Skripsi Manajemen Irigasi dan Kesediaan Petani di Desa Toto Mulyo 2024 PDF
Document Details
Uploaded by DazzlingEpilogue4442
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung
2024
Shofiyur Rohman
Tags
Summary
Skripsi ini membahas manajemen irigasi dan kesediaan petani membayar iuran di Desa Toto Mulyo, Lampung Timur tahun 2024. Penelitian ini menganalisis manajemen irigasi, kesediaan membayar iuran, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil menunjukkan manajemen irigasi berada dalam kategori baik sekali dan faktor-faktor seperti jarak lahan, waktu pengairan, dan kehadiran petani di pertemuan P3A berpengaruh terhadap kesediaan membayar.
Full Transcript
MANAJEMEN IRIGASI DAN KESEDIAAN PETANI UNTUK MEMBAYAR IURAN PADA PENGAIRAN TEKNIS DI DESA TOTO MULYO KECAMATAN WAY BUNGUR KABUPATEN LAMPUNG TIMUR SKRIPSI DISUSUN OLEH SHOFIYUR ROHMAN...
MANAJEMEN IRIGASI DAN KESEDIAAN PETANI UNTUK MEMBAYAR IURAN PADA PENGAIRAN TEKNIS DI DESA TOTO MULYO KECAMATAN WAY BUNGUR KABUPATEN LAMPUNG TIMUR SKRIPSI DISUSUN OLEH SHOFIYUR ROHMAN 2054201083 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN, DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG 2024 iii HALAMAN PERSETUJUAN Judul : Manajemen Irigasi Dan Kesediaan Petani Untuk Membayar Iuran Pada Pengairan Teknis Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Nama : Shofiyur Rohman NIM : 2054201083 Program Studi : Agribisnis Disetujui Oleh : PEMBIMBING I PEMBIMBING II Dr. SRI INDARYATI, S.P., M.Si. ENY IVAN’S, S.P., M.Sc NIDN. 0202077402 NIDN. 0225128902 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Perikanan dan Peternakan, Dr. SRI INDARYATI, S.P., M.Si. NIDN. 0202077402 iv HALAMAN PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI Telah diuji dan dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis Universitas Nahdlatul Ulama Lampung dan dinyatakan diterima memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian (S.P) Mengesahkan Tim Penguji, Jabatan Nama Tanda Tanggal Tangan Ketua Sidang : : : NIDN Sekertaris Sidang : : : NIDN Penguji Utama : : : NIDN Penguji Pendamping : : : NIDN Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Peternakan dan Perikanan, Dr. SRI INDARYATI, S.P., M.Si. NIDN. 0202077402 v ABSTRAK Manajemen Irigasi Dan Kesediaan Petani Untuk Membayar Iuran Pada Pengairan Teknis Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur Oleh : Shofiyur Rohman 2054201083 Agribisnis Universitas Nahdlatul Ulama Lampung Penelitian tentang manajemen irigasi dan kesediaan petani untuk membayar iuran pada pengairan teknis menjadi penting untuk memahami dinamika di lapangan, mengidentifikasi hambatan-hambatan, dan merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan partisipasi petani dalam pembayaran iuran serta menjaga keberlanjutan sistem irigasi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menganalisis manajemen irigasi, kesediaan membayar iuran irigasi dan faktor- faktor yang mempengaruhi kesediaan membayar iuran irigasi di Desa Toto Mulyo. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan kuesioner kepada 68 petani padi di Desa Toto Mulyo. Data kemudian dianalisis dengan analisis POAC untuk manajemen irigasi, analisis WTP untuk kesediaan membayar dan analisis regresi linear berganda untuk faktor-faktor yang mempengaruhi WTP. Hasil analisis POAC menunjukkan bahwa manajemen irigasi di Desa Toto Mulyo berada dalam kategori baik sekali dengan nilai rata-rata 91,3%. Analisis WTP menunjukkan nilai total WTP yang dibayarkan petani adalah Rp.9.620.000 dan analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi WTP iuran irigasi padi di Desa Toto Mulyo adalah variabel jarak antara irigasi dan lahan petani, waktu yang dibutuhkan untuk mengairi lahan, dan kehadiran petani pada pertemuan dengan P3A. Kata Kunci : Iuran irigasi, Manajemen irigasi, Kesediaan membayar vi ABSTRACT Irrigation Management and Farmers' Willingness to Pay Fees for Technical Irrigation in Toto Mulyo Village, Way Bungur District, East Lampung Regency By : Shofiyur Rohman 2054201083 Agribisnis Universitas Nahdlatul Ulama Lampung Research on irrigation management and farmers' willingness to pay fees on technical irrigation is important to understand the dynamics in the field, identify barriers, and formulate appropriate strategies to increase farmers' participation in paying fees and maintain the sustainability of the irrigation system. Therefore, this study was conducted to analyze irrigation management, willingness to pay irrigation fees and factors that influence willingness to pay irrigation fees in Toto Mulyo Village. This research was conducted by conducting interviews with questionnaires to 68 rice farmers in Toto Mulyo Village. The data were then analyzed by POAC analysis for irrigation management, WTP analysis for willingness to pay and multiple linear regression analysis for factors affecting WTP. The results of POAC analysis showed that irrigation management in Toto Mulyo Village was in the excellent category with an average value of 91.3%. WTP analysis shows the total value of WTP paid by farmers is Rp.9,620,000 and multiple linear regression analysis shows that the factors that affect the WTP of rice irrigation fees in Toto Mulyo Village are variables of distance between irrigation and farmers' land, the time needed to irrigate the land, and the presence of farmers at meetings with P3A. Keywords: Irrigation fees, Irrigation management, Willingness to pay vii HALAMAN PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Lengkap : Shofiyur Rohman NIM : 2054201083 Tempat Tanggal Lahir : Taman Negri, 04 Oktober 2001 Program Studi : Agribisnis Fakultas : Pertanian, Perikanan dan Peternakan Dengan ini menyatakan bahwa laporan dengan judul “Manajemen Irigasi Dan Kesediaan Petani Untuk Membayar Iuran Pada Pengairan Teknis Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur” tidak mengandung unsur plagiat dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk telah kami nyatakan dengan benar. Demikianlah pernyataan ini dibuat dengan keadaan sadar dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun. Apabila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Nahdlatul Ulama Lampung. Lampung Timur, 24 Oktober 2024 SHOFIYUR ROHMAN NPM. 2054201083 viii MOTTO Hidup Bukan Saling Mendahului, Bermimpilah Sendiri Sendiri. (Baskara Putra) Tidak Ada Mimpi Yang Gagal Yang Ada Hanyalah Mimpi-Mimpi Yang Tertunda. Cuma Sekiranya kalau Temen Temen Merasa Gagal Dalam Mencapai Mimpi Jangan Khawatir Mimpi Mimpi Lain Bisa Di Ciptakan. (Windah Basudara) ix DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.......................................................................................... ii LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI........................................................... iii DAFTAR ISI......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR............................................................................................. 1 DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 3 1.1 Latar Belakang............................................................................................ 3 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 8 1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................... 8 1.4. Manfaat Dan Hasil Penelitian...................................................................... 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 10 2.1 Konsep Irigasi............................................................................................ 10 2.2 Teori Manajemen...................................................................................... 13 2.3 Manajemen Irigasi Pertanian..................................................................... 13 2.4 Kesediaan Membayar Willingness to pay (WTP)...................................... 17 2.5 Faktor Yang Mempengaruhi WTP............................................................ 18 2.6 Contingent Valuation Method(CVM)....................................................... 20 2.7 Penelitian Relevan..................................................................................... 22 2.8 Kerangka Pikir............................................................................................ 25 2.7 Hipotesis..................................................................................................... 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 28 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian..................................................................... 28 3.2 Jenis Penelitian......................................................................................... 28 3.3 Populasi.................................................................................................... 28 3.4 Metode Penarikan Sampel........................................................................ 29 3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 30 3.6 Analisis Data............................................................................................ 32 3.7. Definisi Operasional................................................................................. 36 BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 37 x 4.1 Karakteristik Lokasi Penelitian................................................................ 37 4.2 Karakteristik Responden.......................................................................... 38 4.3 Analisis Manajemen Pengairan di Desa Toto Mulyo............................... 46 4.4 Analisis Kesediaan Membayar (WTP) Iuran Irigasi di Desa Toto Mulyo 50 4.5 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesediaan Petani Dalam Membayar Iuran Air Irigasi.............................................................................. 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 58 5. 1. Kesimpulan.............................................................................................. 58 5. 2. Saran.................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 59 v DAFTAR TABEL Tabel 1 Data Petani Pemakai Air musim Rendeng, 2022/2023.............................. 5 Tabel 2. Data Pembayaran Iuran Musim Rendeng 2022/2023............................... 6 Tabel 3. Hasil Keseluruhan Pembayaran P3A (40 KG) Dan IPPAIR (Rp.16.000) Di Bagi Menjadi...................................................................................................... 6 Tabel 4. Penelitian Relevan................................................................................... 22 Tabel 5. Jumlah Sampel Yang Digunakan............................................................ 30 Tabel 6. Indikator Pernyataan............................................................................... 32 Tabel 7. Pedoman Kategori Kinerja Irigasi........................................................... 32 Tabel 8. Daftar Kepala Desa Toto Mulyo............................................................. 38 Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin............................ 39 Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.......................................... 40 Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan............................... 42 Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga............. 43 Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Varietas Padi............................ 45 Tabel 14. Hasil Kuesioner Manajemen Irigasi...................................................... 47 Tabel 15. Perhitungan nilai WTP.......................................................................... 51 Tabel 16. Estimasi Total WTP.............................................................................. 51 Tabel 17. Tabel Coefficients................................................................................. 54 Tabel 18. ANOVA................................................................................................ 57 Tabel 19. Hasil uji R Square................................................................................. 57 1 DAFTAR GAMBAR Gambar.1 Kerangka berfikir..................................................................................26 Gambar 2. Peta Desa Toto Mulyo..........................................................................37 Gambar 3. Tabel ANOVA..................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 4. Hasil Uji R Square............................... Error! Bookmark not defined. 2 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian........................................................... 65 Lampiran 2 Karakteristik Petani............................................................. 71 Lampiran 3 Hasil Kuesioner Analisis POAC......................................... 73 Lampiran 4 Hasil Uji Asumsi Klasik..................................................... 76 Lampiran 5 Tabel Durbin Watson.......................................................... 77 Lampiran 6 Tabel F dan Tabel T............................................................ 78 Lampiran 7 Hasil Kuesioner Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi WTP 80 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatkan sistem manajemen sumberdaya pertanian khususnya air irigasi sangat penting dalam menentukan pertanian yang berkelanjutan. Kebutuhan air oleh seluruh makhluk hidup ialah suatu kebutuhan yang tidak akan terpisahkan disetiap kehidupan sehari-hari, air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, dengan air maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki kehidupan. Dalam pemanfaatan air khususnya untuk lahan persawahan, dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan serta pengembangan wilayah, Pemerintah Indonesia melakukan usaha pembangunan di bidang pengairan yang bertujuan agar dapat langsung dirasakan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air (Apriyanto et al., 2023). Irigasi adalah pemberian air kepada tanah untuk menunjang curah hujan yang tidak cukup agar tersedia lengas bagi pertumbuhan tanaman (Ibrahim et al., 2021). Irigasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha mendapatkan air untuk sawah, ladang, perkebunan. Usaha tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan pertanian (Akhir, 2019). Irigasi teknis, yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilengkapi dengan alat pengukur dan pengatur air pada head work, bangunan sadap dan bangunan bagi sehingga air terukur dan efisiensinya tinggi. Secara umum pengertian irigasi adalah penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Lahan sawah non irigasi adalah lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air alam. Seperti, air hujan, pasang surutnya air sungai/laut dan air rembesan. Menurut George R. Terry sebagaimana dikutip (Hasbi, 2021) Manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui atau bersama-sama usaha orang lain. Manajemen irigasi adalah proses perencanaan, 4 pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya, baik manusia, air, maupun infrastruktur, untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas dalam distribusi air irigasi kepada lahan pertanian. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa kebutuhan air untuk tanaman terpenuhi dengan tepat waktu dan dalam jumlah yang cukup, serta untuk meminimalkan kehilangan air dan meningkatkan produktivitas pertanian. Manajemen irigasi yang efektif tidak hanya melibatkan distribusi air yang tepat waktu dan dalam jumlah yang memadai, tetapi juga mencakup aspek pemeliharaan dan perbaikan infrastruktur irigasi, serta pengawasan penggunaan air oleh petani (Smith, 2020). Peneliti melaksanakan pra survei dengan bapak ketua P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) untuk mengetahui masalah yang sedang terjadi di Desa Toto Mulyo. Berdasarkan wawancara di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur, Terdapat 559 Petani dan memiliki luas lahan persawahan 291,75 Ha. Pencapaian transformasi kelembagaan belum dapat berjalan secara baik. Meskipun, secara legal P3A telah terbentuk (berbadan hukum lengkap dengan struktur organisasinya) di desa, namun hak dan kewajiban baik pengurus dan anggotanya belum berjalan sesuai yang tertuang secara formal dalam kelembagaanya. Pemerintah desa bersama para petani melakukan musyawarah bersama yang didalamnya menyepakati besaran biaya yang harus di keluarkan oleh petani setelah panen. Ili-ili adalah seseorang yang dipilih oleh kelompok petani di Desa Saptomulyo, yang bertugas membantu mengatur aliran irigasi yang menuju sawah. Dan ili-ili diberikan kepercayaan penuh oleh para petani, karena baik atau buruknya hasil panen sangat bergantung terhadap terpenuhinya aliran tersebut. Ada 2 versi biaya yang harus dikeluarkan petani yaitu: IPPAIR (Iuran Petani Pemakai Air) sebesar 16 ribu/Ha dan Ili-Ili sebesar 40kg/Ha khusus di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur, karena disetiap daerah berbeda beda. Namun, kenyataanya tidak semua petani mau membayar iuran sebesar yang telah ditetapkan tersebut. Alasan yang muncul adalah petani tidak mendapatkan jumlah dan kualitas pengairan yang cukup. Selain itu, kurangnya partisipasi petani dalam P3A (baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan) menjadikan P3A masih di pahami sebagai 5 organisasi bentukan pemerintah yang pengelolaanya bersandar sepenuhnya pada bantuan pendanaan dari pemerintah pada khususnya kondisi Di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur. Pada tahun 2000an pemerintah memberikan legitimasi petani (pengguna air irigasi) untuk mengelola air irigasi secara mandiri dengan Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 2001 yang diubah menjadi PP No. 20 tahun 2006. Dengan adanya peraturan tersebut maka terbentuklah perkumpulan petani pemakai air (P3A) didesa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur. Adanya organisasi berbasis petani tersebut diharapkan mampu menumbuhkan kemandirian petani dalam mengelola air Artinya, organisasi tersebut diharapkan dapat mengelola air secara mandiri (khususnya pembiayaan operasional dan pemeliharaan) jaringan tersier dalam memenuhi kebutuhan air. Legitimasi tersebut sebagai upaya transformasi kelembagaan manajemen air dari manajemen sebelumnya yang dikelola oleh P3A. Data persawahan yang ada di desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Data Petani Pemakai Air musim Rendeng, 2022/2023 NO Petak tersier Luas Jumlah Petani Baku Fungsi DAT/ Palawija Rawa (Ha) (Ha) DAP (Ha) (Ha) (Ha) 1. G10 Kiri 1 110 83 72,375 27 10,625 158 2. G10 Kiri 2 156 122,75 111,50 - 11,25 246 3. G10 Kanan 44 17 30,5 27 2,50 54 4. P2 Kiri 2 85 69 64,5 11,25 9,50 101 Jumlah 395 291,75 278,875 65,25 23,875 559 Sumber : Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Toto Mulyo 2022/2023. Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dijelaskan penamaan petak tersier sebagai berikut: G10 : DAM Desa Toto Mulyo (Primer) P2 : Aliran Skunder dari desa lain. Baku : Lahan terlewati tersier jatah persawahan. Fungsi : Sawah yang bisa terlewati air. 6 DAT/DAP : Daftar Area Tanam/Daftar Area Panen. Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan ada sekitar 291,75 Ha lahan persawahan yang dapat di aliri air irigasi, untuk pembagiannya dari G10 Kiri 1 ada sekitar 72,375 Ha, dari G10 Kiri 2 ada sekitar 111,50 Ha, dari G10 Kanan 30,5 Ha dan dari P2 Kiri 2 ada sekitar 62,5 Ha, jadi ada 278,87 Ha yang di tanami padi. Sistem irigasi adalah solusi yang umum digunakan untuk mengatasi masalah ketersediaan air dalam pertanian. Namun, pengelolaan sistem irigasi yang efektif memerlukan manajemen yang baik agar penggunaan air dapat dioptimalkan dan keberlanjutan sistem terjaga. Dalam beberapa kasus, pengelol aan sistem irigasi memerlukan dana untuk pemeliharaan, perbaikan, dan pengoperasian. Salah satu model pendanaan yang umum adalah melalui pembayaran iuran oleh petani yang menggunakan sistem irigasi tersebut. Data hasil pembayaran iuran irigasi di desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Data Pembayaran Iuran Musim Rendeng 2022/2023 No Jenis Luas Beban Biaya Jumlah Total Jumlah Terbayar Kekurangan Lahan 1 Ili-ili 291,75 40 Kg 11,670 Kg 10.870 Kg 800 Kg 2 Ipair 291,75 Rp.16.000 Rp.4668.000 Rp.4168.000 Rp. 500.000 Sumber: perkumpulan petani pemakai air (P3A) Desa Toto Mulyo Berdasarkan Tabel 2 untuk ILI-ILI besaran iuran yang harus dibayar sebesar 11,670 Kg namun hanya terbayar sebesar 10.870 Kg dan iuran IPPAIR sebesar Rp. 4.668.000 namun hanya terbayar Rp. 4.168.000 dapat dilihat ada kekurangan pembayaran baik yang dari iuran ILI-ILI maupun IPPAIR. Dari hasil musyawarah yang dilakukan aparat desa bersama ketua blok maka di tetapkan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Keseluruhan Pembayaran P3A (40 KG) Dan IPPAIR (Rp.16.000) Di Bagi Menjadi No Pembayaran P3A (40 KG) Pembayaran IPPAIR (Rp.16.000) 1 50% ke ili-ili (ketua Blok) 60% ke Desa 2 25% ke P3A 30% ke Gabungan P3A (kecamatan) 3 15% ke kas pembangunan 8% ke upah pungut 7 4 10% Ke Administrasi 2% ke Kepala Desa Sumber: Perkumpulan petani pemakai air (P3A) Desa Toto Mulyo Dengan melihat permasalahan dalam biaya pengelolaan dan pemeliharaan pengairan irigasi teknis dengan luasan lahan yang masih besar maka perlu adanya suatu bentuk pemeliharaan dan pengoperasiaan untuk jaringan irigasi yang lebih baik dan sarana dan infrastruktur yang mewadai, agar dapat memperoleh suatu pemerataan air irigasi bagi petani sehingga dapat meningkatkan hasil usahatani mereka. Berdasarkan Penelitian Cindy Puspitasari (2021) dengan judul “Analisis Faktor yang Memengaruhi Kesediaan Membayar (Willingness to pay) Petani Terhadap Iuran Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Studi Kasus Daerah Irigasi Waduk Gonggang Kabupaten Magetan)” menemukan bahwa lama pendidikan, luas lahan, pengetahuan tentang iuran pemeliharaan, dan status kepemilikan lahan berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar petani. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah metode penentuan lokasi dan perhitungan menggunakan regresi linear berganda, sedangkan perbedaannya terletak pada sampel dan populasi. Secara nasional pemerintah telah memberikan kekuasaaan penuh pada masing–masing petani daerah untuk mengelola (mengatur perawatan dan operasional) sistem irigasi. Pengaturan tersebut meliputi berbagai pihak antara lain penyedia air, pengguna air, dan pihak lain yang terkait (misalnya) pihak desa sebagai pihak yang bertanggungjawab secara administrasi pada desa tersebut. Di Indonesia terdapat berbagai bentuk kelembagaan mmanajemen air irigasi antara lain sistem ulu –ulu, sistem dharma tirta, sistem subak, dan yang terakhir adalah sistem P3A. Inti dari manajemen irigasi adalah siapa penyedia sarana air irigasi, dan siapa pengguna air tersebut, dan bagaimana mereka mengatur sistem tersebut. Biasanya, sarana dan prasarana irigasi disediakan oleh pemerintah, sedangkan pengelolannya (pemeliharaan dan operasional) dikuasakan pada pihak yang dapat 8 mengelola dengan baik, dalam hal ini bias swasta penuh atau dari kelompok tani. Penelitian tentang manajemen irigasi dan kesediaan petani untuk membayar iuran pada pengairan teknis menjadi penting untuk memahami dinamika di lapangan, mengidentifikasi hambatan-hambatan, dan merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan partisipasi petani dalam pembayaran iuran serta menjaga keberlanjutan sistem irigasi. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul skripsi ini yaitu, Manajemen Irigasi Dan Kesediaan Petani Untuk Membayar Iuran Pada Pengairan Teknis Di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur Kabupaten Lampung Timur’’. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen irigasi pada pengairan Teknis di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur? 2. Bagaimana kesediaan petani dalam membayar iuran air irigasi pada pengairan Teknis di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur? 3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kesediaan petani dalam membayar iuran air irigasi pada pengairan Teknis di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana yang diuraikan di atas, maka penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan air irigasi yang baik di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur 2. Untuk mengetahui berapa kesediaan petani dalam membayar iuran air irigasi di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur 9 3. Untuk mengetahui faktor mempengaruhi kesediaan petani dalam membayar iuran air irigasi pada pengairan teknis di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur. 1.4. Manfaat Dan Hasil Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan para petani agar lebih dapat memperhatikan kebutuhan akan manajemen air irigasi terhadap kebutuhan usaha tani 2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah setempat guna menentukan suatu kebijakan yang perhubungan dengan pengembangan pertanian pada manajemen irigasi terhadap usaha tani 3. Sebagai bahan referensi dan menambah ilmu bagi peneliti selanjutnya. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Irigasi 2.2.1 Pengertian Irigasi Ahtawi (dalam Samsugi et al., 2020) Irigasi atau pengairan merupakan suatu usaha mendatangkan air dengan membuat bangunan atau saluran-saluran untuk ke sawah-sawah dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi, setelah air itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Pengairanjuga mengandung arti memanfaatkandan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah, maka perlu dilakukan pembuangan (drainase). Agar tidak mengganggu kehidupan tanaman.Sistem irigasi yang baik adalah salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pertanian dan budidaya tanaman. Irigasi adalah istilah yang berkaitan dengan penyaluran air dari sumber ke tanaman. Sistem irigasi yang banyak digunakan adalah irigasi curah di permukaan tanah. Irigasi ini membutuhkan air dalam jumlah banyak sedangkan tingkat efisiensi penggunaan airnya rendah. Untuk mengatasi keterbatasan air, sistem irigasi tetes merupakan pilihan tepat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air (Steven Witman, 2021). Menurut Partowijiyo dalam (Akhir, 2019) rigasi adalah sejumlah air yang pada umumnya diambil dari sungai atau bendung yang dialirkan melalui sistem jaringan irigasi untuk menjaga keseimbangan jumlah air didalam tanah. Irigasi mempunyair uang lingkup mulai dari pengembangan sumber air,penyediaannya,penyalurannya dari sumber air kedaerah pertanian, pembagian air pada areal pertanian, sertapenya luran kelebihan air irigasi secara teratur. 11 Menurut (Joko & Naufal, 2021) Irigasi adalah suatu sistem atau metode yang digunakan untuk memasok air ke lahan pertanian atau ke area tertentu dengan tujuan untuk menyediakan kelembaban yang cukup kepada tanaman. Irigasi merupakan salah satu komponen penting dalam pertanian, terutama di daerah yang memiliki curah hujan yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Tujuan utama dari irigasi adalah untuk meningkatkan hasil pertanian, meningkatkan produktivitas lahan, dan memastikan pasokan air yang cukup untuk tanaman. Irigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan saluran air, pipa, pompa air, atau teknologi modern lainnya. Berdasarkan pengertian yang diberikan dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa irigasi merupakan suatu sistem atau metode yang digunakan untuk memasok air ke lahan pertanian atau area tertentu dengan tujuan untuk menyediakan kelembaban yang cukup kepada tanaman. Irigasi melibatkan pembuangan air yang tidak diperlukan lagi setelah dipergunakan dengan sebaik-baiknya serta memanfaatkan dan menambah sumber air yang tersedia bagi kehidupan tanaman. Irigasi juga mencakup pengembangan sumber air, penyediaan air, penyaluran air dari sumber ke area pertanian, pembagian air pada areal pertanian, serta pembuangan kelebihan air irigasi secara teratur. Tujuan utama dari irigasi adalah meningkatkan hasil pertanian, produktivitas lahan, dan memastikan pasokan air yang cukup untuk tanaman. Terdapat beberapa jenis sistem irigasi, di antaranya irigasi curah di permukaan tanah yang membutuhkan air dalam jumlah banyak dengan tingkat efisiensi penggunaan air yang rendah, serta irigasi tetes yang merupakan pilihan tepat dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air karena dapat mengatasi keterbatasan air.Dengan demikian, sistem irigasi yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam pertanian dan budidaya tanaman. 12 2.2.2 Jenis-Jenis Irigasi Berdasarkan klasifikasi jaringan irigas terdapat 3 jaringan irigasi meliputi: a. Irigasi Non Teknis Jaringan irigasi sederhana biasanya di usahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air (P3A), sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam mengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasaanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah di organisasikan karena menyangkut pemakai air dari latarbelakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap bersifat sementara sehingga tidak mampu bertahan lama. b. Irigasi Semi Teknis Jaringan irigasi semi teknis memiliki bangunan sadap yang permanen ataupun semi permanen. Bangunan sadap pada umumnya sudah di lengkapi dengan bangunan pengambil dan pengukur. Jaringan saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belom mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya lebih rumit. Sistem pembagian airnya sama dengan jaringan sederhana, bahwa pengambilan di pakai untuk mengairi daerah yang lebih luas daripada daerah layanan jaringan sederhana. c. Irigasi Teknis Jaringan irigasi teknis mmpunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai kepetak tersier. 13 2.2 Teori Manajemen Henry Fayol dalam (Putri, 2019) mengartikan bahwa manajemen adalah “suatu proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terhadap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien”. Henry Fayol membagi lima fungsi dasar manajemen, yaitu planing, organizing, commading, coordinating dan controlling. Oey Liang Lee dalam (c. flores, 2019) menjelaskan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni dalam perencanaan, pengoraganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengendalian terhadap sumber daya yang ada unutk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Mary Parker Follet dalam (Jannah & Mufidah, 2022), manajemen adalah seni mencapai sesuatu melalui orang lain (the art of getting things done through the others). Pengertian manajemen di atas mencakup beberapa kata kunci: proses yang merupakan kegiatan yang direncanakan, kegiatan merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan yang sering disebut sebagai fungsi manajemen, koordinasi kegiatan, tujuan organisasi yang ingin dicapai melalui aktivitas tersebut, sumber daya organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, pencapaian tujuan dengan efektif dan efisien. Berdasarkaan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian supaya mencapai tujuan tertentu yang ditentukan. 2.3 Manajemen Irigasi Pertanian Menurut Balderton (dalam Afwan, 2021), istilah pengelolaan sama dengan manajemen yaitu menggerakkan, mengorganisasikan, dan mengarahkan usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas umum untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu faktor pendukung terjadinya keberhasilan pembangunan petani dan juga dapat meningkatkan hasil produksi, dalam pengelolaan irigasi terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan hasil produksi yaitu fungsi jaringan irigasi, 14 irigasi memiliki fungsi untuk mengairkan air pada bangunan irigasi, jika ada kesalahan pada bangunan irigasi maka akan memeberikan dampak terhadap kawasan pertanian dan perikan. Irigasi air sangat dibutuhkan di seluruh area pertanian terutama di musim kemarau panjang halnya untuk pengairan ladang-ladang dan tanaman-tanaman yang ada di daerah pertanian, banyak terjadi konflik yang di akibatkan dengan kurangnya pembagian pengelolaan air, banyak orang yang adu mulut, hingga terjadi perkelahian diantara mereka yang mengakibatkan kesalahpahaman atau terjadi aliran irigasi yang kurang merata sehingga banyak kalangan masyarakat yang sering berkelahi demi memperebutkan hak mereka, hal itu dapat membuat mereka terluka akibat kurang meratanya pembagian air di daerah pertanian tersebut. Pengelolaan irigasi sebagai usaha pendayagunaan air irigasi yang meliputi operasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi, dan peningkatan irigasi. Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat petani dan dengan menempatkan perkumpulan petani pemakai air sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi tanggung jawab. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan pemberdayaan perkumpulan petani pemakai air secara berkesinambungan dan berkelanjutan Kadoantie dalam (Kustana & Setiawan, 2020). George R Terry dalam (Syahputra & Aslami, 2023) berpendapat bahwa “Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakan- tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”. George R Terry membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan Controlling (Pengawasan). Adapun proses fungsi manajemen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 15 1. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah langkah pertama dan mendasar dalam proses manajemen. Ini melibatkan penetapan tujuan, penetapan langkah- langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, serta pengembangan rencana tindakan yang efektif. Berikut adalah langkah perencanaan yang dilakukan peneliti: a. P3A melakukan survei terhadap jenis tanaman yang ditanam, luas lahan, dan kondisi iklim untuk menentukan kebutuhan air. b. P3A menganalisis data yang dikumpulkan dari survei untuk menentukan kebutuhan air irigasi berdasarkan jenis tanaman dan kondisi lahan. c. P3A melakukan Identifikasi dan catat sumber air yang tersedia (sumur, sungai, waduk, dll.) dan kapasitasnya. d. P3A mengadakan pertemuan dengan para petani untuk mendiskusikan kebutuhan air irigasi, masalah yang dihadapi, dan ekspektasi mereka terhadap sistem irigasi. e. Mengumpulkan pendapat dan saran dari petani mengenai jadwal irigasi, jenis tanaman, dan kebutuhan lainnya. f. Menghitung biaya operasional, pemeliharaan, dan perbaikan sistem irigasi. g. Mendokumentasikan kegiatan operasional, pemeliharaan, dan perbaikan yang telah dilakukan h. Adanya jadwal gotong royong bersama membersihkan saluran irigasi sebelum pengoprasian air irigasi 2. Organisasi (Organization) Setelah rencana telah dibuat, langkah selanjutnya adalah mengorganisasi sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Yaitu membentuk tim pengelola irigasi yang terdiri dari P3A, petani, pemerintah desa, dan pihak terkait lainnya. Selanjutnya menentukan peran dan tanggung jawab masing-masing anggota tim. 16 a. Adanya struktur organisasi P3A. b. Struktur organisasi menjalankan peran dan kewajiban. c. Adanya tim pengelola irigasi pada setiap blok pengairan. 3. Pelaksanaan (Actuating) Actuating sendiri merupakan pergerakan. Dalam sebuah proses manajemen meskipun sudah memiliki perencanaan yang matang serta baik, dan memiliki struktur organisasi yang begitu bagus tanpa adanya tindakan atau aksi dalam perencanaan itu maka bagaimana sebuah organisasi ataupun bisnis dapat mencapai keberhasilan dalam tujuannya. a. Mengoperasikan sistem irigasi sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. b. Memantau distribusi air untuk memastikan bahwa setiap lahan pertanian menerima air yang cukup c. Mengadakan pertemuan rutin dengan petani untuk mengevaluasi pelaksanaan irigasi dan membahas masalah yang muncul selama musim tanam sampai panen. d. Mendiskusikan solusi dan perbaikan yang diperlukan. e. Mengumpulkan iuran dari petani setelah masa panen untuk menutupi biaya operasional dan pemeliharaan sistem irigasi 4. Pengendalian (controling) Controlling sendiri merupakan pengawasan serta pengendalian. Controlling sangat berperan penting dalam melihat apakah proses manajemen berjalan dengan baik mencapai tujuan sasaran ataupun sebaliknya. a. Menilai apakah jadwal dan teknik irigasi yang diterapkan sudah sesuai dan efektif dalam memenuhi kebutuhan air tanaman setelah selesai musim panen. b. Menyusun laporan berkala mengenai kondisi dan kinerja sistem irigasi. c. Melakukan musyawarah dengan petani untuk menetapkan besaran 17 iuran yang adil dan dapat diterima. Beberapa faktor mempengaruhi efisiensi penggunaan air dalam sistem irigasi pertanian menurut (Rusmayadi et al., 2023). Faktor- faktor ini dapat dikategorikan ke dalam beberapa aspek yaitu fisik, sosial ekonomi, dan teknologi. a. Faktor fisik meliputi karakteristik tanah, kondisi iklim, dan topografi, yang mempengaruhi kapasitas menahan air tanah dan ketersediaan air untuk tanaman. b. Faktor sosial-ekonomi mencakup perilaku petani, pengetahuan, dan akses terhadap sumber daya. Proses pengambilan keputusan petani, pola tanam, dan adopsi teknik irigasi yang efisien secara signifikan mempengaruhi efisiensi penggunaan air. c. Faktor teknologi melibatkan ketersediaan dan aksesibilitas infrastruktur irigasi, alat pengelolaan air, dan sistem informasi. 2.4 Kesediaan Membayar Willingness to pay (WTP) Kesediaan untuk membayar, terkadang disingkat WTP, adalah harga maksimum yang bersedia dibayar pelanggan untuk suatu produk atau layanan. Biasanya diwakili oleh angka dolar atau, dalam beberapa kasus, kisaran harga. Meskipun calon pelanggan cenderung bersedia membayar kurang dari ambang batas ini, penting untuk dipahami bahwa, dalam banyak kasus, mereka tidak akan membayar harga yang lebih tinggi. Willingness to pay (WTP) atau kesediaan membayar adalah kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka adanya perubahan terhadap kualitas lingkungan (Damanik, 2019). Tujuan dari analisis WTP yaitu untuk mengetahui nilai kesediaan membayar atau nilai maksimum yang bersedia dikeluarkan seseorang (Hadhi & Mukhamad, 2014). Dalam WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau masyarakat untuk membayar dalam rangka 18 adanya perubahan lingkungan yang diinginkan. WTP merupakan nilai yang sesuai untuk menghitung sumber daya alam dan jasa lingkungan. Menurut (Arimurti et al., 2021) terdapat dua langkah untuk menghitung nilai kesediaan membayar yaitu dengan menghitung total WTP kemudian menghitung rata-rata WTP dengan rumus sebagai berikut: TWTP=∑(WTPi×ni) Keterangan: TWTP : Total WTP WTPi : WTP individu sampel ke-i ni : Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP Setelah mendapatkan nilai rata-rata WTP maka selanjutnya menghitung nilai total WTP dari responden dengan menggunakan rumus: TWTP EWTP= 𝑁 Keterangan; EWTP : dugaan rata-rata WTP N : jumlah responden yang bersedia membayar 2.5 Faktor Yang Mempengaruhi WTP Willingness to pay (WTP) atau keinginan membayar adalah kesediaan konsumen membayar untuk imbalan jasa yang diperolehnya (Gentzora et al., 2021). Pada umumnya Willingness to pay (WTP) merupakan kesediaan atau kemauan konsumen atau pelanggan dalam membayar tarif yang didapatkan dalam menggunakan jasa. Adapun faktor yang mempengaruhi WTP pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Luas lahan, Salikin dalam (Rahayu, 2021) menjelaskan bahwa luas lahan pertanian merupakan luas areal persawahan yang akan ditanam padi 19 pada musim tertentu. Lahan pertanian adalah penentu dari pengaruh faktor produksi komoditas pertanian. Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap usaha tani. 2. Pengalaman, Menurut Soekartawi dalam (Mandang et al., 2020), pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru. Pengalaman petani dalam menggunakan dan mengelola sistem irigasi sangat mempengaruhi WTP mereka. Petani yang memiliki pengalaman positif, seperti peningkatan hasil panen, penghematan biaya produksi, dan ketersediaan air yang konsisten, cenderung lebih bersedia membayar iuran irigasi. Sebaliknya, jika petani mengalami kesulitan atau masalah dengan sistem irigasi sebelumnya, seperti distribusi air yang tidak merata, kerusakan saluran irigasi, atau manajemen yang buruk, mereka mungkin kurang bersedia untuk membayar iuran. Pengalaman ini membentuk persepsi dan keyakinan petani terhadap manfaat dan efisiensi sistem irigasi yang ditawarkan. 3. Jarak, Jarak antara lahan pertanian dan sumber air atau saluran irigasi juga mempengaruhi WTP petani. Petani yang lahannya dekat dengan sumber air atau saluran irigasi umumnya lebih mudah dan cepat mendapatkan air, sehingga mereka merasakan manfaat langsung dari sistem irigasi dan lebih bersedia membayar iuran. Di sisi lain, petani yang lahannya jauh dari sumber air mungkin menghadapi tantangan dalam distribusi air, seperti kehilangan air selama transportasi atau waktu irigasi yang lebih lama, yang dapat mengurangi kesediaan mereka untuk membayar iuran. Jarak yang lebih jauh juga bisa meningkatkan biaya operasional untuk mengalirkan air ke lahan, sehingga petani mungkin merasa beban iuran irigasi lebih tinggi dibandingkan manfaat yang diterima. 20 4. Waktu, dalam hal ini yang dimaksud dengan waktu adalah waktu pengairan oleh irigasi yang diterima setiap petani pada lahan padinya. Waktu yang dibutuhkan untuk pengairan irigasi ke lahan petani sangat bergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis tanaman, metode irigasi yang digunakan, dan kondisi tanah. Pengairan dapat dilakukan secara terus menerus, rotasi, atau berselang (intermittent). Pada metode berselang, lahan dibiarkan kering dan tergenang secara bergantian, yang dapat menghemat air dan meningkatkan efisiensi penggunaan air(BSIP Kepulauan Bangka Belitung, 2021). Selain itu, faktor lain seperti ketersediaan sumber air, infrastruktur irigasi, dan manajemen pengairan juga mempengaruhi durasi pengairan. Pengelolaan yang baik memastikan tanaman mendapatkan air yang cukup tanpa pemborosan, mendukung pertumbuhan optimal dan hasil panen yang baik. 5. Kehadiran, Kehadiran petani dalam pertemuan dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sangat penting untuk pengelolaan irigasi yang efektif. Dalam pertemuan ini, petani dapat menyampaikan kebutuhan air mereka, mendiskusikan masalah irigasi, dan mencari solusi bersama. Partisipasi aktif petani memastikan bahwa distribusi air irigasi dilakukan secara adil dan efisien, sesuai dengan kebutuhan masing-masing lahan pertanian. Selain itu, kehadiran petani juga memperkuat kerjasama dan komunikasi antara anggota P3A, sehingga dapat meningkatkan kinerja sistem irigasi secara keseluruhan. Dengan demikian, pertemuan ini menjadi forum penting untuk mencapai keberlanjutan dan produktivitas pertanian yang lebih baik. 2.6 Contingent Valuation Method(CVM) Pendekatan penilaian contingent ini sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. Pada hakikatnya metode penilaian contingent ini bertujuan untuk mengetahui keinginan untuk membayar (Willingness To Pay atau WTP)dari masyarakat dan keinginan menerima (Willingnes To Accept atau WTA) (Fauzi dalam (Afifudin et al., 2022). 21 Contingent valuation method merupakan menghitung nilai atau penawaran yang mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut benar-benar ada. Pasar hipotetik (kuesioner dan responden) sedekat mungkin dengan kondisi pasar yang sebenarmya. Responden harus mengenal baik komoditas yang ditanyakan dalam kuesioner (Fadillah & Juwana, 2023). Tahapan-tahapan dalam metode CVM yaitu sebagai berikut (Hanley dan Spash): 1. Membuat pasar hipotetik Pasar hipotetik merupakan gambaran mengenai lingkungan sekitar yang memiliki permasalahan dan diberikan penjelasan kepada pengunjung mengenai perbaikan lingkungan kepada pengunjung. Dengan memilih lokasi yang strategis dan relevan dengan topik irigasi, Pasar hipotetik dimulai dengan pengenalan masalah irigasi yang ada di lingkungan sekitar. Pengunjung diberi gambaran umum mengenai situasi yang sedang dihadapi, termasuk tantangan dan dampaknya terhadap masyarakat, pengunjung diajak berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi dan solusi dan tim penyelenggara dapat memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai pentingnya pengelolaan irigasi yang baik, serta bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. 2. Penawaran besarnya nilai Willingness to Pay (WTP) Penawaran besarnya nilai WTP dilakukan melalui wawancara kepada pengunjung menggunakan metode bidding game yaitu pengunjung ditawarkan harga yang semakin meningkat sampai nilai maksimum. Adapun penawaran yang diberikan P3a ke petani yaitu kisaran harga Rp 16.000 dengan fasilitas yang ada sekarang seperti kalau ada petani yang membutuhkan air irigasi tinggal dating ke rumah masing masing ketua blok (ili ili). 3. Memperikirakan nilai rata-rata WTP. Memperkirakan nilai rata-rata WTP untuk mengetahui peningkatan kesediaan membayar yang diberikan oleh pengunjung untuk memiliki nilai WTP terhadap 22 peningkatan kualitas lingkungan. Data WTP dikumpulkan melalui wawancara atau survei kepada responden yang relevan, seperti petani atau masyarakat pengguna layanan irigasi. Setiap responden akan memberikan nilai WTP mereka berdasarkan metode yang digunakan. 2.7 Penelitian Relevan Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh orang lain. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Penelitian Relevan No Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian 1 Pertiwi, T. Analisis Kesediaan 2022 Nilai rata-rata maksimusm WTP A., Membayar pengunjung sebesar Rp23.443,038 hal Noechdijati, (Willingness To Pay) tersebut bertambah sebesar D., & Pengunjung Dalam Rp8.443,038 dari tiket masuk awal Dharmawan, Upaya Pengembangan yang sebesar Rp15.000. dan Faktor B. Agrowisata yang mempengaruhi kesediaan “Sweetberry” Di membayar secara signifikan pada Kabupaten Cianjur selang kepercayaan 95% adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan dan jumlah tanggungan. 2 Peratama, Manajemen Irigasi Dan 2017 dalam penelitiannya menyatakan B. Kesediaan Petani Variabel yang mempengaruhi nilai Untuk Membayar WTP yang dikeluarkan petani adalah Iyuran Pada Pengairan variabel pendapatan, luas lahan, Non Teknis Di dummy lokasi dam bloksadeng dan Kabupaten Jember. dummy lokasi dam asmoya, sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi nilai WTP yang dikeluarkan petani Desa Curahtakir adalah variabel Umur, dan Pendidikan. Data dianalisis menggunakan menggunakan metode analisis Willingness to pay petani padi pada pengairan non teknis, dalam penelitian ini menggunakan 23 pendekatan metode Contingent Valuation Method (CVM). 3 Prasmatiwi Analisis kesediaan 2021 dalam penelitiannya menyatakan et al., petani padi sawah Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membayar jasa petani dalam kesediaan membayar layanan pengelolaan jasa layanan pengelolaan irigasi di irigasi di daerah irigasi daerah irigasi Way Ketibung way katibung Kabupaten Lampung Selatan adalah kabupaten lampung luas lahan, pengetahuan petani Selatan terhadap fungsi irigasi, dan pendapatan rumah tangga. Data dianalisis dengan menggunakan metode penilaian kontingen (CVM) dan logistik ordinal. 4 Chindy Analisis Faktor yang 2021 Dalam penelitiannya menyatakan Memengaruhi Puspitasari bahwa bahwa besarnya kesediaan Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) membayar petani untuk iuran Petani Terhadap Iuran pemeliharaan jaringan irigasi di Pemeliharaan Jaringan Irigasi (Studi Kasus daerah irigasi Waduk Gonggang, Daerah Irigasi Waduk Kabupaten Magetan sebesar Rp Gonggang Kabupaten Magetan) 90.620,850 untuk tiap hektar tiap sekali masa tanam dengan total kesediaan membayar dalam populasi sebesar Rp 116.188.708 per masa tanam. Kurva Willingness to pay menunjukkan slope negatif artinya semakin tinggi nilai Willingness to pay maka semakin sedikit yang bersedia membayar. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar petani untuk iuran pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Waduk Gonggang meliputi lama pendidikan, luas lahan, 24 pengetahuan mengenai iuran pemeliharaan jaringan irigasi dan status kepemilikan lahan. Sedangkan, faktor yang berpengaruh secara negatif terhadap kesediaan membayar petani adalah jumlah produksi usahatani. Usia dan lokasi lahan tidak memengaruhi kesediaan membayar petani untuk iuran pemeliharaan jaringan irigasi di daerah irigasi Waduk Gonggang, Kabupaten Magetan. Data dianalisis menggunakan metode Contingent Valuation Method dan analisis regresi linear berganda. 5 Masruroh & Analisis Ability To Pay 2023 Faktor-faktor yang dapat menjadi Rahman (ATP) dan Willingness dasar perlunya dilakukan To Pay Pada Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Pengembangan Sistem Minum (SPAM) Sumber Air Wendit Penyediaan Air Minum Perumda Tirta Kanjuruhan yaitu: (SPAM) Sumber Air Cakupan layanan rendah, Debit Wendit Studi Kasus potensial dari sumber air Wendit, Perumda Tirta Karakteristik wilayah berada pada Kanjuruhan. dataran tinggi, Potensi pelanggan baru, Harapan kontinuitas air tinggi, Potensi perubahan minat berlangganan. 6 Azrial Rifqi Analisis Faktor- 2024 Dalam penelitiannya menyatakan Arfiansyah Faktor Yang penelitian ini menggunakan Memengaruhi Contingent Valuation Method (CVM) Willingness To Pay dan alat analisis yang digunakan Konsumen Terhadap adalah analisis regresi linear berganda Produk Beras Organik dengan menggunakan bantuan Ekafarm Cikarang software SPSS 26.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rataan WTP tertinggi untuk beras organik adalah jenis beras coklat dengan nilai 25 sebesar Rp6.357,00/kg sedangkan nilai rataan WTP terendah untuk beras organik adalah jenis beras amandia dengan nilai sebesar Rp3.929,00/kg. Faktor-faktor yang memengaruhi kesediaan membayar beras organik adalah pendapatan, harga produk, keamanan produk, dan gaya hidup. 2.8 Kerangka Pikir Air adalah sumber kehidupan bagi tanaman. Dalam konteks pertanian, penyediaan air yang cukup dan tepat waktu menjadi kunci utama dalam meningkatkan hasil panen dan kualitas produk pertanian. Di banyak daerah, ketersediaan air menjadi masalah utama, terutama dengan perubahan iklim yang mengakibatkan pola curah hujan yang tidak stabil dan peningkatan risiko kekeringan. Salah satu sumber pengairan padi sawah yaitu irigasi sehingga keberadaannya perlu dijaga dan dikelola dengan baik. Petani berperan penting dalam upaya pengelolaan irigasi. Irigasi atau pengairan merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Kontribusi petani dapat dilaksanakan dalam bentuk kesediaan petani membayar (WTP) jasa layanan pegelolaan irigasi guna perbaikan dan pengelolaan irigasi. Manfaat dari pembayaran jasa layanan pengelolaan irigasi yaitu dapat digunakan untuk perbaikan dan pengelolaan irigasi sehingga kecukupan air tetap terjaga. Irigasi Teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pembawa dan saluran pembuang terpisah dan pemberian airnya dapat diukur, diatur dan dikontrol pada setiap pembagian air. Semua bangunan bersifat permanen. 26 Manajemen irigasi merupakan pendekatan yang sistematis dalam mengatur penggunaan, distribusi, dan pemeliharaan sumber air untuk pertanian. Melalui manajemen irigasi yang baik, penggunaan air dapat dioptimalkan, efisiensi dapat ditingkatkan, dan dampak negatif seperti kekeringan dan banjir dapat dikurangi. Implementasi manajemen irigasi yang efektif memiliki dampak langsung terhadap produktivitas dan kualitas hasil pertanian. Dengan pengaturan yang tepat, tanaman akan mendapatkan pasokan air yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui manajemen pengelolaan air irigasi, kesediaan petani dalam membayar iuran air irigasi, dan faktor yang mempengaruhi kesediaan petani dalam membayar iuran irigasi pada pengairan teknis. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: irigasi teknis Manajemen irigasi Kesediaan petani Faktor-faktor yang membayar iuran mempengaruhi kesediaan petani Pelaku: membayar iuran 1. Planning 2. Organizing 1. EWTP 3. Actuating 2. TWTP Y= WTP 4. controling X1= luas lahan X2= pengalaman X3= jarak X4= waktu X5= kehadiran P3A Petani Analisis regresi linier berganda Pemerintahan yang baik dalam pengelolaan irigasi Gambar.1 Kerangka berfikir 27 2.7 Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 𝐻𝐼 : Ada pengaruh variabel independen (luas lahan, pengalaman, jarak, waktu dan kehadiran) terhadap variabel dependen. 𝐻0 : Tidak ada pengaruh variabel independen (luas lahan, pengalaman, jarak, waktu dan kehadiran) terhadap variabel dependen. 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Juni 2024. Rangkaian penelitiandilakukan di Desa Toto Mulyo, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian tentang manajemen irigasi dan kesediaan petani untuk membayar iuran pada pengairan teknis sangat relevan untuk dilakukan di wilayah ini mengingat ketergantungan masyarakat pada sektor pertanian dan irigasi yang kuat. 3.2 Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode analitis. Metode deskriptif melibatkan pengumpulan data untuk menguji hipotesis yang berkaitan dengan status atau kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada seperti kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, dan efek yang sedang terjadi. Data penelitian deskriptif biasanya dikumpulkan melalui survei angket, wawancara atau observasi. Pada penelitian ini nantinya akan di deskripsikan manajemen irigasi pada pengairan teknis, kesediaan petani dalam membayar iuran air serta faktor faktor yang mempengaruhi membayar iuran air irigasi teknis. 3.3 Populasi Populasi adalah keseluruhan elemen dalam penelitian meliputi objek dan subjek dengan ciri-ciri dan karakteristik tertentu. Populasi dapat dibagi menjadi tiga, populasi berdasarkan jumlahnya yaitu populasi terbatas dan populasi tak terbatas, berdasarkan sifatnya yaitupopulasi homogen dan populasi heterogen, dan berdasarkan perbedaan yang lain yaitu populasi target dan populasi survei (Asrulla et al, 2023). 29 Berdasarkan penjelasan tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di desa Toto Mulyo yang berjumlah 559. 3.4 Metode Penarikan Sampel Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Asrlla et al, 2023). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Probability Sampling. Probability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Amin et al., 2023). Untuk mencari sampel nya penelitian ini menggunakan Disproportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional penentuan pengambilan sampel keseluruhan menggunakan metode random sampling dengan metode Slovin. Berikut hasil perhitungan dengan rumus Slovin. 𝑁 𝑛 = 1 + 𝑁. 𝑒 2 Keterangan: n= Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = 12,15% = 0,1215 Berdasarkan rumus diatas maka dapat ditetapkan jumlah sampel minimal adalah sebagai berikut: 559 𝑛 = 1 + 559. 0,12152 559 𝑛 = 1 + 559. 0,01476 559 𝑛 = 8,2656 𝑛 = 67,6297 30 Jumlah keseluruhan sampel yang digunakan menurut perhitungan metode Slovin adalah sebesar 67,6297 dengan pembulatan jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 68. Daerah penelitian di Toto Mulyo memiliki lokasi irigasi teknis yang berbeda-beda sehingga pengairan irigasi yang diterima masing-masing lokasi juga berbeda-beda. Sampel yang diambil untuk lokasi dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5. Jumlah Sampel Yang Digunakan No Lokasi Jumlah Populasi Jumlah Sampel 1 G10 158 19 Kiri 1 2 G10 246 30 Kiri 2 3 G10 54 7 Kanan 4 P2 101 12 Kiri 2 Jumlah 559 68 Berdasarkan Tabel 5, perhitungan sampel yang di ambil untuk lokasi adalah sebagai berikut: 158 G10 : 𝑥 68 = 19 559 Kiri 1 246 G10 : 𝑥 68 = 30 559 Kiri 2 54 G10 : 𝑥 68 = 7 559 Kanan 101 P2 : 559 𝑥 68 = 12 Kiri 2 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid maka digunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara/angket, observasi serta dokumentasi. 31 1. Wawancara Menurut (Ardiansyah et al., 2023) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi langsung antara peneliti dan partisipan penelitian. Teknik wawancara Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara kepada para kelompok tani padi dan masyarakat di Desa Toto Mulyo Kecamatan Way Bungur untuk memperoleh data mengenai Pola tanam, Manajemen Irigasi dan nilai kesediaan membayar. Pelaksanaan wawancara dan pengumpulan data dilakukan di Desa Toto Mulyo. 2. Angket/kuisoner Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga (Supriadi et al., 2020). Teknik angket pada penelitian ini dilajukan kepada para kelompok tani di desa Toto Mulyo, untuk mengetahui bagaimana Manajemen Irigasi dan nilai kesediaan membayar. Pelaksanaan wawancara dan pengumpulan data dilakukan di Desa Toto Mulyo. 3. Observasi Menurut (Ardiansyah et al., 2023) Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan pengamatan langsung terhadap partisipan dan konteks yang terlibat dalam fenomena penelitian. 4. Dokumentasi Dokumentasi yaitu salah satu teknik pengumpulan data dengan cara mengambil gambar atau dokumen dokumen untuk memperoleh data (Tengah, 2019). Metode ini digunakan untuk memperoleh data primer dan sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang mendukung topik penelitian untuk melengkapi hasil data yang diperoleh melalui teknik angket dan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Dokumentasi yang dilakukan pada penelitian ini dengan cara 32 menyimpan berbagai kegiatan dalam penelitian yang berisi proses dan hasil penelitiannya melalui pengambilan gambar, serta dokumentasi. 3.6 Analisis Data 3.6.1 Analisis Menejemen Irigasi Untuk mengetahui manajemen pengelolaan air irigasi digunakan analisis deskriptif. deskriptif analisis bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur di dalam manajemen irigasi yang terdiri planning, organizing, actuating, dan controlling. Adapun indikator dari setiap unsur manajemen pada Tabel berikut : Tabel 6. Indikator Pernyataan No Indikator Point 1 Planing 1 2 3 4 a. P3A melakukan survei sebelum tanam padi b. Pertemuan P3A dengan petani sebelum menanam padi c. Ada jadwal gotong royong bersama membersihkan saluran irigasi 2 Organization a. Bapak/ibu mengetahui struktur organisasi P3A b. P3A sudah bekerja sesuai AD/ART c. Ketua dari masing-masing blok sudah bekerja susuai dengan peran dan kewajibannya 3 Actuating a. Air irigasi sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian b. Ada pantauan distribusi air irigasi dari P3A c. Ada pertemuan rutin untuk mengevaluasi pelaksanaan irigasi 4 Controling a. Jadwal pengairan air irigasi sudah sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati b. Laporan berkala berkaitan dengan pengairan irigasi c. Pertemuan penetapan harga iuran air irigasi Setelah data didapatkan kemudian dilakukan analisis kinerja berdasarkan persentase keberhasilan dengan kategori sebagai berikut: Tabel 7. Pedoman Kategori Kinerja Irigasi Persentase (%) Keterangan >90 Baik Sekali 70-90 Baik 55-69 Sedang 0,8). 3. Nilai condition number lebih dari 20 atau 30. Selain ketiga hal di atas, data dikatakan terdapat kolinieritas tinggi apabila nilai VIF yang dihasilkan lebih besar dari 10,00 dan nilai TOL yang dihasilkan lebih kecil dari 0,10. Adapun rumus uji Multikoneritas yaitu sebagai berikut: 1 𝑉𝐼𝐹 = 1 − 𝑅12 3.6.5 Uji Normalitas Uji normalitas adalah metode statistik yang digunakan untuk menentukan apakah data yang telah dikumpulkan mengikuti distribusi normal atau tidak. Distribusi normal adalah distribusi yang simetris dengan puncak di tengah dan ekor yang menyebar merata di kedua sisi. Uji normalitas penting dalam analisis data karena banyak metode statistik mengasumsikan bahwa data berdistribusi normal. Beberapa metode yang umum digunakan untuk uji normalitas termasuk uji Kolmogorov- Smirnov, uji Shapiro-Wilk, dan uji Anderson-Darling. Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan tertentu, dan pemilihan metode yang tepat tergantung pada ukuran sampel, jenis data, dan tujuan analisis. Uji normalitas membantu peneliti memastikan validitas hasil penelitian dengan mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat dianggap mewakili populasi secara keseluruhan. (Laillisa, 2023) 3.6.6 Uji Autokorelasi Menurut Ghozali (2006) dalam (Azizah, 2021), autokorelasi muncul sebagai akibat dari observasi yang berurutan sepanjang waktu dan berkaitan satu sama lain. Uji ini dapat dilakukan uji menggunakan Durbin- Watson dengan kriteria nilai DW lebih besar dari dU (Durbin Upper) dan lebih kecil dari 4-dL (Durbin Lower) atau bisa dituliskan jika dU < nilai DW < 4 – dL, maka nilai autokorelasi sama dengan nol atau tidak ada. 36 3.7. Definisi Operasional Definisi operasional digunakan untuk menyamakan presepsi definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Irigasi teknis yaitu yaitu sistem irigasi yang konstruksinya dilengkapi dengan alat pengukur dan pengatur air pada head work, bangunan sadap dan bangunan bagi sehingga air terukur dan efisiensinya tinggi 2. Manajemen irigasi merupakan pendekatan yang sistematis dalam mengatur penggunaan, distribusi, dan pemeliharaan sumber air untuk pertanian. 3. Willingness to pay (WTP) adalah kesediaan konsumen membayar untuk imbalan jasa yang diperolehnya 4. Luas lahan (X1), Luas lahan adalah luas lahan usahatani yang dimiliki oleh responden saat proses wawancara dalam penelitian ini berlangsung yang dinyatakan dalam satuan hektar. 5. Pengalaman (X2), Pengalaman adalah lamanya petani berusahatani yang dinyatakan dalam satuan tahun. 6. Jarak (X3), Jarak petak adalah jarak antara petak lahan petani ke sumber air irigasi yang dinyatakan dalam satuan meter. 7. Waktu (X4), waktu adalah lamanya lahan petani menenrima pengairan irigasi yang dinyatakan dalam satuan jam per hari 8. Kehadiran (X5), Kehadiran adalah jumlah petamuan antara petani dengan P3A yang dinyatakan dalam satuan minggu 37 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Lokasi Penelitian Gambar 2. Peta Desa Toto Mulyo Pada tanggal 17 Mei 1953 Desa Toto Mulyo resmi menjadi Desa Definitif dan masuk wilayah Kecamatan Purbolinggo utara (sekarang Kecamatan Way Bungur). Jumlah penduduk desa pada awalnya kurang lebih 130 KK dengan jumlah jiwa kurang lebih 380 orang. Luas wilayah kurang lebih 550 Ha dengan jumlah penduduk 207 jiwa. Desa Toto Mulyo diberi nama sesuai dengan urutan abjad nama wilayah kecamatan Purbolinggo Utara yaitu huruf “M” yang berhubungan dengan tempat desa berada. Kata Toto dalam bahasa jawa berarti “tertata” dan Mulyo berarti “sejahtera”. Sehingga dapat diartikan Desa Toto Mulyo berarti Desa yang tertata dan kehidupan masyarakatnya sejahtera. Pemerintah Desa Toto Mulyo selaku pelayan masyarakat harus merespon keluhan mayarakatnya dengan cara ikut andil dalam mewujudkan kesejahteraan. Untuk mewujudkan cita-cita itu diperlukan seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Desa Toto Mulyo memiliki Kepala Desa. yang bertanggung jawab terhadap baik dan buruknya suatu pemerintahan desa. Adapun nama-nama Kepala Desa Toto Mulyo yang pernah memerintah sebagai berikut : 38 Tabel 8. Daftar Kepala Desa Toto Mulyo No Nama Masa Bhakti 1 Saleh 1953-1961 2 Muradi 1961-1966 3 Sastro Prawiro 1966-1968 4 Samsu 1968-1970 5 Subandi 1970-1989 6 S. Atmadi 1989-1994 7 M. Toha 1994-2002 8 Sugito 2002-2003 9 Pujiono 2003-2007 10 Narto 2007-2008 11 Ahmat Kholik 2008-2013 12 Ahmat Kholik 2013-2019 13 Purwo Jatmiko 2019-2024 Sumber: Monografi Desa Toto Mulyo Desa Toto Mulyo memiliki luas wilayah 550 Ha. Luas wilayah tersebut sampai saat ini masih di dominasi oleh lahan pertanian yang cocok untuk tanaman padi seluas 290 Ha, sedangkan sebagian yang lain merupakan pemukiman penduduk seluas 74 Ha, perkebunan 10 Ha, perladangan seluas 50 Ha, rawa 30 Ha dan tanah desa 23 Ha. Desa Toto Mulyo dengan jumlah penduduk 2.141 jiwa merupakan hasil sensus penduduk pada tahun 2010. Adapun batas-batas luas wilayahnya sebagai berikut : Sebelah Utara: Desa Taman Negeri Sebelah Timur: Desa Tegal Ombo Sebelah Selatan: Desa Tanjung Intan Sebelah Barat: Desa Tambah Luhur 4.2 Karakteristik Responden Karakteristik responden pada penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, usia, jenjang pendidikan, tanggungan keluarga 39 dan varietas padi yang digunakan. Jumlah responden yang diteliti adalah 68 orang petani padi sawah di Desa Toto Mulyo. 4.2.1 Jenis Kelamin Jenis kelamin mempengaruhi berbagai aspek dalam pertanian, mulai dari pembagian kerja hingga akses terhadap sumber daya. Petani laki-laki lebih bersedia membayar biaya adaptasi karena petani laki-laki cenderung lebih aktif dan lebih terbuka dalam menerima informasi terkait perubahan iklim dari pihak luar, sedangkan petani perempuan cenderung pasif dalam menerima masukan informasi dari pihak luar. Minimnya pengetahuan yang dimiliki petani perempuan menjadikan mereka tidak berani mengambil keputusan, dan tenaga petani perempuan cenderung sebagai tenaga tambahan dalam mengurus lahan pertanian. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%) Laki-laki 65 95 Perempuan 3 5 Jumlah 60 100 Sumber: Data primer yang diolah (2024) Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dimana total responden laki- laki adalah 65 orang dan responden perempuan berjumlah 3 orang. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochmayanto dan Kurniasih (2013) menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengelolaan masyarakat dan politik perempuan cenderung menyerahkan urusan politik pada laki-laki dan lebih aktif di bidang sosial masyarakat. Mayoritas petani padi adalah laki-laki, yang sering kali bertanggung jawab atas pekerjaan fisik yang lebih berat dan pengambilan keputusan utama dalam usahatani. Laki-laki cenderung memiliki akses yang lebih besar terhadap sumber daya seperti lahan, alat pertanian, dan pelatihan teknis. Di sisi lain, perempuan juga memainkan peran penting, terutama dalam kegiatan yang memerlukan ketelitian seperti penanaman, 40 pemeliharaan tanaman, dan panen (lmiyati et al., 2017). Meskipun perempuan sering kali terlibat dalam pekerjaan pertanian, mereka cenderung memiliki akses yang lebih terbatas terhadap sumber daya dan pelatihan, yang dapat mempengaruhi produktivitas mereka. Selain itu, perempuan sering kali harus membagi waktu antara pekerjaan di sawah dan tanggung jawab rumah tangga, yang menambah beban kerja mereka. Perbedaan ini mencerminkan dinamika gender dalam pertanian padi, di mana peran dan kontribusi perempuan sering kali kurang diakui meskipun mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produksi dan kesejahteraan keluarga. 4.2.2 Usia Karakteristik petani padi menurut usia menunjukkan variasi yang signifikan dalam hal kemampuan fisik, pengalaman, dan pendekatan terhadap pertanian. Usia mempengaruhi kesehatan fisik petani, di mana petani yang lebih tua mungkin menghadapi tantangan fisik yang lebih besar dalam melakukan pekerjaan berat di sawah. Selain itu, petani yang lebih muda cenderung lebih terbuka terhadap teknologi baru dan praktik pertanian modern, yang dapat meningkatkan efisiensi dan hasil panen. Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut: Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Rentang Usia Jumlah Responden Persentase (%) 31-40 13 19 41-50 18 26 51-60 29 43 61-70 8 12 Jumlah 68 100 Sumber: Data primer yang diolah (2024) Berdasarkan Tabel 10 diatas dapat disimpulkan bahwa dari seluruh responden menunjukkan bahwa kelompok usia terbesar adalah 51-60 tahun, yaitu 43% atau 29 orang. Kelompok usia 41-50 tahun mencakup 26% atau 18 orang, sementara kelompok usia 31-40 tahun terdiri dari 19% 41 atau 13 orang. Kelompok usia 61-70 tahun adalah yang paling sedikit, yaitu hanya 12% atau 8 orang. Berdasarkan data BPS, penduduk Indonesia yang berusia antara 15 hingga 64 tahun dikategorikan sebagai usia produktif. Rentang usia ini mencakup fase penting dalam kehidupan seseorang, mulai dari masa pendidikan, memasuki dunia kerja, hingga mendekati masa pensiun. Informasi ini sangat bernilai dalam merumuskan kebijakan ekonomi dan sosial yang tepat, terutama dalam hal pengembangan sumber daya manusia dan perencanaan kebutuhan tenaga kerja nasional, guna memastikan bahwa potensi produktivitas masyarakat dapat dimanfaatkan secara maksimal. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2022) Mayoritas petani padi berada dalam rentang usia produktif, yaitu antara 51 hingga 60 tahun, di mana mereka memiliki kemampuan fisik yang cukup baik untuk mengelola lahan dan melakukan aktivitas pertanian. Petani yang lebih tua cenderung memiliki pengalaman yang lebih banyak, yang sangat berharga dalam pengambilan keputusan terkait teknik budidaya, manajemen lahan, dan penanganan hama. Namun, tingkat pendidikan petani padi sering kali rendah, terutama di kalangan petani yang lebih tua, dengan banyak dari mereka hanya memiliki pendidikan dasar. Sebaliknya, petani yang lebih muda cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi adopsi teknologi baru dan praktik pertanian modern. Hal ini sejalan dengan data BPS pada Sensus Pertanian tahun 2023 dimana rata-rata usia petani di Indonesia adalah 55 tahun. Usia petani Indonesia yang semakin tua berpotensi menimbulkan masalah serius bagi ketahanan pangan nasional. Kurangnya regenerasi petani dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan inovasi di sektor pertanian, yang pada akhirnya akan berdampak pada ketersediaan pangan dan perekonomian negara. Oleh karena itu, upaya untuk menarik generasi muda agar tertarik pada sektor pertanian menjadi semakin mendesak. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2023). 42 4.2.3 Jenjang Pendidikan Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan dan menggali tingkat pemahaman petani mengenai segala sesuatu, baik peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap petani. Pendidikan juga merupakan proses belajar bagi petani mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan upaya peningkatan taraf hidup petani. Hal ini sejalan dengan pendapat Totok Mardikanto (1993) bahwa pendidikan adalah proses pengembangan pengetahuan maupun sikap seseorang yang dilakukan secara terencana, yang akan membentuk wawasan terhadap suatu objek yang akhirnya akan mengarahkan pada keputusan. Karakteristik Responden berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%) SD 24 35 SMP 23 34 SMA 21 31 Jumlah 68 100 Sumber: Data primer yang diolah (2024) Pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemampuan ekonomi dan kesediaan membayar (willingness to pay) petani padi. Petani dengan pendidikan formal yang lebih tinggi cenderung memiliki pendapatan yang lebih besar karena mereka lebih mampu mengelola sumber daya, mengadopsi teknologi baru, dan menerapkan praktik pertanian yang lebih efisien. Penelitian di Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya oleh Wahyuni dan Zulkifli (2019), menunjukkan bahwa pendidikan formal berdampak positif pada pendapatan petani. Selain itu, petani yang lebih terdidik juga lebih produktif karena mereka lebih mudah memahami dan menerapkan teknik pertanian modern, yang berkontribusi pada peningkatan hasil panen dan efisiensi penggunaan lahan. Pendidikan juga mempengaruhi kesediaan petani untuk membayar layanan irigasi. Penelitian di Kota Banjar 43 menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi, termasuk tingkat pendidikan, berhubungan dengan kesediaan membayar petani untuk jasa layanan irigasi (Sudarmadi et al., 2023). Petani yang lebih terdidik cenderung lebih memahami pentingnya investasi dalam layanan irigasi untuk meningkatkan hasil panen mereka. Secara keseluruhan, pendidikan memainkan peran penting dalam meningkatkan kemampuan ekonomi petani padi dan kesediaan mereka untuk berinvestasi dalam layanan yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian. 4.2.4 Tanggungan Keluarga Karakteristik tanggungan keluarga pada petani padi sangat beragam dan dapat mempengaruhi kesejahteraan serta produktivitas mereka. Umumnya, petani padi memiliki tanggungan keluarga yang cukup besar, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga berkisar antara 4 hingga 6 orang (Muhammad & Pratomo, 2017). Tanggungan ini mencakup anak-anak yang masih bersekolah, orang tua yang sudah lanjut usia, dan anggota keluarga lainnya yang tidak bekerja. Jumlah tanggungan yang tinggi sering kali menjadi beban ekonomi bagi petani, terutama ketika pendapatan dari hasil pertanian tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga. Selain itu, jumlah tanggungan yang besar juga dapat mempengaruhi keputusan petani dalam mengelola lahan pertanian, seperti alokasi waktu, tenaga kerja dan keuangan. Karakteristik Responden berdasarkan tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Anggota Keluarga Jumlah Responden Persentase (%) 1 13 19 2 25 37 3 18 26 4 11 16 5 1 2 Jumlah 68 100 Sumber: Data primer yang diolah (2024) 44 Berdasarkan Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan keluarga petani padi di Desa Toto Mulyo mayoritas berjumlah 2 orang anggota keluarga. Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak dua orang cenderung lebih mampu mengelola sumber daya ekonomi mereka dengan lebih baik. Dengan tanggungan yang lebih sedikit, mereka memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam mengalokasikan pendapatan untuk berbagai kebutuhan. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Dewi et al., (2021) yang menunjukkan bahwa petani dengan dua orang tanggungan biasanya memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki lebih banyak tanggungan. Mereka juga cenderung lebih mampu berinvestasi dalam peningkatan produktivitas pertanian, seperti membeli benih unggul atau memperbaiki sistem irigasi. Secara keseluruhan, jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kesejahteraan ekonomi petani padi dan kemampuan mereka untuk berinvestasi dalam pertanian. 4.2.5 Varietas Padi Pemilihan varietas padi yang tepat memiliki dampak signifikan terhadap kondisi ekonomi petani. Varietas unggul seperti Inpari dan Ciherang dikenal memiliki produktivitas tinggi, yang dapat meningkatkan hasil panen dan pendapatan petani (Hidayah et al., 2019). Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul dapat meningkatkan hasil panen dan mengurangi kerugian akibat hama dan penyakit, sehingga mengurangi biaya produksi. Selain itu, varietas yang tahan terhadap kondisi ekstrem seperti kekeringan atau banjir membantu petani mengurangi risiko kerugian akibat perubahan iklim (Aristya & Taryono, 2019). Varietas dengan efisiensi penggunaan air yang tinggi, seperti IPB 3S, juga dapat mengurangi biaya irigasi. Dengan demikian, pemilihan varietas padi yang tepat tidak hanya meningkatkan produktivitas dan pendapatan, tetapi juga efisiensi penggunaan sumber daya dan ketahanan terhadap perubahan iklim, 45 yang semuanya berkontribusi pada peningkatan kondisi ekonomi petani. Karakteristik Responden berdasarkan varietas padi yang ditanam dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Varietas Padi Varietas Jumlah Responden Persentase (%) Bridantara 4 6 Galur pring 4 6 Hibrida 32 8 12 Inpari