2022.Buku Panduan Mus Satriamandala-compressed.pdf

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Transcript

BUKU PANDUAN BUKU...

BUKU PANDUAN BUKU PANDUAN Museum MUSEUM SATRIAMANDALA PUSAT SEJARAH TNI sejarah-tni.mil.id Pusjarah TNI (New) pusjarahtni INFORMASI LENGKAP PUSJARAH TNI 2022 TENTARA NASIONAL INDONESIA PUSAT SEJARAH SAMBUTAN KEPALA PUSAT SEJARAH TNI Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga buku panduan Museum Satriamandala ini dapat diterbitkan. Museum Satriamandala merupakan salah satu bagian dari Pusjarah TNI yang secara khusus menyajikan sejarah perjuangan TNI mulai dari tahun 1945 sampai sekarang. Dengan melihat isi Museum Satriamandala, masyarakat dapat mengetahui secara kronologis perjuangan TNI dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Sepanjang pengabdiannya kepada bangsa dan negara, TNI telah menghadapi berbagai permasalahan yang merongrong kewibawaan pemerintah. Tidak terhitung jumlah korban TNI yang gugur sebagai kusuma bangsa, baik dalam perjuangan melawan Belanda, Jepang, dan Inggris maupun perjuangan menumpas pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang ingin mendirikan negara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan memahami sejarah perjuangan TNI yang secara ringkas dibuat dalam buku panduan ini, masyarakat diingatkan kembali bahwa TNI telah berbuat banyak demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Besarnya pengorbanan rakyat dan TNI dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia diharapkan mampu membangkitkan rasa cinta tanah air dan patriotisme di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda, agar senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala iii Semoga Buku Panduan Museum Satriamandala ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pengunjung dalam menggali nilai-nilai kejuangan TNI bersama rakyat mempertahankan ideologi Pancasila dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta, 15 November 2022 Kepala Pusat Sejarah TNI, Rusmili, S.I.P., M.Si. Brigadir Jenderal TNI iv Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 6 Oktober 1945) Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala vi 20 Juni - 5 Juli 1966) Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala vii PENERANGAN UMUM 1. LOKASI Museum Satriamandala terletak di Jl. Gatot Subroto 14 Jakarta Selatan, Kode Pos 12710. 2. JAM BUKA Museum Satriamandala buka setiap hari mulai pukul 08.00-21.00 WIB kecuali Hari Raya Besar Keagamaan dan situasional tertentu menurut pengumuman dari pihak pengelola museum. Setiap HUT TNI 5 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November, bebas biaya/karcis masuk. 3. KARCIS MASUK Selembar karcis berlaku untuk seluruh kawasan museum termasuk 2 museum, yaitu museum Satriamandala dan Museum Waspada Purbawisesa, yang berada dalam satu kompleks. 4. KANTOR MUSEUM Ruang kantor terletak di sayap kiri gedung utama. 5. PENERANGAN (INFORMASI) Bagian penerangan terletak di Ruang Informasi Terpadu di depan Ruang Panji Museum Satriamandala. 6. PRAMUWIDYA (PEMANDU) Pengunjung rombongan maupun perorangan yang membutuhkan pramuwidya/pemandu dapat menghubungi staf Seksi Bimbingan dan Informasi Museum Satriamandala. 7. PARKIR KENDARAAN Kendaraan pengunjung parkir di tempat/lokasi yang telah ditentukan. 8. ISI MUSEUM Museum Satriamandala menyajikan a. Peristiwa sejarah perjuangan TNI dalam mempertahankan dan mengisi kemersdekaan Indonesia b. Penyajiannya dalam bentuk diorama dan benda-benda sejarah. 9. PENITIPAN BARANG Barang-barang bawaan pengunjung agar dititipkan di tempat penitipan barang / Ruang Informasi kecuali uang, perhiasan, dan benda-benda berharga lainnya. viii Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala SELAYANG PANDANG MUSEUM SATRIAMANDALA Dalam rangka pembinaan mental dan pewarisan Nilai-Nilai Juang 1945 dan Nilai-Nilai Luhur TNI 1945, pimpinan TNI merasa perlu dibangun suatu museum Angkatan dan Polri yang sudah ada. Untuk itu Kepala Sejarah TNI pertama Brigjen TNI Nugroho Notosusanto ditugaskan mempersiapkan rencana dan pelaksanaan pembangunannya. Pembangunan Museum TNI dimulai tanggal 15 November 1971 di bekas kediaman Nyonya Dewi Soekarno di atas tanah seluas 56.670 m2 di Jl. Gatot Subroto Jakarta Selatan, dilakukan dengan cara merenovasi dan memugar bekas rumah tersebut menjadi sebuah museum TNI. Pelaksanaan pembangunan tahap pertama diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 5 Oktober 1972, yang sekaligus memberinya nama Museum Satriamandala. Kata Satriamandala berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti lingkungan keramat para ksatria. Museum Satriamandala secara khusus menyajikan sejarah perjuangan TNI dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Indonesia. Penyajiannya dalam bentuk diorama, yakni penyajian tiga dimensi. Di samping 74 diorama, dipamerkan juga benda-benda bersejarah sebagai pendukungnya seperti senjata, atribut, serta berbagai panji dan lambang di lingkungan TNI. Benda-benda ini ditempatkan di ruang-ruang khusus. Sedangkan perlengkapan TNI lainnya terdiri dari kendaraan tempur, pesawat terbang, dan meriam ditempatkan di halaman museum yang merupakan pameran taman (garden display). Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala ix DENAH x Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala Ruang Panji-Panji Ruang Panji-Panji merupakan jantung Museum Satriamandala. Ruang ini menggambarkan secara simbolik misi utama Tentara Nasional Indonesia (TNI) sejak awal berdirinya di tahun 1945 hingga sekarang. Di ruangan ini terdapat tiruan Teks Proklamasi yang terukir pada marmer. Proklamasi menggambarkan nilai-nilai tinggi kebangsaan, yaitu kemerdekaan sebuah bangsa. Misi utama TNI adalah mempertahankan dan mengisi kemerdekaan nasional dan dalam ruangan ini terdapat koleksi Panji-Panji TNI berbentuk tiruan yaitu Panji-Panji Hankam, TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Polri. Di sisi lain kita dapat melihat lambang Negara dan lambang Hankam, TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan Polri. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 1 1. PROKLAMASI KEMERDEKAAN Ini adalah diorama pertama yang menggambarkan saat dibacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir Soekarno. Beliau waktu itu didampingi oleh Drs Mohammad Hatta, disaksikan oleh sejumlah pemuka-pemuka Indonesia, pemuda-pemuda dari Peta (Pembela Tanah Air) dan Barisan Pelopor. Pembacaan saat itu berlangsung dirumah Soekarno di Jln. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Sayang gedung tersebut telah dibongkar pada jaman Presiden Soekarno, dan tempat ini yang sekarang berada di Jln.Proklamasi ditandai dengan berdirinya patung kedua tokoh Proklamator kita " Soekarno- Hatta". 2. PEMBENTUKAN BADAN KEAMANAN RAKYAT (22 AGUSTUS 1945) Pada 22 Agustus 1945 Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia memutuskan untuk tidak membentuk Tentara Nasional melainkan sebuah Badan Keamanan Rakyat (BKR). Keputusan ini diumumkan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya yang disiarkan melalui Radio Republik Indonesia (RRI) tanggal 23 Agustus 1945 malam. Para pemuda segera menggunakan BKR sebagai wadah perjuangannya, sehingga dalam kenyataannya menjadi korps pejuang bersenjata. Mereka mempelopori perebutan kekuasaan dari tangan Jepang di seluruh pelosok tanah air. 2 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 3. BADAN-BADAN PERJUANGAN Keputusan pemerintah untuk tidak membentuk Tentara Nasional tidak memuaskan sekelompok pemuda. Mereka tidak memasuki BKR, melainkan membentuk badan-badan perjuangan. Untuk menggalang persatuan di antara badan-badan perjuangan, diadakan Kongres Pemuda yang dihadiri oleh 30 badan- badan perjuangan dari seluruh Indonesia tanggal 10 November 1945 di Balai Mataram, Yogyakarta. Tepat pada saat kongres dimulai, di Surabaya meletus pertempuran melawan Inggris, sehingga wakil-wakil dari Surabaya terpaksa meninggalkan sidang. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 3 4. ANGKATAN MUDA POLISI BERGERAK Pada awal kemerdekaan Indonesia, Keisatsutai (Pasukan Polisi) dan Tokubetsu Keisatsutai (Pasukan Polisi Istimewa) bentukan tentara pendudukan Jepang merupakan satu-satunya kesatuan bersenjata yang tidak dilucuti oleh Jepang. Anggota bekas Keisatsutai dan Tokubentsu Keisatsutai yang dipelopori oleh angkatan mudanya menyatakan berdiri di belakang Pemerintah RI dan bersama-bersama BKR serta rakyat mulai merebut senjata dan obyek-obyek vital dari tangan Jepang, seperti yang telah terjadi di Jakarta, Sukabumi, Magelang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya dan kota lainnya. Penyerbuan gedung Kempetai (Polisi Militer) pada tanggal 1 Oktober 1945 oleh Angkatan Muda Polisi Surabaya pimpinan M. Yasin bersama BKR dan pemuda-pemuda Surabaya menggambarkan semangat juang mereka waktu itu. 4 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 5. RAKYAT PEMBENTUKAN TENTARA KEAMANAN (5 OKTOBER 1945) Setelah Proklamasi Kemerdekaan berusia 1,5 bulan Pemerintah RI merasakan sangat diperlukannya satu tentara nasional sebagai aparat kekuasaan, karena pasukan Sekutu telah begitu jauh merongrong kedaulatan RI. Pada 5 Oktober 1945 Presiden menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 5 6. P E R T E M P U R A N S U R A B AYA ( 1 0 N O V E M B E R 1 9 4 5 ) Pada bulan Oktober 1945 Tentara Sekutu mendarat di Surabaya. Mereka berjanji tidak akan mencampuri urusan dalam negeri RI. Karena Sekutu tidak menepati janjinya maka muncul insiden bersenjata yang meningkat menjadi pertempuran. Dalam salah satu insiden, Brigadir Jenderal Mallaby tertembak mati. Panglima Tentara Sekutu untuk Jawa TImur, Mayor Jenderal Mansergh, mengeluarkan ultimatum agar rakyat Surabaya menyerahkan senjatanya di Bataviaweg sebelum pukul 06.00 tanggal 10 Nopember 1945. Ultimatum tersebut tidak dihiraukan oleh rakyat Surabaya, pada 10 Nopember 1945 Inggris mengerahkan segala kekuatannya di darat, laut, dan udara. 6 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala RUANG PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN Ruang ini memamerkan benda-benda peninggalan Jenderal Besar Soedirman, Panglima Angkatan Perang pertama. Sebagai yang paling istimewa di ruangan ini adalah sebuah tandu yang pernah digunakan selama Jenderal Soedirman bergerilya melawan Agresi Militer II Belanda. Perlengkapan lainnya selama bergerilya berupa peta situasi rute gerilya, duplikat mantel, perabotan meja tulis dan meja tamu yang dilengkapi kursi, serta tempat tidur. Di samping itu dipamerkan juga lukisan dan foto-foto yang menggambarkan ketika Jenderal Soedirman menjabat sebagai Panglima. Pada dinding ruangan tercantum salah satu ucapannya yang terkenal, yaitu : "TNI lahir karena Proklamasi dan bersumpah mati-matian hendak mempertahankan kesucian Proklamasi 17 Agustus 1945". Sedangkan di dalam lemari kaca terdapat benda-benda peninggalan seperti tanda-tanda jasa, tanda jabatan, pedang, tas kerja, dan lain-lain. Jenderal Soedirman dilahirkan di Dukuh Rembang, Purbalingga, Jawa Tengah pada 24 Januari 1916. Usianya baru 29 tahun ketika beliau diangkat sebagai Panglima Angkatan Perang. Usianya masih muda Nampak pada wajah patung dada Jenderal Soedirman yang dapat kita lihat di ruang ini. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 7 RUANG JENDERAL OERIP SOEMOHARDJO Tidak jauh berbeda dengan Ruang Jenderal Soedirman, di ruang ini dapat kita temukan lukisan, foto-foto dan benda-benda pribadi Jenderal Oerip Soemohardjo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang pertama. Beliau dilahirkan di Kampung Sindurejan, Purworejo, Jawa Tengah pada 22 Februari 1893. Beliau berusia 52 tahun ketika diberi tugas mengorganisasi suatu tentara regular yang baru saja dibentuk. Sebelumnya Pemerintah RI tidak segera mau membentuk tentara regular, sehingga beliau mengeluarkan kata-kata yang terkenal, yaitu: "Aneh suatu Negara zonder (bahasa Belanda yang berarti tanpa) tentara". Ucapan ini tercantum pada dinding di Ruang Jenderal Oerip Soemohardjo. 8 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala RUANG JENDERAL BESAR A.H. NASUTION DAN H.M. SOEHARTO Ruang ini memamerkan benda-benda milik Jenderal Besar A.H. Nasution dan H.M. Soeharto yang peranannya. Selain itu dipamerkan pula foto-foto pada masa perjuangan, buku-buku karya Jenderal A.H. Nasution dan buku-buku mengenai Jenderal Besar H.M. Soeharto. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 9 7. PERTEMPURAN LIMA HARI DI SEMARANG (14-19 OKTOBER 1945) Pada 14 Oktober 1945 pemuda-pemuda Semarang bergerak merebut gedung-gedung yang diduduki oleh tentara Jepang khususnya di daerah Candi Baru. Keesokan harinya, komandan tentara Jepang Mayor Jenderal Nakamura dengan pasukannya yang berkekuatan 1.500 orang dari Jatingaleh bergerak dan menyerang kota Semarang dari tiga jurusan. Mereka menangkapi para pemuda yang tergabung dalam BKR, Polisi Istimewa, Angkatan Muda dan lain-lain, hingga pecah pertempuran hebat di dalam kota. Pihak Jepang berhasil menguasai kota. Beberapa kampung dibakar, Gubernur Jawa Tengah ditahan dan dipaksa untuk menyatakan penghentian pertempuran. Penghentian pertempuran dipercepat dengan datangnya pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel pada 19 Oktober 1945, yang langsung melucuti tentara Jepang. Salah satu pertempuran terjadi di sekitar Hotel Du Pavillion (sekarang Hotel Dibya Puri) 10 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 8. DAPUR UMUM Perjuangan menegakkan kemerdekaan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat dan tidak semata-mata harus selalu berada di garis depan. Kaum wanita yang berada di garis belakang juga secara aktif mendirikan dapur-dapur umum untuk kepentingan pasukan di garis depan. Dapur umum adalah cermin integrasi antara rakyat dengan angkatan bersenjata. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 11 12 10. PENGUMUMAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA DI SUMATERA (6 OKTOBER 1945) Ketika Gubernur Sumatera Mr. T.M. Hassan tiba di Medan dari Jakarta dengan membawa berita proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sejumlah pasukan Belanda telah tiba di Medan, sehingga berita proklamasi terpaksa belum dapat disiarkan. Pada tanggal 30 September 1945 di Gedung Taman Siswa diadakan rapat oleh para pemuda pejuang bersenjata yang berhasil mendesak Gubernur Sumatera mengumumkan kepada rakyat Sumatera, bahwa Soekarno-Hatta telah memproklamasikan bangsa Indonesia. Akhirnya pada tanggal 6 Oktober 1945 di lapangan Fukereido (sekarang lapangan Merdeka) diadakan rapat umum untuk mengumumkan proklamasi kepada khayalak ramai. Tindakan ini memerlukan keberanian, karena waktu itu tentara Belanda telah tiba pula di Medan. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 13 11. BANDUNG LAUTAN API (23 MARET 1946) Ultimatum yang dikelurkan Inggris pada tanggal 23 Maret 1946, agar TRI (Tentara Republik Indonesia) beserta pejuang bersenjata menyingkir dari kota Bandung sejauh radius 11 km dianggap seperti "angin lalu" oleh para pejuang kita. Berdasarkan persetujuan bersama, kota Bandung pada mulanya dikuasai bersama-sama. Bagian Utara dikuasai Inggris, sedangkan bagian Selatan dikuasai pasukan Indonesia dengan batas rel kereta api yang melintas di tengah kota Bandung. Dengan adanya ultimatum itu Inggris telah mengingkari persetujuan. Pasukan-pasukan Indonesia menolak untuk menyingkir dari kota, namun pemerintah di Jakarta memerintahkan agar mereka meninggalkan Bandung. Sebagai prajurit yang disiplin, TRI terpaksa tunduk kepada pemerintah tersebut, sekalipun dengan hati berat. Pada tanggal 23 Maret 1946 tengah malam, sesaat sebelum meninggalkan kota, TRI membakar bagian selatan kota, sehingga Bandung menjadi lautan api.v 14 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 12. OPERASI LINTAS LAUT DARI BANYUWANGI KE BALI (4 APRIL 1946) Operasi lintas laut pertama bertolak dari Pangkalan X/ALRI di Banyuwangi menuju Bali. Operasi lintas laut bertujuan membangun Pangkalan ALRI di Bali. Operasi terdiri atas tiga rombongan , yaitu : rombongan Resimen Sunda Kecil Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai, rombongan kedua Troep ALRI/Sunda Kecil di bawah pimpinan Kapten Markadi dan rombongan ketiga Pangkalan X/ALRI di bawah pimpinan Kapten Laut Waroka. Ekspedisi bertemu dengan Belanda dan terjadi pertempuran laut, tetapi rombongan berhasil mendarat di Bali dengan selamat. Setelah mendarat Kapten Waroka gugur dalam suatu pertempuran melawan Belanda. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 15 13. PENURUNAN BENDERA BELANDA DARI PUNCAK HOTEL YAMATO SURABAYA (19 SEPTEMBER 1945) Pada bulan September Pemerintah Republik Indonesia di Surabaya mengeluarkan larangan untuk mengibarkan bendera lain kecuali bendera Merah Putih. Barang siapa yang melanggar akan ditindak. Tiba-tiba pada tanggal 19 September 1945 orang-orang Belanda bekas tahanan Jepang yang berada di Hotel Yamato mengibarkan bendera Belanda. Kejadian ini sudah tentu membuat rakyat marah dan menuntut diturunkannya bendera tersebut. Karena tuntutan tidak dipenuhi, pecahlah perkelaian seru. Dua orang pemuda berhasil menaiki atap hotel, menurunkan bendera Belanda dan merobek warna birunya. Bendera yang tinggal berwarna merah dan putih kemudian dikibarkan kembali sebagai bendera Indonesia. 14. PEREBUTAN PANGKALAN UDARA BUGIS MALANG (18 SEPTEMBER 1945) Sesudah para pemuda yang tergabung dalam BKR berhasil melakukan perebutan kekuasaan didalam kota Malng, sasaran perebutan beralih kepangkalan Udara Bugis (sekarang pangkalan Utama Abduracman Saleh). Pangkalan Udara diserbu oleh para pemuda bersama-sama rakyat dan mereka berhasil menduduki pangkalan udara beserta fasilitasnya pada tanggal 18 September 1945. Sejumlah pesawat terbang dari berbagai tipe dapat dirampas. Pesawat-pesawat terbang inilah yang menjadi salah satu modal utama bagi pembentukan kekuatan udara Indonesia. 16 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 15. PERTEMPURAN BOGOR (8 DESEMBER 1945) Karena para pejabat Indonesia menolak permintaan Inggris untuk menyerahkan Istana Bogor , pada tanggal 8 Desember 1945 tentara Inggris menyerang Istana Bogor dan menurunkan bendera merah putih. Perbuatan tentara Inggris yang menginjak-injak kedaulan Republik Indonesia, menimbulkan amarah para pemuda. Mereka yang tergabung dalam barisan berani mati menyerang kedudukan-kedudukan musuh disekitar kota Paris, Pabaton, Kebun Raya dan Istana Bogor. Kesesokan harinya musuh mendatangkan bala bantuan dari Jakarta. Kedatangan mereka disambut dengan perlawanan yang hebat oleh para pemuda Bogor. Seluruh pertempuran yang berlangsung pada tanggal 8 Desember 1945 telah menimbulkan puluhan jatuh, termasuk Komandan Kompi IV Batalyon 2 Letnan Satu Muslihat. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 17 16. PERTEMPURAN CIBADAK SUKABUMI (9 DESEMBER 1945) Pada tanggal 9 Desember 1945 serangkai konvoi militer Inggris dengan dikawal oleh beberapa tank jenis Stuart bergerak menuju Bandung. Di desa Bojong Kokosan, kecamatan Parung Kuda (Cibadak), konvoi ini dihadang oleh pasukan TKR dan terjadilah pertempuran. Dalam pertempuran itu berhasil dilumpuhkan tiga buah tank, beberapa truk serta beberapa puluhan anggota musuh meninggal. Angkatan udara Inggris (Royal Air Force) kemudian membom beberapa desa disekitar daerah pertempuran antara lain Kompa dan Cibadak, sehingga rata dengan tanah. Peristiwa itu menjadi perdebatan dalam Parlemen Inggris. 18 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 17. PENUMPASAN GERAKAN TIGA DAERAH (21 DESEMBER 1945) Sejarah menunjukan bahwa golongan komunis sejak permulaan berdirinya Republik Indonesia, telah merongrong kewibawaan pemerintah RI. Hal ini terbukti dengan peristiwa Tiga Daerah yakni suatu pergolakan social dan politik yang terjadi di daerah Brebes, Tegal dan Pemalang di Karesidenan Pekalongan yang didalangi oleh orang-orang komunis. Akhirnya mereka menyingkirkan Residen Pekalongan yang sah dan menggantikannya dengan pimpinan mereka, Sarjiyo namun pada tanggal 21 Desember 1945 TKR melakukan operasi penumpasan terhadap peristiwa Tiga Daerah dan Sarjiyo bersama kawan-kawannya ditangkap dalam pengejaran. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 19 18. PERTEMPURAN KRUENG PANJOE ACEH (24 NOPEMBER 1945) Pada tanggal 24 Nopember 1945 Jepang berusaha merebut kembali kota Bireuen. Mereka bergerak ke Lok Seumawe dengan menggunakan kereta api. Namun para pemuda yang tergabung dalam pasukan Siap Sedia menghadang pasukan Jepang. Penghadangan dilakukan di Krueng Panjoe sebuah desa Bieruen, dengan cara membongkar rel kereta api sepanjang 0,5 km dan menghujani kereta api dengan tembakan. Pasukan Jepang turun dari kereta api dan berlindung di parit-parit sawah. Para pemuda kemudian mengalirkan air waduk ke parit-parit sawah. Sehingga pasukan Jepang terpaksa meninggalkannya. Akhirnya pasukan Jepang yang berkekuatan 300 orang lengkap dengan persenjataannya menyarah, karena tidak berdaya lagi. 20 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 19. EKSPEDISI KE MALUKU (3 MARET 1946) Anggota TRI Laut Jawa Tengah yang sebagian besar teridi dari putra-putra Maluku mengadakan ekspedisi lintas laut ke Maluku untuk membangkitkan perlawanan rakyat di sana. Ekspedisi bertolak dari Tegal (Jawa Tengah) pada tanggal 3 Maret 1946, dengan menggunakan dua buah kapal kayu tipe Kiri Maru (60 ton, mesin 155 PK). Kapal itu diberi nama Sindoro dan Semeru yang masing-masing dipimpin oleh Ibrahim Saleh, Opsir Jos Sudarso,serta Opsir Muljadi. Tujuan Semeru adalah Maluku Utara, sedangkan Sindoro Maluku Selatan. Dalam perjalanan ini banyak ditemui kesukaran-kesukaran antara lain kerusakan mesin, kekurangan bahan makanan dan keharusan menghidari patrol Belanda. Meskipun demikian tugas dapat dilaksanakan dengan baik. Sindoro berhasil menurunkan anak buahnya di Namblea (Pulau Buru), sedangkan Semeru di Pulau Ambalau. Dalam perjalanan selanjutnya menuj Piru ( Pulau Seram) Sindoro tertahan beserta anak buahnya, sedangkan Semeru karena persediaan bahan makanan telah menipis, terus memutar haluan menuju Jawa dan berhasil dengan selamat di Probolinggo (Jawa Tengah). Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 21 20. PERTEMPURAN LIMA HARI LIMA MALAM DI PALEMBANG (1-5 JANUARI 1947) Para pemuda Indonesia menolak tuntutan Belanda untuk meninggalkan kota Palembang, sehingga pacahlah pertempuran sengit antara para pemuda dan Belanda. Karena keduanya terjepit, Belanda mengajak berunding, tetapi kesempatan ini dipergunakan Belanda untuk menyusun kekuatannya. Setelah perundingan gagal, pertempuran sengit terjadi di sekitar Masjid Agung, Rumah Sakit Charitas, Markas Devisi di Sungan Jeruju, di Plaju dan sekitar Benteng Palembang. Belanda mengerahkan segenap kekuatannya di darat, di sungai dan di udara. Pertempuran berlangsung sejak tanggal 1 - 5 Januari 1947 dengan akibat seperlima kota Palembang hancur. Korban berjatuhan di kedua belah pihak, di pihak Indonesia penduduk kota Palembang banyak yang tewas. 22 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 21. Tanda Bahaya dalam Perang Kemerdekaan Perang Kemerdekaan adalah perang semesta yang dilakukan TNI dan rakyat. Mereka saling melindungi dan bekerjasama. Bantuan rakyat a n ta r a l a i n m e l e n g k a p i p e n g a m a n a n d e n g a n k e n t o n g a n. Dengan memukul tanda bahaya berupa kentongan, TNI bersiap- siap menghadapi musuh, sedangkan rakyat dapat menyingkir keluar desa mereka. Bunyi kentongan itu telah menggagalkan operasi-operasi pembersihan yang dilakukan Belanda ke desa-desa. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 23 KOLEKSI KONTINGEN GARUDA Memamerkan koleksi kontingen Garuda (pasukan TNI sebagai pasukan penjaga perdamaian) sejak Garuda I sampai Garuda XXIII. Koleksi yang dipamerkan berupa foto, seragam, peta (terdapat di ruang Diorama II). 24 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala KOLEKSI TANDA PANGKAT Memamerkan tanda pangkat,brevet,badge yang pernah dipergunakan TNI sejak 1945 (terletak di ruang Diorama II) Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 25 RUANG FOTO TNI DALAM ERA PEMBANGUNAN Rangkaian foto-foto yang di sajikan di ruang ini menggambarkan peranan TNI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam era pembangunan. Sebagai kekuatan Hankam, TNI selalu berperan dalam membela bangsa dan Negara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 melalui operasi-operasi keamanan dalam negeri. Peranannya tidak terbatas di dalam negeri tetapi meluas keluar negeri melalui operasi-operasi perdamaian PBB serta berbagai kegiatan dalam rangka kerja sama regional dan internasional. Melalui foto-foto di ruang ini, tergambar pula peranan TNI bersama masyarakat dalam berbagai kegiatan menyukseskan Pembangunan Nasional. 26 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala RUANG SENJATA 1. Penempatan senjata di ruang khusus ini terbagi dalam dua periode, yaitu: senjata yang dipergunakan pada tahun 1945- 1949terdiri dari: a. Senjata tradisional, seperti trisula, keris bambo runcing, pedang dan terdapat pula pedang katana yang dirampas dari tangan jepang. b. Senjata buatan sendiri yang diproduksi di pabrik senjata Demakijo, berupa ranjau personil, granat gombyok, bom Molotov dan mortar. c. Senjata hasil rampasan dari tentara jepang, seperti pistol Nambu dan senapan Arisaka. d. Senjata hasil rampasan dari tentara Inggris dan Belanda, seperti Stengun, Lee Enfield. 2. Senjata yang dipergunakan pada tahun 1950 - sekarang terdiri dari: a. Senjata buatan Negara-negara blok barat seperti senapan Garand, M-16 (Amerika), dan Madsen (Denmark), Uzi (Israel), Bazooka (Amerika), dan roket Hadge Hog (Itali). b. Senjata buatan Negara-negara Blok Timur seperti Chung (China), senjata tanpa Tolak Balik (STTB),Torpedo,Ranjau laut (Rusia) dan roket Launcher (Yugoslavia). c. Senjata buatanIndonesia, seperti ranjau laut. d. Senjata rampasan seperti Meriam Obus yang dirampas daro Fretilin di Timor-Timur (1976). Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 27 28 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 22. PENERBANGAN PERTAMA OLEH PERWIRA TNI (27 OKTOBER 1945) Pada awal kemerdekaan RI, hampir semua pangkalan udara dengan pesawat jepang yang masih ada dapat dikuasai setelah melalui pertempuran-pertempuran. Sedikit sekali yang kita ketahui tentang pesawat-pesawat terbang Jepang. Buku-buku penuntun tidak ada. Jika ada belum tentu bisa dibaca karena semua ditulis dengan huruf Jepang. Sedangkan bagian-bagian pesawat serta perkakasnya tidak lengkap karena sengaja disabotase oleh pihak Jepang. Oleh karena kebutuhan mendesak akan pesawat terbang, para juru teknik kita di Maguwo, Yogyakarta berhasil menyiapkan sebuah pesawat terbang latih lanjutan bersayap dua yang terkenal dengan nama Curen. Pada 27 Oktober 1945 seorang perwira penerbang Indonesia, Agustinus Adisutjipto telah mencoba untuk pertama kalinya menerbangkan pesawat Curen yang berbendera merah putih. Peristiwa ini menimbulkan semangat juang para pemuda kita khususnya di bidang penerbangan. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 29 23. PERISTIWA MERAH PUTIH DI MANADO (14 FEBRUARI 1946) Pada awal kemerdekaan RI, pemerintah Jepang di Manado telah menyerahkan kekuasaannya kepada tentara Australia. Bersama tentara Australia turut pula mendarat lebih kurang 500 orang pasukan KNIL bersama NICA (Netherland Indies Civil Administration). Dalam waktu relatif singkat NICA berhasil menyusun kembali pemerintahan koloni di Manado. Berita tentang proklamasi kemerdekaan telah menggugah pemuda Minahasa untuk menegakkan kedaulatan di daerahnya. Mereka merencanakan pemberontakan melawan Belanda pada 14 Februari 1946. Namun, rencana ini diketahui oleh Belanda. Tanggal 9 Januari 1946 tokoh-tokoh pemuda dan para pemimpin ditangkap dan dipenjarakan di Tangsi Putih. Pada 14 Februari 1946 pukul 03.00 pagi serangan terhadap Belanda tetap dilaksanakan, bergeraklah Sembilan orang anggota KNIL bangsa Indonesia dari Tangsi Hitam di bawah pimpinan Sersan Taulu menyelinap masuk ke Tangsi Putih dengan membawa senjata tanpa peluru. Para penjaga yang tidak tahu bahwa para penodong itu tidak memiliki peluru akhirnya menyerah. Kemudian tokoh-tokoh politik dan pemuda dibebaskan. Semua senjata di Tangsi Putih berhasil direbut dan semua pembesar Belanda baik militer maupun sipil ditahan. Kemudian bendera merah putih dikibarkan. 30 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 24. PUPUTAN MARGARANA (20 NOPEMBER 1946) Pada 2 Maret 1946, ketika Komandan Resimen TRI Sunda Kecil Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai beserta staf berada di Yogyakarta untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan gerakan bersenjata rakyat Bali kepada pemerintah pusat, pasukan Belanda (Gajah Merah) mendarat di Bali. Tanggal 4 April 1946 rombongan Ngurah Rai kembali ke Bali. Pada saat kekuatan TRI Sunda Kecil terpecah-pecah. Selama empat bulan Ngurah Rai berusaha melakukan konsolidasi. Sesudah berhasil mengumpulkan kekuatan, serangan- serangan terhadap kedudukan Belanda mulai dilancarkan. Tabanan diserang pada 18 Nopember 1946. Satu detasemen polisi lengkap dengan senjatanya menggabungkan diri dengan pasukan Ngurah Rai. Dalam menghadapi peristiwa itu Belanda Di samping itu dikerahkan dua buah pesawat jenis pemburu dan pembom. Tanggal 20 Nopember 1946 pasukan Belanda mengepung pasukan Ngurah Rai di sekitar desa Mrga. Pertempuran hebat terjadi yang dikenal dengan Puputan Margarana. Dalam pertempuran itu I Gusti Ngurah Rai menyerukan puputan yang berarti habis-habisan. Seluruh anggota pasukan (kecuali dua orang), termasuk Ngurah Rai gugur. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 31 25. PERLAWANAN KAPAL GAJAH MADA DI PERAIRAN CIREBON (6 Januari 1947) Sebuah "coaster" berukurn 150 ton, berasal dari Singapura, diubah bentuknya menjadi sebuah kapal perang bernama Gajah Mada dan dijadikan kapal pimpinan ALRI Pangkala III Cirebon. Pada tanggal 5 Januari 1947 pukul 06.00 ketika iring-iringan kapal berlayar kea rah utara, di tengah jalan berpapasan dengan kapal baru torpedo Belanda Hr.MS Kortenaer yang memberikan isyarat agar iring-iringan kapal tadi berhenti. Isyarat itu tidak diindahkan, oleh karena itu kapal Belanda melancarkan serangan. Untuk menghindarinya Letnan I Samadikun, Komandan kapal patrol pantai mengundurkan diri kea rah barat. Kapal Gajah Mada memutar haluan untuk menghadapi kapal musuh dan melancarkan tembakan balasan dengan senapan mesin berat. Dalam tembak menembak itu sebuah peluru meriam musuh jatuh mengenai mesin kapal Gajah Mada. Kapal terbakar dan tenggelam. Komandan Kapal Letnan I Samadikun gugur. 32 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 26. KEPAHLAWANAN ROBERT WOLTER MONGISIDI DI SULAWESI SELATAN (29 JANUARI 1947) Kedatangan kembali tentara KNIL di Ujung Pandang pada tanggal 1 September 1945 tidak disukai rakyat. Terjadilah pemberontakan antara rakyat dengan tentara KNIL. Para pemuda membentuk organisasi-organisasi perjuangan dan mencoba merebut tempat-tempat penting di dalam kota. Kemudian tentara KNIL melakukan gerakan-gerakan pembersihan. Keadaan menjadi sangat gawat, pemuda-pemuda pejuang mengundurkan diri ke luar kota dengan meninggalkan tema- teman yang gugur atau ditawan. Namun Robert Wolter Monginsidi bersama pasukannya, Laskar Pemberontak pantang menyerah. Pada tanggal 20 Januari 1947, pasukannya di serang pasukan KNIL. Di bawah pimpinan Monginsid. Pasukan LAPRIS pun menyerang markas Belanda di Kampung Batua, Makasar (Ujung Pandang). Pada tanggal 28 Februari 1947 dalam gerakan pengacauan di dalam kota, Monginsidi ditangkap oleh Polisi Militer Belanda. Ia berhasil meloloskan diri, tetapi pada tanggal 26 Oktober 1947 bersama pejuang lainnya. Monginsidi dihukum tembak mati di kampong Tello Ujung Pandang. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 33 27. PERTEMPURAN DI TELUK SIBOLGA (12 MEI 1947) Pada tanggal 9 Mei 1947, sebuah kapal pemburu torpedo (YT- I) Belanda Hr.MS. Banckert memasuki pelabuhan Sibolga dan menyeret sebuah kapal dagang Singapura keluar pelabuhan. Residen Tapanuli selaku Ketua Dewan Pertahanan Daerah Tapanuli mengirim surat kepada komandan Hr. MS. Banckert yang isinya memerintahkan agar kapal itu meninggalkan Teluk Sibolga. Perintah itu dipatuhi, akan tetapi pada hari-hari berikutnya kapal perang Belanda itu muncul kembali di Teluk Sibolga dan membuang jauh kira-kira 1,5 mil dari pantai. Setelah dibentuk Komando Pasukan khusus yang terdiri dari semua kekuatan bersenjata di Sibolga, Residen Tapanuli memberi ultimatum kepada komandan kapal perang Belanda agar meninggalkan perairan Sibolga selamat-lambatnya Pukul 10.00 tanggal 12 Mei 1947. Karena ultimatum itu tidak diindahkan, maka tembakan peringatan dari darat mulai dilepaskan. Tembakan itupun dihiraukan, malahan mereka membalas dengan tembakan meriam ke darat. Akhirnya insiden tersebut pecah menjadi pertempuran yang dikenal dengan nama Pertempuran di Teluk Sibolga 34 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 28. PABRIK SENJATA DALAM PERANG KEMERDEKAAN Kesulitan dalam melengkapi senjata bagi angkatan bersenjata dialami RI selama masa perang kemerdekaan. Blokade yang dilakukan oleh Belanda tidak memungkinkan RI memasukkan senjata secara legal, sedangkan senjata yang direbut dari Jepang belum mencukupi. Segala jalan keluar untuk mengatasi kekurangan tersebut di beberapa tempat didirikan pabrik senjata, seperti di Demakijo, Yogyakarta. Adapun senjata-senjata yang dihasilkan adalah berbagai jenis mortar, pistol, pistol mitraliyur, senapan mesin, beberapa jenis granat tangan, ranjau serta berbagai jenis peluru. Untuk menghindari kemungkinan jatuhnya ke tangan musuh, pabrik senjata itu kadang kala di pindahkan ke daerah yang aman. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 35 29. PEMBOMAN AMBARAWA , SALATIGA DAN SEMARANG (29 JULI 1947) Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda memulai agresi militernya yang pertama. Pangkalan-pangkalan udara RI tidak luput dari serangan Belanda, kecuali Maguwo yang terhindar dari serangan lawan karena kabut yang tebal di atas Yogyakarta. Kepala staf Angktan Udara (KSAU) Komodor S. Suryadarma dan perwira operasinya Komodor Abdul Halim Perdana Kusuma segera merencanakan suatu serangan balasan terhadap pusat-pusat kekuatan militer Belanda. Operasi ini dilakukan oleh penerbangan Sutarjo Sigit, Suharmoko Harbani, Mulyono dan dibantu oleh juru tembak Kaput, Sutardjo dan Abdulrachman. Dalam operasi itu digunakan sebuah pesawat pembom tipe Guntai dan 2 buah Curen. Pesawat-pesawat tersebut dipersenjatai dengan bom-bom bakar serta senapan mesin buatan Jepang. Pada tanggal 29 Juli 1947 pukul 05.00 para penerbang menuju sasaran, ke Ambarawa, Salatiga dan Semarang. Serangan ketiga kota ini menimbulkan pengaruh psikologis dan politis, bahwa angkatan udara RI masih ada dan mampu menyerang kedudukan-kedudukan Belanda. 36 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 30. PESAWAT DAKOTA VT-CLA DITEMBAK JATUH OLEH BELANDA (29 JULI 1947) Sejak Belanda melancarkan agresi militernya yang pertama atas daerahdaerah RI pada tanggal 21 Juli 1947, maka hamper setiap hari pesawat pemburu Belanda menyerang pangkalan-pangkalan udara kita. Pada tanggal 29 Juli 1947 terjadilah penembakan terhadap pesawat Dakota VT-CLA , pesawat sewaan Angkatan Udara RI. Pesawat tersebut berangkat dari Singapura menuju Yogyakarta dengan membawa obat-obatan sumbangan dari Palang Merah Semenanjung melayu. Kira-kira pukul 06.00 sore ketika pesawat yang tidak bersenjata itu berada di atas Yogyakarta dan akan mulai mendarat di desa Jatingarang daerah Ngoto, 3 km di luar kota Yogyakarta, dua pesawat pemburu Belanda melancarkan tembakan kea rah VT-CLA. Semua awak serta penumpang tewas, kecuali seorang saja selamat, yaitu, Gani Handonotjokro. Adapun para korban ialah Komodor Udara A.Adisutjipto, Komodor Udara Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, juru tehnik radio Adisumarmo Wiryokusumo, ex Wing Commoder Australia A.N. Constantin dan istri, squadron Leader Inggris Roy Hazelhurst, juru tehnik India Bidharam dan Zainal Arifin, Wakil Perdagangan Republik. Peristiwa ini diabadikan sebagai Hari Bhakti Angkatan Udara Republik. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 37 31. PENEROBOSAN BLOKADE BELANDA DI SELAT MALAKA (OKTOBER 1947) Menjelang Persetujuan Renvil, Belanda meningkatkan blokade ekonomi terhadap RI, terutama di Jawa dan Sumatera. Sejak itu pemerintah RI melakukan berbagai usaha untuk menerobos blokade Belanda dari pantai utara Sumatra (Aceh) dan pantai Jawa (Tegal,Cilacap) ke luar negeri (Muangthai, Malaya, dan Singapura). Dengan demikian Aceh merupakan daerah aman untuk menampung senjata yang didatangkan dari luar negeri, baik melalui laut maupun udara dengan penukaran hasil bumi. Dalam hubungan ini Mayor John Lie beserta kawan-kawannya berhasil menerobos blokade Belanda dengan mempergunakan speed boat. Salah satu speed boat yang digunakan diberi nama Outlaw. 38 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 32. POLISI BERTUGAS MENJAGA DAERAH STATUS QUO (17 Januari 1948) Pada tanggal 8 Desembar 1947 diadakan perundingan antara pemerintah RI dan Belanda di atas kapal Amerika Renville. Hasil perundingan yang telah disetujui kedua belah pihak, terdiri dari sepuluh pasal. Penandatanganan Persetujuan Renville belangsung pada tanggal 17 Januari 1948, beberapa keputusan diantaranya ialah: 1. Bahwa akan ditentukan dan dibentuk daerah bebas militer (demiliterized zones) yang disebut garis status quo atau garis demarkasi, dengan batas satu pihak pada kedudukan Belanda yang terdepan dan pihak lain pada kedudukan RI yang terdepan yang luasnya rata-rata tiap daerah sama. 2. Bahwa pertanggungjawaban memelihara keamanan dan ketertiban hukum, keamanan jiwa dan harta benda di daerah bebas militer ditugaskan kepada kepolisian dari masing-masing pihak. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 39 33. AKADEMI MILITER TANGGERANG (18 NOPEMBER 1945) Keputusan pemerintah tentang pembentukan TKR pada tanggal 5 Oktober 1945 mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Dalam waktu singkat ribuan pemuda telah mendaftarkan diri masuk TKR kemudian timbullah masalah untuk mendapat tenaga- tenaga pimpinan TKR dalam waktu singkat. Pada tanggal 10 Nopember 1945 melalui harian Merdeka pimpinan TKR karesidenan Jakarta mengeluarkan maklumat tentang pembukaan Akademi Militer dan panggilan kepada para pemuda yang bersedia memasukinya. Dari beberapa ribu orang yang telah mendaftarkan diri, hanya 200 orang saja yang dapat diterima menjadi taruna. Sebagai Direktur Akademi adalah Mayor Daan Mogot. Disamping itu dilain-lain tempat juga didirikan akademi militer, antara lain; a. Sekolah Kadet Malang. b. Akademi Militer Yogyakarta. c. Sekolah Kadet Brastagi. d. Sekolah Perwira Prapat. e. Sekolah Opsir Divisi IX Sumatra Tengah 40 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 34. S E K O L A H A N G K ATA N L A U T T E G A L ( 1 2 M E I 1 9 4 6 ) Pimpinan ALRI pada tahun pertama setelah proklamasi telah menyadari akan pentingnya pendidikan bagi perkembangan ALRI. Berbagai pendididkan dibuka untuk memberi keterampilan kepada anggota-anggota ALRI dalam tugasnya mengisi kemerdekaan yang baru diproklamasikan. Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Markas Besar diantaranya Sekolah Radio Telegrafis AL di Malang dan Kursus Operation di Sarangan. Selain itu ada pula lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pangkalan-pangkalan, diantaranya Sekolah Pelayaran di Pangkalan Parliaman Tanjung Balai Dan Serang serta Training Station di Sarang Jaya (Aceh). Pada bulan Maret 1946 pimpinan ALRI mengumumkan akan dibukanya Sekolah Angkatan Laut di Tegal. Sejumlah lebih kurang 220 orang dinyatakan lulus dan diterima menjadi siswa. Pada tanggal 12 mei 1946 Sekolah Angkatan Laut Tegal dibuka dengan resmi oleh Presiden. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 41 35. AKADEMI ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA (10 DESEMBER 1965) Pembentukan AKABRI pada tanggal 10 Desember 1965di Magelang merupakan realisasi integrasi dari semua akademi-akademi angkatan dan kepolisian yang sebelumnya telah ada dan berkembang menurut proses dan sejarahnya masing-masing. Terwujudnya AKABRI merupakan manifestasi integrasi ABRI di bidang pendidikan, dalam rangka menerima suatu angkatan bersenjata yang kompak dan kuat. 42 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 36. SEKOLAH PENERBANGAN DI YOGYAKARTA (DESEMBER 1945) Setelah proklamasi kemerdekaan, kebutuhan akan penerbangan-penerbangan sangat mendesak. Kepala BKR bagian penerbangan Komodor S. Suryadarma telah memerintahkan untuk segera memulai pendidikan terbang di Maguwo (sekarang lapangan udara utama Adisucipto). Perintah ini baru dilaksanakan pada Desember 1945 dengan dimulainya pendidikan terbang dibawah pimpinan Agustinus Adisucipto. Untuk pendidikan ini digunakan pesawat latih Curen yaitu pesawat terbang bekas rampasan dari tentara Jepang yang terkenal juga dengan nama Willow buatan tahun 1933. Pelajaran-pelajaran tentang penerbangan sebagian diberikan secara darurat di lapangan. Lulusan penerbangan segera ambil bagian dalam perjuangan, sesuai dengan situasi pada waktu itu. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 43 44 38. HIJRAH TNI ( 1 FEBRUARI 1948) Agresi Militer I Belanda diakhiri dengan persetujuan Renvile pada tanggal 17 Januari 1948, hasil persetujuan Renvile itu antara lain : 1. Pasukan-pasukan RI yang berada di daerah pendudukan tentara Belanda harus segera diundurkan 2. Semua pasukan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak harus segera mengosongkan daerahnya masing-masing dan pindah ke daerah republic dengan membawa semua perlengkapan dan senjata, di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara. Keputusan ini berarti bahwa harus hujrah meninggalkan daerah kantong-kantong gerilya, pada 1 Februari 1948 pasukan Siliwangi melaksanakan hijrah ke daerah republic. Tempat-tempat berkumpul di Jawa Barat adalah di Bandung, Cirebon dan Tasikmalaya. Perjalanan dilakukan dengan dengan jalan kaki. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 45 39. PERLAWANAN RAKYAT IRIAN (14 MARET 1948) Setelah proklamasi 17 agustus 1945, di daerah irian jaya sudah terdapat beberapa putra irian yang memiliki kesadaran politik.Mereka percaya bahwa kemerdekaan harus diperjuangkan bukan saja terhadap jepang tapi juga terhadap Belanda. Di beberapa tempat seperti orang, Hollandia (sekarang Jayapura) diadakan rapat-rapat untuk mendukung kemerdekaan Indonesia termasuk irian. Putra-putra irian membentuk berbagai organisasi perjuangan.Hampir seluruh pimpinan dan anggota-anggota organisasi ditangkap dan dimasukkan penjara,karena dipersalahkan melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Belanda di irian.Begitu Pula dengan Yoseph yang pada14 maret 1948 memimpin serangan rakyat terhadaptangsi Belanda di sorido, Baik dengan menggunakan berbagai macam senjata pemimpin-pemimpin dan anggota- anggota lainnya yang masih bebnas melakukan gerakan di bawah tanah melanjutkan perjuangan dibeberapa kota penting di daerah irian yang diduduki Belanda. 46 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 40.PEMBRONTAKAN PKI DI MADIUN (18 SEPTEMBER 1948) Pada waktu RI sedang bersiap-siap menghadapi agresi Militer II Belanda,meletuslah pembrontakan PKI di bawah pimpinan Musa di Madiun. Pembrontakan ini adalah salah satu usaha kaum komonis untuk merubah RI yang berlandasan Pancasila menjadi Sovyet RI yang berlandasan faham komunis.Pada 18 september 1948 pukul 03.00 pagi terjadilah perebutan kekuasaan olek PKI di Madiun. Mereka rela melakukan penganiayaan dan poembunuhan terhadap rakyat dan alat-alat Negara. Diantaranya 40 orang anggota polisi kota magetan yang setia kepada RI dibunuh secara kejam di salah satu ruangan di komplek pabrik gula gorang gareng. Mereka di berondong dari jendela dengan senapan mesinsehingga lantaim ruangan tersebut tertutup oleh genangan darah manuasia. Dua hari kemudian Gorang-gareng dapat direbut oleh Batalyon Lucas dari divisi Siliwangi. Seorang Komandan regu, Sersan Syukur telah berhasil membuka pintu ruangan tersebut dengan menembak kuncinya. Ia menemukan satu-satunya orang yang masih hidup, Sersan Polisi Musiran. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 47 41. TENTARA PELAJAR DALAM PERANG KEMERDEKAAN Selama perang kemerdekaan pelajar-pelajar Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah menengah Tinggi (SMP dan SMA). Meninggalkan bangku sekolah untuk ikut serta dalam perjuangan membela kemerdekaan. Mereka membentuk kelompok-kelompok yang disebut Tentara Pelajar. Pada masa rekontroksi Rasionalisasi khusus Tentara Pelajar di Jawa secara administrative dipersatukan ke dalam Brigade 17. Kesatuan-kesatuan daerah secara taktis operasional berada di bawah panglima-panglima Divisi setempat. Anggota Tentara Pelajar/Brigade 17 TNI melaksanakan tugas yang tidak berbeda dengan anggota TNI lainnya, dan banyak diantaranya gugur di pelbagai medan pertempuran. 48 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 42. MARKAS BESAR KOMANDO DJAWA (28 OKTOBER 1948) Pada tanggal 28 Oktober 1948 berdiri Markas Besar Komando Djawa (MBKD) dengan panglimanya Kolonel AH. Nasution. Tugas MBKD ialah mengadakan konsolidasi dan mengatur siasat untuk menghadapi agresi Belanda. Pada waktu Belanda mengadakan serbuan terhadap ibukota Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948, Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD) beserta sebagian besar stafnya sedang mengadakan perjalanan ke Jawa Timur untuk melakukan inspeksi terhadap persiapan-persiapan yang telah dilaksanakan oleh Teritorium Jawa Timur. Setelah PTTD menerima laporan, bahwa Yogyakarta telah dibom oleh Belanda, Kolonel AH. Nasution memerintahkan kepada seluruh rombongan untuk segera menuju kea rah utara lereng Gunung Merapi. Akhirnya rombongan tiba di desa Kapuran daerah Manisrenggo. Selanjutnya desa ini dijadikan pusat kegiatan MBKD. Disinilah diatur taktik perang gerilya melawan Belanda, yaitu konsep Indonesia tentang Perang Rakyat Semesta, yang kini cukup dikenal di luar negeri. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 49 43. MARKAS BESAR KOMANDO SUMATERA (28 OKTOBER 1948) Pada tanggal 28 Oktober 1948 berdiri pula markas Besar Komando Sumatera dalam rangka mengadakan konsolidasi dan mengatur siasat untuk menghadapi agresi Belanda. Sebagai Panglima Maskar Besar Komando Sumatera diangkat Kolonel Hidayat, berkedudukan di Bukittinggi. Tetapi sebelum Kolonel Hidayat selesai mengadakan konsolidasi di Sumatera Belanda telah melancarkan aksi Militernya. Oleh karena itukegiatan MBKS tidak dapat dilaksanakan pada suatu tempat, tetapi berpindah-pindah antara lain ke Bonjol, Pasir Pabgarayan dan Tapanuli serta Aceh. Di sepanjang perjalanan Panglima Tentara & Teritorium Sumatera mengatur perang gerilya melawan Belanda. Perintah atau Komando diberikan sambil berjalan melalui radio, sehingga MBKS ini pernah diberi julukan "Komando Berjalan". Juga PTTS membantu keberlangsungan Pemerintah darurat Republik Indonesia di Sumatera. 50 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 44. PERANAN WANITA DALAM PERANG KEMERDEKAAN Perjuang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia, bukan hanya dilaksanakan oleh kaum pria saja, tetapi kaum wanita pun ikut berjuang melawan penjajahan Belanda. Perjuangan wanita Indonesia dipelopori antara lain oleh ibu Sumarsih Subyati Arudji Kartawinata di dalam wadah Lasykar Wanita Indonesia (LASYWI) yang mula-mula bermarkas di Bandung. Dalam mengembangkan organisasi laskar wanita, ibu Aridji Kartawinarta mengadakan perjalanan keseluruh jawa.Hasil perjalanan ini menimbulkan hasrat di kalangan kaum wanita Indonesia untuk mendirikan organisasi-organisasi Laskar wanita di daerahnya masing- masing,antara lain Laskar Putri Indonesia (LPI). Barisan Srikandi dan wanita pejuang. Laskar ini aktif di berbagai bidang perjuangan seperti Palang merah, dapur umum, membantu menjaga keamanan bahkan ada yang ikut bertempur di garis depan. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 51 45. LONG MARCH SILIWANGI (19 DESEMBER 1948) Belum lagi malapetaka yang diakibatkan pemberontakan PKI, rakyat Indonesia sudah pula harus mengalami ujian yang maha berat berupa Agresi Militer II Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Karena sudah diperhitungkan, bahwa Belanda akan melancarkan serangan, Kol. AH. Nasution, selaku Panglima Tentara & Tritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat totaliter yang kemudian terkenal sebagai Perintah Siasat no. 1 salah satu pokok isinya ialah : Tugas, pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal adalah ber wingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong-kantong gerilya sehingga seluruh pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas, salah satu pasukan yang harus melakukan wingate itu adalah kesatuan Siliwangi. Pada tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi beserta keluarga dari Jawa Tengah menuju daerah-daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat. Perjalanan ini yang dikenal dengan nama Long March Siliwangi, harus banyak menghadapi rintangan sekaligus serangan Belanda dan gangguan gerombolan DI/TII. 52 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 46. JENDERAL SOEDIRMAN BERGERILYA (19 DESEMBER 1948 - 10 JULI 1949) Meskipun Presiden dan Wakil Presiden dilawan oleh Belanda pada saat penyerbuan ke Ibukota Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948, TNI dan Polri tetap bergerilya di bawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Soedirman. Waktu itu Jenderal Soedirman dalam keadaan sakit keras. Namun semangat perjuangannya yang tinggi menyebabkan beliau memegang kembali pimpinan Angkatan Perang. Perjalanan bergerilya selama delapan bulan sejauh kurang lebih 1.000 km di daerah jawa Tengah dan Jawa Timur, ditempuhnya melalui bukit yang terjal, lembah yang curam, semak belukar dan hutan yang lebat. Tidak jarang beliau harus ditandu atau digendong karena kekuatan jasmaniahnya telah menurun. Setelah berpindah-pindah dari beberapa desa, akhirnya sejak tanggal 1 April 1948 dipilihlah desa Sobo sebagai markas besarnya selama bergerilya. Dari sinilah beliau mengeluarkan perintah-perintah dan mengadakan hubungan komando dengan kesatuan bawahan, sampai saat beliau kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 53 47. OPERASI RI-001 SEULAWAH DI LUAR NEGERI (26 JANUARI 1949) Pesawat Dakota RI-001 yang diberi nama Seulawah, artinya Gunung Mas adalah sumbangan masyarakat Aceh. Ketika pesawat ini diperbaiki di India, hubungan dengan induknya di Yogya terputus karena pusat pemerintahan RI diduduki Belanda RI-001 dengan nama Indonesia Airways yang dibentuk pada tanggal 26 Januari 1949, tepaksa dioperasikan di Rangoon, Burma, ikut mencari dana untuk perjuangan Republik Indonesia. Saat itu RI-001 terpaksa menerima tawaran operasi militer dari pemerintah Burma yang sedang menghadapi pemberontakan dalam negeri. Dari uang yang diperoleh dari hasil operasi itu dipergunakan untuk membeli sebuah pesawat Dakota RI-007 dan menyewa Dakota RI-009, juga dapat membantu perwakilan RI di luar negeri, membiayai kadet-kadet yang yang belajar di India dan Philipina. RI-001 di bawah pimpinan Wiweko Supono telah berkali-kali berhasil menerobos blockade Belanda dengan membawa perbekalan dan senjata-senjata ke Aceh. Setelah pengakuan Kedaulatan RI, awak RI-001 kembali meneruskan perjuangan di tanah air sedangkan Dakota RI-007 disumbangkan kepada pemerintah Burma sebagai tanda terima kasih Pemerintah RI. 54 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 48. SERANGAN UMUM 1 MARET DI YOGYAKARTA ( 1 MARET 1949) Pada tanggal 1 Maret 1949, TNI di bawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto mengadakan serangan umum terhadap kota Yogyakarta yang telah diduduki Belanda. TNI berhasil menerobos pertahanan serta menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Serangan ini dimulai pukul 06.00 sampai pukul 12.00 siang, itulah sebabnya serangan umum tanggal 1 Maret 1949 itu kemudian terkenal dengan nama " enam di Yogya" Serangan Umum 1 Maret 1949 mencapai sukses seperti yang telah direncanakan. Serangan politik dan strategis tercapai. Di bidang politikkedudukan Indonesia di foruminternasional kuat. Di bidang militer membuktikan kepada dunia luar, bahwa TNI mampu menggempur musuh, dengan menggunakan azas-azas perang modern. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 55 49. PENUMPASAN APRA DI JAWA BARAT (23 JANUARI 1950) Seorang serdadu Belanda bernama Westerling membentuk organisasi ratu Adil Persatuan Indonesia (RAPI) sebagai pemerintahan tandingan terhadap pemerintahan RI dan organisasi militer liar yang disebut APRA ( Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung. Westerling berhasil mempengaruhi beberapa ex serdadu KNIL yang bingung, kaum kapitalis Belanda, kaum reasioner dan golongan feudal untuk mendukung kehendaknya. Mereka melakukan terror pada tanggal 23 Januari 1950 di Bandung, yang mengakibatkan Letkol Lembong terbunuh bersama 79 prajurit lainnya. Untuk menumpas gerakan APRA, pemerintah mengirim pasukan ke Bandung antara lain dua Kompi Polisi di bawah pimpinan Komisaris II Polisi Sutjipto Yudodihardjo. Pasukan APRA akhirnya mengundurkan diri ke Bandung. Dalam gerakannya ke Jakarta, di Cianjur pasukan APRA mendapat perlawanan dari TNI AD dan Polri. Pasukan APRA kemudian masuk ke daerah perkebunan Vada untuk mengambil bantuan pasukan APRA dari pos penjagaan perkebunan, tetapi tidak berhasil. Akhirnya pasukan APRA di bawah pimpinan Van der Meulen yang dilengkapi dengan senjatanya menyerah kepada Angkatan Perang Republik Indonesia Serkat (APRIS). 56 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 50. PENUMPASAN PEMBERONTAKAN KNIL-KL DI UJUNG PANDANG (6 AGUSTUS 1950) Pada tanggal 5 April 1950 Kapten Andi Abdul Aziz menggerakan kompinya dengan dibantu oleh beberapa pasukan KNIL-KL untuk menawan Letkol Aj. Mokoginta beserta pasukannya yang telah berada di Ujungpandang. Pemerintah pusat di Jakarata telah mengeluarkan ultimatum kepadanya agar datang menghadap ke Jakarta 4x24 jam, tapi terlambat datang. Pada tanggal 7 April 1950 Kementerian Pertahanan mengeluarkan perintah agar APRIS mengirim suatu ekspedisi yang terdiri dari Brigade Garuda Mataram ke Sulawesi guna menumpas pemberontakan. Sebagai panglima operasi ditunjuk Kol.AE. Kawilarang. Ketegangan makin hari makin memuncak antara prajurit-prajurit APRIS dan serdadu KNIL-KL. Akhirnya pada tanggal 5 Agustus 1950 pasukan-pasukan KNIL- KL menyerang Markas Grigade Garuda Mataram yang dipimpin oleh Letkol Soeharto di Hotel Negara. Serangan ini berhasil digagalkan dan pasukan-pasukan KNIL-KL mundur ke tangsi-tangsi lawan. Dua buah pesawat B-26 dari AURIS membantu menyerang dari udara, dan dari laut, Kapal KRI Hang Tuah juga melepaskan tembakan-tembakan meriamnya. Akhirnya pasukan-pasukan KNIL-KL terjepit, mereka menghentikan Ujungpandang dan menyerahkan semua peralatan dan senjata kepada APRIS Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 57 51. PEREBUTAN BENTENG NIEUW VICTORIA DI KOTA AMBON (3 NOPEMBER 1950) Pada tanggal 25 April 1950, golongan separatis yang dipimpin oleh DR. Robert Steven Soumokil memproklamasikan "Republik Maluku Selatan" (RMS). Uluran tangan pemerintah untuk mencari penyesuaian secara damai di tolak oleh pihak RMS. Karena itu pemerintah RI melancarkan operasi militer ke Maluku yang dipimpin oleh Kol. AE. Kawilarang. Pendaratan pertama dilakukan di Namlea, Pulau Buru pada tanggal 14 Juli 1950, Sesudah itu diduduki Pulau Tanimbar, kepulauan Aru Kei dan pulau-pulau kecil lainnya. Akibatnya pusat kekuatan RMS di Ambon terkurung. Pada tanggal 28 September 1950 pasukan mendarat di pulau Ambon. Dalam pertempuran jarak dekat untuk merebut benteng Nieuw Victoria pada tanggal 3 Nopember 1950 di kota Ambon, grup pimpinan Letnan II Kolonel Slamet Ryadi gugur, tetapi seluruh kota dapat dikuasai Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Dengan jatuhnya kota Ambon kekuatan pokok RMS berhasil dipatahkan. 58 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 52. PENYERAHAN GEROMBOLAN GERAKAN IBNU HAJAR (9 OKTOBER 1956) Di sekitar tahun 1950, di Kalimantan Selatan terdapat gerombolan pemberontakan yang menamakan dirinya. Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT) yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Kesatuan Angkatan Perang dan polisi secara terus menerus mengadakan pengejaran terhadap gerombolan. Pada tanggal 9 Oktober 1956 Ibnu Hajar menyerahkan diri, tetapi kemudian berkhianat lagi. Setelah itu ternyata pada tahun 1957 ia diangkat oleh Kartosuwirjo (Iman DI/TII) menjadi menteri Negara, Gubernur militer dan Panglima Divisi Tentara Islam Indonesia (TII) untuk daerah Kalimantan. Dengan dilancarkannya operasi secara terus menerus oleh angkatan perang dan polisi akhirnya pada tahun 1963 ia terpaksa menyerah tanpa syarat. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 59 53. P E N D A R ATA N A P R I D I PA D A N G ( 1 7 A P R I L 1 9 5 8 ) Sekelompok golongan politik telah berhasil memperalat beberapa tokoh militer tertentu di daerah-daerah untuk ingkar pada Sapta Marga dan Pancasila. Mereka membentuk dewan-dewan di daerah untuk memperjuangkan tututan terhadap pemerintah pusat. Dalam suatu reuni yang diadakan oleh beberapa anggota Angkatan Darat yang selama perang kemerdkaan tergabung dalam Devisi Banteng di Padang pada bulan Nopember 1956, di bentuk dewan- dewan. Dewan-dewan itu terdiri dari dewan gajah di bawah pimpinan Kolonel Simbolon di Medan, Dewan Banteng di bawah pimpinan Letkol Achmad Husein di Padang. Dewan Garuda di Sumatera Selatn di bawah pimpinan Letkol Barlian dan Dewan Manguni di bawah pimpinan Letkol Ventje Sumual di Manado. Pada tanggal 15 Februari 1958 pimpinan Dewan Banteng Letkol A. Husein memproklamasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang memberontak terhadap Pemerintah Pusat. PRRI di pimpin oleh Syafrudin Prawira Negara. Dalam usahanya untuk menyelamatkan Negara RI dari bahaya perpecahan dan kehancuran. Angkatan perang melancarkan operasi militer gabungan. Salah satu diantaranya adalah Operasi 17 Agustus yang di pimpin oleh Kolonel A. Yani. Operasi ini bertugas membebaskan daerah Sumatera Barat dari kekuasaan PRRI. 60 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 54. TERTEMBAK JATUHNYA PESAWAT B-52 ALLAN LAWRENCE POPE (18 MEI 1958) Pada saat pusat kekuatan angkatan perang diarahkan ke Sumatera untuk menghadapi PRRI, keunggulan udara di Indonesia Timur berada di tangan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Angkatan Udara revolusioner (AUREV) mempunyai sekurang-kurangnya 8 pesawat dan 40 orang penerbang bayaran bangsa asing, diantaranya Allan Lawrence Pope yang berkebangsaan Amerika. Mereka telah melakukan serangan udara terhadap mandai, jailolo, Ambon dan Balikpapan. Setelah kekuatan Angkatan Perang dialihkan dari Sumatera ke Indonesia Timur, keunggulan di udara dapat kita kuasai kembali. AUREV berhasil di hancurkan oleh APRI dalam operasi Mena. Hancurnya beberapa pesawat Mustang P-51 dan dua buah pesawat pembom B-25 merupakan bukti kerugian di pihak AUREV. Bahkan penerbang B-25 Allan Pope tertangkap hidup pada tanggal 18 Mei 1958 di Pulau Tiga, teluk Ambon sebagai akibat serangan balasan awak kapal KRI Baumasepe dengan dibantu oleh pesawat Mustang AURI. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 61 55. PEMBEBASAN KOTA MANADO (26 JUNI 1958) Di samping PRRI, melalui Dewan Manguni lahir pulau Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Makasar yang diproklamasikan oleh Letkol samba pada tanggal 17 Februari 1958. Dengan demikian Sulawesi memutuskan hubungan dengan Pemerintah Pusat dan menyosong berdirinya PRRI., untuk menumpas Pemberontakan Permesta itu, APRI melancarkan Operasi Merdeka di pimpinan Letkol Rukminto Hendraningrat. Pada tanggal 16 Juni 1958 pasukan-pasukan yang tergabung dalam Amphibious Task Force (ATF) mendarat di Ponto dan mengadakan serangan ke pangkalan Udara Mapanget, sedangkan kapal Angkatan Laut merapat di Bitung kemudian pasukan pimpinan Letkol Rukminto bergerak menuju Manado dan kota ini berhasil dibebaskan dari tangan Permesta pada tanggal 26 Juni 1958. 62 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 56. KOMANDO MANDALA PEMBEBASAN IRIAN (2 JANUARI 1962) Setelah Presiden Soekarno mencanangkan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada tanggal 19 Desember 1961 di Yogya, dimulailah konfrontasi fisik terhadap Belanda dalam rangka perjuangan pembebasan Irian. Dalam rangka operasi militernya, pada tanggal 2 Januari 1962 Presiden mengeluarkan Keputusan No. 1 Tahun 1962 untuk membentuk suatu Komando Mandala. Selaku pimpinan tertinggi Komando Mandala Pembebasan Irian diangkatlah beberapa perwira tiga angkatan perang. Mereka adalah Mayjen TNI Soeharto sebagai Panglima, Komodor Laut Sudomo sebagai Wakil Panglima I, Komodor Utara Penerbangan Leo Wlimena sebagai Wakil Panglima II dan Brigjen TNI Achmad Tohir sebagai Kepala Staf Gabungan. Merekalah yang mengendalikan gerakan- gerakan operasi terhadap Belanda yang masih menguasai Irian. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 63 57. P E R T E M P U R A N D I L A U T A R U ( 1 5 J A N U A R I 1 9 6 2 ) Dalam rangka pembebasan Irian, seluruh kegiatan ditingkatkan, baik melalui patrol laut dan udara ke daerah perbatasan maupun infiltrasi sukarelawan masuk ke wilayah Irian. Pada tanggal 15 Januari 1962 ketika kesatuan angkatan laut yang teridi dari KRI Macan Tutul, KRI Macan Kumbang, KRI Harimau melakukan patrol laut keperbatasan, tiba-tiba ketiga motor Torpedo Boat (MTB) ini diserang oleh 2 buah kapal perusak Belanda. Suatu pertempuran laut tidak bisa dihindarkan. Dengan segala kemampuan yang ada, KRI Macan Tutul membalas serangan tersebut, namun akhirnya tenggelam bersama Deputi Kepala Staf Angkatan Laut Komandan Yos Sudarso yang ikut di dalamnya. 64 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 58. PENERJUNAN DI TEMINABUAN (19 MEI 1962) Dalam rangka perjuangan membebaskan Irian, Presiden mengumumkan Tri Komando Rakyat pada tanggal 19 Desember 1962. Penyusupan gerilyawan ke Irian segera dilaksanakan baik dari laut maupun udara. Salah satu penyusupan yang dramatis adalah penerjunan di kampong Wersar, distrik Teminabuan pada tanggal 19 Mei 1962 yang dilakukan oleh 80 orang anggota PGT-AURI dalam operasi Srigala. Mereka berhasil untuk pertama kali mengibarkan Sang Merah Putih dibawah hujan peluru roket dari pesawat Belanda, kisah heroic ini telah mereka bayar mahal dengan tewasnya 53 anggota AURI. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 65 59. TERTANGKAPNYA S.M. KARTOSUWIRYO DI JAWA BARAT (4 JUNI 1962) Pada waktu pemerintah Republik Indonesia menghijrahkan tentaranya dari daerah-daerah kantong gerilya di wilayah yang telah diduki tentara Belanda, pasukan-pasukan Hisbullah dan Sabilillah tidak mau mentaati perintah berhijrah ini. Mereka membentuk gerakan "darul Islam" dan pada bulan Agustus 1949 mereka memproklamirkan Negara Islam Indonesia dengan SM Kartosuwiryo sebagai Imamnya. Mereka melakukan pemberontakan bersenjata terhadap Republik Indonesia. Bertahun-tahun Pemerintah Indonesia berusaha menyelesaikan masalah Darul Islam dengan cara musyawarah, tetapi tidak membawa hasil. Baru pada tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo beserta pengawalnya dapat ditangkap hidup-hidup oleh Kompi C Yon 328 Kujang II/Siliwangi dan berakhirlah petualangan Darul Islam di Jawa Barat. 66 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 60. DEWA RUCI MELANGLANG BUANA (8 MARET 1964) Pada jaman bahari bangsa Indonesia telah terkenal sebagai bangsa pelaut yang ulung. Pada masa kini keberanian menentang gelombang Samudra telah diwarisi oleh Taruna-taruna Indonesia. Pada tanggal 8 Maret 1964 dengan sebuah kapal latih Dewa Ruci, calon- calon perwira remaja Angkatan Laut, telah berhasil membuktikan kemampuan dan keuletan dalam pelayanan mengarungi lautan. Pelayaran itu dinamakan Operasi Sang Saka Jaya Samudra dalam rangka muhibahnya keliling dunia. 61. TERTEMBAKNYA KAHAR MUZAKAR (3 FEBRUARI 1956) Setelah pengakuan kedaulatan, Komandan Teritorium VII Indonesia Timur Kolonel Kawilarang mengumpulkan kesatuan-kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan untuk disalurkan kembali ke masyarakat. Namun sebagai anggota Kesatuan Gerilya di bawah pimpinan Kahar Muzakar menghendaki agar mereka diterima sebagai anggota Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Keinginan itu sukar diterima oleh pemerintah, karena sebagian anggota APRIS sendiri akan didemobilisasikan. Karena keinginannya tidak terpenuhi, Kahar Muzakar dengan Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 67 anggotanya mengundurkan diri ke gunung-gunung dan mulai mengadakan perlawanan terhadap pemerintah. Pemerintah segera melancarkan operasi militer untuk menumpas perlawanan Kahar Muzakar yang memakan waktu bertahun-tahun lamanya. Akhirnya pada tanggal 13 Februari 1965 Kahar Muzakar, pemimpin pemberontakan di Sulawesi Selatan di tembak mati dalam suatu penyergapan di tepi sungai Lasalo, Sulawesi Tenggara oleh Peleton 1 kompi D, Yon 330 Kujang I/Siliwangi di bawah pimpinan Peltu Soemarna. 62. JENDERAL SOEHARTO MENGUASAI KEADAAN (1 OKTOBER 1965) Pada tanggal 1 Oktober 1965 Partai Komunis Indonesia kembali mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan Republik Indonesia yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September (G 30S/PKI). Mereka menculik dan membunuh jenderal-jenderal pimpinan Angkatan darat dengan maksud melumpuhkan kekuatan Pancasila. Pada saat Negara sedang dalam bahaya. Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Mayor Jenderal Soeharto tampil untuk menyelamatkan Negara. 68 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala Langkah pertama yang diambil adalah mengambil alih pimpinan angkatan darat yang waktu itu kosong, karena gugurnya Jenderal Ahmad Yani. Setelah RRI dan kantor Pusat Telekomunikasi dikuasai kembali, selanjutnya diadakan penumpasan terhadap konsentrasi kekuatan G 30S/PKI yang berada di Pangkalan Udara Utama Halim, Jakarta. Padi hari tanggal 2 Oktober 1965 Halim berhasil dibebaskan. 63. MISI - MISI GARUDA Sesuai dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945, Republik Indonesia ikut serta dalam pelbagai usaha memelihara perdamaian dunia. Dalam rangka usaha tersebut, atas permintaan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), RI telah berulang kali mengirimkan pasukan keamanan ke berbagai wilayah dunia yang sedang mengalami perang atau sengketa bersenjata. a. Pada tanggal 9 Januari 1957, pasukan Garuda I telah dikirim ke Mesir sebagai pasukan Pengawas Keamanan Internasional. b. Pada tanggal 10 September 1960, Pasukan Garuda II telah dikirim ke Kongo untuk memulihkan keamanan di Negara tersebut. Kemudin disusul dengan pasukan Garuda III. c. Pada tanggal 23 Januari 1973, pasukan Garuda IV diberangkatkan Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 69 ke Vietnam untuk bertugas di dalam Komisi Pengawas Internasional. Kemudian disusul oleh pasukan Garuda V dan Garuda VII. d. Pada tanggal 25 Desember 1973, Pasukan Garuda VI mulai bertugas di Timur Tengah sebagai Pasukan Keamanan PBB. 64. PENGANGKATAN TUJUH JENAZAH PAHLAWAN REVOLUSI DARI SUMUR LUBANG BUAYA (4 OKTOBER 1965) Usaha untuk mengetahui nasib para yang diculik G30S/PKI dilakukan setelah Pangkalan Udara Halim dibersihkan dari pasukan- pasukan G30S/PKI. Berkat petunjuk seorang anggota Polri Bhayangkara Dua Sukitman yang ditangkap G30S/PKI tetapi berhasil meloloskan 70 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala diri, pada tanggal 3 Oktober 1965 dipastikan sebuah sumur tua di Lubang Buaya dipakai untuk mengubur para jenderal tersebut. Berhubung kesulitan teknis, baru pada hari berikutnya tujuh jenazah berhasil diangkat oleh anggota-anggota Kesatuan Intai Para Ampibi (Kipam) KKO-AL. Satu pertasu jenazah diangkat dengan hati-hati , yakni jenazah Letjen A. Yani, Mayjen Suprapto, Mayje MT. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen Di. Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo dan Letnan Satu Piere Tendean. Mereka diangkat sebagai pahlawan Revolusi, dinaikan pangkat setingkat dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. 65. SIDANG UMUM IV MPRS (20 JUNI - 5 JULI 1966) Setelah Pemberontakan G30S/PKI, tututan rakyat agar dilaksanakan pemurnian UUD 1945 telah mendorong Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) bersidang. Sidang Umum IV MPRS berlangsung dari tanggal 20 Juni - 5 Juli 1966. Sidang berhasil mengeluarkan beberapa ketetapan yang dijadikan landasan bagi ditegakkannya kembali prinsip-prinsip konstitusional, menumbuhkan kehidupan demokrasi dan menegakkan hukum. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 71 Ketetapan sidang adalah mengukuhkan Surat Perintah 11 Maret menjadi Ketetapan MPRS No. IX/MPR/1966, mensahkan tindakan-tindakan yang diambil panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Letjen Soeharto, mengenai pembubaran PKI, kebijaksanaan di bidang Hankam, pendidikan dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Sidang juga telah memilih pimpinan baru MPRS dengan Jenderal AH. Nasution sebagai Ketua. 66. OPERASI BARUNA (1966) Untuk menggali sumber-sumber penting di dasar laut bagi perkembangan ekonomi suatu bangsa, Angkatan Laut RI melakukan penyilidikan-penyelidikan ilmiah. Salah satu penyelidikan itu dikenal dengan nama Operasi Baruna. Operasi ini tidak hanya bermanfaat bagi ekonomi nasional, tapi juga sangat bermanfaat bagi kepentingan- kepentingan militer dan politik dalam rangka pembinaan pertahanan keamanan nasional. Dalam melaksanakan operasi Baruna, ALRI bekerja sama dengan pihak Perguruan Tinggi seperti Universitas Indonesia dan ITB maupun dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 72 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 67. OPERASI TRISULA Setelah pemerintah membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966, pemimpin PKI yang belum tertangkap melakukan gerakan bawah tanah untuk membangun kembali partainya. Mereka membangun basis-basis dan Blitar Selatan merupakan basis yang terbesar. Di daerah ini berkumpul banyak tokoh PKI. Untuk menumpas kegiatan sisa-sisa PKI di Blitar Selatan, Kodam VIII/Brawijaya melancarkan operasi militer pada tanggal 3 Juli 1968. Operasi ini disebut Operasi Trisula dan dipimpin oleh Kolonel Witarmin. Setelah operasi ini berhasil mematahkan kekuatan PKI di Blitar Selatan, kemudian dilancarkan Operasi Teritorial, yang mengadakan penerangan kepada rakyat yang telah dipengaruhi PKI dan meningkatkan taraf hidup mereka. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 73 68. PENUMPASAN GEROMBOLAN PGRS PARAKU Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) merupakan gerakan Cina komunis. Gerakan ini yang timbul di Kalimantan Barat dan Serawak pada tahun 1962, menentang pembentukan Negara Federal Malaysia. Setelah pemberontakan G30S/PKI ditumpas, Indonesia yang mengakhiri politik konfrontasinya dengan Malaysia menyerukan kepada pasukan PGRS dan Paraku untuk mengakhiri perlawanan dan menyerahkan senjata-senjatanya. Namun dengan bantuan RRC dan penggabungan sisa-sisa G30S/PKI, mereka menyerang pangkalan Udara Singkawang pada tanggal 16 Juli 1967. Dalam menghadapi serangan tersebut, TNI melancarkan Operasi Tertib dan Operasi Sapu Bersih yang didukung oleh rakyat dan pasukan Malaysia di sepanjang perbatasan. Operasi militer yang berhasil ini kemudian disusul dengan operasi terkenal yang menghancurkan jaringan sel-sel gerombolan. 74 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 69. PENYAMBUTAN DUA PAHLAWAN DWIKORA DI MARKAS BESAR ABRI (17 OKTOBER 1968) Pada waktu Indonesia sedang bermusuhan dengan Malaysia dan Singapura, tiga orang sukarelawan Indonesia berhasil menyusup ke Singapura. Pada tanggal 8 Maret 1965, mereka berhasil melakukan sabotase dan meledakkan obyek vital yaitu Gedung McDonald di Singapura. Namun Usman dan Harun tertangkap dan kemudian diadili sebagai penjahat perang. Pemerintah Indonesia berusaha menyelamatkan jiwa mereka justru pada saat permusuhan antara Indonesia dengan Malaysia sudah berakhir, namun pengadilan Singapura tetap pada vonisnya. Pada tanggal 17 Oktober 1968 keduanya menjalani hukuman mati di penjara Changi, Singapura. Jenazah mereka di bawa ke Indonesia dan sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, kedua jenazah di semayamkan di Markas Besar Hankam/TNI, Jakarta, yang mendapat sambutan besar dari TNI dan masyarakat. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 75 70. TRANSMIGRASI ABRI KE LUAR JAWA Transmigrasi TNI pada hakikatnya berpangkal tolak pada pembinaan prajurit-prajurit konsumen menjadi prajurit produsen. Untuk sementara para transmigran bersifat agraris, yaitu melakukan usaha di proyek-proyek pertanian. Di dalam perkembangannya kegiatan- kegiatan yang bersifat agraris ditingkatkan kepada kegiatan bersifat non agraris. Karena terbatasnya area tanah di Pulau Jawa, maka transmigran TNI dari pulau-pulau lainnya mutlak perlu dan mulai dilaksanakan sejak tahun 1972. Lampung merupakan daerah lokasi transmigrasi TNI yang pertama. 76 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 71. OPERASI KAMTIBMAS (27 JULI 1971) Gangguan terhadap keamanan dan ketertiban suatu masyarakat (Kamtibmas) tidak hanya terdapat dalam bentuk kejahatan senjata, tetapi juga dalam bentuk lain seperti kenakalan remaja dan narkotika. Sesuai dengan fungsinya sebagai alat pertahanan dan keamanan, Polri bertugas menanggulangi gangguan social itu. Untuk menghindari bahaya narkotika yang dapat merusak generasi muda Indonesia, yang berarti merusak kehidupan bangsa dimasa depan, Polri melancarkan Operasi Narkotika. Operasi tersebut dilancarkan dengan dua cara yakni Operasi Narkotika "A" yang mengadakan tindakan terhadap segala jenis kejahatan dan pelanggaran yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkotika. Sedangkan melalui Operasi Narkotika "B", Polri mengadakan penerangan luas kepada masyarakat luas mengenai bahaya narkotika. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 77 72. OPERASI BHAKTI DI SEGALA BIDANG Ikut sertanya TNI dalam kegiatan-kegiatan di luar bidang Hankam dilakukan dalam bentuk Operasi Bhakti, memanfaatkan kemampuan, keahlian, teknik dan dana. Daya dan tenaga TNI untuk kepentingan masyarakat. Sasaran Operasi Bhakti TNI meliputi semua aspek kehidupan bangsa. Di bidang pertanian, TNI membantu pembangunan irigari, perluasan daerah pertanian dan pemberantasan hama. Di bidang komunikasi, bantuan dilakukan dalam bentuk pembangunan jalan baru dan memperbaiki jalan-jalan yang rusak. Operasi Bhakti juga aktif dalam menanggulangi korban bencana alam seperti bencana banjir, kebakaran dan letusan gunung merapi. Di Samping itu, TNI bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ilmiah mengadakan penelitian di berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti bidang geologi, geografi dan angkasa luar. Penelitian itu bertujuan membantu usaha pemerintah untuk meningkatkan social ekonomi bangsa. 73. BERGABUNGNYA TIMOR TIMUR (17 JULI 1976) Pada bulan April 1974 timbul Revolusi Bangsa di Portugal yang berpengaruh pada kondisi Negara jajahan ini berdiri partai politik, yaitu Apodeti, UDT, Kota, Trabalista fan Fretelin. Fretelin merupakan partai beraliran kiri yang didukung oleh Angkatan Bersenjata Portugal. Dengan kekuasaan ini, Fretelin menekan lawan-lawan politiknya sehingga pecah perang saudara pada bulan Agustus 1975. Dalam perang saudara puluhan ribu rakyat mengungsi ke wilayah RI. Para pimimpin dari partai politik kecuali Fretelin meminta pemerintah RI untuk membantu rakyat-rakyat yang teraniaya dan mereka menyatakan keinginannya untuk berintegrasi dengan RI. Kesempatan terbuka dengan direbutnya kota Dili yang dikuasai Fretelin pada tanggal 7 Desember 1975, oleh pasukan pejuang Timor Timur yang dibantu oleh pasukan Indonesia. Atas nama Timor Timur Arnold Dos Reis Araujo (Apodate) dan Fransisco Xavier Lopes Da Cruz (UDT) menyatakan berdirinya pemerintahan sementara dan mereka menyampaikan kembali keinginan rakyat Timor Timur untuk berintegrasi dengan RI. 78 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala Dengan didahuluinya oleh Komisi Fact Finding, DPR-RI menerima keinginan rakyat Timor Timur resmi menjadi salah satu wilayah RI. Sejak 17 Juli 1976 Timor Timur secara resmi merupakan wilayah RI. 74. JENDERAL SOEHARTO DI PILIH SEBAGAI PRESIDEN RI ( 23 MARET 1973) Pada tanggal 23 Maret 1973 Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mensahkan calon tunggal Jenderal TNI Soeharto sebagai Presiden RI terpilih. Peristiwa tersebut merupakan pertama kalinya Presiden RI dipilih oleh MPR hasil pemilihan umum. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 79 RUANG SERAGAM Di ruang ini dipamerkan seragam-seragam yang pernah digunakan oleh TNI sejak tahun 1945 hingga sekarang. Seragam TNI semasa perang kemerdekaan antar lain seragam BKR, seragam Badan-badan Perjuangan dan seragam TKR serta TRI. Seragam TNI lainnya yang digunakan pada periode 1950, sekarang terdiri dari tiga jenis yakni pakaian Dinas Harian (PDH), Pakaian Dinas Lapangan (PDL) dan Pakaian Dinas Upacara (PDU). 80 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala BALAIRUNG PAHLAWAN Suatu ruangan yang memamerkan 23 patung tokoh-tokoh TNI yang telah diangkat menjadi Pahlawan Nasional maupun Pahlawan Revolusi dengan patung Jenderal Soedirman dan Letjen Oerip Soemohardjo sebagai sentralnya. Patung Pahlawan Nasional terdiri dari Jen. Gatot Subroto, Laksamana RE. Martadinata, Sersan KKO Usman, Kopral KKO Harun, Jenderal Basuki Rahmat, Laksamana Muda Yosaphat Sudarso, Marsda A. Adisutjipto, Marsda Abdulrachman Saleh, Marsda halim Perdana Kusuma, Marsma Iswayudi, Kolonel I Gusti Ngurah Rai, Jenderal Besar AH. Nasution. Sedangkan patung Pahlawan Revolusi terdiri dari Jenderal A. Yani, Letjen R. Suprapto, Letjen MT Hariyono, Letjen S. Parman, Mayjen DI. Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomihardjo, Brigjen Katamso, Kol. Sugiono, Kapten Piere A. Tendean, Ajun Inspektur Polisi Kelas II Karel Satsuit Tubun. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 81 KOLEKSI KENDARAAN TEMPUR Koleksi kendaraan tempur yang dimiliki MS pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bagian : Pertama, kendaraan tempur yang merupakan pemberian Belanda setelah Pengakuan kedaulatan seperti : Tank Stuart, Humber Scout Car, Panser M8. Kendaraan tempur ini berjasa dalam operasi-operasi penumpasan Pemberontakan PRRI di Sumatera, Permesta di Sulawesi dan DI/TII di Sumatera, Jawa dan Sulawesi. Kedua, kendaraan tempur yang dibeli Pemerintah RI dari Negara- negara Blok Timur dalam rangka persiapan Trikora, seperti Tank PT-76, Panser BTR-152, BTR-50, Kapa K-6A. Selain digunakan semasa Trikora, kendaraan tempur ini juga pernah digunakan dalam Operasi Seroja di Timor Timur. 82 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala TAMAN DIRGANTARA Taman dirgantara adalah tempat memamerkan tiga belas pesawat terbang yang pernah dipakai oleh TNI sejak masa perang kemerdekaan. Diantaranya yang terkenal dan dianggap berjasa adalah Curen, pesawat latih buatan Jepang tahun 1933 yang berhasil dirampas oleh pejuang-pejuang Indonesia di awal kemerdekaan semasa Agresi Militer I Belanda, pesawat Curen yang dikemudikan Suharmoko Harbani berhasil membom kedududkan Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa pada tanggal 29 Juli 1947. C-47 Dakota (RI-001 Seulawah), pesawat hasil sumbangan rakyat Aceh tahun 1948,. Semasa Perang kemerdekaan pesawat ini menjadi sarana "jembatan udara" yang menghubungkan Jawa dan Sumatera. WEL RI-X, adalah pesawat pertama yang dirancang dan dibangun oleh putra-putra Indonesia yang tergabung dalam Biro Rencana dan Konstruksi AURI pada tahun 1948. Pesawat experiment ini yang menggunakan mesin motor Harley Davidson diprakasai oleh Opsir Udara III Wiweko Soepomo. P-51 Mustang merupakan salah satu pesawat yang didapat dari Belanda setelah pengakuan kedaulatan. Pesawat jenis pemburu ini, sangat berjasa dalam menumpas pemberontakan di Sumatera dan Sulawesi pada periode 1950 an. MIG-21, adalah salah satu peralatan perang yang dibeli pemerintah Indonesia dari Negara Blok Timur (Rusia) dalam rangka persiapan perebutan Irian Barat (Trikora) dari tangan Belanda. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 83 84 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala KOLEKSI BARU TAHUN 2021 PESAWAT TNI AU OV-10F BRONCO Spesifikasi pesawat OV-10F Bronco : Awak : 2 Sayap : 4 ft 0 in (12,19 m) Panjang : 41 ft 7 in (12,67 m) Mesin : 2X Garret T 76-G420/412 Turboprop 715 hp (533 kw) each Kecepatan max : 281 mph (452 km/jam) Jarak tempuh : 576 ml (927 km) Ketinggian : 25.000 ft ( 7,315 km) terbang Skadron : Skadron Udara 3 penempatan Skadron Udara 1 Skadron Udara 21 Skadron : Skadron Udara 3 penempatan Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 85 Persenjataan : Senjata api 4 x 7,62 x 51 mm M60C machine guns Titik keras 5 fuselage and 2 underwing dengan ijin untuk mengangkut: a. Roket 7- or 9- tube launchers for 2,75” FFARs or 2- or 4- tube launchers b. Rudal AIM-9 Sidewinder (wing pylons only) c. Bom up to 500 lb d. SUU-11/A or Mk 4 Mod gun Pods Sejarah Pesawat OV-10F Bronco, pada tahun 1976-1979 melaksanakan Operasi Seroja di Timor Timur. Tahun 1977-1978 Operasi Tumpas 1 dan 2 di Irian Jaya, Operasi Halilintar di Riau tahun 1980, Operasi Buruh/Petir di Manado tahun 1981-1982, Operasi Kikis di Timor Timur tahun 1985-1987, Operasi Tumpas 3 dan 4 di Irian Jaya tahun 1981-1982, Operasi Tuntas di Timor Timur tahun 1983-1985, Operasi Halau di Natuna tahun 1985-1987, Operasi Watumisa di Timor Timur tahun 1985-1989, Operasi Rencong Terbang di Aceh tahun 1985-1989, Operasi Oscar di Sulawesi tahun 1991- 1998, Operasi Hiu Elang di NTT tahun 1999, Operasi Imbang Terbang di Medan tahun 2002-2003, Operasi Rencong Terbang di Sabang tahun 2003- 2005, dan Operasi Pam ALKI di Kupang/Lombok tahun 2007. 86 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala RADAR AWS II (ADDLESTONE WEYBRIDGE SURREY) Negara Asal : Inggris Type Antena : Decca Plessey Hydra Jenis : Fix Rada Bagian Antena : Reflector Low Beam dan Reflector High Beam Panjang Antena : 7,1 meter Berat Antena : 4,3 ton Operating Frequency : 2,7 – Ghz Putaran : 6 RPM (Rotasi Per Menit) Sumber tegangan : 3-Phase 380-440V 50 Hz Daya : 607 KW Jarak Jangkau : 180 NM Radar Hanud buatan Inggris ini merupakan radar canggih pada masanya, diinstal pertama di Cisalak dan beberapa lokasi di pulau Jawa untuk memperkuat system pertahanan TNI Angkatan Udara sebagai radar peringatan dini early warning system dan radar GCI (Ground Control Interception) oleh teknisi-teknisi radar AURI tahun 1962-1964. Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala 87 Tahun 1997, radar ini direvitalisasi di Depolek 02 Smo (sekarang Depohar 50) menggunakan antenna Decca Plessey Hydra dari Cisalak yang akan ditempatkan di Congot. Pada awal tahun 2000 radar Plessey AWS II digeser dan diinstal di Satuan Radar 215 Congot. Tahun 2018, Dilaksanakan reinstall antenna radar Plessey AWS II diganti dengan radar Weibel MR-II. Tahun 2021, Radar ini diabadikan di Museum Satriamandala. 88 Pusat Sejarah TNI Museum Satriamandala

Tags

museum history Indonesian military TNI
Use Quizgecko on...
Browser
Browser