The Self in a Social World PDF

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Summary

This presentation examines the concept of self within social contexts. It elaborates on various aspects of the self, including self-awareness, self-esteem, and self-presentation, providing insights into how social interactions influence and shape our understanding of ourselves. Through examples and key theories, the presentation discusses the nature and significance of the self-concept, its evolution across different life stages, and its interactions with the social world.

Full Transcript

The Self in a Social World Hammad Zahid Muharram, M.Psi, Psikolog [email protected] Apa itu self? Pada dasarnya, kita memiliki banyak macam self yang kita tampilkan dengan berbagai cara di berbagai situasi dan keberadaan ‘penonton’ yang relevan. Contoh: A adalah seorang ana...

The Self in a Social World Hammad Zahid Muharram, M.Psi, Psikolog [email protected] Apa itu self? Pada dasarnya, kita memiliki banyak macam self yang kita tampilkan dengan berbagai cara di berbagai situasi dan keberadaan ‘penonton’ yang relevan. Contoh: A adalah seorang anak, mahasiswa, teman, penikmat film, pelukis, dll Self sangat terikat dengan social world → social self → what we know about ourselves The self is the story we from social relationship (William James, 1890) tell ourselves about → cerita tentang self selalu melibatkan ourselves (Heinzen & hubungan dengan orang lain! Goodfriend, 2019) Table of contents 01 Self: Spotlight and Illusion 02 Self Concept: Who am I? What is The Nature And 03 Motivating Power of Self-esteem? 04 Self Presentation Self: Spotlight and 01 Illusion Apakah kamu sering merasa bahwa orang lain memperhatikanmu? Jika iya, maka itu adalah Spotlight Effect Yang berarti, keyakinan bahwa orang lain lebih memperhatikan penampilan dan perilaku kita daripada yang Spotlight Effect berarti melihat diri kita sebenarnya. sebagai pusat perhatian, sehingga secara intuitif melebih-lebihkan sejauh mana perhatian orang lain tertuju pada kita. Perhatikan gambar ini! Anak laki-laki ini mungkin mengira bahwa semua orang menatapnya dan yang dilakukan neneknya adalah hal memalukan, padahal tidak ada seorang pun yang memperhatikan dia → Spotlight Effect Karena sangat sadar akan emosi kita sendiri, kita sering kali mengalami illusion of transparency. Jika kita bahagia, atau sedih, dan kita tahu itu, maka wajah kita pasti akan menunjukkannya. Dan orang lain, kita duga, akan menyadarinya. Padahal? Spotlight effect dan Illusion of transparency hanyalah dua dari sekian banyak contoh interaksi antara sense of self dan dunia sosial kita Yang berarti ada hal lain, diantaranya: Social surroundings affect our self-awareness → Selalu aware saat berada di lingkungan tertentu. Self-interest colors our social judgment → Orang terdekat pasti dianggap baik. Self-concern motivates our social behavior → Selalu memantau perilaku dan ekspektasi orang lain. Social relationships help define our sense of self → Identitas yang berbeda di lingkungan. Self Concept: Who 02 am I? Ps. Siapkan alat tulismu! Tugasmu sekarang adalah menulis, siapa dirimu? Maks 250 kata. Tulis 3 digit NPM di bagian akhir kalimat. Bagaimana peran otak bagi perkembangan diri? Sebagian besar penelitian menunjukkan peran penting dari otak kanan (van Veluw & Chance, 2014). Cobalah buat otak kananmu tertidur (dengan obat bius pada arteri karotis kanan), kamu mungkin akan kesulitan mengenali wajahmu sendiri. “Korteks prefrontal medial,” sebuah jalur neuron yang Elemen-elemen dari terletak di celah antara belahan otak tepat di belakang konsep diri dan mata, adalah bagian yang berkontribusi menyatukan sense keyakinan-keyakinan of self. Jalur ini menjadi lebih aktif ketika kita berpikir spesifik yang digunakan tentang diri kita sendiri (Farb et al., 2007; Zimmer, 2005). untuk mendefinisikan diri disebut sebagai schema. Lalu, bagaimana contoh self-schema? Skema diri kita = konsep diri kita yang menganggap diri kita seperti apa. Misalnya atletis, kelebihan berat badan, pintar, atau apa pun yang memengaruhi cara kita memandang, mengingat, dan mengevaluasi orang lain dan diri kita sendiri. Contoh: Jika atletik adalah pusat dari konsep diri kita (self-schema), maka kita akan cenderung memperhatikan tubuh dan keterampilan orang lain. Kita akan dengan cepat mengingat pengalaman yang berhubungan dengan olahraga. Dan kita akan menerima informasi yang sesuai dengan skema diri (Kihlstrom & Cantor, 1984). Jika ulang tahun teman kita berdekatan dengan ulang tahun kita, tentu akan lebih mudah mengingatnya (Kesebir & Oishi, 2010). Self-schema yang membentuk konsep diri kita membantu kita mengatur dan mengingat pengalaman kita. THE NATURE OF THE SELF-CONCEPT Self-concept berubah dari sejak masa anak-anak hingga masa dewasa: Anak-anak → konkrit (Montemayor & Eisen, 1977) Dewasa → lebih abstrak, penekanan pada kondisi psikologis dan penilaian orang lain (Hart & Damon, 1986; Livesley & Bromley, 1973; Montemayor & Eisen, 1977) Transformasi dalam hal moralitas menjadi kunci utama tentang atribusi diri seseorang (Strohminger & Nichols, 2014). Aronson et al (2019) p.122, fig 5.1! Moralitas dilihat sebagai pusat dari self-concept, bahkan lebih dari proses kognitif atau hasrat yang ada pada diri seseorang (Goodwin, et al, 2014; Strohminger & Nichols, 2014) SOCIAL COMPARISON Bagaimana kita mengevaluasi diri dengan membandingkannya dengan orang lain. Terkadang didasarkan pada informasi yang kurang lengkap. Contoh: ketika melihat orang lain di media sosial Terdiri dari dua jenis: 1. Downward social comparison: membandingkan dengan orang lain yang dianggap less capable dari kita 2. Upward social comparison: membandingkan dengan orang lain yang dianggap more capable dari kita Evaluasi diri bergantung pada standar perbandingan yang kita gunakan! Mengapa kita melakukan hal ini? SOCIAL COMPARISON Orang lain membantu menentukan standar yang digunakan untuk mendefinisikan diri kita sebagai kaya atau miskin, pintar atau bodoh, tinggi atau pendek: kita membandingkan diri kita dengan mereka dan mempertimbangkan bagaimana kita berbeda. Terdapat dua perspektif teori yang membahas konsekuensi perbandingan sosial: 1. Self-evaluation maintenance model: membandingkan dalam konteks level personal 2. Social identity theory: membandingkan dalam konteks level grup Self and Culture SELF-AWARENESS Sejauh mana individu fokus pada perilakunya dengan mengevaluasi dan membandingkan hal tersebut terhadap standar dan value yang dimilikinya (Aronson, et al, 2019); sejauh mana individu menyadari self- discrepancy pada perilakunya (Sanderson, 2010). Self-discrepancy: gap antara actual self dan ideal self Self-awareness membuat kita menjadi objektif, judgemental terhadap diri sendiri seperti ‘outsider’ melihat kita. The Self in a Social World Hammad Zahid Muharram, M.Psi, Psikolog [email protected] Table of contents 01 Self: Spotlight and Illusion 02 Self Concept: Who am I? What is The Nature And 03 Motivating Power of Self-esteem? 04 Self Presentation FLASHBACK SELF didefinisikan sebagai sekumpulan kesadaran dari eksistensi unik seseorang, yang secara tradisional disebut oleh para filsuf sebagai identitas personal → Dictionary of Psychology (Reber, 1985) SELF adalah suatu kekuatan dalam diri yang berfungsi sebagai pengontrol (self control) dan pengarah (self regulation) dari segala sesuatu yang ada di dalam diri seperti motif, rasa takut, dan kebutuhan → Adler (Calhoun & Acocella, 1990) FLASHBACK Tujuan utama dari self adalah untuk mengendalikan respon individu, mulai dari proses psikis internal, seperti mengklasifikasikan respon, memilih respon, membuat keputusan, sampai menampilkan tingkah laku yang tampak (Schmeichel, Vohs, & Baumeister, 2003). → memiliki fungsi regulasi (self regulation) dan kendali (self control). Atas dasar pandangan bahwa manusia adalah biological being, dan bukti empiris kajian sosial, representasi neural self bisa berbeda pada individu dari latar belakang budaya yang berbeda (Ng, H, Ha,. Lai, 2010). → dipengaruhi oleh gen dan budaya. What is The Nature And 03 Motivating Power of Self- esteem? TRUE SELF TRUE SELF adalah serangkaian karakteristik bawaan dalam diri individu yang relative permanen yang harus ditemukan oleh individu agar ia dapat memiliki kehidupan yang bermakna (Schlegel & Hicks, 2012). SELF DETERMINATION THEORY (SDT), mendefinisikan true self sebagai aspek self yang berisi penghayatan akan kemandirian individu dalam menentukan individualitasnya, disebabkan oleh faktor internal, bermakna secara personal, dan diarahkan oleh self-nya. Teori ini melihat self sebagai sesuatu yang dihayati oleh individu itu sendiri. Frame of reference-nya adalah individu. TRUE SELF dianggap sebagai manifestasi dari inti individualitas seseorang, antara lain spirit, soul, real meaning, dan fundamental nature. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Self Concept? Peran-peran Social identity Social comparison (perbandingan dengan orang lain) Keberhasilan & kegagalan Bagaimana orang lain menilai kita Budaya tempat kita tumbuh atau berada Masih ingat social comparison? Konsep diri terbentuk tidak di dalam ruang isolasi, melainkan di dalam ruang sosial, sehingga cara membentuknya melibatkan pembandingan sosial. Melibatkan: upward-downward, complete- incomplete information, subjective- objective based social judgement. SELF-ESTEEM Evaluasi umum seseorang mengenai dirinya sendiri, atau perasaan bahwa dirinya berharga. Crocker & Wolfe (2001): Self- Self-esteem yang rendah berisiko schemas & possible selves yang depresi, penyalahgunaan obat- positif akan mendorong obatan, atau munculnya perilaku munculnya self-esteem delinquent (Baumeister dkk, 2003) Brown &Dutton (1994): Orang- Self-esteem yang terlalu tinggi orang yang menghargai dirinya mendorong munculnya perilaku akan juga menghargai penam- ekstrim juga. Misalnya seperti pilannya, kemampuannya, dll. yang ditemukan pada pimpinan geng, teroris (Dawes, 1994, 1998). Seberapa berharga saya? Memunculkan motivasi untuk mempertahankan, melindungi, meningkatkan HARGA DIRI. Menjadikan HARGA DIRI sebagai faktor yang berpotensi untuk menjadi penggerak perilaku. Kualitas harga diri dan dampaknya? RENDAH Lemah secara emosional, TINGGI mudah mengalami Emosi positif, daya lentur kecemasan, ingin emosi (resiliensi) tinggi, menyendiri. Depresi, memiliki kesediaan enggan bekerja. berinisiatif. Ketika berada dalam situasi Tantangannya adalah terancam, mudah melihat NARCISSISM. segala sesuatu secara negatif. Pengaruh Harga Diri terhadap SELF EFFICACY dan ATRIBUSI SELF EFFICACY: Keyakinan seseorang tentang kemampuannya untuk melakukan/ menyelesaikan suatu pekerjaan. Harga diri rendah > self efficacy rendah Harga diri tinggi > self efficacy tinggi ATRIBUSI: Keputusan menjadikan sesuatu sebagai penyebab atas sesuatu Upaya mempertahankan harga diri → mengatribusikan kegagalan kepada faktor eksternal (keberuntungan) dan mengatribusikan keberhasilan kepada faktor personal (kemampuan, usaha). 04 Self Presentation Presentasi diri, apa itu? Tindakan yang mengekspresikan diri sedemikian rupa sehingga menciptakan kesan yang disukai orang lain atau diri sendiri. Memunculkan kemungkinan terjadinya: False modesty: kesederhanaan yang keliru. Self-handicapping: melindungi gambaran tentang diri dengan perilaku yang kelak bisa menjadi alasan kegagalan. False self presentation: pemilik second account medsos yang mengunggah data yang bertentangan dengan diri sebenarnya. Self monitoring → Selalu memperhatikan bagaimana penampilan diri kita di dalam situasi sosial, dan berusaha menyesuaikan penampilan tersebut untuk menciptakan kesan (impression) yang kita inginkan (walaupun sampai menyakiti diri) SELF SERVING BIAS Pada dasarnya kita lebih merasa siap untuk menerima pujian atas keberhasilan kita. Terhadap kegagalan, kita cenderung memakluminya dengan mengaitkan pada sebab-sebab eksternal, dan menilai diri lebih baik dari rata- rata orang lain. Pentingnya self-control! Self-control requires energy—not just mental energy, but physical energy. Self-control is like a muscle: It can get tired when you use it too much. Willpower requires energy But self-control can get stronger if it’s used more. Improving self-control in one area leads to improvements in others. Practicing self-control in one area, improved their self-control overall (Oaten & Cheng, 2006) Jangan bikin resolusi yang banyak, lalu mengerjakan semuanya sekaligus di bulan Januari. Analogi belanjalah saat kamu butuh. Thanks! Do you have any questions? [email protected] Slidesgo CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik Flaticon Freepik and content by Swetha Tandri

Use Quizgecko on...
Browser
Browser