Patofisiologi Disfungsi Bowel Neurogenik PDF

Summary

Dokumen ini berisi tentang patofisiologi disfungsi bowel neurogenik, yang dibahas secara rinci. Dokumen ini mencakup diagnosis, gejala, dan pemeriksaan fisik yang terkait dengan masalah ini. Selain itu, dokumen ini menyoroti berbagai penyebab masalah kesehatan yang berhubungan dengan bowel, menawarkan ringkasan komprehensif yang bermanfaat bagi studi kedokteran.

Full Transcript

PATOFISIOLOGI DISFUNGSI BOWEL NEUROGENIK UPPER MOTOR NEUROGENIC BOWEL - Distruksi SSP di atas conus medula spinalis - Hilangnya kontrol kesadaran atas defekasi - Hilangnya kontrol kesadaran atas EAS - Hipertonik/ normal EAS dg anorektal dissinergia - Reflek anokutaneus, bulbokavernosus utuh LOWE...

PATOFISIOLOGI DISFUNGSI BOWEL NEUROGENIK UPPER MOTOR NEUROGENIC BOWEL - Distruksi SSP di atas conus medula spinalis - Hilangnya kontrol kesadaran atas defekasi - Hilangnya kontrol kesadaran atas EAS - Hipertonik/ normal EAS dg anorektal dissinergia - Reflek anokutaneus, bulbokavernosus utuh LOWER MOTOR NEUROGENIC BOWEL - Cedera pada conus medularis, sacral nerve root, rusaknya saraf somatis sfingter anal, dg atau tanpa defisit simpatis & parasimpatis - Hilangnya kontrol kesadaran atas defekasi - Hilangnya kontrol kesadaran atas EAS - Lemah/ hilang tonus EAS - Hilangnya sacral reflek termasuk reflek anokutaneus & bulbokavernosus - Hilangnya reflek defekasi - Atrofi otot dasar panggul KLASIFIKASI BERDASARKAN FAKTOR-2 KAUSATIF Kegagalan utk menyimpan Kegagalan utk mengeluarkan A. Kegagalan untuk menyimpan 1. Penyebab-penyebab neurogenik a. Lesi UMN/ kortikal b. Lesi LMN 2. Penyebab-penyebab non neurogenik a. Penyakit-penyakit medis: GE & penyakit bowel b. Faktor-faktor makanan c. Obat-obatan yg menyebabkan diare d. Penyebab-penyebab lainnya B. Kegagalan untuk mengeluarkan 1. Penyebab-penyebab neurogenik a. Lesi UMN/ kortikal b. Lesi LMN 2. Penyebab non neurogenik a. Penyakit-penyakit medis: penyebab metabolik, endokrin, large intestinal; gangguan-gangguan lainnya b. Faktor-faktor makanan c. Obat-obatan yg menyebabkan konstipasi d. Penyebab-penyebab lainnya DIAGNOSIS A. Anamnesis: - Keluhan Utama - Riwayat: 1. Riwayat penyakit a. fungsi usus saat ini & premorbid b. gejala-gejala yg diasosiasikan 2. Riwayat medis terdahulu: pola BAB sebelum sakit 3. Riwayat obat-obatan 4. Riwayat diet (asupan cairan & diet) 5. Riwayat pribadi B. Pemeriksaan Fisik 1. Sistim muskuloskeletal: gait, waktu yg dibutuhkan utk perubahan posisi & ambulasi, menggunakan alat bantu & kemampuan utk melepas pakaian sbg persiapan utk toileting. 2. Pemeriksaan abdomen (palpasi transabdominal utk mendeteksi feses yg keras dlm colon) Pasien harus melakukan manuver valsalva ketika pemeriksa mengobservasi anus & perineum utk melihat pe↓an yang berlebihan. 3. a. Inspeksi anus: kontur anus, atrofi otot b. Palpasi / pemeriksaan digital anus & rektum  colok dubur c. Pemeriksaan refleks: anokutaneus, bulbokavernosus d. Uji-uji Diagnostik A. Pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium B. Pemeriksaan-pemeriksaan morfologis a. Endoskopi b. Radiologi c. Biopsi Pemeriksaan reflek Stimulasi dg alat yg runcing pd kulit perianal, normalnya mengakibatkan reflek kontraksi sfingter anal yg terlihat dari luar. Reflek anokutaneus yg diperantarai oleh hemmorhoidal inferior dr nervus pudendal (S2-S5). Hal ini dapat dicek dg menyentakkan rambut perianal/ dg alat yg bertepi tajam kmdn digoreskan pd kulit perianal. Reflek bulbokavernosus diperiksa dg meremas gland penis/ mengetuk klitoris dimana akan didapati kontraksi sfingter anal. Pemeriksaan colok dubur Dg memakai sarung tangan yg telah diberi pelumas, jari pemeriksa hrs dimasukkan ke dlm anus smp tdk dirasakan lagi tekanan pd ujung jari. Kmdn tonus & kekuatan meremas di bwh kendali kesadaran dari EAS & tonus dari IAS harus dinilai. Panjang anus, ketika tekanan dirasakan me↓ diberi tanda sbg anorektal junction. Tidak terabanya tonjolan/ dorongan, memberi kesan adanya disfungsi/ atrofi otot puborektal. Pemendekan panjang dr daerah tekanan anal menunjukkan atrofi otot EAS. NORMAL UMNB LMNB Disfungsi bowel Defekasi dan aktifitas colon Konstipasi kronik yang Kostipasi kronik normal membandel Impaksi fekal maksimal pada rektum Impaksi fekal Reflek defekasi+/- inkontinensia Waktu transit 12-48 jam Diperpanjang > 72 jam Diperpanjang > 6 hari, terutama colon (caecum ke anus) kiri Gerak colon saat istirahat GMC kurang lebih 4 per 24 jam Frekuensi GMC mungkin GMC menurun menurun Respon terhadap stimulus GMC dipermudah dengan Sedikit GMC dipermudah Sedikit GMC dipermudah dengan defekasi, latihan, dan dengan defekasi, latihan, atau defekasi, latihan, atau pencernaan pencernaan makanan pencernaan makanan makanan NORMAL UMNB LMNB Tekanan sfingter anal (mmHg) Tonus istirahat >30 >30 Turun Meremas atas kemauan >30 ( diatas 1800 ) Tidak ada Tidak ada Compliance rektal normal Normal tapi compliance sigmoid Rektum terdilatasi, Peningkatan turun volume distensi, peningkatan compliance Rektal Balon Distensi Efek pada Sfingter Ani Internus Normal RectoAnal (RA) Normal RA inhibitory reflek Normal RA inhibitory reflek (IAS) inhibitory reflek Efek pada Sfingter Ani Eksternus Menyebabkan kontraksi Normal RA inhibitory reflek Tidak ada kontraksi (EAS) Ambang permulaan persepsi Volume 50mmHg) Ada Tidak ada NORMAL UMNB LMNB Reflek defekasi Ada Ada Lemah Sensasi perianal Normal Tidak ada persepsi sensorik Hilangnya sensasi perianal dan (Cutaeous sensation-touch, pantat sehubungan dengan pinprick) cedera saraf sakral Reflek anokutaneus (anal Ada Ada, mungkin meningkat Tidak ada sehubungan dengan wink) cedera aferen/eferen jalur sakral Reflek bulbocavernosus Ada Ada, Mungkin meningkat Tidak ada Penampilan anal Normal Normal Menjadi datar, gambaran kulit kerang, sehubungan dengan hilangnya dorongan sfingter anal eksterna GOAL dari MANAGEMEN BOWEL Eliminasi lebih efektif dan dapat memperkirakan waktunya Mengurangi problem evakuasi dan keluhan gastrointestinal 37 BOWEL PROGRAM Intervensi rehabilitasi yang tertuju pada rencana manajemen total fungsi bowel (bowel program) dan untuk membantu defekasi (assisted defecation) (bowel care) 38 Bowel program Timing and frequency of bowel care at least once every 2 days at the same time of day 30 minutes after meal – gastrocolic response Diet and fluid management  > 15 gr fiber  40 ml/kgBW + 500 lml Activity level: transfer, berjalan, penguatan otot perut Rectal stimulation Oral medication: obat peristalltik, laksatif, pemadat feces 39 Bowel care untuk UMN Bowel 40 Bowel care untuk LMN Bowel 41 Komplikasi-komplikasi A. Fecal Impaction B. Hemorhoid C. Prolaps rektal D. Perdarahan rektal E. Bloating & abdominal distention HASIL PENGELOLAAN - Pe↓an kejadian inkontinensia - Pe↓an komplikasi - Pasien dapat kembali ke masyarakat STRUCTURE TERIMA KASIH