RPS Micro Teaching PDF

Summary

This document is a syllabus/course outline for a course called RPS Micro Teaching, focusing on the topics of histology and cytology. It details the course content, components, time, and assessment criteria.

Full Transcript

1.PERTUMUAN MINGGU KE..... :2 2.KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN : Mampu Menjelaskan konsep dasar Sitohistoteknologi Perbedaan Histologi dan Sitologi Laboratorium P...

1.PERTUMUAN MINGGU KE..... :2 2.KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN : Mampu Menjelaskan konsep dasar Sitohistoteknologi Perbedaan Histologi dan Sitologi Laboratorium Patologi Anatomi 3.BAHAN KAJIAN /MATERI AJAR : Perbedaan Histologi dan Sitologi Laboratorium Patologi Anatomi 4.BENTUK PEMBELAJARAN : Kuliah Diskusi Belajar mandiri untuk kontruksi pengetahuan Penugasan terstrukturberkelompok Praktek 5.WAKTU : 50 Menit 6.PENGELAMAN BELAJAR : Quis,Vidio,Makalah 7. KRITERIA PENILAIAN DAN INDIKATOR : Dapat menjelaskan konsep dasar Sitohistoteknologi 8.BOBOT : 5% Perbedaan Histologi dan Sitologi Laboratorium Patologi Anatomi HERLINDA DJOHAN,SKM,M.Si POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK JURUSAN ANALIS Sitohistoteknologi mengacu pd peraturan menteri kesehatan nomor 411/MENKES/PER/III/2010 yang dimaksud dengan Laboratorium Klinik untuk menunjang diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan Sedangkan Spesimen klinik adalah bahan yang berasal dari tubuh manusia untuk tujuan diagnostik, penelitian, pengembangan pendidikan, dan analisis lainnya, termasuk new- emerging dan re-emerging, dan penyakit infeksi berpotensi Histopatologi, adalah prmbuatan pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologik, dan pembuatan preparat dengan teknik potong beku. Di dalam undang-undang yang sama jika kita melihat dalam sisi tugas dan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh seorang tenaga analis kesehatan (pranata laboratorium) adalah a pengambilan dan penanganan bahan pemeriksaan laboratorium sesuai standar pelayanan dan standar operasional prosedur b melaksanakan kegiatan pemantapan mutu, pencatatan dan pelaporan c kegiatan keamanan dan keselamatan kerja laboratorium d melakukan konsultasi dengan penanggung jawab teknis laboratorium atau tenaga teknis lainnya.  Laboratorium yang melaksanakan pembuatan preparat histopatologi, pulasan khusus sederhana, pembuatan preparat sitologik, dan pembuatan preparat dengan teknik potong beku. Pelayanan laboratorium Patologi Anatomik menerima spesimen berupa jaringan atau cairan tubuh yang didapat dari tubuh pasien dan bermakna klinis bagi diagnosis suatu penyakit  laboratorium histopatologi dan laboratorium sitopatologi. Laboratorium histopatologi merupakan laboratorium yang menangani spesimen berupa jaringan  sedangkan laboratorium sitopatologi menangani spesimen berupa cairan atau bentukan lain yang mengandung sel-sel untuk dilakukan diagnosis.  spesimen untuk laboratorium histopatologi, dimana spesimen untuk laboratorium histopatologi adalah seluruh organ yang diambil dari pasien baik berukuran kecil maupun berukuran besar.  Spesimen sitologik diambil dengan tujuan memeriksa jaringan pada tingkat sel. Spesimen sitologik didapat dari sel yang terlepas (exfoliatif) atau sel yang terlepas dari jaringan. Jenis spesimen yang paling umum yang diterima di laboratorium patologi anatomik adalah spesimen cervical Pap Smear spesimen yang diterima di laboratorium sitologi adalah spesimen sitologi aspirasi jarum halus FNA (Fine Needle Aspiration), dimana sel didapatkan dari jarum yang sangat tipis yang dimasukkan ke sebuah lesi berbentuk cairan (misalnya kista tiroid). Selain itu spesimen dapat berasal dari urin, dahak, cairan cerebrospinal, cairan berasal dari bilasan dll yang mengandung materi sel Spesimen Umum Laboratorium Sitologi dan Histologi Sitologi Histologi Biaopsi Jarum Goresan Sel Biopsi Asfirasi Sel Endoskopi Cairan Tubuh Biopsi Eksisi Dll Dll  Akan diolah dan menghasilkan suatu sediaan mikroskopis yang menjadikan dasar pelaporan untuk keperluan diagnosis ataupun yang lainnya.  Setelah hasil diterima oleh pemohon baik dalam bentuk kertas atau digital, maka fungsi lanjutan seorang tenaga laboratorium patologi anatomik adalah sebagai berikut : 1. Menjaga Sediaan hingga 10 tahun kedepan dan dapat dijadikan untuk referensi, pengajaran atau penelitian. 2. Menjaga formulir permintaan atau memindahkannya dalam bentuk digital dan menyimpannya selama kurun waktu minimal 10 tahun. 3. Spesimen yang tersisa dapat dilakukan sebagai berikut : a. memisahkan untuk keperluan penyimpanan, pengajaran, penelitian bahkan museum, b. menjadikan referensi hingga 1 tahun kedepan, c. membuang sisa spesimen jika dianggap tidak perlu Penerima an Adminitrasi specimen Layak Ya Specimen Tida Distribusi k Specimen Pembuatan Kirim sediaan Ulang Pewarnaan Sediaan Kesim Pengamatan pulan Awal Specimen Patologi Dibagi 2 ◦ spesimen ginekolog (pap smear) ◦ non ginekolog (FNAC) Hal-hal harus diisi oleh pasien a. Nama pasien, b. no rekam medis, c. no pendaftaran, d. usia pasien, e. jenis kelamin pasien, f. dokter pengirim. 1 Persiapan pasien a. Pemeriksaan dilakukan idealnya 2 minggu setelah hari pertama menstruasi terakhir. Sebaiknya hindari pemeriksaan selama menstruasi karena darah dapat mengaburkan temuan.Jika terjadi pengaburan temuan (temuan tidak jelas) karena sesuatu, teknisi mengetahui cara memperlakukan spesimen. b. Jangan menggunakan obat vagina, alat kontrasepsi vagina, atau “douching” (pencucian vagina menggunakan alat khusus) selama 48 jam sebelum pengambilan spesimen. c. Tidak dianjurkan berhubungan badan sehari sebelum pengambilan spesimen.  Sumber spesimen letak pengambilan spesimen(vagina, endoservik, gabungan atau bagian servik)menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan sel minimal yang ditemukan untuk menilai kelayakan suatu sediaan.  Status homonal Status hormonal yang dimaksud disini adalah seorang administrasi wajib menanyakan status pasien,apakah dalam masa subur, menstruasi, atau menopause. NO Jenis Spesimen Permohonan Keperluan Lain 1 A B C 2 sitologi urin, pewarnaan dasar (HE), diagnosis atau sitologi dahak, pewarnaan lanjutan penelitian apusan servikal, (PAS, Trichrome, biopsi payudara Giemsa dan lain-lain) dan lain-lain 3 4 Pengertian Teknik Sitohistologi  Sitohistoteknologi terdiri dari : Sito berarti “sel” dan Histo berarti jaringan”. Jadi, merupakan ilmu yang mempelajari tentang sel dan jaringan.  Dalam jaringan pada umumnya terdapat 3 komponen dasar yang menyusunnya yaitu : Sel , Substansi Interseluler dan Cairan Diagnosis histopatologi sitopatologi Ketepatan diagnosis histopatologi dan sitopatologi tergantung pada :  Penanganan dan pengolahan bahan pemeriksaan yang baik sehingga dapat diinterprestasi serta dapat dikembangkan lebih lanjut untuk pemeriksaan molekuler dan genetik.  Kompetensi dasar dokter spesialis Patologi Anatomi.  Kompetensi Dasar tenaga laboratorium / analis laboratorium Fase Pre-analitik dan Fase analitik Fase Pre-analitik :  Kelengkapan Identitas pasien dan keterangan klinik yang relevan.  Penanganan Jaringan dan cairan pasca tindakan operasi ataupun biopsi. Fase analitik :  Penerimaan sampel.  Pemotongan dan pencatatan makroskopik.  pengolahan sampel secara manual maupun automatis.  Pembuatan blok parafin yang sesuai standar. Tahapan-Tahapan Teknik Sitohistologi Tahapan-tahapan dalam melakukan teknik sitohistologi dimulai dari mendapatkan jaringan sampai menghasilkan preparat yang siap diperiksa secara mikroskopis adalah:  · Mendapatkan Jaringan.  · Fiksasi.  · Dehidrasi.  · Clearing.  · Embedding.  · Sectioning/Cutting.  · Mounting.  · Staining.  · Labeling. Pemotongan Jaringan Sebelum melakukan pemotongan jaringan, hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :  1. menilai kelengkapan data klinik dalam formulir.  2. mendiskripsikan secara lengkap gambaran  makroskopis jaringan (tekstur, berat-ukuran, jumlah, warna, konsistensi, bau) yang disesuaikan dengan data klinik dan jumlah jaringan yang diterima.  Melakukan pemotongan jaringan :  1. menentukan bagian yang mengalami kelainan.  2. melakukan pemotongan jaringan/ organ berdasarkan  pedoman/prinsip.  3. menentukan jumlah kup yang dianggap memadai  (mewakili bagian yang mengalami kelainan) Kesimpulan Sajian yang baik akan memberikan hasil yang benar-benar shahih (valid/akurat) yang sangat dibutuhkan oleh para peneliti untuk menjawab permasalahan yang timbul. Di samping itu sajian yang baik juga diperlukan oleh klinikus untuk menunjang diagnosa penyakit yang diderita oleh pasien. TEKNIK FIKSASI SEDIAAN HISTOLOGI HERLINDA DJOHAN,SKM,M.SI Teori fiksasi Untuk membuat suatu sediaan yang baik, sel dan jaringan yang akan diamati diharapkan sangat mirip dengan kondisi ketika masih hidup. Mekanisme kerja dari fiksasi pada dasarnya adalah mengawetkan bentuk sel dan organel sehingga mendekati bentuk ketika masih di tubuh. Dengan pemberian cairan fiksasi, maka akan mengubah komposisi jaringan secara kimiawi ataupun secara fisik. prosedur untuk fiksasi jaringan Potong spesimen jaringan/organ dengan ukuran kurang lebih 4 mm Rendam dengan larutan fiksasi sesuai dengan tujuan pewarnaan atau komponen target Tunggu hingga tahap fiksasi selesai sempurna Cuci dengan air mengalir atau aquades (jika diperlukan) Jenis- jenis larutan fiksasi untuk jaringan Larutan formalin Larutan formalin merupakan cairan fiksasi yang paling umum digunakan. Laurutan baffer formalin yang digunakan adalah formalin 10%. Contoh sedian histologi Sediaan histologik yang difiksasi dengan larutan baffer formalin dan diwarnai dengan pewarna Periodic Acid Schiff. Terlihat posisi glikogen yang terpolarisasi di sisi sel yang berwarna magenta dengan inti ditengah berwarna biru Kelebihan larutan fiksatif baffer formalin adalah merupakan cairan fiksatif umum pH mendekati netral Potongan jaringan dapat ditinggalkan di dalam cairan formol salin untuk jangka waktu lama (dapat sampai 1 tahun) tanpa ada perubahan yang berarti Bila diperlukan jaringan yang direndam dalam cairan fiksatif ini dapat di ambil dan dimasukkan ke dalam cairan fiksatif lainnya bila diperlukan Kekurangan larutan fiksatif formalin adalah Jaringan yang difiksasi dengan cara rendam memerlukan waktu sedikitnya 24 jam baru dapat diproses. Jenis- jenis larutan fiksasi untuk jaringan LARUTAN BOUIN Larutan fiksatif ini mengandung larutan asam pikrat jenuh. Asam pikrat merupakan zat berbentuk serbuk bewarna kuning seperti kunyit dan mudah meledak dalam keadaan kering, sehingga harus disimpan dalam keadaan lembab. Larutan Bouin sendiri berisi 10% formaldehida (25% formalin), asam asetat 0.9 M dan 0.04 M asam pikrat yang dilarutkan di dalam air. Asam pikrat menembus jaringan agak lambat, mengentalkan protein dan dapat menyebabkan beberapa penyusutan. Selain penggunaan asam pikrat akan menyebabkan jaringan menjadi berwarna kuning Kelebihan dari larutan Bouin Mempunyai daya penetrasi yang cepat dan merata, tetapi dapat menyebabkan terjadinya sedikit pengerutan. Memberikan warna cemerlang bila diwarnai dengan metoda trichrome. Sangat baik untuk memperlihatkan inti sel seperti pada sel benih di testis dan ovum Kekurangan dari larutan Bouin Jaringan yang difiksasi dengan larutan Bouin harus segera dilakukan proses dehidrasi setelah 24 jam. Bila jaringan direndam terlalu lama (>24 jam) dapat menyebabkan kerapuhan pada jaringan sehingga tidak mungkin untuk dipotong dengan mikrotom secara baik. Warna kuning pada jaringan akibat kelebihan pikrat. Untuk menghilangkan warna kuning, jaringan harus dicelup dalam alkohol atau dengan mencucinya dalam air kran semalam. Oleh karena terbentuk beberapa ikatan pikrat yang larut dalam air, jaringan harus segera dipindahkan ke dalam alkohol simpulan  Teknik fiksasi pada jaringan sangatlah penting diketahui oleh seorang teknisi laboratorium patologi anatomi. Pemilihan larutan fiksasi akan mempengaruhi hasil dari sediaan histologik ketika diamati secara mikroskopis. Kesalahan dalam pemilihan jenis larutan fiksasi jaringan dapat menghasilkan nilai yang positif atau negatif palsu. Larutan netral bufer formalin merupakan larutan fiksasi yang paling sering/umum digunakan di laboratorium patologi anatomi, namun jika memungkinkan jenis larutan fiksasi dibuat di laboratorium patologi anatomi maka akan menghasilkan efektifitas pembacaan sediaan lebih tinggi. SITOHISTOTEKNOLOGI Teknik Fiksasi sediaan Sitologi Herlinda djohan,SKM,M.Si PENGERTIAN Fiksasi adalah usaha manusia untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran. Sitologi adalah ilmu yang mempelajari morfologi sel-sel cairan tubuh. Pemeriksaan sitologi merupakan cara yang mudah, murah, sederhana dan hasilnya cukup akurat. A.FIKSASI SEDIAAN SITOLOGI Layaknya spesimen jaringan, spesimen sel pun harus melalui yang namanya fiksasi. Fiksasi spesimen sitologi yang sempurna adalah prasyarat untuk diagnosis sitologi dengan benar. Jika fiksasi jaringan hanya dilakukan dengan tahap perendaman, berbeda dengan fiksasi pada sediaan sitologik terbagi menjadi beberapa bagian yaitu fiksasi kering, fiksasi lembab dan fiksasi basah. Pada jenis fiksasi basah, sediaan sitologik harus direndam dalam larutan fiksasi terpilih segera setelah pengambilan spesimen sitologi masih dalam kondisi yang lembab. Fiksasi spesimen sitologi yang dilakukan dengan segera dilakukan guna mencegah pengeringan dan perubahan bentuk sel akibat faktor luar. Hasil dari fiksasi tersebut akan memungkinkan pewarnaan menjadi jelas dan tentunya menghasilkan diagnosis yang benar. Lain halnya ketika fiksasi sitologi dilakukan dengan teknik pengeringan, metode ini dilakukan untuk sel-sel yang relatif kuat dari faktor lingkungan dan digunakan untuk jenis pewarnaan yang memiliki prinsip sederhana. Idealnya fiksasi yang dilakukan pada sediaan sitologik hampir sama kriteria dengan fiksasi yang dilakukan pada sediaan jaringan. Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam fiksasi sediaan sitologi adalah : a. Mempenetrasi sel dengan cepat b. Minimal menjaga sel dari kerusakan atau kehilangan komponen sel layaknya ketika sel masih dalam kondisi hidup. c. Menjaga secara struktur sel maupun komponen sel (kimiawi, enzimatik, imunologi) d. Menghentikan proses metabolisme autolisis e. Menghentikan pertumbuhan selular dan mikroorganisme. f. Meningkatkan diferensiasi optik dan meningkatkan pewarnaan struktur dan komponen sel. fiksasi dari sediaan sitologik terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Fiksasi Basah 2. Fiksasi Coating 3. Fiksasi Kering 4. Fiksasi Khusus B. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN SITOLOGI DAN FIKSASINYA 1. Kaca objek harus benar-benar bersih, diberi label supaya tidak tertukar. 2. ¾ dari luas kaca objek memanjang, kita isi apusan yang rata tidak terlalu tebal atau tipis 3. Lakukan fiksasi sesuai dengan prosedur perwarnaan yang dikehendaki (Papanicolaou dan Giemsa). 4. Larutan yang telah digunakan sebaiknya diganti setiap 2 minggu atau tergantung banyaknya sediaan 5. Tanda larutan pewarna rusak, yaitu apabila warna menjadi keruh 6. Larutan pewarna harus selalu ditutup rapat untuk mencegah penguapan 7. Larutan haematoxylin harris sebaiknya disaring setiap hari 8. Pada pemasangan kaca penutup kaca objek cairan xylol terlebih dahulu dibuang karena dapat terjadi rongga-rongga udara 9. Supaya kaca melekat dengan erat dapat dilakukan pemanasan ditempat penghangat atau oven temperatur 37°C. Faktor yang perlu diperhatikan : a. Ketepatan pengambilan b. Metode fiksasi yang benar c. Cara pengepakan dan pengiriman sampel d. Prosesing sitologi terutama pewarnaan sel e. Suhu dan temperatur minimal 45°C maksimal 65°C C. Metode fiksasi Bahan/larutan fiksasi yang biasa digunakan dalam sitologi antara lain alkohol (Etanol) dan Metanol (Methyl Alkohol). Cara fiksasi ada 2 : a) Fiksasi langsung b) Fiksasi tidak langsung Kesimpulan Teknik fiksasi pada sediaan sitologi pada dasarnya hampir sama dengan sediaan jaringan. Tahap inipun sangatlah penting diketahui oleh seorang teknisi laboratorium patologi anatomi. Pemilihan larutan fiksasi tentu tergantung dari target diagnosis, jarak tempuh dari tempat pengambilan spesimen dengan laboratorium sitologi hingga waktu yang diperlukan untuk mempercepat penentuan diagnosis. Adapun jenis-jenis fiksasi yang umum digunakan di laboratorium sitologi adalah fiksasi basah yang digunakan untuk pewarnaan papanicolaou dan fiksasi kering untuk pewarnaan Giemsa. Namun jika jarak pengambilan spesimen jauh dengan laboratorium sitologi (tempat pewarnaan dan pengamatan) maka fiksasi yang digunakan adalah fiksasi “coating” menggunakan “spray”. TERIMA KASIH Herlinda Djohan,SKM.Msi Manfaat Definisi danTujuan Fiksasi Fiksasi Macam cara Efek fiksasi pengawetan pada jaringan jaringan Pengaruh Jenis- jenis fiksasi larutan fiksasi terhadap pewarnaan Fiksasi jaringan adalah proses mengawetkan jaringan agar awet dan kondisinya sama seperti hidup. Dilakukan dengan merendam jaringan ke lartutan fiksasi (volume min 10x besar jar) selama 24 jam (Mikel, 2004). Manfaat danTujuan Fiksasi Mencegah terjadinya proses autolisis  Mencegah proses pembusukan Memadatkan dan mengeraskan agar mudah untuk dipotong  Memadatkan cairan koloid  Mencegah keruskan struktur jaringan. Efek fiksasi pada jaringan. a. Menghambat proses pembusukan dan autolysis b. Pengawetan jaringan c. Pengerasan jaringan d. Pemadatan koloid e. Fiksasi akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (sol) menjadi lebih padat (gel). f. Diferensiasi optic Macam cara pengawetan jaringan a. Supravital/intravital b. Merendam dalam larutan fiksatif c. Fiksasi kering Jenis-Jenis Larutan Fiksasi Macam-macam larutan fiksasi dibedakan menjadi dua yaitu larutan fiksatif sederhana dan larutan fiksatif majemuk atau campuran:  Larutan Fiksatif Sederhana a. Etanol 70-100% b. Formaldehyde 4-10% c. Asam asetat 0,03-5%  Larutan Fiksatif Majemuk atau Campuran a. Lrutan Bouin ( asam pikrat, formalin, dan asam glaisial) b. Larutan zanker ( merkuri clorida, potasium dichromet, aquadest ) Pengaruh fiksasi terhadap pewarnaan  Dapar  Penetrasi  Volume Pengawet  Konsentrasi  Interval Waktu  Suhu  Jenis Larutan Pengawet Herlinda Djohan,SKM,M.Si Pematangan Jaringan (Dehidrasi) A. Prinsip Pematangan Jaringan Pematangan jaringan adalah proses pengeluaran air dan larutan fiksatif yang ada di dalam jaringan, kemudian digantikan dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku sehingga bisa dilakukan pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis. B. Faktor – Faktor yang Mempengarui Pematangan Jaringan ○ Agitasi  Dorongan yg terjadi Ketika 2 larutan yg berbeda jenis maupun kosentrasi dijadikan satu dgn demikian akan terjadi peningkatan aliran larutan disekitar jaringan ○ Suhu  Faktor lingkungan dgn kecepatan proses perpindahan cairan,berpengarug pd pelebaran celah membrane sel yg berdampak terhadap peningkatan laju penetrasi dan pertukaran cairan ○ Viskositas  Sifat ketahanan terhdp aliran dari suatu fluida,semakin cepat laju penetrasi cairan (viskositas rendah) jika ukuran molekul lebih besar,laju pertukaran laju pertukaran lebih lambat (Viskositas tinggi) ○ Vakum  Kondisi dimana tekanan dlm alat pematangan jaringan dibuat dgn kondisi yg tinggi dgn tekanan yg tinggi diharapkan akan meningkatkan laju pemindahan cairan,sehingga dpt mengurangi waktu yg diperlukan untuk proses pematangan specimen jaringan ○ Jenis Jaringan  Jenis jaringan ditentukan juga oleh jenis sel yg menyusunnya contohnya  Jenis jaringan yg banyak mengandung air ( mata,hepar,ginjal)  Jenis jaringan yg sedikit mengandung air ( tulang)  Jenis jaringan yg mengandung lemak (mammae) ○ Ukuran Jaringan  Ukuran,kerapatan,ketebalan jaringan menentukan kecepatan penetrasi pd proses pematangan jaringan C. Langkah – Langka Pematangan Jaringan 1. Dehidrasi : mengeluarkan seluruh air dan cairan fiksatif dari dalam jaringan 2. Pembeningan :mengeluarkan cairan dehidrasi dan menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berkaitan dengan media infiltrasi 3. Infiltrasi : memasukkan satu filtrat tertentu yang dapat mengeras pada suhu ruang Tahap – Tahap Pematangan Jaringan A. Dehidrasi Pengertian Dehidrasi adalah proses menghilangkan air dan zat fiksatif dari komponen jaringan. Reagen dehidrasi bersifat hidrofilik (suka air), memiliki kutub yang kuat berinteraksi dengan molekul air dengan cara mengikat hidrogen. Dehidrasi berlebihan dapat menyebabkan jaringan menjadi keras, rapuh dan kusut. Dehidrasi yang tidak sempurna akan mengganggu penetrasi reagen pembening ke dalam jaringan, sehingga spesimennya lunak dan tidak bisa dilakukan proses infiltrasi. Macam – Macam Cairan Dehidrasi a. Ethanol (C₂H₂OH) b. Aseton (CH₃COCH₃) c. Metanol (CH3OH) d. Isopropil alkohol (CH3CHOHCH3) e. Butil alkohol (butanol) (C4H9OH) f. Alkohol terdenaturasi B. Pembeningan Pengertian Reagen pembeningan bertindak sebagai perantara antara larutan dehidrasi dan infiltrasi. Reagen pembeningan larut dalam dua larutan tersebut dan kebanyakan berupa hidrokarbon dengan indeks bias yang mirip dengan protein. Macam-Macam Agen Pembeningan yang Rutin digunakan a. Xilol b. Toluen c. Kloroform d. Xilol Substitusi e. Citrus Fruit Oil (Reagen Limonene) C. Infiltrasi Pengertian Infiltrasi merupakan suatu proses memasukkan materi/filtrat ke dalam jaringan sehingga jaringan tersebut dapat mengeras akibat filtrat tersebut di suhu ruang.. Parafin adalah filtrate yang paling banyak digunakan untuk infiltrasi dan embedding. Parafin yang digunakan tersedia dalam berbagai bentuk dengan berbagai suhu lelehnya dan zat penambahnya untuk bisa menghasilkan potongan jaringan yang berkualitas. Reagen Infiltrasi Lilin parafin adalah media yang paling sering digunakan untuk infiltrasi dan penanaman jaringan di laboratorium histopatologi. Lilin parafin adalah campuran hidrokarbon berantai panjang yang diproduksi dari pemecahan minyak mineral. Sifatnya bervariasi tergantung dari titik lebur yang digunakan, berkisar antara 47°C sampai 64°C. Lilin parafin meresapi jaringan dalam bentuk cair dan membeku dengan cepat saat didinginkan. Adapun waktu yang diberikan pada proses pematangan jaringan (dehidrasi hingga infiltrasi) pada dasarnya tidak ditentukan dengan pasti, namun sebagai acuan, ada beberapa referensi yang dapat digunakan. Antara lain sebagai berikut: No Tahapan Larutan Waktu Proses 2 Jam 8 Jam 1. Dehidrasi Alkohol 95% 1 menit 20 menit 2. Dehidrasi Alkohol 95 % 1 menit 20 menit 3. Dehidrasi alkohol Absolut 1 menit 20 menit 4. Dehidrasi alkohol Absolut 11 menit 40 menit 5. Dehidrasi alkohol Absolut 30 menit 60 menit 6. Pembeningan Xilol 1 menit 30 menit 7. Pembeningan Xilol 11 menit 30 menit 8. Pembeningan Xilol 25 menit 60 menit 9. Infiltrasi Parafin 3 menit 40 menit 10. Infiltrasi Parafin 5 menit 40 menit 11. Infiltrasi Parafin 15 menit 60 menit Kesimpulannya Proses pematang jaringan adalah suatu istilah yang digunakan oleh seorang teknisi laboratorium patologi anatomi. Pematangan jaringan pada dasarnya adalah proses memasukkan materi paraffin/paraplast yang dapat mengeraskan jaringan sehingga bisa dilakukan pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pematangan jaringan yaitu : agitasi, suhu, viskositas, vakum, dan jenis jaringan. SEKIAN Herlinda djohan,SKM,M.Si PEWARNAAN SEDIAAN HISTOLOGI DAN SITOLOGI BY…..HERLINDA DJOHAN,SKM,M.SI Pewarnaan Jaringan Sitologi dan Histologi Pewarnaan jaringan adalah Memberikan zat warna pada sel ataupun bagian-bagiannya sehingga menambah kontras agar tampak lebih jelas Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Metoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuatan preparat metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin. Jenis Pewarnaan Pewarnaan Sederhana Hanya untuk melihat bentuk sel Pewarnaan Khusus Agar tampak kontras untuk membedakan beberapa komponen tertentu Pewarnaan Diferensial bertujuan membedakan sifat tertentu dalam sel Pewarnaan Diferensial dalam teknik mikrobiologi untuk membedakan sifat sel bakteri (pewarnaan Gram dan Ziehl Nielsen). Zat Pengecat Mordant Hematoksilin Biru Metilen Eosin Macam-macam Pewarnaan Sitohistologi Diff-Quik digunakan pada material yang dikeringkan sebelum fiksasi alkohol Diff Papanicolaou Quik Papanicolao u stain adalah alternatif untuk sampel aspirasi jarum halus, dikembangkan untuk mencapai kejelasan visual yang sebanding dalam waktu yang jauh lebih singkat A. SEDIAAN UNTUK PEMERIKSAAN SITOLOGI Pada pemeriksaan sitologi yang diperiksa morfologi sel-sel cairan tubuh. Sediaan atau disebut duga preparat dibuat berupa apusan pada objek glass yang diwarani dengan pewarnaan tertentu. Alat dan Bahan Diff Quick Objek Glass Entelan Deck Glass Metilhylene Blue Metanol Eosin 1.SEDIAAN/PREPARAT DENGAN PEWARNAAN METODE GIEMZA Tujuan : Terutama yang diperiksa adalah detail dari morfologi untuk memeriksa intisel, untuk melihat apakah sel tersebut sel normal, sel noeplasma jinak atau ganas. Sampel : Aspirasi Jarum Halus (AJH), Endapan cairan yang telah disentrifuge Bahan : - Larutan pewarna giemsa - Larutan Phosfat buffer (ph 6,8) - Methanol Prosedur kerja : 1) Sediaan apus telah benar-benar kering di udara 2) Fiksasi dengan methanol minimal 5 menit 3) Cuci dengan aquadest, biarkan kering di udara 4) Tetesi dengan pewarna Giemsa dengan perbandingan (GZ : Bufer phosfat = 1:4) 5) Cuci dengan aquadest, kering diudara 6) Tutup EZ Mount Alat dan Bahan Papanicoulau Xylol Entelan Objek Glass Orange Green Deck Glass Eosin alkohol 50% Alkohol 96%,70%,50% Haris hematoksilin 2. SEDIAAN/PREPARAT DENGAN PEWARNAAN METODE PAPANICULO Metode ini umumya digunakan untuk pewarnaan Papsmear (tapi terkadang ada juga selain papsmear diwarnai dengan metode ini). Papsmear digunakan untuk mendignosis Kanker serviks. Melihat ada tidaknya sel ganas Sampel : apusan daerah peralihan endoserviks. Bahan: -Haematoksilin mayer -EA (Eosin alkohol) 65/EA 36 - Alkohol 95% dan Alkohol absolut 1) Sedian apusan difiksasi dengan alcohol 95% 15 menit 2) Air mengalir sampai bebas alkohol 5 menit (rak preparat diletakan di wadah yang di beri air mengalir) 3) Mayer haematoksilin 3-5 menit 4) Air Mengalir 15 menit 5) –Alkohol 95% 10 kali celup -Alkohol 95% 10 kali celup 6) EA 3-5 menit 7) –Alkohol 95% 5 kali celup -Alkoho 95% 5 kali celup - Alkohol absolute 5 kali celup 8) Keringkan diudara 9) Xylol/clearing 10) Tutup dengan EZ mount HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK PEMBUATAN SEDIAAN/PREPARAT PAPSMEAR : - Pengambilan sampel harus mendapat sel-sel endoserviks sel-sel metaplasia dan sel-sel skuamosa (komponen daerah peralihan), harus sedikit mungkin mengandung darah. - - Sediaan harus segera difiksasi dengan alkohol 95%. Preparat yang kering belum difiksasi akan menyebabkan sel-sel rusak. Apabila tempat pengecatan jauh,setelah difiksasi keringkan dan masukkan kewadah yang dapat menjaga keamanan sediaan. - Jika menggunakna hairspray tidak boleh terlalu dekat, karena akan menghapus atau tidak terfiksasi dengan baik. *Kesalahan pada kriteria yang diatas bisa menyebabkan negatif palsu. *Kesalahan pada pewarnaan dan screening dapat menyebabkan positif palsu. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PEMBUATAN SEDIAAN SITOLOGI DAN FIKSASINYA: 1. Objek glass harus benar-benar bersih, terus beri nomor sesuai data biar tidak tertukar, 2. ¾ luas kaca objek memanjang, kita apus merata,tidak terlalu tebal dan terlalu tipis 3. Segera fiksasi sesuai dengan pewarnaan yang akan digunakan 4. Untuk cairan, disentrifuge dahulu dan kemudian diambil untuk diproses 5. Untuk bahan sputum diambil bagian berwarna dan kental untuk dibuat pulasan. Bagian yang lain bisa gunakan sebagai sel blog. B. SEDIAAN UNTUK PEMERIKSAAN HISTOLOGI 1. Tahap periksaan dimulai dari penerimaan sampel di tata usaha. Petugas penerima harus mengecek kembali sampel tidak boleh asal terima. 2.PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS Pemeriksaan makaroskopis dilakukan oleh dokter tugas analis kesehatan/teknisi laboratorium mendampingi dokter, melakukan pencatatan hasil pemeriksaan dokter. Pada tahap ini dokter juga akan memotong jaringan yang dicurigai 3.PROCESSING JARINGAN Untuk prosessing jaringan memakai alat tissue prosessor automatic yang bekerja ± 18,5 jam(bisa diubah sesuai kebutuhan). Tahapan prosessing jaringan yaitu, Fiksasi, Dehidrasi, clearing, dan infiltrasi paraffin. 4.PENGEBLOKKAN Tujuan : Agar mudah dipotong menggunakan mikrotom untuk mendapatkan irisan jaringan yang sangat tipis (sesuai yang diharapkan). 5. Pemotongan dengan Mikrotom 6. INKUBASI Tujuan : Menguapkan air yang terbawa oleh hasil potongan hingga jaringan menempel lebih kuat. 7. PENGECATAN Umumnya dalam pengecatan histopatologi digunakan cat Hetatoxylin-Eosin (HE) disamping cat khusus (PAS, gomori, ZN, Malory, dll) dan cat yang lebih khusus yaitu immunohistokimia (ER, PR, CD20, LMP, dll) Thank You Jazakallah Terima Kasih Xie xie ∞ Herlinda djohan,SKM,M.Si Mikrotom Mikrotom adalah mesin untuk mengiris spesimen biologi menjadi bagian yang sangat tipis untuk pemeriksaan mikroskop. Komponen mikrotom yang sangat berperan dalam produksi sayatan adalah pisaunya. Macam-macam pisau mikrotom :  Pisau Plane-adge digunakan untuk sayatan beku dan blok parafin  Pisau Bikonkaf (flat or half groud razor) digunakan untuk sayatan blok celoidin dan plastik  Pisau Bikonkaf (hollow groud razor) digunakan untuk menyayat blok parafin A. ROTARY MICROTOME (MIKROTOM PUTAR) Rotary microtome atau mikrotom putar, bekerja menggunakan suatu tuas pemutar 360° yang dapat menggerakan blok jaringan secara vertical ke atas atau ke bawah serta dapat mengubah posisi blok ke arah depan dan belakang. Mikrotom ini dilengkapi dengan pisau khusus yang dapat memotong blok paraffin dengan ketebalan mencapai 2-3 μm dan mudah digunakan pada hampir semua jenis potongan jaringan, baik jaringan yang bersifat keras, rapuh, ataupun berlemak Ketebalan bisa juga 3-4 cm dan 5-7 mikrometer  Keterangan : 1. Penjepit kaset 2. Penjepit pisau 3. Bak limbah potongan jaringan 4. Rak penyimpanan 5. Pengunci roda pemutar 6. Roda pemutar halus 7. Tuas untuk mengaktifkan rem tangan 8. Tuas pengunci penjepit pisau 9. Tuas pengarah posisi penjepit kaset 10. Roda pemutar kasar 11. Tuas untuk mengaktifkan mekanisme pemotong kasar 12. Tuas penguncing untuk pengarah posisi penjepit pisau 13. Skala ketebalan potongan 14. Knop tambahan untuk mengatur ketebalan potongan 15. Pengunci pisau Mikrotom jenis ini digunakan untuk memotong blok jaringan seloidin dan blok paraffin berukuran besar. Pisau pada mikrotom jenis ini berada pada satu posisi tetap, kemudian blok paraffin digeserkan pada mata pisau sehingga didapatkan pita jaringan yang diinginkan. Umumnya digunakan dalam kriostat, bagian retraksi menggerakan blok jaringan menjauhi pisau pada bagian atas, sehingga menghasilkan permukaan datar pada blok jaringan. Untuk mikroskop cahaya, material pertama-tama difiksasi dan dibekukan atau dibenamkan ke dalam parafin. Bagian-bagian setebal 3 – 20 mm biasanya diiris dengan pisau baja. Untuk mikroskop elektron, fiksasi diikuti dengan pembenaman dalam resin seperti Araldine(R), bagian-bagian diiris dengan pisau gelas atau pisau intan ultramikrotom setebal 2 – 100 nm.  Membersihkan mikrotom secara menyeluruh setelah selesai digunakan setiap harinya secara dengan membuang semua sisa paraffin menggunakan kuas halus atau kain halus yang dibasahi xylol kemudian dikeringkan secara menyerluruh.  Jika memungkinkan, gunakan minyak mikrotom atau oli khusus pada semua bagian pergerakan.  Mendokumentasikan setiap perawatan, perbaikan, dan perawatan rutin lainnya oleh teknisi yang menjamin mikrotom berada dalam kondisi baik dalam hal konsistensi hasil pemotongan dan keamanan kerja.  Menutup mikrotom jika tidak digunakan  Persiapan pisau mikrotom Pisau mikrotom harus diasah sebelum dipakai agar jaringan dapat dipotong dengan baik dan tidak koyak sehingga didapatkan jaringan yang baik. Pisau mikrotom kemudian diletakan pada tempatnya di mikrotom dengan sudut tertentu. Rekatkan blok parafin pada holder dengan menggunakan spatula atau scalpel. Letakkan tempat duduk blok parafin beserta blok preparat pada tempatnya pada mikrotom  Persiapan Kaca Objek Kaca objek yang akan direkatkan preparat harus telah dicoated (disalut) dengan zat perekat seperti albumin (putih telur), gelatin atau tespa  Persiapan Waterbath atau wadah berisi air hangat dengan temperatur 37-40C  Persiapan sengkelit atau kuas BY. HERLINDA DJOHAN,SKM,M.SI KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI PATOLOGI ANATOMI PATOLOGI ANATOMI,ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit,berdasarkan pada pemeriksaan kasar,mikroskopik,dan molekuler atas organ,jaringan dan sel. LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI Laboratorium Patologi Anatomi adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat (Sedarmayanti, 2009). 5 Faktor bahaya K3  1.Biologis  2. Kimia  3. Fisik/Mekanik  4. Biomekanik  5. Sosial-psikologis Fasilitas K3 dalam Laboratorium Patologi Anatomi  Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara yang kuat  Laboratorium patologi anatomi harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap bahan kimia yang berbahaya yang dipakai  Disediakan bendung-bendung talam, Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi tempat yang aman dari bahaya kebakaran  Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh mungkin agar saat terjadi hal yang tidak diinginkan petugas lab dapat menyelamatkan diri  Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan KESELAMATAN KERJA Berikut ini adalah beberapa cara yang perlu diperhatikan demi menghindari kecelakaan saat melakukan eksperimen. 1. Jangan melakukan percobaan lain yang tidak diinstruksikan. 2. Praktikkan hanya bekerja selama periode yang ditentukan dan jangan melakukan pekerjaan sendirian di lab karena jika terjadi kecelakaan tidak ada orang lain yang dapat menolong anda. 3. Beberapa kecelakaan terjadi karena tidak berhati-hati saat melakukan pemotongan suatu sampel yang ada di dalam laboratotium patologi anatomi. 4. Gunakan pakaian yang lengkap saat melakukan analisa sesuatu sampel, tidak menggerai rambut saat melakukan analisa dan tidak menggunakan gelang atau kalung yang berayun-ayun sehingga bias memicu terjadinya kecelakaan kerja. 5. Pelajari alat pengaman yang ada di laboratorium patologi anatomi seperti kotak P3K dan cara pemakaiannya (Arianda, 2005). P3K DALAM LAB.PATOLOGI ANATOMI P3K dalam Laboratorium Patologi Anatomi P3K adalah merupakan pertolongan pertama yang harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan (Arianda, 2005). Fungsi P3K a. Menyelamatkan nyawa korban b. Meringankan penderitaan korban c. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah d. Mempertahankan daya tahan korban e. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut f. Membuat korban agar tetap stabil dan tidak lebih parah g. Mengurangi rasa nyeri, tidak nyaman atau rasa cemas pada korban (Arianda, 2005). Tindakan Pertolongan Pertama di Laboratorium a) Jika merasa akan pingsan (sangat lemah), segeralah duduk. b) Luka karena barang tajam saat melakukan pemotongan sampel. Bersihkan luka dari debu dan kotoran lainnya, kemudian cuci dengan alcohol 70% dengan menggunakan kapas. Keringkan dan berilah larutan jodium tincture 2% Bahaya Potensial di Laboratorium Patologi Anatomi  Bahaya mekanik  Suara kebisingan  Keadaan Darurat Skala Besar dan Situasi Sensitif  Bahaya hayato TERIMA KASIH……….. ADA YANG INGIN BERTANYA????? ☺ ☺ DEKALSIFIKASI APA ITU DEKALSIFIKASI ? Herlinda Djohan,SKM,M.Si Dekalsifikasi yaitu menghilangkan garam kalsium dari jaringan atau tulang. PRINSIP DEKALSIFIKASI  Proses pengeluaran deposit garam kalsium yang terkandung di dalam jaringan adalah dengan menggunakan larutan larutan dekalsifikasi yang sesuai tanpa merusak struktur jaringan. SPESIES Tulang atau jaringan yang berkalsium CIRI-CIRI REAGEN DEKALSIFIKASI YANG BAIK :  Membuang kalsium dengan waktu yang singkat  Tidak merusak komponen jaringan  Tidak mempengaruhi proses pencelupan MACAM-MACAM BAHAN KIMIA UNTUK DEKALSIFIKASI Larutan Asam - Asam Kuat - Asam Lemah Larutan EDTA (Ethylenediaminetetraaceti) Eletkrolit Yang perlu diperhatikan pada dekalsifikasi  Konsentrasi  Volume  Agitasi  Temperatur Faktor yang mempercepat dekalsifikasi  Membuat ukuran tulang yang kecil  Membuka tulang  Membuang kulit dan jaringan lunak di sekitar tulang Tahap proses dekalsifikasi 1. Fixation ; 10% buffered neutreral formalin 2. Cuci dengan air mengalir 30 menit sampai 1 jam 3. Masukan ke dalam dekalsifer (HCl atau asam formic) volume 20 kali volume jaringan 4. Larutan diganti dengan yang baru setiap hari 5. Setelah dekalsifikasi selesai, lakukan netralisasi asam dengan mencuci menggunakan air atau direndam dalam larutan ammonia selama 30 menit 6. Cuci jar dengan air mengalir maksimal 24 jam 7. Lakukan proses pematangan jaringan End-point of Decalsification (Pengakhiran proses dekalsifikasi) dapat dilakukan dengan cara  X-ray  Tes dengan cara fisik  Tes dengan cara kimia Prosedur test Test fisik - dilakukan dengan melekukan jaringan atau menusukkan jaringan dengan jarum , pisau cukur/skalpel ke jaringan. Tes kimia - 5% ammonium hidroksida dan 5% ammonium oksalat 1:1 Cara kerja tes kimia 1. Pipet larutan dekalsifer sebanyak 5 ml dari bagian bawah jaringan ,masukkan ke dalam tabung reaksi 2. Tambahkan 10 ml larutan campuran larutan ammonium hidroksida/ammonium oksalat aduk dan diamkan over night. 3. Dekalsifikasi dinyatakan tuntas apabila 2 hari berturut- turut tidak terbentuk endapan. Apabila proses dekalsifikasi belum tuntas maka dapat dilanjutkan selama 2-3 hari. SESI TANYA JAWAB.... KESIMPULAN Dekalsifikasi merupakan penghilang garam kalsium dari jaringan atau tulang yang berprinsip dengan proses pengeluaran deposit garam kalsium pada jaringan menggunakan larutan dekalsifikasi Sekian.... Wassalamualaikum wr.wb “PENGGUNAAN MIKROSKOP” Herlinda Djohan,SKM,M.Si Jenis Mikroskop Hal-hal yang perlu Bagian diperhatikan Mikroskop Mikroskop Penggunaan Perawatan Mikroskop Mikroskop 1. Mikroskop Fluoresen Pada mikroskop fluoresen, substansi fluoresen ditembak dengan sinar dengan panjang gelombang pendek seperti sinar ultraviolet (UV), violet, blue range atau sinar tampak yang telah diemisikan. 2. Mikroskop Digital Merupakan gabungan mikroskop dengan kamera digital. Kamera digital berfungsi sebagai detector. Dimana gambar yang teramati akan ditampilkan pada layar atau monitor, sehingga penggamatan dapat dilakukan pada komputer. Keuntungan : mempermudah proses pengamatan dan proses pengolahan citra digital untuk mengamati berbagai jaringan dengan berbagai jenis pewarnaan. 3. Mikroskop Cahaya Mikroskop yang umum digunakan di laboratorium adalah mikroskop cahaya, baik cahaya yang berasal dari sinar matahari atau lampu listrik. Jenis ini tergolong sederhana dengan lensa okuler/lensa pengamat tunggal (mikroskop monokuler) maupun yang memiliki lensa okuler ganda (mikroskop binokuler). 1. Kaki mikroskop 2. Lengan mikroskop 3. Meja sediaan 4. Penjepit preparat 5. Lampu 6. Makrometer 7. Mikrometer 8. Tabung 9. Revolver 10. Kondensor 11. Diafragma 12. Lensa objektif 13. Lensa okuler 14. Dioptering Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan mikroskop : 1. Pastikan kondensor berada di tengah dan pada posisi yang tepat. 2. Pastikan lensa objektif telah berasa posisi yang benar dan lensa okuler telah dipasang sesuai dengan perbesaran yang diinginkan. 3. Pastikan bagian optik dalam keadaan bersih, bebas lemak dan debu. 4. Sesuaikan jumlah cahaya yang masuk dengan mengatur difragma dan kondensor. 5. Pastikan memberihkan lensa yang telah terkena oli imersi dengan tissue lensa. 6. Sebelum mengganti sediaan, pastikan menurunkan meja mikroskop terlebih dahulu untuk meminimalisir kerusakan pada lensa dan sediaan. 1. Tahap Persiapan a. Letakkan mikroskop pada permukaan yang stabil dan rata dan hindarkan dari sinar matahari secara langsung; b. Pastikan penguat daya lampu mikroskop pada kondisi terendah; c. Pastikan sambungan sumber listrik terpasang dengan benar dan kuat; d. Hubungkan stop kontak dengan sumber tenaga listrik; e. Tekan tombol “ON”; 2. Tahap Pengamatan a. Atur kekuatan cahaya lampu dengan memutar pengatur intensitas cahaya sesuai dengan perbesaran, makin besar kekuatan lensa makin besar intensitas cahaya yang diberikan; b. Tempatkan sediaan yang akan dilihat pada meja sediaan tepat di tengah lubang cahaya; c. Putar Revolving lensa objektif pada perbesaran objektif 10x lalu putar; d. Lihat dengan dua mata terbuka sambil memutar makrometer/pemutar kasar sehingga meja sediaan kearah atas; e. Fokuskan dengan memutar micrometer; f. Pembesaran mikroskop dapat diubah dengan cara memutar revolver lensa objektif (khusus untuk perubahan dari 10x ke 40x lensa objektif); g. Jika lensa objektif di ubah maka focus diperjelaskan kembali dengan mengatur micrometer; h. Khusus untuk perbesaran 10/100x, tambahkan minyak imersi dengan meneteskan di preparat; i. Untuk perbesaran 10x100 kali, tempelkan terlebih dahulu lensa objektif hingga menyentuh preparat, kemudian turunkan meja sediaan dengan memutar micrometer. 3. Tahap Akhir a. Setelah mikroskop selesai digunakan bersihkan kembali lensa obyektif pembesaran 100x dengan kertas lensa yang dibasahi larutan pembersih setelah digunakan (gunakan xilol jika terpaksa); b. Kecilkan intensitas sumber cahaya seminimal mungkin; c. Putar revolver pada posisi perbesaran 4x ada ditengah-tengah; d. Turunkan meja sediaan hingga batas paling bawah; e. Matikan sumber cahaya dan cabut kabel power dari stop kontak. 1. Simpan mikroskop dalam keadaan bersih dan tertutup 10. Penggunakn xylol hanya sebagai pilihan terakhir, jika tidak digunakan. gunakan dalam jumlah yang sedikit mungkin dan segera bersihkan setelah diaplikasikan. 2. Jangan membuka lensa objektif. 9. Gerakan meja mikroskop ke arah atas saat mencari focus, jangan ke arah bawah. Terutama saat menggunakan lensa dengan perbesaran tinggi. 3. Hindari menyentuh permukaan lensa. 8. Pastikan tidak ada sediaan yang tertinggal di meja mikroskop jika mikroskop tidak digunakan. 4. Bersikan lensa secara berkala menggunakan tissue lensa. Hindari pengggunaan tissue jenis lain, karena dapat 7. Kurangi cahaya menjadi minimum, atau matikan lampu menggores lensa. jika tidak mikroskop digunakan. 6. Saat menggunakan minyak imersi, pastikan tidak 5. Segera bersihkan sisa minyak imersi setelah digunakan. menyeret lensa objektif yg kering kedalam minyak imersi. Pewarnaan hematoxylin dan eosin atau pewarnaan hematoksilin dan eosin (sering disingkat sebagai: Pewarnaan H&E atau pewarnaan HE ) adalah salah satu pewarnaan jaringan utama yang digunakan dalam histologi. Ini adalah noda yang paling banyak digunakan dalam diagnosa medis dan sering menjadi standar ; misalnya, ketika ahli patologi melihat biopsi dari kanker yang dicurigai, bagian histologi cenderung diwarnai dengan H&E. H&E adalah kombinasi dari dua pewarnaan histologis: hematoxylin dan eosin. Hematoxylin menodai nukleius sel biru, dan eosin menodai matriks estraseluler dan sitoplasma estraseluler dan sitoplasma merah muda, dengan struktur lain mengambil berbagai corak, rona, dan kombinasi warna-warna ini. Noda menunjukkan tata letak umum dan distribusi sel dan memberikan gambaran umum struktur sampel jaringan. Oleh karena itu, ahli patologi dapat dengan mudah membedakan antara bagian inti dan sitoplasma dari suatu sel. 1.Pada pewarnaan hematoksilin yang membentuk warna merah muda adalah 2.Ada berapa jenis pewarnaan yang mirip dengan hematoksilin Komposisi Hematksilin Kristal Hematoxylin Aquades Sodium iodate Amonium/potasium alum Citrat acid choralhydrate Ada 8 jenis larutan pewarnaan hematoksilin 1. Dellafiet 2. Erlich 3. Heidenhains 4. Harris 5. Mayer 6. Weigert 7. Carazzi 8. cole RETINA (bagian mata ) diwarnai dengan hematoxylin dan eosin , inti sel diwarnai biru-ungu dan bahan ekstraseluler diwarnai merah muda. Hematoxilin dan eosin memiliki sifat-sifat khusus yang akan mewarnai bagian- bagian sel tertentu sehingga mempermudah pengamatan. Hematoxilin adalah zat yang berwarna biru tua atau keunguan, hematin adalah bentuk oksidasi dari hematoxilin. Hematoxilin akan memberikan warna ungu kebiruan pada DNA maupun RNA yang ada dalam sel. Hal ini terjadi karena hematoxilin merupakan zat yang bersifat basa dan bermuatan positif, sehingga mudah berikatan dengan molekul DNA dan RNA yang bersifat asam dan bermuatan negatif. Muatan positif dari DNA dan RNA berasal dari molekul fosfat yang ada di dalamnya. Eosin adalah zat yang berwarna kemerahan dan mendekati pink Eosin akan memberikan warna pink pada protein-protein yang terdapat pada sel. karena eosin merupakan zat yang bersifat asam dan bermuatan negatif, sehingga mudah berikatan dengan molekul protein yang bersifat basa dan bermuatan positif Molekul protein di dalam sel kebayakan bersifat basa dan bermuatan positif karena pengaruh asam amino penyusunnya Asam amino arginin, lisin, dan histidin memiliki sifat basa dan bermuatan positif. Apabila digunakan secara bersamaan, hematoxilin akan memberi warna nukleus karena berisi DNA dan RNA, selain itu RNA dalam ribosom juga akan ikut terwarnai Dalam penggunaan hematoxilin dan eosin kadang muncul warna selain ungu dan pink, yaitu kecoklatan atau kekuningan Warna lain itu muncul karena pengaruh dari pigmen-pigmen melanin yang terdapat dalam sel-sel tersebut Tujuan dari pewarnaan HE 1.Supaya unsur-unsur dalam jaringan tampak jelas, dan dapat dibedakan bagian-bagiannya di bawah mikroskop 2. mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tisu,terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop Jenis Jenis Pewarnaan Histokimia 1. Hematoxcillin-Eosin (HE) yang berfungsi untuk memberi gambaran umum suatu jaringan. 2. AB (Alcian Blue) yang biasanya digunakan pada sampel yang memiliki pH 2,5 dan mampu mendeteksi mukopolisakarida asam dan biasanya memberikan warna biru. 3. PAS (Periodic Acid Schiff) digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan mukopolisakarida netral pada suatu jaringan dan akan memberikan warna magenta. 4. Lektin digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan residu gula dan zat kompleks lain dalam suatu jaringan. Prinsif kerja pewarnaan HE 1. Inti sel bersifat asam akan menarik larutan yang bersifat basa" maka inti akan berwarna biru ungu dari larutan Hematoxylin 2. Sitoplasma bersifat basa dan akan menarik zat larutanat yang bersifat asam maka toplasma akan berwarna merah dari larutan Eosin Kesimpulannya Staining yaitu mewarnai preparat dengan pewarnaan tertentu. dalam pewarnaan ini sel dan komponen dalam jaringan akan menangkap molekul-molekul zat warna tiidak menimbulkan partikel-partikel zat warna pada jaringan sel sehingga jaringan tampak transparan. Secara umum prinsip kerja pewarnaan adalah zat warna yang bersifat asam akan mewarnai bagian sel yang bersifat basa dan sebaliknya zat warna yang bersifat basa akan mewarnai bagian sel yang bersifat asam TERIMA KASIH

Use Quizgecko on...
Browser
Browser