Sejarah Psikologi Klinis

Sejarah Psikologi Klinis

• Istilah "psike" digunakan untuk merujuk pada otak, yang diartikan sebagai "jiwa", "mental", atau "mind".
• Hippocrates menyatakan bahwa semua perilaku, termasuk gejala penyakit, berasal dari otak.
• Lightner Witmer menggabungkan istilah Psikologi Klinis.
• Psikologi klinis berhubungan dengan area akademik, sementara klinis berhubungan dengan klinik atau tempat orang berobat.
• Tahun 1896 dianggap sebagai tahun lahirnya psikologi klinis, dan Lightner Witmer dianggap sebagai Bapak Psikologi Klinis.
• Bidang terapan psikologi klinis berlandaskan pada dua disiplin ilmu, yaitu psikologi akademik dan kedokteran (terutama psikiatri).
• Masalah yang muncul dalam psikologi klinis meliputi identitas psikolog klinis, istilah yang digunakan, dan kewenangan dalam melakukan psikoterapi.
• Psikolog klinis dapat menjadi ilmuwan atau praktisi, tergantung latar belakang pendidikannya.
• Istilah yang digunakan dalam kedokteran dan psikologi memiliki definisi yang berbeda, misalnya, emosi dalam kedokteran dipandang sebagai sesuatu yang bertentangan dengan rasio.
• Karena psikolog klinis tidak memiliki dasar pendidikan kedokteran, hak mereka untuk memberikan psikoterapi seringkali dipermasalahkan.

Sejarah Perkembangan Psikologi Klinis Periode I

• Psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan pada abad ke-19 di Eropa dan Amerika.
• Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium pertama di Leipzig pada tahun 1879.
• Francis Galton dan William James melakukan pengukuran dan statistik karakteristik manusia di Inggris dan Amerika.
• Sigmund Freud melakukan praktik di Wina dan menerbitkan "the interpretation of dreams".
• Lightmer Witmer mendirikan klinik psikologi dan pertama kali menggunakan istilah "Psikologi Klinis".
• Witmer memulai jurnal "Psychological Clinic" pada tahun 1907.
• Awal abad ke-20 menjadi periode reformasi yang mendorong ide, rencana, dan alat-alat baru dalam bidang psikologi.
• Alat pengukuran karakteristik baru, terutama tes intelegensi, banyak ditemukan antara tahun 1900 hingga 1920, seperti Tes Binet dan Tes Army Alpha.

Sejarah Perkembangan Psikologi Klinis Periode II

• Perang Dunia memajukan bidang psikologi dan pengembangan standar pelayanan psikologi.
• Fokus lebih diarahkan pada masalah anak dan pengembangan teori pada orang dewasa melalui bimbingan kelompok yang terdiri dari psikiater, psikolog, dan pekerja sosial.
• Psikolog bertanggung jawab memberikan tes pada anak-anak, melakukan wawancara, dan menjalin hubungan dengan pihak sekolah.
• Kelompok psikolog terapan mendirikan layanan konseling di kampus pada tahun 1930.
• Psikologi di Amerika sangat terlibat dalam pekerjaan di rumah sakit bersama personel dan veteran militer selama dan setelah Perang Dunia II, memperluas jaringan yang tidak hanya terbatas pada bantuan pendidikan.
• Teknik assessment seperti MMPI, Tes Bercak Tinta Rorschach, dan TAT mulai bermunculan.

Sejarah Perkembangan Psikologi Klinis Periode III

• Psikolog klinis menjadi profesi yang mandiri dua hingga tiga dekade setelah Perang Dunia II.
• APA menerbitkan DSM I (Diagnostic and statistic manual of mental disorder) dan menetapkan standar pada tahun 1952.
• Psikoterapi menjadi kegiatan yang lebih penting dan menarik dibandingkan pekerjaan diagnostik atau asesmen (1950–1960).
• Penemuan obat oleh psikiater untuk menangani berbagai macam gangguan mental juga berkembang.
• Perubahan signifikan terjadi dalam pola latihan, pendidikan, dan standar etik bagi psikologi klinis yang kemudian dibentuk sebuah komite American Psychological Association (APA) untuk menanganinya.

Sejarah Perkembangan Psikologi Klinis Periode IV

• Kebutuhan akan kesehatan mental di Amerika muncul dan dijadikan masalah nasional, menciptakan peluang bagi psikolog klinis dan pekerja kesehatan mental lainnya.
• Beberapa psikolog berkomitmen pada isu penanganan yang tidak hanya fokus pada individu, tetapi juga pada kesehatan masyarakat dan pencegahan, sehingga muncul Psikologi Komunitas pada akhir 1960-an.
• Perusahaan asuransi kesehatan mengakui psikologi klinis sebagai penyedia layanan kesehatan independen di Amerika pada tahun 1970.
• Terjadi perubahan dalam jalur dan gelar pendidikan psikologi klinis.

Sejarah Psikologi di Indonesia

• Psikologi masuk ke Indonesia pada tahun 1952 oleh Prof. Dr. Slamet Imam Santoso.
• Prof. Slamet adalah seorang profesor psikiatri di Fakultas Kedokteran UI yang lahir di Wonosobo pada 7 September 1907.
• Menurut Prof. Slamet, psikiatri membutuhkan ilmu psikologi untuk menjelaskan potensi manusia dalam rangka menyeleksi orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat.
• Pelatihan bagi asisten psikolog diselenggarakan di Universitas Indonesia pada tanggal 3 Maret 1953 setelah pidato ilmiah yang dikemukakan oleh Prof. Slamet, dan beberapa tahun kemudian menjadi jurusan Psikologi di Fakultas Kedokteran UI.
• Fuad Hasan menjadi psikolog pertama yang lulus pada tahun 1960 dan kelak menggantikan Prof. Slamet sebagai dekan pertama di fakultas psikologi.
• Pada tahun 1950, beberapa psikolog dipilih oleh TNI untuk menjalani pendidikan psikologi di Belanda.
• Setelah kembali dari Belanda, para psikolog tersebut ditempatkan di Angkatan Darat dan Angkatan Udara, dan sebagian ditempatkan di Jakarta sebagai staf di fakultas Psikologi, Universitas Indonesia.
• Para psikolog yang ditempatkan di Bandung kemudian mendirikan fakultas Psikologi kedua di Universitas Padjajaran pada tahun 1961.
• Fakultas Pendidikan ketiga di Universitas Gajah Mada berdiri sendiri pada tahun 1964 menjadi institut pengajaran dan pendidikan di Yogyakarta.
• Universitas Airlangga di Surabaya menjadi universitas negeri keempat yang membuka fakultas psikologi, setelah UI, Padjadjaran, dan Gajah Mada.
• Awalnya, Psikologi merupakan bagian dari fakultas ilmu sosial, hingga pada tahun 1992 berkembang menjadi Fakultas psikologi, yang pada awalnya para stafnya adalah lulusan-lulusan Universitas Gajah Mada.

Kendala Setelah Psikologi Masuk dan Didirikan di Indonesia

• Cabang atau teknik psikologi dalam mengamati perilaku yang dapat diterapkan pada etnik tertentu belum tentu dapat diterapkan pada etnik yang lainnya.
• Contohnya, standar IQ yang berlaku di negara barat tidak berlaku di Indonesia.
• Standar yang berlaku pada golongan etnik atau kelas sosial tertentu di Indonesia belum tentu berlaku bagi golongan etnik atau kelas sosial lainnya di Indonesia.
• Penelitian mengenai basic nature di Indonesia diperlukan.
• Pemerintah belum mampu menyediakan dana dan sarana yang memadai untuk penelitian pada waktu itu karena masalah dana dan SDM yang masih sangat terbatas.
• Terdapat masalah-masalah yang juga dihadapi psikologi di Barat seperti asal usul yang sangat luas, definisi yang bervariasi, teori dan metodologi yang terkadang saling bertentangan, serta aplikasi yang sangat luas.
• Guru besar, staf pengajar, dan praktisi yang berbeda menggunakan pendekatan, teori, dan metodologi yang berbeda pula dalam melihat suatu masalah yang sama.
• Hal-hal di atas menimbulkan kebingungan pada masyarakat umum karena masyarakat di Indonesia belum dapat menerima ilmu psikologi sebagai sesuatu yang liberal, yang dapat melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang seperti halnya masyarakat barat.
• Masyarakat Indonesia masih cenderung mengharapkan psikologi sebagai suatu ilmu pasti yang dapat memberikan jawaban dan penyelesaian yang pasti bagi berbagai permasalahan seperti misalnya ilmu kedokteran.

Pendidikan Psikologi di Indonesia

• Kurikulum lama memerlukan 5,5 s/d 6 tahun dengan 158 s/d 160 SKS untuk menjadi psikolog (satuan kredit semester).
• Kurikulum lama menghasilkan gelar S.Psi (Sarjana Psikologi) dan sekaligus Psikolog.
• Gelar S.Psi ini tidak diperkenankan berpraktik Psikologi.
• Kurikulum baru mulai diberlakukan pada tahun 1994, di mana gelar S.Psi diberikan kepada mahasiswa jika telah memenuhi 140 SKS.
• Untuk dapat membuka praktik psikologi, seorang Sarjana Psikologi harus mengambil pendidikan profesi selama 4 semester yang mencakup 20 SKS.
• Pada kurikulum lama, setelah siswa menyelesaikan 140 SKS, siswa wajib mengikuti Program kepaniteraan-siswa (internship) di 6 bagian fakultas psikologi yang meliputi: Psikologi Sosial, Psikologi Perkembangan, Psikologi Eksperimen, Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri dan Organisasi.
• Pada kurikulum baru, siswa hanya mengikuti 4 bagian saja, yaitu Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri dan Organisasi,serta Psikologi Sosial.
• Dua bagian lain yaitu psikologi perkembangan dan psikologi eksperimen dianggap sebagai dasar yang harus diberikan pada tingkat S1.
• Terhitung mulai tahun akademik 2000/2001, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia berencana menyesuaikan program pendidikan profesi, sehingga lulusannya akan bergelar M.Psi (Magister Profesi).
• Perkuliahan akan dikhususkan pada salah satu bidang saja yaitu Psikologi Klinis, Psikologi Pendidikan, Psikologi Industri dan Organisasi, atau Psikologi Sosial.