Efek Obat dan Terapi Hormon

Obat-Obat Terapi dan Penyalahgunaan

• Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse Drug Reactions/ADRs) merupakan respon toksik atau efek samping obat yang tidak diharapkan, muncul pada dosis terapi untuk mencegah, mendiagnosis, atau mengobati penyakit.
• Efek samping obat mencakup kesalahan pengobatan, interaksi obat, atau konsekuensi yang tidak diinginkan. Respons alergi, toksisitas, dan interaksi dengan obat lain juga termasuk dalam efek samping obat.
• Reaksi yang diharapkan, yang frekuensinya dapat diprediksi, disebut efek samping. Efek samping bisa merugikan atau tidak.
• Variasi individu dalam metabolisme obat (polimorfisme) memengaruhi efektivitas obat. Kira-kira 5% obat yang sering diresepkan dimetabolisme melalui jalur CYP1A2 sitokrom P-450.
• Terapi estrogen eksogen awalnya digunakan untuk mengatasi gejala menopause (panas/hot flashes), namun saat ini juga digunakan untuk mengurangi gejala menopause dan memelihara kepadatan tulang untuk mencegah atau memperlambat osteoporosis.
• Terapi penggantian hormon (HRT) estrogen dan progesteron diberikan bersamaan dapat meningkatkan kejadian kanker atau mengurangi keberhasilan untuk mencegah penyakit jantung iskemik dan demensia, sehingga perlu evaluasi dan kajian.
• HRT dengan tambahan progestin dapat menurunkan resiko kanker endometrium tetapi meningkatkan resiko kanker payudara dalam 5 tahun penggunaan.
• Tromboembolisme (trombosis vena dalam, embolisme paru, stroke) dapat terjadi akibat pemberian HRT dengan esterogen dengan atau tanpa progestin jika ada faktor risiko (misalnya faktor V atau mutasi protrombin).
• Kontrasepsi oral (KO) hampir selalu mengandung estradiol sintetik dan progestin, walaupun beberapa hanya mengandung progestin saja. Dosis esterogen dalam KO saat ini kurang dari 50µg/hari.
• Studi penggunaan KO menunjukkan tidak berhubungan dengan peningkatan kanker payudara namun menurunkan kanker endometrium dan ovarium.
• Kanker serviks dapat meningkat jika pengguna KO pada wanita yang terinfeksi HPV.
• Trombosis vena dan emboli paru dapat terjadi pada wanita yang mengonsumsi obat-obatan hormon jika ada mutasi faktor V atau protrombin.
• Adenoma hati jinak dapat terjadi pada wanita akibat pemakaian jangka panjang HRT. Jika pecah, bisa menimbulkan perdarahan intraabdomen.
• Warfarin (antagonis vit.K) dan dabigatran (penghambat langsung trombin) merupakan dua obat antikoagulan yang potensial memiliki komplikasi perdarahan fatal dan komplikasi trombotik seperti stroke emboli. Warfarin dan dabigatran digunakan untuk mencegah tromboemboli pada pasien dengan fibrilasi atrium dan risiko stroke trombotik.
• Dosis terapi asetaminofen sebagai analgetik dan antipiretik adalah 0.5 gram, sedangkan dosis toksik adalah 15-25 gram. Toksisitas ditandai dengan mual, muntah, diare, dan kemungkinan ikterus akibat konjugasi glukuronat atau sulfat di hati.
• Asetaminofen mengalami pertukaran zat menjadi NAPQI (N-acetyl-p-benzoquinoneimine) melalui sistem P-450 di hati. NAPQI berakumulasi dan menyebabkan nekrosis sentrolobular akibat ikatan konvalen dengan protein hati dan deplesi glutation tereduksi (GSH).
• Deplesi GSH dapat meningkatkan kerentanan hepatosit terhadap kematian sel.
• Untuk dosis berlebihan yang berat pada asetaminofen, pasien memerlukan transplantasi hati untuk bertahan hidup.
• Aspirin, dikenal sebagai asam asetilsalisilat, merupakan obat analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah untuk pencegahan serangan jantung jangka panjang (preventif). Efek samping aspirin termasuk gangguan metabolik dan morfologis, alkalosis respiratorik, dan asidosis metabolik (mematikan).
• Aspirin + fenasetin/asetaminofen dalam jangka panjang dapat mencetuskan nefropati analgesik (nefritis tubulointerstitial dengan nekrosis ginjal)
• Penyalahgunaan obat (abuse), ketagihan (adiksi), dan kelebihan obat (overdosis) merupakan perhatian penting terhadap potensi bahaya penggunaan obat.
• Faktor resiko penyalahgunaan obat termasuk riwayat keluarga, jenis kelamin (laki-laki), gangguan psikiatri, akses mudah terhadap obat, dan tekanan teman.
• Kokain merupakan alkaloid yang diekstrak dari daun Erythroxylon coca. Digunakan untuk menghilangkan rasa lelah dan lapar. Bentuk kristal yang mudah larut dalam air. Konsumsi melalui hisap, makan, atau suntik.
• Kokain menghambat penyerapan ulang dopamin, serotonin, dan katekolamin di ujung pra-sinaps, menyebabkan euforia, peningkatan energi dan stimulasi. Konsumsi kronik menyebabkan insomnia, kecemasan, dan paranoia.
• Efek penggunaan kokain akut termasuk kejang, aritmia jantung, dan henti napas (apabila disuntik IV/crack).
• Kokain, dapat memicu ritmia jantung yang mematikan dan gangguan pernafasan.
• Amfetamin merupakan stimulan psikomotor yang dapat menyebabkan kelebihan dosis (overdosis), yang ditandai dengan peningkatan keringat, tremor, kebingungan, hingga delirium, aritmia jantung, kejang, koma, dan bahkan kematian
• Heroin dibuat dari tanaman opium (poppy plant). Heroin berperan sebagai pereda sakit tetapi berpotensi menyebabkan ketergantungan, perilaku aneh, dan gangguan fisik (misalnya infeksi (kulit, jantung(katup trikuspid), paru, dan hati), depresi pernapasan, dan lain-lain).
• Heroin berperan meredakan rasa cemas, sedasi, dan menimbulkan perubahan suasana hati.
• Metanol dan etilen glikol berpotensi sebagai pengganti etanol yang dapat berakibat fatal karena di metabolise menjadi formaldehida, asam format, glikolat, dan oksalat yang akan menimbulkan kegagalan ginjal.
• Alkohol adalah zat yang banyak disalahgunakan. Konsentrasi 80 mg/dl dalam darah adalah batas legal, sedangkan konsentrasi 200mg/dl dan 300mg/dl masing-masing berasosiasi dengan mabuk dan koma dan kemungkinan henti napas pada kadar lebih tinggi.
• Orang dengan alkoholisme kronis, konsentrasi alkohol di dalam darah bisa mencapai 700 mg/dl tanpa menunjukkan efek samping yang berbahaya karena peningkatan metabolisme etanol akibat peningkatan induksi sistem sitokrom P-450 pada hati. Mekanisme tersebut merupakan suatu bentuk toleransi.
• Alkohol dehidrogenase (ADH) merupakan enzim utama metabolisme alkohol, bekerja pada mukosa lambung dan hati. Enzim sitokrom P-450, terutama CYP2E1 berperan mengoksidasi etanol pada konsentrasi alkohol darah tinggi → meningkatkan kerawanan terhadap sejumlah substansi lainnya (misal asetaminofen, kokain, obat anestes, karsinogen).
• Ganja mengandung THC sebagai psikoaktif. Mengonsumsi ganja melalui merokok dapat menyebabkan efek relaksasi, melayang, mengganggu fungsi kognitif, dan masalah motorik sementara. Efek akut akan hilang dalam waktu 4-5 jam.
• Asap rokok dari ganja berdampak lebih berbahaya daripada rokok tembakau karena kadar tar yang 3x lebih tinggi dalam asap ganja.