Teori Sosial dan Psikologi Hubungan

Prasangka muncul ketika kelompok merasa sumber daya terbatas dan kelompok lain dianggap sebagai ancaman terhadap akses atau pemeliharaan sumber daya tersebut.

Prasangka seringkali dipicu oleh konflik atas pembagian sumber daya yang terbatas. Kelompok yang merasa terancam akan bersaing meraih atau mempertahankan sumber daya tersebut.

Evaluasi dan penilaian terhadap kelompok luar seringkali didasarkan pada reaksi irasional, bukan logika.

Kelompok yang mengalami frustrasi menyalahkan kelompok lain yang tidak bersalah atas masalah mereka.

Frustrasi menciptakan ketegangan fisik dan psikologis yang dilepaskan melalui agresi terhadap sasaran yang dianggap lemah.

Model yang menjelaskan bagaimana stereotip tentang kelompok luar terbentuk, berdasarkan evaluasi dan reaksi emosional.

Persaingan atas sumber daya yang terbatas bisa memicu munculnya prasangka.

Cara seseorang memberikan pembenaran untuk memperlakukan kelompok lain secara tidak adil dalam rangka mendapatkan sumber daya.

Perlakuan berbeda atau tidak adil terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan faktor seperti ras, gender, atau kepercayaan.

Bentuk diskriminasi yang tidak langsung terlihat atau terasa, tapi tetap merugikan.

Dorongan alami manusia untuk menjalin hubungan positif dengan orang lain.

Tindakan mengecualikan atau mengabaikan seseorang dari kelompok sosial.

Kedekatan geografis yang memengaruhi peluang seseorang disukai.

Pengaruh penampilan fisik terhadap keinginan menjalin hubungan.

Pandangan bahwa preferensi pasangan didorong oleh strategi reproduksi.

Jalinan hubungan dengan orang lain yang secara signifikan memengaruhi kesejahteraan psikologis dan fisik.

Harapan bahwa orang akan membantu, bukan menyakiti, orang yang telah membantu mereka.

Orang harus membantu orang yang membutuhkan, tanpa memperhatikan pertukaran di masa depan.

Temuan bahwa seseorang kurang mungkin memberikan bantuan ketika ada pengamat lain.

Evolusi telah memilih altruisme terhadap kerabat dekat untuk meningkatkan kelangsungan hidup gen yang dimiliki bersama.

Kelompok altruis yang saling mendukung akan bertahan lebih lama dibandingkan kelompok non-altruis.

Organisme membantu yang lain karena mengharapkan bantuan sebagai imbalan.

Keinginan untuk membantu dipengaruhi oleh pertimbangan yang melayani diri sendiri dan yang tidak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi apakah seseorang akan membantu orang lain, seperti jumlah orang lain yang ada.

Perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal.

Bentuk agresi yang sangat ekstrim dan berbahaya bagi korban.

Motivasi di balik perilaku agresif. Contohnya, untuk mendapatkan sesuatu, membalas dendam, atau menunjukkan dominasi.

Bagaimana perilaku agresif dipelajari dan dibentuk. Misalnya, melalui pembelajaran observasional dari orang lain.

Pengaruh negatif dari menonton kekerasan dalam media terhadap perilaku agresif.

Kondisi atau situasi yang meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku agresif. Contohnya, frustasi, provokasi, dan suhu panas.

Kemampuan untuk mengendalikan emosi dan impuls agresif.

Cara-cara untuk mengurangi atau mengatasi perilaku agresif. Contohnya, latihan kontrol diri, komunikasi asertif, dan mencari bantuan profesional.

Perasaan tidak nyaman atau kesal yang muncul ketika kita terhalang dalam mencapai tujuan atau kepuasan.

Frustrasi dapat memicu perilaku agresif sebagai cara untuk melepaskan kekecewaan atau ketegangan.

Agresi yang tidak ditujukan langsung ke sumber frustrasi, melainkan dialihkan ke target lain yang lebih aman.

Perasaan tidak puas atau kurang beruntung dibandingkan dengan orang lain, meskipun secara objektif tidak selalu buruk.

Perbedaan besar dalam pendapatan antara orang-orang dalam suatu masyarakat, yang dapat berkontribusi pada peningkatan tingkat kriminalitas dan ketidakbahagiaan.

Perdebatan tentang apakah agresi merupakan perilaku bawaan atau hasil pembelajaran.

Faktor-faktor sosial seperti takut hukuman atau ketidaksetujuan dapat menghambat perilaku agresif.

Teori yang menyatakan bahwa agresi dipelajari melalui pengamatan dan pengalaman, bukan hanya dorongan internal.

Ketika orang berulang kali mendapatkan manfaat dari perilaku agresif, mereka cenderung mengulangi perilaku tersebut.

Agresi yang dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti mendapatkan sesuatu atau mencapai sesuatu, bukan hanya karena emosi.

Teori yang menyatakan bahwa individu belajar agresi melalui pengamatan perilaku orang lain.

Perilaku orang tua, khususnya penggunaan kekerasan fisik sebagai disiplin, dapat mempengaruhi kemungkinan anak menjadi agresif di masa depan.

Lingkungan di luar keluarga, seperti komunitas dan media, juga dapat menjadi model dan memperkuat perilaku agresif.

Kekerasan cenderung menciptakan siklus kekerasan, di mana individu yang mengalami kekerasan cenderung menggunakan kekerasan dalam hubungan mereka.

Gaya pengasuhan yang menggunakan kekerasan fisik sebagai disiplin, yang dapat menyebabkan anak menjadi lebih agresif dan berpotensi menjadi pelaku kekerasan.