Mekanisme Kerja Obat

Beberapa obat antivirus bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel virus.
Dietilkarbamazin berguna untuk pengobatan filariasis (kaki gajah).
Erythropoetin adalah obat pilihan untuk mengatasi anemia yang disebabkan oleh gagal ginjal.
Tamoxifen digunakan sebagai terapi tambahan setelah operasi kanker payudara.
Isoniazid termasuk dalam antibiotik spektrum sempit.
Aminoglikosida menghambat sintesis protein dengan cara mengikat ribosom 30S.
Streptokinase berfungsi sebagai trombolitik.
Sulfonamid menghambat dihidrofolat reduktase.
Bacitrasin memiliki efek samping nefrotoksik serius sehingga penggunaannya dibatasi hanya untuk pemakaian topikal.
Cisplatin adalah antikanker yang membentuk ikatan kovalen silang dengan DNA.
Sefalosporin bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan.
Vitamin B bukan obat untuk terapi anemia.
Angiogenesis, pembentukan pembuluh darah baru oleh sel kanker, merupakan bagian dari tahap progresif karsinogenesis.
Aspirin berfungsi sebagai antiplatelet.
Sel kanker dapat resisten terhadap kemoterapi dengan mengurangi penyerapan obat, seperti pada kasus metotreksat.
Zidovudin digunakan untuk terapi infeksi HIV.
Warfarin dapat menyebabkan perdarahan jika berinteraksi dengan beberapa obat, kecuali klorfeniramin.
Epinefrin digunakan untuk mengatasi gejala anafilaksis yang diakibatkan oleh penisilin.
Paclitaxel adalah antikanker yang menghentikan siklus sel pada fase M.
Indoxuridin adalah antivirus pilihan untuk terapi herpes simpleks di sekitar konjungtiva.
Kombinasi penisilin dan asam klavulanat dapat mencegah resistensi ESBL.
Rifampisin adalah obat TBC yang menyebabkan warna merah muda pada urin, feses, keringat, dan air liur.
Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien yang sering mengalami infeksi saluran pernapasan tidak dibenarkan.
Griseofulvin adalah antifungi yang tidak dimaksudkan untuk terapi infeksi sistemik, meskipun dapat diberikan secara oral.
Mebendazol merupakan antelmintik yang dikontraindikasikan pada wanita hamil.
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein.
Siklus sel adalah target utama mekanisme kerja obat kemoterapi.
Penggunaan obat agonis hormon seperti golongan glukokortikoid dapat menyebabkan insufisiensi adrenal akut akibat penghentian obat secara tiba-tiba.
Mikonazol adalah antifungi spektrum luas.
Amfoterisin B bekerja dengan mengubah permeabilitas membran sel jamur secara langsung.
Fenkonazol efektif untuk terapi infeksi Candida di saluran pencernaan melalui pemberian oral.
INH (Isoniazid) adalah obat TBC yang memiliki efek samping neuritis perifer dan menyebabkan defisiensi vitamin B6.
Dosis obat tidak perlu diindividualisasi pada pasien hipertensi.
Metronidazol merupakan obat yang efektif untuk pengobatan trikomoniasis, giardiasis, dan amebiasis.
Siklus sel yang tidak terhenti oleh mekanisme perbaikan DNA adalah karakteristik sel kanker yang menyebabkan pembelahan sel yang terus-menerus dan imortalitas.
Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi di saluran pencernaan ketika diberikan bersamaan.
Streptomisin merupakan aminoglikosida paling efektif untuk terapi Mycobacterium tuberkulosis.
Piperazin menyebabkan paralisis pada cacing nematoda.
Kombinasi antimikroba tidak selalu menghasilkan terapi yang lebih baik.
Sulfadiazin tidak cocok untuk terapi fase eksoeritrosit malaria dan tidak bersifat gametosidal.

Jenis Obat dan Efek Samping

Antibiotik:
- Isoniazid: Spektrum sempit.
- Aminoglikosida: Menghambat sintesis protein.
- Bacitrasin: Efek samping nefrotoksik (hanya untuk pemakaian topikal).
- Penisilin: Risiko anafilaksis.
- Kloramfenikol: Menghambat sintesis protein.
- Rifampisin: Menyebabkan warna merah muda pada urin, feses, keringat, dan air liur.
Antifungi:
- Griseofulvin: Tidak untuk terapi sistemik (oral).
- Mikonazol: Spektrum luas.
- Amfoterisin B: Mengubah permeabilitas membran sel.
- Fenkonazol: Terapi Candida di saluran pencernaan (oral).
Antikanker:
- Tamoxifen: Terapi tambahan setelah operasi kanker payudara.
- Cisplatin: Membentuk ikatan kovalen silang dengan DNA.
- Paclitaxel: Menghentikan siklus sel pada fase M.
- Metotreksat: Risiko resistensi melalui penurunan penyerapan obat.
Antelmintik:
- Dietilkarbamazin: Terapi filariasis (kaki gajah).
- Mebendazol: Kontraindikasi pada wanita hamil.
- Piperazin: Menyebabkan paralisis pada cacing nematoda.
Antivirus:
- Zidovudin: Terapi infeksi HIV.
- Indoxuridin: Terapi herpes simpleks di sekitar konjungtiva.
Obat Lain:
- Erythropoetin: Terapi anemia karena gagal ginjal.
- Streptokinase: Trombolitik.
- Aspirin: Antiplatelet.
- Warfarin: Risiko perdarahan jika berinteraksi dengan obat lain.
- Epinefrin: Mengatasi anafilaksis.
- Metronidazol: Trikomoniasis, giardiasis, amebiasis.

Catatan Penting dan Kesimpulan

Resistensi obat adalah masalah serius dalam pengobatan infeksi. Kombinasi obat dan terapi yang tepat sangat penting untuk mencegah resistensi.
Pasien dengan kondisi khusus (misalnya, kehamilan, penyakit ginjal) memerlukan perhatian khusus dalam pemilihan dan dosis obat.
Efek samping obat harus diperhatikan.
Penggunaan obat secara tepat dan sesuai anjuran sangat penting untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan mencegah efek samping yang merugikan.