Bentuk-Bentuk Tindak Pidana

Aliran atau sekolah pemikiran dalam hukum pidana yang berfokus pada bagaimana hukum pidana harus diterapkan dan tujuannya dalam masyarakat. Beberapa contoh aliran dalam hukum pidana adalah aliran klasik, aliran positivistik, dan aliran realis.

Teori dalam hukum pidana yang menjelaskan dasar dan prinsip-prinsip pemidanaan. Teori pemidanaan membahas mengapa dan bagaimana seseorang dihukum, serta tujuan dari hukuman itu sendiri.

Jenis-jenis pidana diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahannya dan jenis hukuman yang dijatuhkan. Contohnya, pidana ringan (misalnya, denda) dan pidana berat (misalnya, penjara).

Perbuatan yang dilakukan seseorang dengan maksud untuk melakukan tindak pidana, tetapi tidak selesai dilakukan karena suatu halangan atau sebab lain. Misalnya, seseorang yang sudah menyiapkan senjata untuk merampok, tetapi mengurungkan niatnya karena melihat polisi.

Keterlibatan seseorang dalam suatu kejahatan sebagai pelaku utama, membantu pelaku, atau memberikan dukungan pada kejahatan. Contoh: seseorang yang membantu merampok bank dengan memberikan informasi tentang sistem keamanan.

Situasi di mana seseorang melakukan dua atau lebih tindak pidana dalam satu rangkaian perbuatan. Contoh: seseorang yang mencuri mobil dan kemudian menggunakannya untuk melakukan kejahatan lain.

Alasan yang dapat menghentikan proses penuntutan terhadap seseorang yang diduga telah melakukan tindak pidana. Contoh: alasan penghapus penuntutan dapat berupa karena pelaku telah meninggal, atau perbuatannya dibenarkan oleh keadaan terpaksa.

Status seseorang yang telah dihukum karena melakukan tindak pidana sebelumnya, dan melakukan tindak pidana baru. Status recidive dapat mempengaruhi beratnya hukuman.

Penyertaan dilihat sebagai masalah tanggung jawab pidana. Bentuk penyertaan tidak sempurna, sehingga bukan delik sendiri.

Penyertaan merupakan delik sendiri. Bentuk penyertaan dianggap sebagai bentuk khusus dari tindak pidana.

Orang yang melakukan sendiri perbuatan yang memenuhi rumusan delik.

Orang yang menyuruh orang lain melakukan tindak pidana, sedangkan orang yang disuruh hanya sebagai alat.

Orang yang turut serta dalam melakukan tindak pidana.

Orang yang membantu sebelum atau pada saat kejahatan dilakukan.

Orang yang mendorong atau merencanakan tindak pidana.

Orang yang bertanggung jawab atas tindak pidana berdasarkan peran aktif atau tidaknya dalam pelaksanaan kejahatan.

Suatu tindakan yang memiliki niat untuk melakukan kejahatan, telah memasuki tahap pelaksanaan, namun tidak berhasil mencapai hasil yang diharapkan karena faktor di luar kendali pelaku.

Kejahatan yang tidak bisa diselesaikan karena objeknya tidak mampu menerima perbuatan kejahatan. Contoh: Membunuh orang yang sudah meninggal.

Suatu keadaan di mana unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana tidak terpenuhi, sehingga tindak pidana tidak dapat terjadi. Contoh: Mencoba menggugurkan kandungan wanita yang tidak hamil.

Orang yang langsung melakukan tindak pidana. Dia adalah pelakunya yang utama.

Orang yang membantu pembuat/dader untuk melakukan tindak pidana, namun tidak secara langsung melakukan perbuatan.

Penyertaan dalam kejahatan yang dilakukan dengan kelalaian, meskipun tanpa niat, namun membantu terlaksananya kejahatan. Contoh: Mengabaikan tugas pengawasan yang menyebabkan kejahatan terjadi.

Sifat dasar penyertaan adalah bahwa seseorang ikut bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukan orang lain, meskipun tidak secara langsung melakukan perbuatan.

Penyertaan dibagi menjadi beberapa kategori di KUHP Indonesia, seperti pembuat/dader, pembantu/medeplichtige, dan penyertaan dengan kealpaan.

Niat menjadi kesengajaan ketika semua perbuatan yang diperlukan untuk kejahatan telah dilakukan, meskipun akibat yang dilarang tidak timbul. Niat masih merupakan sikap batin yang memberi arah kepada perbuatan jika belum semua perbuatan dilakukan.

Perbuatan dianggap mulai dilakukan jika terbukti ada niat yang pasti untuk melakukan kejahatan. Contohnya, si A membawa senjata dan mencari korban.

Pada delik formil, perbuatan pelaksanaan dianggap mulai ketika perbuatan yang disebut dalam rumusan delik dimulai. Contohnya, mencuri barang dari toko.

Pada delik materiil, perbuatan pelaksanaan dianggap mulai saat perbuatan yang dapat langsung menimbulkan akibat yang dilarang dilakukan. Contohnya, melepaskan tembakan ke arah korban.

Perbuatan pelaksanaan harus memenuhi tiga syarat: 1) secara objektif, perbuatan mendekati delik yang dituju 2) secara subjektif, niat terarah ke delik tertentu 3) perbuatan melanggar hukum. Contohnya, mencoba membuka kamar manusia dengan alat pecah kaca.

Perbuatan pelaksanaan tidak selesai bukan karena kehendak sendiri dapat terjadi karena halangan fisik, potensi halangan fisik, atau keadaan khusus pada objek sasaran. Contohnya, pencuri tertangkap sebelum mencuri barang.

Pengunduran diri secara sukarela (Rucktritt) adalah ketika pelaku tidak melanjutkan perbuatan pelaksanaan yang diperlukan untuk delik yang bersangkutan. Contohnya, si A menyerah sebelum menjebol pintu toko.

Tindakan penyesalan (Tatiger Reue) adalah ketika pelaku secara sukarela mencegah timbulnya akibat mutlak dari delik meskipun perbuatan pelaksanaan telah selesai. Contohnya, si A mencuri dompet, kemudian mengembalikan dompet tersebut.

Semua pelaku kejahatan memenuhi unsur delik (kesalahan).

Salah satu pelaku memenuhi semua unsur delik, sementara yang lain tidak.

Tidak ada satu pun pelaku yang memenuhi semua unsur delik, tetapi mereka bersama-sama mewujudkan delik.

Kesepakatan bersama antara pelaku kejahatan untuk mencapai tujuan yang sama, meskipun tidak harus ada perjanjian formal.

Pelaku secara fisik terlibat dalam tindakan yang mengakibatkan kejahatan.

Kesengajaan untuk mendorong orang lain melakukan tindak pidana dengan menggunakan cara tertentu yang ditentukan dalam UU.

Penganjur harus menggunakan cara-cara tertentu yang tercantum dalam UU untuk mendorong orang lain melakukan tindak pidana (misalnya, memberi uang, ancaman, dll.).

Perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membantu pelaku kejahatan, yang mengakibatkan terlaksananya kejahatan tersebut.

Kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud untuk membantu pelaku kejahatan, namun tidak terlaksana karena suatu halangan.

Keterlibatan dalam kejahatan di mana seseorang secara aktif memberikan dukungan atau bantuan kepada pelaku utama, baik sebelum, selama, atau setelah kejahatan terjadi.

Keterlibatan dalam kejahatan di mana seseorang hanya memberikan bantuan pasif, tanpa niat jahat, dan tidak ada kausalitas psikhis dengan pelaku utama.

Ketika seseorang melakukan beberapa tindak pidana dalam satu rangkaian peristiwa, dan perbuatan tersebut saling terkait.

Ketika satu perbuatan memenuhi unsur lebih dari satu tindak pidana, sehingga terancam hukuman berdasarkan lebih dari satu pasal.

Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan membantu pelaku kejahatan, dengan maksud untuk membantu terlaksananya kejahatan tersebut.