Makalah Jejas Sel, Kematian Sel, dan Adaptasi PDF
Document Details
Uploaded by IntelligibleOmaha1326
Universitas Medika Suherman
2024
Tags
Summary
This document is a student's assignment, a research paper, on cell injury, cell death, and adaptation. It appears to be for a pharmacology course at Universitas Medika Suherman, in 2024.
Full Transcript
MAKALAH JEJAS SEL, KEMATIAN SEL, DAN ADAPTASI Dosen Pengampu: apt. Marselina, S.Farm., M.Farm Disusun Oleh Kelompok 1: 1. Devi Susanti (123020095) 2. Sri Lestari (123020101) PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN...
MAKALAH JEJAS SEL, KEMATIAN SEL, DAN ADAPTASI Dosen Pengampu: apt. Marselina, S.Farm., M.Farm Disusun Oleh Kelompok 1: 1. Devi Susanti (123020095) 2. Sri Lestari (123020101) PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN 2024 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Patofisiologi mengenai Jejas Sel, Kematian Sel, dan Adaptasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua oknum yang terlibat. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan dengan sebaik-baiknya. Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Cikarang, 26 September 2024 Penyusun i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................................ i DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................ 1 1.3 Tujuan.............................................................................................................................. 1 1.4 Manfaat............................................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3 2.1 Definisi Leukemia............................................................................................................ 3 2.2 Jenis-Jenis Leukemia....................................................................................................... 3 2.3 Etiologi Leukemia............................................................................................................ 4 2.4 Patofisiologi Leukemia.................................................................................................... 5 2.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................................................... 7 2.6 Penatalaksanaan Medis.................................................................................................... 8 BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 9 3.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 9 3.2 Saran................................................................................................................................ 9 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 10 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia adalah sekumpulan penyakit neoplastik yang beragam yang ditandai dengan produksi atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid yang abnormal. Sel leukemia dapat ditemukan di darah perifer atau tepi, yang kemudian mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan sistem imunitas tubuh sehingga dapat menimbulkan gejala klinis pada tubuh penderita (Yayan, 2010). Leukemia limfoblastik akut (LLA), leukemia mieloid akut (LMA), leukemia limfositik kronis (LLK), dan leukemia mieloid kronis (LMK) adalah empat jenis leukemia yang berbeda. Sebagian besar sel abnormal yang ditemukan menentukan apakah leukemia dikatakan akut atau kronis. Dalam leukemia akut, sel-sel imatur terus memperbanyak diri dan tidak dapat menjadi matur sebagaimana mestinya. Sebaliknya, sel-sel yang mirip dengan sel punca (imatur) disebut kronis. Tanpa terapi, sebagian besar pasien leukemia akut hanya hidup beberapa bulan. Berbeda halnya dengan sel-sel pada leukemia kronis, pertumbuhannya lambat dan pasien dapat hidup lebih lama sebelum timbul gejala (Maulana Hidayatul, 2014). Leukemia dapat menyerang semua jenis usia dengan insidensi yang paling sering terjadi adalah pada anak (WHO, 2018). Dari semua jenis kanker pada anak-anak, leukemia merupakan keganasan yang paling umum pada masa kanak-kanak, terhitung 30% dari kasus kanker anak (American Academy Pediatric, 2019). Pada anak-anak sebagian besar leukemia yang dialami yaitu leukemia limfoblastik akut (LLA) (Emadi & Law, 2022). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan leukemia? 2. Apa saja jenis dan etiologi leukemia? 3. Bagaimana patofisiologi leukemia? 4. Apa saja pemeriksaan penunjang dan terapi pada penderita leukemia? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari leukimia. 2. Untuk mengetahui jenis dan etiologi dan patofisiologi dari leukemia. 3. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis pada penderita leukemia. 1 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa/i menjadi paham mengenai salah satu penyakit yang menyerang sel, yaitu leukemia. Mulai dari definisinya, etiologi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis pada penderitanya. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Leukemia Leukimia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut sebagai plasma darah dan tiga kelompok sel darah, kelompok sel darah dibedakan menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah. Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi atau serangan penyakit lainnya, sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh kembali keparu- paru, keping-keping darah atau trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi leukimia, tubuh akan memproduksi sel-sel darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar (Chrysilla Calistania dan Nadia Ayu Mulansari, 2014). Leukemia merupakan kanker yang berasal dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang. Penyakit ini dijumpai pada anak dan dewasa, yang dapat terjadi jika terdapat perubahan dalam proses pengaturan sel normal sehingga mengakibatkan proliferasi sel-sel punca hematopoietik dalam sumsum tulang (Maulana Hidayatul, 2014). 2.2 Jenis-Jenis Leukemia Menurut Purnomo (2010) klasifikasi leukemia dibagi menjadi empat tipe yaitu leukemia limfoblastik akut (LLA), leukemia mieloid akut (LMA), leukemia limfositik kronis (LLK), dan leukemia mieloid kronis (LMK). Sebagian besar sel abnormal yang ditemukan menentukan apakah leukemia dikatakan akut atau kronis. Dalam leukemia akut, sel-sel imatur terus memperbanyak diri dan tidak dapat menjadi matur sebagaimana mestinya. Sebaliknya, sel-sel yang mirip dengan sel punca (imatur) disebut kronis. a. Leukemia Limfoblastik Akut (LLA) LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ. LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang. b. Leukemia Mieloid Akut (LMA) 3 LMA merupakan leukemia yang mengisi sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. LMA atau leukemia nonlimfostik akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa satu sampai tiga bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA akan berakibat fatal dalam waktu tiga sampai enam bulan. c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK) LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun perbandingan, 2:1 untuk laki- laki. d. Leukemia Mieloid Kronis (LMK) LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (sel granulosit) yang relatif matang. LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90 – 95% penderita LMK. Sebagian besar penderita LMK akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblast/promielosit, disertai produksi neutrofil trombosit dan sel darah merah yang amat kurang. 2.3 Etiologi Leukemia Sampai saat ini, penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor risiko tertentu dianggap meningkatkan kemungkinan terkena leukemia, seperti: a. Faktor Internal 1) Faktor genetik Beberapa sindrom genetik bawaan, seperti Down sindrom, sindrom Li-Fraumeni, dan anemia Fanconi, dikaitkan dengan peningkatan risiko leukemia. 2) Gangguan sistem imun Individu dengan gangguan sistem kekebalan tubuh (baik bawaan maupun akibat pengobatan imunosupresif) lebih rentan terhadap berbagai jenis kanker, termasuk 4 leukemia. Transplantasi organ dan penggunaan imunosupresan juga dapat meningkatkan risiko leukemia. 3) Usia dan jenis kelamin Usia: Risiko leukemia meningkat seiring bertambahnya usia, terutama untuk jenis leukemia seperti leukemia mieloid kronis (LMK) dan leukemia limfositik kronis (LLC). Jenis Kelamin: Secara umum, pria memiliki risiko sedikit lebih tinggi untuk mengembangkan leukemia dibandingkan wanita. b. Faktor Eksternal 1) Paparan radiasi Rumah yang dekat dengan sumber radiasi seperti radiasi medan magnet dan medan listrik yang dihasilkan oleh Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), ataupun sering terpapar radiasi seperti radiasi ultraviolet memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena leukemia. 2) Merokok Merokok meningkatkan risiko leukemia, terutama leukemia mieloid akut (LMA). Asap rokok mengandung banyak zat karsinogenik yang dapat menyebabkan mutasi pada sel-sel darah dan sumsum tulang, sehingga memicu perkembangan kanker. 3) Paparan pestisida Beberapa studi menunjukkan bahwa paparan terhadap pestisida dan herbisida, baik melalui pekerjaan maupun paparan lingkungan, dapat meningkatkan risiko leukemia. Ini terutama berdampak pada anak-anak yang terpapar sejak usia dini. 4) Radon Radon adalah gas radioaktif alami yang dapat ditemukan di dalam rumah atau bangunan dengan ventilasi buruk. Paparan jangka panjang terhadap radon telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, termasuk leukemia. 2.4 Patofisiologi Leukemia Patofisiologi leukemia melibatkan gangguan pada proses pembentukan dan fungsi sel darah, terutama sel darah putih, di sumsum tulang. Proses ini dimulai dengan perubahan genetik pada sel-sel hematopoietik (sel induk darah), yang mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan sel darah putih yang abnormal. Berikut adalah tahapan patofisiologi leukemia: 5 1. Mutasi Genetik dan Transformasi Selular Leukemia terjadi ketika terdapat mutasi genetik atau kerusakan DNA pada sel hematopoietik di sumsum tulang. Mutasi ini mengganggu mekanisme kontrol pertumbuhan dan pembelahan sel, sehingga sel-sel leukemik berkembang biak secara tidak terkendali. Pada beberapa jenis leukemia, seperti leukemia mieloid kronis (LMK) mutasi spesifik yang menghasilkan kromosom Philadelphia (translokasi gen BCR-ABL) menjadi penyebab utama. Mutasi ini meningkatkan aktivitas enzim tirosin kinase, yang pada gilirannya mendorong proliferasi sel abnormal di sumsum tulang. 2. Proliferasi Sel Leukemik Sel-sel leukemik yang tidak matang (sel blast) terus tumbuh dan membelah dengan cepat, menggantikan sel-sel normal di sumsum tulang. Pada leukemia akut, sel blast dapat dengan cepat mendominasi sumsum tulang, sementara pada leukemia kronis, proses ini terjadi lebih lambat. Sel-sel leukemik ini tidak berkembang menjadi sel darah putih yang matang dan fungsional, sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk melawan infeksi. 3. Penghambatan Pembentukan Sel Darah Normal Karena sel-sel leukemik mendominasi sumsum tulang, produksi normal sel darah lainnya terganggu, termasuk sel darah merah (eritrosit), trombosit, dan sel darah putih yang sehat. Kekurangan sel darah merah atau anemia menyebabkan gejala seperti kelelahan, pucat, dan sesak napas. Selain itu, kekurangan trombosit, yang dikenal sebagai trombositopenia, menyebabkan perdarahan mudah terjadi, seperti memar atau perdarahan gusi. Meskipun ada peningkatan jumlah sel darah putih abnormal, tubuh tetap mengalami kekurangan sel darah putih yang sehat dan fungsional, kondisi yang disebut leukopenia, sehingga meningkatkan risiko infeksi. 4. Penyebaran Sel Leukemik ke Organ Lain Sel-sel leukemik dapat menyebar ke organ dan jaringan lain, seperti limpa, hati, kelenjar getah bening, otak, atau kulit, yang menyebabkan pembesaran organ-organ tersebut, seperti splenomegali pada limpa yang membesar, dan menimbulkan berbagai komplikasi klinis tergantung pada lokasi penyebaran. Pada kasus leukemia akut, sel blast juga dapat terdeteksi dalam aliran darah perifer, yang berpotensi menyumbat kapiler kecil dan menyebabkan gangguan pada sistem organ lainnya. 5. Gangguan Imunitas Walaupun jumlah sel darah putih meningkat (dalam bentuk sel leukemik), fungsi kekebalan tubuh melemah karena sel-sel tersebut tidak dapat melawan infeksi secara 6 efektif. Pasien sering mengalami infeksi berulang dan lebih rentan terhadap infeksi yang berat. 6. Manifestasi Klinis Gejala leukemia mencakup berbagai manifestasi klinis yang timbul akibat gangguan produksi sel darah. Anemia menyebabkan gejala seperti kelelahan, sesak napas, dan pucat. Infeksi berulang terjadi karena tubuh kekurangan sel darah putih yang berfungsi dengan baik. Perdarahan, seperti memar, perdarahan gusi, dan perdarahan yang sulit dihentikan, disebabkan oleh trombositopenia. Pasien juga dapat mengalami nyeri tulang atau sendi akibat tekanan dari proliferasi sel abnormal di sumsum tulang. Selain itu, pembesaran organ seperti limpa (splenomegali) dan hati (hepatomegali) juga dapat terjadi. Patofisiologi leukemia bervariasi tergantung pada jenis leukemia, seperti leukemia limfoblastik akut (LLA), leukemia mieloid akut (LMA), leukemia limfositik kronis (LLK), dan leukemia mieloid kronis (LMK). Tetapi secara umum melibatkan proliferasi sel abnormal yang menggantikan sel darah normal dan mengganggu fungsi tubuh normal. Terapi sering kali berfokus pada menghancurkan sel leukemik, mengembalikan produksi sel darah normal, dan mengendalikan gejala yang timbul akibat proses penyakit ini. 2.5 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada leukemia dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan darah lengkap, evaluasi apus darah tepi, aspirasi dan biopsi sumsum tulang, serta pemeriksaan sitokimia. 1. Pemeriksaan Darah Lengkap Pemeriksaan darah lengkap pada leukemia dapat menunjukkan jumlah leukosit yang bervariasi dari normal, meningkat, maupun rendah. 2. Evaluasi Apus Darah Tepi Evaluasi apus darah tepi pada pasien leukemia menunjukkan gambaran eritrosit yang besar normokrom normositer dan sering ditemukan polikromasi eritroblas asidofil atau polikromatofil. Selain itu, ditemukan juga diferensiasi dan maturasi seri granulosit, presentasi sel mielosit, serta eosinofil dan basofil yang meningkat. 7 3. Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang Pada pemeriksaan aspirasi dan biopsi sumsum tulang dapat ditemukan selularitas yang meningkat (hiperseluler) akibat proliferasi sel leukemia, sehingga rasio mieloid:eritroid memiliki kecenderungan untuk meningkat. 4. Pemeriksaan Sitokimia Pemeriksaan sitokimia dilakukan untuk membedakan jenis leukemia, karena gambaran morfologi sel blas pada apus darah tepi atau sumsum tulang sulit untuk dibedakan antara LMA dan LLA. Pada LLA, pewarnaan Sudan Black dan mieloperoksidase akan memberikan hasil negatif. Namun, pada LMA akan menunjukkan hasil positif. 5. Pemeriksaan Lain Pemeriksaan penunjang lain pada leukemia adalah pemeriksaan panel metabolik, imunofenotipe, fungsi pembekuan darah, dan panel DIC (disseminated intravascular coagulation), serta skrining fokus infeksi melalui pemeriksaan foto toraks, kultur darah, maupun kultur urine. 2.6 Penatalaksanaan Medis Penatalaksaan medis atau terapi pada penderita leukemia sangat bervariasi tergantung pada jenisnya. Beberapa contohnya yaitu: 1. Kemoterapi Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker yang diberikan ke cairan serebrospinal atau aliran darah untuk mencapai seluruh tubuh agar efektif. Terapi untuk leukemia mieloblastik akut diberikan dengan dosis yang tinggi dan dikonsumsi dalam waktu yang singkat, sedangkan terapi untuk leukemia limfoblastik akut diberikan dengan dosis yang rendah dan dikonsumsi dalam waktu yang lama, biasanya antara 2 dan 3 tahun. 2. Pembedahan Pembedahan adalah terapi yang sangat terbatas untuk pasien leukemia karena sel leukemia telah menyebar ke seluruh tubuh melalui sumsum tulang dan menuju organ. Terapi pembedahan sangat berbahaya dan hanya dilakukan dalam kasus tertentu. 3. Radiasi Terapi radiasi menggunakan bahan energi dengan radiasi tinggi untuk menghancurkan sel-sel kanker. Terapi ini biasanya dilakukan untuk mencegah penyebaran dari sel-sel leukemia ke otak. 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Leukemia adalah kanker pada sel darah yang ditandai dengan produksi sel darah abnormal di sumsum tulang, yang mengganggu pembentukan sel darah merah, trombosit, dan sel darah putih normal. Etiologi leukemia belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor risiko, baik internal seperti faktor genetik dan usia, maupun eksternal seperti paparan radiasi dan merokok, berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya leukemia. Hal ini menyebabkan gangguan pada produksi sel darah normal, menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi, meningkatkan risiko perdarahan, dan memicu pembesaran organ seperti limpa dan hati. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengkap, biopsi sumsum tulang, dan evaluasi apus darah digunakan untuk menegakkan diagnosis leukemia. 3.2 Saran Berdasarkan hasil makalah tersebut, penulis berharap para mahasiswa/i bisa mengetahui mengenai salah satu penyakit yang menyerang sel, yaitu leukemia. Mulai dari definisinya, etiologi, patofisiologi, serta pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan medis pada penderitanya, sebagaimana telah disebutkan didalam manfaat penulisan makalah ini. 9 DAFTAR PUSTAKA Adilistya, T. (2017). Patofisiologi dan Diagnosis Infiltrasi Leukemia Limfoblastik Akut ke Sistem Saraf Pusat. JURNAL KEDOKTERAN YARSI. 25 (2). 115-126. Liem, E.F., Mantik, M., dan Rampengan, N. (2019). Hubungan Kadar Hemoglobin dan Tercapainya Remisi pada Anak Penderita Leukemia Akut. Jurnal Medik dan Rehabilitasi (JMR). 1 (3). 1-7. Ramatillah, D.L., et al. (2019). Edukasi dan Deteksi Dini Penyakit Leukimia Kepada Masyarakat di RPTRA Tunas Harapan Sunter Jakarta. JURNAL BERDIKARI. 2 (2). 44- 47. Suttorp M, Millot F, Sembill S, et al. Definition, Epidemiology, Pathophysiology, and Essential Criteria for Diagnosis of Pediatric Chronic Myeloid Leukemia. Cancers. 2021;13 (798) :1-22. 10