunuh Utsman ra. diadili terlebih dahulu, bisa juga karena kekhawatirannya terhadap pasukan Romawi Perang Jamal (Ali bin Tholib ra. VS Aisyah ra) Ketika Utsman ra. terbunuh, Aisyah bersama Tholhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam ra (awalnya izin kepada Ali untuk Umrah) sedang dalam perjalanan menuju Madinah dari Mekkah, sangat marah karena mendengar kabar Utsman ra. terbunuh dan Ali ra. diba’iat, sehingga tidak jadi ke Madinah melainkan ke Bashrah. Ali ra. ke Rabadzah untuk menghalanginya, namun sudah jauh meninggalkannya. Mereka meminta Ali ra. datang ke Bashrah untuk mengadakan perdamaian. Namun Abdullah bin Saba’ memperkeruh suasana dan menyebarkan fitnah, sehingga terjadi perang jamal. Tholhah ra. dipanah para penyulut fitnah, sementara Zubair ra. dibunuh oleh ‘Amr bin Jurmuz (pembunuh Utsman). Perang Jamal (Ali bin Tholib ra. VS Aisyah ra) Aisyah ra. menghentikan peperangan, mengutus Ka’ab bin Sur untuk berkeliling dengan membawa Mushaf Al Qur’an seraya menyeru kaum muslimin damai dan kembali kepada Kitabullah, namun dibunuh dipanah oleh pengikut Abdullah bin Saba’ dan dibunuhnya. Bashrah betul-betul kacau balau dan sangat pelik, dan menjadi jelaslah para pembunuh Utsman itu. Aisyah dan Ali berdo’a, “Ya Allah, laknatilah para pembunuh Utsman dan pengikut-pengikut mereka”. Abdullah bin Saba’ memprovokasi pengikutnya dan menyuruh untuk membunuh Aisyah. Ali ra. menyelamatnya dengan mengatakan kepada pengikutnya, “panahlah unta Aisyah, dan setelah Unta itu jatuh, berjaga-jagalah kalian di sekelilingnya, jangan biarkan seorangpun menjangkaunya”. Ali ra. dan 40 sahabat mengantarkan Aisyah ke Madinah. Perang Jamal (Ali bin Tholib ra. VS Aisyah ra) Sejarah mencatat perang ini terjadi tahun 36 H. Disebutkan 10.000 orang muslim wafat (separuh dari pasukan Ali ra. dan separuh dari pasukan Aisyah, ada yang mengatakan 5.000 dari pasukan Ali dan 13.000 dari pasukan Aisyah) Ini perang saudara yang memalukan dan sangat pelik, sungguh fitnah yang kejam, dan lakanatullah menimpah pada penyulutnya, Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya. Semoga ini tidak menimpah kepada kita yang kedua kalinya. Perang Shiffin Ali ra. menguasai Irak, Mesir, Yaman, Bahrain, Amman, Yamamah, Persia, Khurasan, dan Hijaz. Sedangkan Mu’awiyah menguasai sekitar wilayah Syam. Mu’awiyah tetap tidak mau memba’iat Ali ra., padahal Ali ra. sudah mengajak damai dan kembali kepada Kitabullah. Sehingga perangpun terjadi yang disebut perang Shiffin. Perang ini terjadi pada bulan Syawal 36 H. Ali ra. membawa 90.000 prajurit ke Syam, demikian pula Mu’awiyah dengan jumlah yang sama. Keduanya bertemu di Shiffin. Puncaknya pada bulan Muharram 37 H. terjadi perdamaian Perang Shiffin Perdamaian tidak berhasil, bahkan Ammar bin Yasir ra. dibunuh oleh Mu’awiyah, sehingga perang semakin menjadi. Ketika kemenangan hampir di pihak Ali, Mu’awiyah menyeru Ali untuk kembali kepada Allah dengan mengangkat Mushaf Al Qur’an. Ali mengatakan, “celakalah kalian, aku lebih mengetahui apa yang terkandung dalam Kitabullah. Demi Allah, kalian mengangkatnya hanya karena takut kepadaku”. Para pembunuh Utsman membatalkan bai’at kepada Ali, dan menyulut lagi perpecahan dengan menyuruh Ali untuk berdamai mengikuti Mu’awiyah dan mengancam membunuh Ali seperti yang terjadi pada Utsman. Perang Shiffin Jalan tahkim (kembali kepada Al Qur’an) dilakukan. Ali meminta Abdullah bin Abbas sebagai wakilnya namun ditolak, demikian pula Al Asytar An Nakha’I, mereka meminta untuk menjadikan Abu Musa Al Asy’ari sebagai wakil tahkim. sedangkan Mu’awiyah memilih ‘Amru bin ‘Ash sebagai wakilnya. Dalam perundingan tahkim itu disepakati; kembali kepada Al Qur’an, kalau tidak mendapatkan solusi, kembali kepada As Sunnah. Keduanya berhenti berperang dan menjamin keamanan diri mereka, keluarga, dan harta mereka. Kedua wakil dipersilahkan untuk memilih saksi (untuk menyaksikan perjanjian tertulis). 110.000 kaum muslimin gugur (90.000 dari Mu’awiyah, dan 20.000 dari Ali. 25 sahabat yang ikut pada perang Badar ikut gugur. Kebijakan Pemerintahan  Mengangkat para Amir di daerah (Ubaidullah bin Abbas di Yaman, Utsman bin Hunaif di Bashrah, Umarah bin Syihab di Kufah, Qais bin Sa’ad di Mesir, Sahal bin Hunaif di Syam menggantikan Mu’awiyah)  Tidak segera menindak para pemberontak yang membunuh Utsman, karena mereka memiliki kekuatan yang besar dan mendominasi politik saat itu, menunggu waktu yang tepat.  Dakwahnya terfokus meredam fitnah dan para pembangkang. Tidak ada perluasan wilayah seperti 3 kholifah sebelumnya.  Berdamai dengan Aisyah (terjadi perang Jamal), dengan Mu’awiyah (perang Shiffin).  Memerangi khawarij (perang Nahrawan), dan kaum Syiah radikal yang mengakui bahwa ada sifat ketuhanan pada Ali (menuhankan Ali). Akhir Hayat Ali bin Abi Tholib ra Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya keluar dari barisan Ali, dan tidak mau menta’ati lagi, dikarenakan Ali mau bertahkim, padahal mereka sendiri yang pertama menyerukan itu kepada Ali, sementara Ali awalnya tidak mau. Sungguh pengecut Abdullah bin Saba’ itu, mereka ini disebut Khawarij (kelompok yang keluar dari Ali). Dari permasalahan ini akan menyebabkan munculnya berbagai golongan; khawarij, syiah, dll. Rencana pembuhuhan; Barak bin Abdillah membunuh Mu’awiyah, ‘Amr bin Bakar At Tamimi membunuh ‘Amru bin ‘Ash, dan Abdurrahman bin Muljam membunuh Ali. Ali ra dibunuh ketika sedang sholat Shubuh, pada hari Jum’at, 15 Ramadhan 40 H. Ibnu Muljam menghantamkan pedangnya ke ubun-ubun Ali sambil berkata, “hukum itu milik Allah, bukan milikmu juga bukan milik kawan-kawanmu”. Akhir Hayat Ali bin Abi Tholib ra Ketika Ali mengetahui yang membunuhnya adalah Ibnu Muljam, maka beliau menggelengkan kepala dengan menyesal sambil berkata, “apakah engkau pelakunya? Padahal selama ini aku telah berbuat baik kepadamu”. Ali kemudian memanggil keluarganya dan berkata, “perlakukan dia dengan baik, sikapilah ia dengan mulia. Jika aku hidup aku lebih berhak atasnya dengan qishas atau maaf. Jika aku mati, susulkanlah dia denganku. Aku akan memperkarakannya di sisi Rab seluruh alam. Jangan pernah membunuh siapa pun selainnya demi aku karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampui batas”. AKHIR HAYAT  Dua puteranya (Hasan dan Husain) memandikan, kemudian Hasan mensholatinya.  Tempat pemakaman beliau diperselisihkan, yang kuat adalah dimakamkan di Darul Imarah di Kufah, karena khawatir orang khawarij akan membongkarnya.  Menurut Syiah Rafidhah, dimakamkan di tempat suci Najaf, padahal itu makam Al Mughirah bin Syu’bah.  Kekholifahannya digantikan oleh Hasan bin Ali, namun tak lama beliau menyerahkan kekholifahannya ke Mu’awiyah untuk perdamaian dan persatuan kaum Muslimin. HIKMAH Semangat mencari ilmu dan beramal dengannya. Setelah Rasulullah wafat, banyak perselisihan sampai hari kiamat. Beruntunglah orang yang kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah, para sahabat, dan mengikuti ‘Ulama’ yang baik.

Use Quizgecko on...
Browser
Browser