Ruang Lingkup Psikologi Kesehatan PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Tags
Summary
This document provides an overview of health psychology, including definitions of health and wellness, the factors influencing health, and models related to health behaviors. It explores topics including stress, disease, and coping mechanisms. The document is suitable for use in a university setting.
Full Transcript
Ruang Lingkup Psikologi Kesehatan Kalau overweight turunan — biasanya mudah gemuk, pola perilaku di sekitarnya memakan makanan tertentu lalu turun ke anaknya Terminologi kesehatan Kesehatan : keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental...
Ruang Lingkup Psikologi Kesehatan Kalau overweight turunan — biasanya mudah gemuk, pola perilaku di sekitarnya memakan makanan tertentu lalu turun ke anaknya Terminologi kesehatan Kesehatan : keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) social dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. (WHO dalam Smet, 1994) Sarafino menjelaskan bahwa sehat memiliki arti kondisi positif pada fisik, mental dan social well being yang bervariasi. Kondisi sentral memiliki berbagai penjelasan, biasanya dijelaskan melalui status kondisi kesehatan (tekanan darah, cacat tubuh , gaya hidup). Perawatan medis dan perubahan gaya hidup meningkatkan kesehatan ○ Ketika melakukan kesehatan fisik seperti orang pada normalnya belum tentu sehat, apakah sehat mental? Sosial? ○ orang kuat tapi kondisinya tubuhnya tidak bugar: Ketika perokok naik gunung kuat tapi paru-parunya engga ○ Optimal wellness: Termasuk lifestyle yang kita jalankan, mendukung apa yang kita jalankan. Tidak hanya melihat kondisi tubuh saat ini, tapi apakah lifestyle juga maintain sama tubuh kita. Freud salah satu tokoh yang menemukan formulasi mind dan tubuh berhubungan, tidak ada istilah co; kurangi stress agar maag berkurang Penyakit >> dari luar : ketidakseimbangan kimia, bakteri, virus dan kecenderungan genetik ○ Memperlakukan sakit tidak hanya sekedar dokter menyembuhkan pasien, pasoen juga harus aktif ○ Mind itu tidak hanya sekedar pikiran, lebih ke consciousness. Bagaimana benar benar kita sadar akan hari ini. Pikiran hanya kognitif saja. Saling berpengaruh, co: saat ujian sakit ○ Awareness, Ultra processed food, co: daging ayam jadi nugget itu sudah diproses dan kandungannya sudah berkurang 1. Co: kurangnya olahraga, merokok bisa menyebabkan penyakit jantung. Seseorang mengalami stroke, dihubungkan dengan perilaku pas masa hidupnya. 2. Co: merokok, mengkonsumsi alkohol dihubungkan dengan belief mereka dengan kesehatan disebabkan oleh perilaku tertentu. Makan makanan high fat, diprediksi dengan tingkah laku mereka. 3. Apakah perilaku stress, coping mereka berhubungan dengan kesehatan mereka 4. Bagaimana faktor psikologi bisa mengurangi rasa sakit 5. Bagaimana faktor psikologi menjadi faktor penting sebagai penyebab penyakit, bisa menjadi treatment juga 1. Menguatkan perilaku atau dalam diri orang tertentu. Co: memiliki kebiasaan baik dalam komunitas, berolahraga. Saat ada kejadian individu suka olahraga tapi malas melakukan. Kita mencourage dia. 2. Menurunkan hal-hal yang beresiko. Menurunkan/menurunkan hal-hal yang akan menimbulkan penyakit. Co: mengurangi ultra process food. Unrealistic optimism — merasa tidak beresiko untuk mendapat penyakit tertentu. Tidak pernah merasakan efek negatif yang dikonsumsi, jadi melakukan terus menerus. Illness bev: mencari tau penyakit Bev pathogen – makan makanan fast food, merokok, minum amer Mengikuti cek kesehatan , menjaga agar kesehatan terlindungi Terkadang BMI dipengaruhi massa tulang, yang benar BMI bukan standar utama kesehatan seseorang. Tapi bisa dijadikan standar mudah. Predicting health behavior Faktor yang memprediksi health behaviour 1. Social factors – belajar modeling, dan norma sosial. Modeling yaitu kebiasaan yang dilakukan dari melihat orang rumah tetapi memahami maknanya. Berbeda dengan imitasi, hanya meniru tanpa mengetahui maknanya. Perilaku sehat, faktor prediksi perilaku sehat & model terstruktur 2. Genetics – keturunan diabetes lebih mungkin terkena diabetes 3. Emotional factors – kecemasan, stress, tekanan dan ketakutan. 4. Perceived symptoms – pain, sesak nafas, kelelahan. Mempresepsikan 5. The belief of patient 6. The belief of health professional Kombinasi dari faktor diatas ini dapat memprediksi dan mempromosikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Lima faktor dari Teori Atribusi Teori Atribusi — individu termotivasi melihat dunia sebagai sesuatu yang terprediksi dan terkontrol. Menekankan pada penyebab peristiwa. Dimensi dari atribusi didefinisikan sebagai berikut: 1. Internal vs Eksternal – kegagalan karena performanceku vs kegagalan karena soalnya susah 2. Stable vs Unstable – kalau ujian aku pasti nervous dan gagal vs aku gagal di ujian ini 3. Global vs Specific — kegagalanku dipengaruhi oleh banyak factors vs kegagalanku karena tadi aku salah jawab 4. Controllable vs Uncontrollable — penyebab kegagalanku bisa diatasi vs penyebab kegagalanku tidak bisa diatasi. Hubungan psikologi kesehatan dengan teori ini, ketika orang berpikir sakit karena apa, sembuhnya juga karena apa. Ini mempengaruhi untuk penyembuhan. Health Locus of Control Menekankan pada kemampuan individu untuk mengontrol suatu peristiwa Dibag imenajdi dua Locus control internal – Suatu keyakinan yang dimiliki oleh individu bahwa status kesehatannya dapat dikontrol, baik oleh diri sendiri Locus control eksternal –Suatu keyakinan yang dimiliki oleh individu bahwa oleh orang lain dan nasib atau takdir Unrealistic optimism Salah satu alasan mengapa seseorang tetap melanjutkan praktek unhealthy behaviour adalah dikarenakan persepsi resiko dan susceptibility (their unrealistic optimism) Sebuah studi, untuk ngelist health problem dan diminta untuk membandingkan dengan orang lain (umur dan gender yang sama) dan seberapa besar kesempatan individu untuk terkena penyakit yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek percaya bahwa mereka cenderung lebih jarang terjadi terkena health problem Faktor yang mempengaruhi unrealistic problem 1. Kurangnya pengalaman terkait permasalahan tersebut 2. Kepercayaan bahwa permasalahan bisa dicegah oleh aksi individu 3. Kepercayaan bahwa gejala permasalahan tersebut belum nampak 4. Kepercayaan bahwa gejala gejala penyakit jarang penyakit Asesmen risiko individu mungkin salah, karena individuals show selective focus (menolak resiko) dan berfokus pada hal-hal yang akan sehat (co: kita minum manis mulu tapi kita fokusnya ke ‘padahal kan saya minum air 8 gelas’) Sebaliknya pasien lebih efektif diminta fokus pada risiko saja, agar mereka merasakan resiko Tahapan Perubahan Tahapan model perubahan telah diterapkan pada beberapa perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, seperti merokok, yang terdiri dari: a) Prakontemplasi: tidak berniat untuk melakukan perubahan“Saya senang menjadi perokok dan berniat untuk terus merokok.” b) Perenungan: mempertimbangkan untuk perubahan. “Saya sering batuk baru-baru ini, mungkin saya harus memikirkan untuk berhenti merokok.” c) Persiapan: membuat sedikit perubahan. “Saya akan berhenti pergi ke pub dan akan membeli rokok dengan tar yang lebih rendah.” d) Tindakan: secara aktif terlibat dalam perubahan. “Saya telah berhenti merokok.” e) Pemeliharaan: menjaga perilaku bertahan. “Saya sudah berhenti merokok selama empat bulan sekarang.” Checking reality – kebiasaan, pengalaman yang ia alami ketika tidak melakukan behaviour tidak sehat. The health belief models Berfungsi untuk memprediksi preventive health behavior dan juga a. Suspectibility – kemungkinan terkena penyakit itu tinggi b. Severity – serious illness c. Costs – harga yang harus dibayar untuk berperilaku sehat d. Benefits – keuntungan yang diperoleh dari perilaku sehat e. Cues to actions — isyarat untuk melakukan perilaku (internal/eksternal) f. Health motivation — kesiapan individu untuk berperilaku yang concerned dengan masalah kesehatan g. Perceived control — anggapan individu tentang mengontrol perilaku Placebo Effect Placebo adalah istilah medis yang digunakan untuk terapi dan perawatan dalam bentuk obat-obatan atau prosedur tindakan medis yang tidak memiliki efek samping atau bukti kegunaan bagi kesembuhan pasien. Placebo sering disebut sebagai obat kosong. Obat ini tidak mengandung bahan aktif yang bisa berpengaruh pada kesehatan. Placebo bisa dalam bentuk tablet, kapsul atau cairan injeksi. Akan tetapi kandungannya hanya berupa tepung gula atau larutan garam, bahkan hanya berisi air putih. Mengubah kepercayaan seseorang, mempengaruhi sesuai kepercayaan orang tsb. Co: bioglass Kognisi Penyakit, Model Regulasi Diri Leventhal & Coping Kognisi penyakit merupakan keyakinan implisit pasien tentang penyakit mereka sendiri, pikiran tentang penyakit co: mengingat gimana kok bisa sakit, gimana sembuhnya. Kognisi ini memberikan pasien sesuatu kerangka kerja atau skema untuk mengatasi dan memahami penyakit mereka dan memberi tahu mereka apa yang harus diwaspadai jika mereka jatuh sakit Adapun dimensi keyakinan kognisi penyakit, yaitu: ○ Identitas, misalnya diagnosis dan gejala ○ Konsekuensi, misalnya keyakinan tentang keseriusan ○ Garis waktu, misalnya berapa lama akan berlangsung ○ Penyebab, misalnya disebabkan oleh merokok, disebabkan oleh virus ((misalnya sakit paru paru bisa jadi disebabkan oleh merokok atau disebabkan oleh virus) ○ Menyembuhkan/mengendalikan, misalnya memerlukan intervensi medis. Regulasi Diri keadaan normal (kesehatan) → individu terganggu (oleh penyakit) Leventhal memasukkan deskripsinya tentang kognisi penyakit ke dalam model pengaturan-dirinya dari perilaku penyakit. Model ini didasarkan pada pendekatan untuk pemecahan masalah dan menyarankan bahwa penyakit/gejala ditangani oleh individu dengan cara yang sama seperti masalah lainnya. ○ Model tradisional menggambarkan masalah pemecahan dalam tiga tahap: ○ interpretasi (memahami masalah) ○ coping (berurusan dengan masalah untuk mendapatkan kembali keadaan keseimbangan) ○ penilaian (menilai seberapa sukses tahap koping) Model regulasi diri Model regulasi diri leventhal Persepsi gejala dapat mengakibatkan perubahan emosional, yang dapat memperburuk persepsi gejala (misalnya, 'Saya bisa merasakan sakit di dada saya. Sekarang saya merasa cemas. Sekarang saya' dapat merasakan lebih banyak rasa sakit karena semua perhatian saya terfokus padanya). Jika individu memilih untuk menggunakan penolakan sebagai strategi koping mereka, ini dapat mengakibatkan pengurangan persepsi gejala, penurunan emosi negatif dan pergeseran dalam kognisi penyakit mereka (misalnya 'rasa sakit ini tidak terlalu buruk' (penolakan); 'Sekarang saya merasa kurang cemas' (emosi); 'Rasa sakit ini tidak akan bertahan lama' (timeline); 'Penyakit ini tidak akan memiliki konsekuensi serius untuk gaya hidup saya' (konsekuensi)). Sebuah penilaian positif dari efektivitas strategi koping itu sendiri mungkin merupakan sebuah koping strategi (mis. 'Gejala saya tampaknya telah berkurang dengan melakukan relaksasi latihan mungkin merupakan bentuk penolakan) Dalam intepretasi, ○ Persepsi gejala — Perbedaan individu dalam persepsi gejala. Sebagian individu lebih sensitive terhadap beberapa gejala dibandingkan individu lain) ○ Mood (persepsi nyeri dengan kecemasan meningkatkan self report tentang pengalaman nyeri) ○ Kognisi (efek placebo dengan harapan individu akan pemulihan yang mengakibatkan berkurangnya persepsi gejala) ○ Lingkungan (persepsi symptom dipengaruhi lingkungan, co: kesurupan massal) ○ Pesan sosial (diagnosis formal dari profesional kesehatan atau hasil tes positif dari rutinitas cek kesehatan) Coping 1. Coping diagnosis Stress Stress — kondisi karena tekanan, yang membuat kehidupan kita goyang. Namun jika stress-nya sudah hilang tapi sedih atau [perasaannya masih ada itu bisa leading up to depresi dll. Stressor — yang menyebabkan stress Tugas – tidak ada nafsu makan, mual, pusing Pengalaman Stress dalam Hidup Fight or Flight ○ Menurut Canon, Ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman maka secara cepat tubuh akan terangsang dan termotivasi melalui sistem saraf simpatetik dan endokrin. Fight — menghadapi Flight — mengacuhkan ○ Respon fisiologis ini akan mendorong individu menyerang atau melarikan diri Pendekatan Stres 1. Stres sebagai stimulus Berfokus pada lingkungan dan menggambarkan stress sebagai variable bebas Ex: “banyak stress di tempat kerja saya” Individu potensial bertemu secara terus menerus dengan sumber stress yg ada di lingkungan Kelemahan model ini adalah tidak ada keriteria objektif yang bisa mengukur situasi penuh stress 2. Stres sebagai Respon Berfokus pada reaksi seseorang terhadap stressor ○ Ex: seseorang merasa stress Ketika diminta berpidato di depan umum Respon yang dialami memiliki 2 komponen : ○ Fisiologis: berdebar, mules, berkeringat ○ Psikologis : perilaku, pola piker, emosi Respon2 ini disebut dengan strain atau ketegangan Konsep Stres sebagai respon dipandang dari perspektif fight or flight dan GAS ○ Gas — perubahan fisiologis pada tubuh dikarenakan respon individu terhadap stress. Memiliki 3 stage: 1. Alarm reaction (flight fight) 2. Resistance 3. Exhaustion 3. Stres sebagai Interaksi antara individu dan Lingkungan Menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut transaksional. Dalam hal ini termasuk jg proses penyesuaian. Disini stress bukan sekedar stimulus atau respon, namun individu adalah agent yang aktif yg dapat mempengaruhi stressor melalui strategi kognitif, emosi dan perilaku Sehingga wajar jika kita melihat bahwa individu memberikan reaksi yang berbeda pada stressor yang sama Apa itu stres? Penilaian Psikologis terhadap Stress a) Ketika individu dihadapkan dengan lingkungan yang baru, atau berubah lingkungan maka mereka melakukan penilaian awal (Primary appraisal) untuk menentukan arti dari kejadian tersebut 🡪 positif, negative, netral b) Penilaian sekunder (secondary appraisal): pengukuran terhadap kemampuan coping dan sumber2nya, serta apakah mereka akan bisa menghadapi, kerusakan, ancaman dan tantangan terhadap kejadian. Ex: saya dapat melakukan jika saya berusaha keras. c) Pengalaman stress yang subjektif adalah gabungan dari keduanya d) Primary stressor (takut akan ujian), secondary stressor (berpikiran bisa melakukan ujian tsb atau tidak) e) Teori Self-Regulasi (Howard Leventhal) i) Terdapat 3 variable 1) Representasi terhadap kelompok stress : meliputi 2 proses parallel 🡪 menghadapi kondisi bahaya & menghadapi rasa takut 2) Coping : prosedur untuk bertindak 3) Proses penilaian : evaluasi terhadap coping ii) Outcome nya berbeda2, menunjukan masing2 elemen memiliki pengalaman sendiri Variabel & Proses dalam psikologi stress & control terhadap stress, diklasifikasikan dalam 3 Kelompok 1. Representasi terhadap kondisi stress 2. Coping 3. Evaluasi Sumber Stress Merupakan potensi yang ada di lingkungan a. Sumber stres di dalam diri sendiri: kesakitan (illness), b. b) Sumber stress di dalam keluarga c. c) Sumber stress di dalam komunitas: contoh nya occupational stress Sumber manajerial stress Tingkat keseriusan stressor ○ Kejadian hidup mayor (menikah, pindah, punya anak) ○ Pertengkaran sehari-hari ○ Kejadian traumatis ekstrim, menimbulkan PTSD (namun tidak semua mengalami PTSD, kenapa? Adanya faktor protektif (ketahanan fisik dll) Note: kejadian traumatis yg ekstrim berhubungan dengan peranan kognisi seseorang (proses2 internal yg ada pd individu, yaitu bagaimana mereka memberi arti terhadap pengalaman mereka) Pendekatan Stress Perkembangan ○ Setiap tahap perkembangan manusia dihadapkan pada tuntutan lingkungan yg spesifik ○ Tahap perkembangan yang berbeda, stressor yg sama dapat mempunyai arti berbeda. ○ Contoh : tingkatan kesakitan tgt pd keadaan sakit dan umur individu. Umur menjadi factor penting, kenapa? ○ Hurrelmann & Losel (1990) Jenis stressor paling penting di 3 tahap kehidupan yg utama: Kanak-kanak : banyak dipengaruhi oelh lingkungan keluarga. dalam tahap ini anak mengembangkan strategi coping Remaja: jenis kejadian lebih pribadi dan sedikit melibatkan anggota keluarga. Meningkatnya perkembangan social mengubah orientasi individu Orang dewasa: tgt jenis tugasnya🡪 menjadi ortu, bekerja, pensiunan, kematian pasangan dan teman Note : pd akhirnya stressor ini akan mempengaruhi perkembangan itu individu Pada situasi apa stress dapat mempengaruhi Kesehatan 1. Faktor2 yang mengubah pengalaman stress a) Variable dalam kondisi individu : umur, tahap kehidupan, jenis kelamin b) Karakteristik kepribadian c) Variabel sosial – kognitif (self efficacy) d) Hubungan dengan lingkungan sosial e) Strategi coping 2. Dukungan Sosial sebagai salah satu peubah stress a. Dukungan sosial telah menjadi banyak sorotan dihubungkan dengan stress dan Kesehatan b. Jenis dukungan sosial i. Dukungan emosional : empati , kepedulian, perhatian ii. Dukungan penghargaan : ungkapan hormat positif, dorongan maju, persetujuan , perbandingan positif, iii. Dukungan instrumental: bantuan langsung seperti pinjaman, uang dan fasilitas yang membantu (motor) iv. Dukungan informatif : nasehat, saran, umpan balik c. Hipotesis Penyangga 🡪 dukungan social mempengaruhi Kesehatan dengan melindungi orang itu terhadap efek negative dari stress yg berat. Orang yg memiliki dukungan social yg tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stress. Cntoh : dapat masalah lalu curhat d. Hipotesis “Efek Langsung” 🡪 duk sos bermanfaat bagi Kesehatan dan kesejahteraan tidak peduli banyaknya stres yg dialami orang. Cntoh: orang yg dukungan sosialnya tinggi memiliki penghargaan yang tinggi sehingga tidak mudah diserang stress e. Note : hubungan dukungan sosial dan Kesehatan itu sangat kompleks dan spesifik. Misalnya pada kasus kanker. Pada setiap fase penyakit kanker, asien kanker membutuhkan dukungan sosial yg berbeda. Model-model stress kesehatan 1. The direct Route a. Stres dapat menghasilkan perubahan fisiologis dan psikologis yg menyebabkan berkembangnya suatu penyakit dan mempengaruhi Kesehatan. b. Perasaan stress dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan fisiologis seperti asma, penyakit kepala kronis, rematik artritis dan beberapa penyakit kulit. 2. The personality Route — Kepribadian mempengaruhi individu untuk mengalami stress, yang kemudian akan mempengaruhi kesakitan 3. The interactive Route a. Mengarah pada ketidak-kekebalan yg ada sebelumnya baik psikologis maupun fisik b. Model ini menyatakan bahwa stress hanya dapat mengarah pada kesakitan hanya bagi orang yg mempunyai sifat mudah kena serang. c. Misal keluarga rentan kena infeksi, akan mempengaruhi persepsinya terhadap dirinya maupun terhadap situasi. 4. The Health Behaviour Route a. Stres dapat secara tidak langsung mempengaruhi kesakitan dengan cara mengubah pola perilaku individu. b. Contoh : stress membuat individu merokok atau bertambah konsumsi alcohol nya 5. The Illness Behaviour Route a. Stres dapat secara langsung mempengaruhi perilaku kesakitan seseorang tanpa menyebabkan penyakit. b. Contoh : orang menganggap gejala yg disebabkan oleh stress sebagai tanda kesakitan dirinya. Sehingga bisa berbaring sakit agar mendapat perhatian dan dispensasi. Pengelolaan Stress “... the way people cope with stress may be even more important to overall morale, social functioning and health/illness than the frequency and severity of episodes of stress themselves...” Rutter, 1983 Coping adalah “... suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun lingkungan) dengan sumber2 daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful...”(Sarafino & Taylor, 1991) Fungsi dan jenis coping ○ Dibagi menjadi 2 (Sarafino, 1990) dalam Smet: 1. emotion Focused Coping — mengatur respon emosional terhadap stress. Bagaimana meniadakan fakta2 yg tidak menyenangkan. Ketika seseorang tidak mampu mengubah kondisi yang stressfull, individu akan cenderung untuk mengatur emosinya. 2. Problem Focused Coping — Untuk mengurangi stressor , individu akan mengatasi dengan mempelajari cara atau keterampilan baru. Individu akan menggunakan strategi ini bila ia yakin akan dapat mengubah situasi. Metode ini sering digunakan pada orang dewasa. 3. Mana yang lebih efektif mana? Tergantung apa yang menentukan keberhasilan dari coping itu, keberhasilan coping itu dilihat dari karakter masalahnya. Kalau masalahnya bisa kita kontrol problem solving lebih efektif, kalau tidak bisa dikontrol berarti emotion focused coping. Dan kebijakan kita untuk menggunakan coping yang mana. ○ Strategi coping menurut Taylor (1991): 1. Konfrontasi 2. Mencari dukungan sosial 3. Merencanakan pemecahan masalah 4. Kontrol diri 5. Membuat jarak 6. Positif reappraisal 7. Menerima tanggung jawab 8. Lari (escape/ avoidance) Note ○ Tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk semua situasi stress. Tidak ada strategi yang paling berhasil. — mix match tergantung masalah yang akan dihadapi ○ Strategi coping yang paling berhasil adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi (Rutter, 1983). Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing2 kejadian, daripada mencoba menemukan satu coping yang paling berhasil (Smet, 1994) Reduksi potensi untuk stress dan pengelolaan stress ○ Beberapa aspek kehidupan manusia dapat mengurangi potensi berkembangnya stressor dan membantu individu mengatasi stress. ○ Meningkatkan dukungan social ○ Meningkatkan control pribadi ○ Manajemen stress 🡪 focus pada pengurangan reaksi stress. Teknik pengelolaan stress dapat digunakan untuk mengurangi resiko penyakit jantung Perilaku Diet, Model Kognitif Perilaku Makan & Perhatian BB dan Peran Ketidakpuasan Serta Diet Tubuh Diet Sehat — makan sehat cenderung menggambarkan makanan dalam hal kelompok makanan yang lebih luas dan membuat rekomendasi untuk konsumsi relatif dari masing-masing kelompok sebagai berikut: Diet terkait dengan kesehatan dalam dua cara: 1. Diet & onset penyakit a. Diet mempengaruhi kesehatan melalui berat badan seseorang dalam hal perkembangan makan kelainan atau obesitas b. Hubungan langsung antara diet dan penyakit seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes 2. Diet pengobatan penyakit a. Pasien obesitas terutama dikelola melalui intervensi berbasis diet b. Pasien yang didiagnosis dengan penyakit jantung atau setelah serangan jantung juga dianjurkan untuk mengubah gaya hidup dengan penekanan khusus pada berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik mereka dan menerapkan pola makan yang sehat Siapa yang makan makanan sehat? 1. Anak a. Negara Barat>>Menekankan pengurangan asupan makanan dan penghindaran menjadi kelebihan berat badan. b. Negara berkembang>>malnutrisi jadi masalah yang mengakibatkan masalah fisik dan kognitif dan resistensi yang buruk terhadap penyakit akibat penurunan asupan energi dan zat gizi mikro 2. Dewasa a. Penelitian di Eropa b. Wanita melakukan praktik makan yang lebih sehat daripada laki-laki. c. Praktik diet yang berbeda di seluruh negara-negara Eropa yang berbeda. 3. Lansia — Lansia melaporkan pola makan yang kurang vitamin, terlalu rendah energi dan memiliki kandungan gizi yang buruk. Bisa terjadi malnutrisi juga tapi beda sama anak. Model perkembangan perilaku makan Pendekatan perkembangan untuk perilaku makan menekankan pentingnya belajar dan pengalaman dan berfokus pada pengembangan preferensi makanan di masa kanak-kanak. Perkembangan preferensi makanan dapat dipahami dalam exposure, pembelajaran sosial dan pembelajaran asosiatif Exposure Manusia perlu mengkonsumsi berbagai makanan untuk memiliki pola makan yang seimbang dan namun menunjukkan rasa takut dan menghindari bahan makanan baru yang disebut neofobia. Exposure makanan baru saja dapat merubah preferensi anak-anak Dampak exposure adalah pandangan 'keamanan yang dipelajari' yang menunjukkan bahwa preferensi meningkat karena makan makanan belum menimbulkan akibat negatif. Konsekuensi negatif ini harus terjadi dalam waktu singkat setelah mencicipi makanan seperti memberi tahu anak-anak bahwa makanan baru 'baik untuk Anda' tidak berdampak pada neofobia sambil memberi tahu mereka bahwa itu akan terasa enak. Neofobia berkurang seiring bertambahnya usia Pembelajaran sosial Pembelajaran sosial menggambarkan dampak mengamati perilaku orang lain pada diri sendiri perilaku dan kadang-kadang disebut sebagai modelling' atau 'pembelajaran observasional'. Faktor pembelajaran sosial merupakan pusat pilihan tentang makanan. Ini termasuk orang lain yang signifikan di lingkungan terdekat, terutama orang tua dan media yang menawarkan informasi baru, menyajikan model peran dan menggambarkan perilaku dan sikap yang dapat diamati dan dimasukkan ke dalam perilaku individu itu sendiri Pembelajaran Asosiatif Pembelajaran asosiatif mengacu pada dampak faktor kontingensi pada perilaku yang dapat dianggap sebagai penguat sejalan dengan pengkondisian operan. Menghargai perilaku makan: 'jika kamu makan sayuran, mama akan senang' Makanan sebagai hadiah: 'jika kamu berperilaku baik, kamu dapat kue'. Asosiasi antara makanan dan penghargaan menyoroti peran kontrol orang tua atas perilaku makan. Makanan dan konsekuensi fisiologis: keengganan makan setelah mendapatkan konsekuensi negatif gastrointestinal. Misalnya, keengganan terhadap kerang bisa dipicu setelah satu kasus sakit perut setelah konsumsi kerang. Model kognitif perilaku makan Pendekatan kognitif untuk perilaku makan berfokus pada kognisi individu dan mengeksplorasi sejauh mana kognisi memprediksi dan menjelaskan perilaku. Menggunakan TRA dan TPB ○ Beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan kognitif sosial terhadap perilaku makan telah difokuskan pada memprediksi niat untuk mengkonsumsi makanan tertentu. ○ sikap adalah prediktor yang lebih baik daripada norma subjektif ○ peran kontrol perilaku yang dirasakan dalam memprediksi perilaku terutama dalam kaitannya dengan penurunan berat badan ○ Penelitian sikap yang dijelaskan sejauh ini mengkonseptualisasikan individu sebagai memegang pandangan positif atau negatif terhadap objek tertentu. ○ Dalam hal perilaku makan itu adalah berasumsi bahwa orang menyukai atau tidak menyukai makanan tertentu dan bahwa sikap sarat nilai ini memprediksi asupan makanan. Model Kognitif Perilaku Makan Penelitian dari perspektif kognitif (Yang menjelaskan 3 faktor: situation, outcome experience, outcome expectancies, & self efficacy) mengasumsikan bahwa perilaku adalah konsekuensi dari pemikiran rasional dan mengabaikan peran pengaruh. Emosi seperti ketakutan (berat badan bertambah, penyakit), kesenangan (atas kesuksesan yang layak diobati) dan rasa bersalah (tentang makan berlebihan) mungkin berkontribusi terhadap perilaku makan. Beberapa model kognitif menggabungkan pandangan orang lain dalam bentuk konstruk 'norma subjektif'. Ini tidak cukup membahas peran sentral yang dimainkan orang lain dalam perilaku sosial seperti makan. Apa itu ketidakpuasan tubuh? — Ketidakpuasan tubuh dapat dikonseptualisasikan sebagai perbedaan antara persepsi individu tentang ukuran tubuh mereka dan ukuran tubuh mereka yang sebenarnya, perbedaan antara persepsi mereka tentang ukuran sebenarnya mereka dibandingkan dengan ukuran ideal mereka, atau hanya sebagai perasaan ketidakpuasan dengan ukuran dan bentuk tubuh. Faktor Penyebab Ketidakpuasan Tubuh a. Faktor Sosial i. Peran media – exposure tentang bentuk tubuh manusia seharusnya gimana ii. Etnis — kulit putih katanya lebih puas sama hidupnya, meskipun tidak stabil iii. Kelas sosial iv. Keluarga b. Faktor Psikologis i. Beliefs ii. Hubungan ibu dan anak perempuan — gestur ketidakpuasan hidup/tubuh iii. Peran kontrol Diet Ketidakpuasan tubuh secara konsisten terkait dengan diet dan berusaha untuk makan lebih sedikit. Diet dan mengurangi makan ○ Makan yang terkendali bertujuan untuk mengurangi asupan makanan dan beberapa penelitian telah menemukan bahwa kadang-kadang tujuan ini berhasil. Diet dan makan berlebihan ○ Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari menahan makan berhubungan dengan peningkatan asupan makanan. Screening Kesehatan Psikologi Kesehatan & Keperawatan Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog Overview Psikologi Kesehatan dan Keperawatan Kisah Ana, anak yang mengalami kegemukan. Setiap kali dia dikantin teman2 nya akan membully nya. Orang tuanya overweight. Apakah Ana merupakan anak yang sehat? Terminologi Sehat Kesehatan : keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) social dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. (WHO dalam Smet, 1994) Sarafino menjelaskan bahwa sehat memiliki arti kondisi positif pada fisik, mental dan social well being yang bervariasi. Status Kesehatan Kondisi sentral memiliki beragam penjelasan, biasanya dijelaskan melalui status kondisi kesehatan (tekanan darah, cacat tubuh , gaya hidup). Perawatan medis dan perubahan gaya hidup meningkatkan kesehatan Penyakit Masa Lalu Masa lalu banyak penyakit terjadi karena dietary diseases misalkan mal nutrisi dan dan infectious Masa diseases (yaitu penyakit akut Kini yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berbahaya seperti bakteri dan virus). Penyakit infeksi menjadi penyebab terbesar kematian (WHO, 2009) Kisah kedatangan orang eropa ke benua amerika, memiliki isu di bidang kesehatan Pengobatan : Penyakit >> dari vaksinasi, luar : pembedahan, kemoterapi, dan ketidakseimbangan Menyebabkan radioterapi, yang kimia, bakteri, virus perubahan fisik semuanya dan internal bertujuan untuk kecenderungan mengubah genetik keadaan fisik tubuh. Psikologi kesehatan dalam psikologi klinis sudah dikenal dengan nama Medical Psychology, namun sekarang selalu dikaitkan dengan Behavioral Medicine Definisi behavioral medicine adalah integrasi dari ilmu perilaku dengan praktik dan ilmu kedokteran (Miller, dalam Phares 1992). Behavioral medicine adalah suatu lapangan multidisiplin penelitian ilmiah, pendidikan dan praktik yang berkaitan dengan kesehatan, penyakit dan disfungsi faali yang terkait (Matarazzo, dalam Phares 1992) Dasar pemikiran Psikologi Kesehatan adalah adanya hubungan antara fikiran manusia dengan tubuhnya. (mind and body) Peran Psikologi dalam Kesehatan Banyak orang yang semakin sadar dengan gejala penyakit, lebih termotivasi untuk menjaga kesehatan, dan lebih sadar untuk mendatangi tenaga medis dibandingkan masa lalu. Dan ini adalah individu “the person” yang dipengaruhi oleh psikologis dan sosial yg tentu saja diluar biomedical model Psikologi kesehatan mempelajari faktor psikologis yang mempengaruhi kesehatan. Misalnya: gaya hidup, stres dan coping. Ruang lingkup psikologi kesehatan meliputi: a) Lingkungan akademik: Sekolah dan universitas (fakultas kedokteran, fakultas psikologi, dll) b) Klinik: Rumah sakit, pusat kesehatan mental masyarakat (biro konsultasi psikologi) c) Praktek pribadi d) Organisasi : Instansi pemerintah dan swasta, Industri atau perusahaan Tujuan dari psikologi kesehatan adalah: 1. Mengevaluasi tingkah laku dalam etiologi penyakit 2. Memprediksi tingkah laku tidak sehat 3. Memahami peran psikologi dalam experience of illness 4. Mengevaluasi peran psikologi dalam treatmen 5. Selain itu, teori-teori psikologi juga dapat dimanfaatkan dalam mempromosikan tingkah laku sehat dan mencegah sakit/munculnya penyakit dalam skala individu maupun yang lebih luas (kelompok, komunitas maupun masyarakat). Apa saja yg dipelajari dalam Psikologi Kesehatan? Perilaku sehat dan pencegahan Perilaku spesifik terkait kesehatan Penggunaan & ketergantungan alkohol & rokok Stres dan kesehatan Koping dan penurunan stres Memanfaatkan pelayanan kesehatan Sifat alami rasa sakit & manajemen rasa sakit Penyakit kronis & manajemen penyakit kronis Perilaku yang berkaitan dengan kesehatan meliputi: Tingkah laku yang menunjang Kebiasaan yang merugikan kesehatan (health-protective kesehatan (health impairing habits) behaviours), atau “behavioural yang juga disebut “behavioural immunogens” seperti mengikuti pathogens” seperti merokok, pemeriksaan kesehatan dan memakan makanan berlemak, mengikuti kegiatan olah raga secara aktif. Faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan ilmu psikologi kesehatan : 1. Perubahan penyakit dari penyakit akut hingga menuju penyakit kronis 2. Perkembangan teknologi dan penelitian yang kian maju 3. Peran penting epidemiologi 4. Perkembangan pelayanan perawatan kesehatan 5. Meningkatnya respon positif komunitas medis 6. Kontribusi psikologi kesehatan dalam kesehatan 7. Kontribusi metodologi penelitian terhadap kesehatan 8. Peran dari bentuk atau macam-macam penelitian seperti penelitian korelasional, eksperimen, prospective, retrospective. Any Question? THANK YOU Kognisi Penyakit, Model Regulasi Diri Leventhal & Coping Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog CONTENTS 01 Kognisi Penyakit 02 Model Regulasi Diri Leventhal 03 Coping 04 Diskusi Part 01 Kognisi Penyakit Apa itu kognisi penyakit? ‘a patient’ s own implicit common sense beliefs about their illness’penyakit'. Apa saja keyakinan penyakit? skema coping memahami penyakit mereka memberi tahu mereka apa yang harus dilihat jika mereka sakit. Dimensi keyakinan kognisi penyakit 1. identitas (misalnya diagnosis dan gejala) 2. konsekuensi (misalnya keyakinan tentang keseriusan) 3. garis waktu (misalnya berapa lama akan berlangsung) 4. penyebab (misalnya disebabkan oleh merokok, disebabkan oleh virus) 5. menyembuhkan/mengendalikan (misalnya memerlukan intervensi medis). Part 02 Model Regulasi Diri Leventhal Self Regulatory Self Regulatory individu termotivasi untuk keadaan normal (kesehatan) mengembalikan keseimbangan individu terganggu (oleh kembali ke normalitas (regulasi penyakit) diri) Model Regulasi Diri Leventhal Leventhal memasukkan deskripsinya tentang kognisi penyakit ke dalam model pengaturan-dirinya dari perilaku penyakit. Model ini didasarkan pada pendekatan untuk pemecahan masalah dan menyarankan bahwa penyakit/gejala ditangani oleh individu dengan cara yang sama seperti masalah lainnya. Model tradisional menggambarkan masalah pemecahan dalam tiga tahap: interpretasi (memahami masalah) coping (berurusan dengan masalah untuk mendapatkan kembali keadaan keseimbangan) penilaian (menilai seberapa sukses tahap koping) Model Self Regulatory interpretasi Kognisi penyakit 'Bagaimana orang yang berbeda memahami perbedaan' penyakit?' Model Self Regulatory 'Bagaimana kognisi penyakit berhubungan dengan koping?' respon emosional coping to appraisal Model Regulasi Diri Leventhal Proses Regulasi Diri Persepsi gejala dapat mengakibatkan perubahan emosional, yang dapat memperburuk persepsi gejala (misalnya, 'Saya bisa merasakan sakit di dada saya. Sekarang saya merasa cemas. Sekarang saya' dapat merasakan lebih banyak rasa sakit karena semua perhatian saya terfokus padanya). Jika individu memilih untuk menggunakan penolakan sebagai strategi koping mereka, ini dapat mengakibatkan pengurangan persepsi gejala, penurunan emosi negatif dan pergeseran dalam kognisi penyakit mereka (misalnya 'rasa sakit ini tidak terlalu buruk' (penolakan); 'Sekarang saya merasa kurang cemas' (emosi); 'Rasa sakit ini tidak akan bertahan lama' (timeline); 'Penyakit ini tidak akan memiliki konsekuensi serius untuk gaya hidup saya' (konsekuensi)). Sebuah penilaian positif dari efektivitas strategi koping itu sendiri mungkin merupakan sebuah koping strategi (mis. 'Gejala saya tampaknya telah berkurang dengan melakukan relaksasi latihan mungkin merupakan bentuk penolakan) Interpretasi 1. Persepsi gejala Perbedaan individu dalam persepsi gejala 1. Mood (persepsi nyeri dengan kecemasan meningkatkan self report tentang pengalaman nyeri) 2. Kognisi 3. Lingkungan 4. Pesan sosial (diagnosis formal dari profesional kesehatan atau hasil tes positif dari rutinitas cek kesehatan) Part 03 Coping Copin g coping diagnosis Coping coping krisis penyakit penyesuaian terhadap penyakit fisik dan teori dari adaptasi kognitif Coping Diagnosis 1. coping diagnosis : shock encounter reaction: pemikiran yang tidak teratur dan perasaan kehilangan, kesedihan,ketidakberdayaan dan keputusasaan. retreat: penolakan masalah dan implikasinya dan mundur ke dalam diri. Coping Krisis Penyakit Moos dan Schaefer (1984) berpendapat bahwa penyakit fisik dapat dianggap sebagai krisis karena mewakili titik balik dalam kehidupan individu. Penyakit fisik menyebabkan perubahan sebagai krisis: Perubahan identitas: penyakit dapat membuat perubahan identitas, seperti dari perawat ke pasien,atau dari pencari nafkah ke orang yang sakit. Perubahan lokasi: penyakit dapat mengakibatkan perpindahan ke lingkungan baru seperti terbaring di tempat tidur atau dirawat di rumah sakit. Perubahan peran: perubahan dari orang dewasa yang mandiri menjadi tergantung pasif dapat terjadi setelah sakit, mengakibatkan perubahan peran. Perubahan dalam dukungan sosial: penyakit dapat menyebabkan isolasi dari teman dan keluarga mempengaruhi perubahan dalam dukungan sosial. Perubahan di masa depan: masa depan yang melibatkan anak-anak, karier, atau perjalanan dapat menjadi tidak pasti. Coping Krisis Penyakit Faktor yg mempengaruhi coping krisis penyakit : Penyakit sering tidak dapat diprediksi Informasi tentang penyakitnya tidak jelas Keputusan diperlukan dengan cepat (misalnya haruskah kita beroperasi, haruskah kita minum obat, apakah kita harus meluangkan waktu libur kerja, haruskah kita memberi tahu teman-teman kita). Arti ambigu(misalnya apakah itu serius? berapa lama itu akan mempengaruhi saya?). Pengalaman sebelumnya yang terbatas,(misalnya 'Saya belum pernah menderita kanker sebelumnya, apa yang harus saya lakukan selanjutnya?’) Teori Coping Krisis Penyakit Pada teori coping krisis penyakit fisik ini, individu menilai penyakitnya dan kemudian menggunakan berbagai tugas adaptif dan keterampilan koping yang pada gilirannya menentukan hasilnya. Namun, tidak semua individu menanggapi penyakit dengan cara yang sama dan Moos dan Schaefer (1984) berpendapat bahwa penggunaan tugas dan keterampilan ini ditentukan oleh tiga faktor: Faktor demografi dan pribadi, seperti usia, jenis kelamin, kelas, agama. Faktor fisik dan sosial/lingkungan, seperti aksesibilitas dukungan sosial jaringan dan penerimaan lingkungan fisik (misalnya rumah sakit bisa membosankan) dan depresi). Faktor yang berhubungan dengan penyakit, seperti rasa sakit yang diakibatkan, cacat atau stigma. Proses Coping (Moos and Schaefer, 1984) cognitive appraisal (mis. Apakah kanker saya serius? Bagaimana kanker saya akan memengaruhi hidup saya dalam jangka panjang?). pengetahuan, pengalaman sebelumnya dan dukungan sosial srta keyakinan akan penyakit dapat mempengaruhi proses penilaian ini. adaptive tasks adaptive tasks Tugas yang berhubungan dengan penyakit Mengatasi rasa sakit dan gejala lainnya Berurusan dengan lingkungan rumah sakit dan prosedur pengobatan Mengembangkan dan memelihara hubungan dengan profesional kesehatan Tugas umum Menjaga keseimbangan emosional Mempertahankan citra diri, kompetensi dan penguasaan Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan teman Mempersiapkan masa depan yang tidak pasti coping skills appraisal-focused coping problem-focused coping emotion-focused coping Appraisal-focused coping 1. Analisis logis dan persiapan mental 2. Redefinisi kognitif, yang melibatkan penerimaan realitas situasi dan pendefinisian ulang dengan cara yang positif dan dapat diterima. 3. Penghindaran dan penolakan kognitif, melibatkan meminimalkan keseriusan penyakit. Problem-focused coping 1. Mencari informasi dan dukungan, termasuk membangun basis pengetahuan dengan mengakses setiap informasi yang tersedia. 2. Mengambil tindakan pemecahan masalah, yang melibatkan mempelajari prosedur dan perilaku tertentu (misalnya suntikan insulin). 3. Mengidentifikasi penghargaan alternatif, yang melibatkan pengembangan dan perencanaan kejadian dan tujuan yang dapat memberikan kepuasan jangka pendek. Emotion-focused coping 1. Afektif, melibatkan upaya mempertahankan harapan ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan. 2. Pelepasan emosi, melibatkan melampiaskan perasaan marah atau putus asa. 3. Penerimaan yang mengundurkan diri, yang melibatkan kesepakatan dengan hasil yang tak terelakkan dari suatu penyakit. Interpretasi positif dari penyakit Konsekuensi negatif (gaya hidup & kualitas hidup) Individu dgn penyakitnya Konsekuensi positif Ditingkatkan dgn (kemampuan rehabilitasi coping) Part 04 Diskusi Thank You Perilaku Diet, Model Kognitif Perilaku Makan & Perhatian BB dan Peran Ketidakpuasan Serta Diet Tubuh Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog CONTENTS 01 Apa itu diet sehat? 04 Model perkembangan perilaku makan Bagaimana pola makan Model kognitif perilaku 02 mempengaruhi kesehatan? 05 makan Perhatian berat badan dan Siapa yang makan makanan 03 sehat? 06 peran ketidakpuasan tubuh dan diet Simaklah video berikut : https://www.youtube.com/watch?v=OAdcSbyaOk4 https://www.youtube.com/watch?v=0nEMOMThRB8 PART ONE Apa itu Diet Sehat? Apa itu Diet Sehat? Deskripsi makan sehat cenderung menggambarkan makanan dalam hal kelompok makanan yang lebih luas dan membuat rekomendasi untuk konsumsi relatif dari masing-masing kelompok sebagai berikut: PART TWO Bagaimana pola makan mempengaruhi kesehatan? Diet terkait dengan kesehatan dalam dua cara : Diet dan pengobatan Diet & onset penyakit penyakit Diet mempengaruhi kesehatan melalui berat Pasien obesitas terutama dikelola melalui badan seseorang dalam hal perkembangan intervensi berbasis diet. makan kelainan atau obesitas. Pasien yang didiagnosis dengan penyakit hubungan langsung antara diet dan penyakit jantung atau setelah serangan jantung juga seperti penyakit jantung, kanker dan diabetes dianjurkan untuk mengubah gaya hidup dengan penekanan khusus pada berhenti merokok, meningkatkan aktivitas fisik mereka dan menerapkan pola makan yang sehat PART THREE Siapa yang makan makanan sehat? Siapa yang makan makanan sehat? Anak Dewasa Negara Barat>>Menekankan pengurangan Penelitian di Eropa asupan makanan dan penghindaran menjadi Wanita melakukan praktik makan yang lebih kelebihan berat badan. sehat daripada laki-laki. Negara berkembang>>malnutrisi jadi Praktik diet yang berbeda di seluruh masalah yang mengakibatkan masalah fisik negara-negara Eropa yang berbeda. dan kognitif dan resistensi yang buruk terhadap penyakit akibat penurunan asupan energi dan zat gizi mikro Lansia Lansia melaporkan pola makan yang kurang vitamin, terlalu rendah energi dan memiliki kandungan gizi yang buruk. PART FOUR Model perkembangan perilaku makan Model perkembangan perilaku makan Pendekatan perkembangan untuk perilaku makan menekankan pentingnya belajar dan pengalaman dan berfokus pada pengembangan preferensi makanan di masa kanak-kanak. Perkembangan preferensi makanan dapat dipahami dalam exposure, pembelajaran sosial dan pembelajaran asosiatif Exposure Manusia perlu mengkonsumsi berbagai makanan untuk memiliki pola makan yang seimbang dan namun menunjukkan rasa takut dan menghindari bahan makanan baru yang disebut neofobia. Exposure makanan baru saja dapat merubah preferensi anak-anak Dampak exposure adalah pandangan 'keamanan yang dipelajari' yang menunjukkan bahwa preferensi meningkat karena makan makanan belum menimbulkan akibat negatif. Konsekuensi negatif ini harus terjadi dalam waktu singkat setelah mencicipi makanan seperti memberi tahu anak-anak bahwa makanan baru 'baik untuk Anda' tidak berdampak pada neofobia sambil memberi tahu mereka bahwa itu akan terasa enak. Neofobia berkurang seiring bertambahnya usia Pembelajaran Sosial Pembelajaran sosial menggambarkan dampak mengamati perilaku orang lain pada diri sendiri perilaku dan kadang-kadang disebut sebagai 'modelling' atau 'pembelajaran observasional'. Faktor pembelajaran sosial merupakan pusat pilihan tentang makanan. Ini termasuk orang lain yang signifikan di lingkungan terdekat, terutama orang tua dan media yang menawarkan informasi baru, menyajikan model peran dan menggambarkan perilaku dan sikap yang dapat diamati dan dimasukkan ke dalam perilaku individu itu sendiri Pembelajaran Asosiatif Pembelajaran asosiatif mengacu pada dampak faktor kontingen pada perilaku yang dapat dianggap sebagai penguat sejalan dengan pengkondisian operan. Menghargai perilaku makan: 'jika kamu makan sayuran, mama akan senang' Makanan sebagai hadiah: 'jika kamu berperilaku baik, kamu dapat kue'. Asosiasi antara makanan dan penghargaan menyoroti peran kontrol orang tua atas perilaku makan. Makanan dan konsekuensi fisiologis: keengganan makan setelah mendapatkan konsekuensi negatif gastrointestinal. Misalnya, keengganan terhadap kerang bisa dipicu setelah satu kasus sakit perut setelah konsumsi kerang. PART FIVE Model kognitif perilaku makan Model kognitif perilaku makan Pendekatan kognitif untuk perilaku makan berfokus pada kognisi individu dan mengeksplorasi sejauh mana kognisi memprediksi dan menjelaskan perilaku. Menggunakan TRA dan TPB Beberapa penelitian yang menggunakan pendekatan kognitif sosial terhadap perilaku makan telah difokuskan pada memprediksi niat untuk mengkonsumsi makanan tertentu. sikap adalah prediktor yang lebih baik daripada norma subjektif peran kontrol perilaku yang dirasakan dalam memprediksi perilaku terutama dalam kaitannya dengan penurunan berat badan Penelitian sikap yang dijelaskan sejauh ini mengkonseptualisasikan individu sebagai memegang pandangan positif atau negatif terhadap objek tertentu. Dalam hal perilaku makan itu adalah berasumsi bahwa orang menyukai atau tidak menyukai makanan tertentu dan bahwa sikap sarat nilai ini memprediksi asupan makanan. Model kognitif perilaku makan Penelitian dari perspektif kognitif mengasumsikan bahwa perilaku adalah konsekuensi dari pemikiran rasional dan mengabaikan peran pengaruh. Emosi seperti ketakutan (berat badan bertambah, penyakit), kesenangan (atas kesuksesan yang layak diobati) dan rasa bersalah (tentang makan berlebihan) mungkin berkontribusi terhadap perilaku makan. Beberapa model kognitif menggabungkan pandangan orang lain dalam bentuk konstruk 'norma subjektif'. Ini tidak cukup membahas peran sentral yang dimainkan orang lain dalam perilaku sosial seperti makan. PART SIX Perhatian berat badan dan peran ketidakpuasan tubuh dan diet Apa itu ketidakpuasan tubuh? Ketidakpuasan tubuh dapat dikonseptualisasikan sebagai perbedaan antara persepsi individu tentang ukuran tubuh mereka dan ukuran tubuh mereka yang sebenarnya, perbedaan antara persepsi mereka tentang ukuran sebenarnya mereka dibandingkan dengan ukuran ideal mereka, atau hanya sebagai perasaan ketidakpuasan dengan ukuran dan bentuk tubuh. Faktor Penyebab Ketidakpuasan Tubuh : Faktor Sosial Faktor Psikologis Peran media Beliefs Etnis Hubungan ibu Kelas sosial dan anak Keluarga perempuan Peran kontrol Diet Ketidakpuasan tubuh secara konsisten terkait dengan diet dan berusaha untuk makan lebih sedikit. Diet dan mengurangi makan Makan yang terkendali bertujuan untuk mengurangi asupan makanan dan beberapa penelitian telah menemukan bahwa kadang-kadang tujuan ini berhasil. Diet dan makan berlebihan Beberapa penelitian telah menyarankan bahwa tingkat yang lebih tinggi dari menahan makan berhubungan dengan peningkatan asupan makanan. THANKS HELLO SUMMER Stress Psikologi Kesehatan dan Keperawatan Title and Content Layout with List Pengalaman Stress dlm hidup Apa itu Stress ? Sumber Stress Pada situasi apa stress dapat mempengaruhi Kesehatan ? Model-model stres kesehatan Pengelolaan stress 1. Pengalaman Stress dlm hidup Apa yang kamu alami selama beberapa bulan belakangan ini? Cerita Vicky: Kurang tidur Permasalahan relasi Kekhawatiran ttg cita-cita Kamu? Pengalaman Stres Fight or Flight Menurut Canon, Ketika organisme merasakan adanya suatu ancaman maka secara cepat tubuh akan terangsang dan temotivasi melalui system syaraf simpatetik dan endokrin. Respon fisiologis ini akan mendorong individu menyerang atau melarikan diri Pendekatan Stres 1. Stres sebagai stimulus Berfokus pada lingkungan dan menggambarkan stress sebagai variable bebas Ex: “banyak stress di tempat kerja saya” Individu potensial bertemu secara terus menerus dengan sumber stress yg ada di lingkungan Kelemahan model ini adalah tidak ada keriteria objektif yang bisa mengukur situasi penuh stress Pendekatan Stres 2. Stres sebagai Respon Berfokus pada reaksi seseorang terhadap stressor Ex: seseorang merasa stress Ketika diminta berpidato di depan umum Respon yang dialami memiliki 2 komponen : Fisiologis: berdebar, mules, berkeringat Psikologis : perilaku, pola piker, emosi Respon2 ini disebut dengan strain atau ketegangan Konsep Stres sebagai respon dipandang dari perspektif fight or flight dan GAS Pendekatan Stres 3. Stres sebagai Interaksi antara individu dan Lingkungan Menggambarkan stress sebagai suatu proses yang meliputi stressor dan strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan Interaksi antara manusia dengan lingkungan yang saling mempengaruhi disebut transasksional. Dalam hal ini termasuk jg proses penyesuaian. Disini stress bukan sekedar stimulus atau respon, namun individu adalah agent yang aktif yg dapat mempengaruhi stressor melalui strategi kognitif, emosi dan perilaku Sehingga wajar jika kita melihat bahwa individu memberikan reaksi yang berbeda pada stressor yang sama 2. Apa itu stress? Definisi Stres Sarafino , 1990 (pendekatan biopsikososial) Suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan2 yang berasal dari situasi dengan sumber2 daya system biologis , psikologis dan social dari seseorang Konsep ini sesuai dengan Sutherland & Chooper (1990) Definisi Stres Sutherland & Chooper (1990) a) Penilaian kognitif : stress adalah pengalaman subjektif yang mungkin didasarkan pada pengalaman persepsi terhadap situasi yg tdk semata2 tampak dilingkungan b) Pengalaman : suatu situasi yang bergantung pada tingkat keakraban dengan situasi , keterbukaan semula (previous exposure), proses belajar, kemampuan nyata dan konsep reinforcement c) Tuntutan : tekanan, tuntutan, keinginan, atau rangsangan2 yang segera sifatnya yang mempengaruhi cara2 tuntutan yang dapat di terima d) Pengaruh interpersonal : ada tidaknya factor situasional dan latar belakang yg mempengaruhi pengalaman subjektif, respon dan perilaku coping. e) Keadaan stress (a state of stres) merupakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dirasakan dengan kemampuan yang dirasakan Penilaian Psikologis terhadap Stress Lazarus, Cohen & Folkman a) Ketika individu dihadakan dengan lingkungan yang baru, atau berubah lingkungan maka mereka melakukan penilaian awal (Primary appraissal) untuk menentukan arti dari kejadian tersebut 🡪 positif, negative, netral b) Penilaian sekunder (secondary appraisal): pengukuran terhadap kemampuan coping dan sumber2nya, serta apakah mereka akan bisa menghadapi, kerusakan, ancaman dan tantangan terhadap kejadian. Ex: saya dapat melakukan jika saya berusaha keras. Pengalaman stress yg subjektif adalah gabungan dari keduanya Penilaian Psikologis terhadap Stress Teori Self-Regulasi (Howard Leventhal) Terdapat 3 variable a) Representasi terhadap kelompok stress : meliputi 2 proses parallel 🡪 menghadapi kondisi bahaya & menghadapi rasa takut b) Coping : prosedur untuk bertindak c) Proses penilaian : evaluasi terhadap coping Outcome nya berbeda2, menunjukan masing2 elemen memiliki pengalaman sendiri2 Variabel & Proses dalam psikologi stress & control terhadap stress, diklarifikasikan dalm 3 Kelompok 1. Representasi terhadap kondisi stress 2. Coping 3. Evaluasi 3. Sumber Stress Sumber2 Stress Merupakan potensi yang ada di lingkungan a) Sumber stres di dalam diri sendiri: kesakitan (illness), b) Sumber stress di dalam keluarga c) Sumber stress di dalam komunitas: contoh nya occupational stress Occupational Stress Setiap pekerjaan memiliki stress agent a) Lingkungan fisik yg terlalu menekan : bising, udara, penerangan dkk b) Kurang control yg dirasakan c) Kurangny hubungan interpersonal d) Kurangnya pengakuan terhadap kemajuan kerja: tdk mendapat promosi yang selayaknya diterima Sumber manajerial stress Sutherland & Cooper (1990) 1. Stressor yg berada dalam pekerjaan itu sendiri Pekerjaan adalah agen stress. 2. Konflik peran : kerja yg tidak jelas jobdesknya Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan kebebasan mengambil keputusan yg rendah 🡪 sakit jantung 3. Masalah dlm hubungan dengan orang lain Pekerjaan yg ‘mengancam’ 4. Perkembangan karir: under/ over promotion , keselamatan kerja Mereka yg tdk punya peluang untuk bekerja di tempat lain 🡪 low self esteem & tekanan darah tinggi 5. Iklim dan struktur organisasi : budaya organisasi Pengangguran 🡪 sejalan dengan jantung, sirosis, dan 6. Konflik antara tuntutan kerja dan keluarga bunuh diri 🡪 tingginya kadar hormone stress dan ketidakberdayaan yg dipelajari. Tingkat keseriusan stresor Tidak semua mengalami PTSD , kenapa? Kejadian hidup mayor Adanya factor protektif (ketahanan dkk) Pertengkaran sehari2 Kejadian traumatis yang ekstrim 🡪 PTSD Note: kejadian traumatis yg ekstrim berhubungan dengan peranan kognisi seseorang (proses2 internal yg ada pd individu, yaitu bagaimana mereka memberi arti terhadap pengalaman mereka) Pendekatan Stress Perkembangan Hurrelman & Losel (1990) Jenis stressor paling penting di 3 tahap kehidupan yg utama: Setiap tahap perkembangan manusia dihadapkan pd 1. Kanak-kanak : banyak dipengaruhi oelh lingkungan tuntutan lingkungan yg spesifik keluarga. dalam tahap ini anak mengembangkan strategi coping Tahap perkembangan yang berbeda, stressor yg sama dapat mempunyai arti berbeda. 2. Remaja: jenis kejadian lebih pribadi dan sdkit melibatkan anggota keluarga. Meningkatnya Contoh : tingkatan kesakitan tgt pd keadaan sakit dan perkembangan social mengubah orientasi individu umur individu. Umur menjadi factor penting, kenapa? 3. Orang dewasa: tgt jenis tugasnya🡪 menjadi ortu, bekerja, pensiuan, kematian pasangan dan teman Note : pd akhirnya stressor ini akan mempengaruhi perkembangan itu individu 4. Pada situasi apa stress dapat mempengaruhi Kesehatan ? Pada situasi apa stress dapat mempengaruhi Kesehatan ? 1. Faktor2 yang mengubah pengalaman stress a) Variable dalam kondisi individu : umur, tahap kehidupan, jenis kelamin b) Karakteristik kepribadian c) Variabel social –kognitif d) Hubungan dengan lingkungan social e) Strategi coping 2. Dukungan Sosial sebagai salah satu perubah stress Dukungan social telah menjadi banyak sorotan dihubungkan dengan stress dan Kesehatan Jenis dukungan social : a) Dukungan emosional : empati , kepedulian, perhatian b) Dukungan penghargaan : ungkapan hormat positif, dorongan maju, persetujuan , perbandingan positif, c) Dukungan instrumental: bantuan langsung seperti pinjaman d) Dujungan informatif : nasehat, saran, umpan balik 2. Dukungan Sosial sebagai salah satu perubah stress, (lanjut….) Hipotesis Penyangga 🡪 dukungan social mempengaruhi Kesehatan dengan melindungi orang itu terhadap efek negative dari stress yg berat. Orang yg memiliki dukungan social yg tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stress. Cntoh : dapat masalah lalu curhat Hipotesis “Efek Langsung” 🡪 duk sos bermanfaat bagi Kesehatan dan kesejahteraan tidak peduli banyaknya stresyg dialami orang. Cntoh: orang yg dukungan sosialnya tinggai memiliki penghargaan yang tinggi sehingga tidak mudah diserang stress Note : hubungan dukungan social dan Kesehatan itu sangat kompleks dan spesifik. Misalnya pda kasus kanker. Pada setiap fase penyakit kanker, asien kanker membutuhkan dukungan social yg berbeda. 5. Model-model stres kesehatan Model-Model Stress Kesehatan 1. The direct Route 2. The personality Route 3. The interactive Route 4. The Health Behaviour Route 5. The Illness Behaviour Route 1. The Direct Route Stres dapat menghasilkan perubahan fisiologis dan psikologis yg menyebabkan berkembangnya suatu penyakit dan mempengaruhi Kesehatan. Perasaan stress dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan fisiologis seperti asma, penyakit kepala kronis, rematik artritis dan beberapa penyakit kulit. 2. The Personality Route Kepribadian mempengaruhi individu untuk mengalami stress, yang kemudian akan mempengaruhi kesakitan 3. The Interactive Route Mengarah pada ketidak-kekebalan yg ada sebelumnya baik psikologis maupun fisik Model ini menyatakan bahwa stress hanya dapat mengarah pada kesakitan hanya bagi orang yg mempunyai sifat mudah kena serang. Misal keluarga rentan kena infeksi, akan mempengaruhi persepsinya terhadap dirinya maupun terhadap situasi. 4. The Health Behaviour Route Stres dapat secara tidak langsung mempengaruhi kesakitan dengan cara mengubah pola perilaku individu. Contoh : stress membuat individu merokok atau bertambah konsumsi alcohol nya 5. The Illness behavior Route Stres dapat secara langsung mempengaruhi perilaku kesakitan seseorang tanpa menyebabkan penyakit. Contoh : orang menganggap gejala yg disebabkan oleh stress sebagai tanda kesakitan dirinya. Sehingga bisa berbaring sakit agar mendapat perhatian dan dispensasi. 6. Pengelolaan stress Pengelolaan Stress “… the way people cope with stress may be even more important to overall morale, social functioning and health/illness than the frequency and severity of episodes of stress themselves…” Rutter, 1983 Coping adalah “… suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun lingkungan) dengan sumber2 daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressful…”(Sarafino & Taylor, 1991) Fungsi dan jenis coping Dibagi menjadi 2 (Sarafino, 1990) dalam Smet : 1. emotion Focused Coping : Mengatur respon emosionla terhadap stress. Bagaimana meniadakan fakta2 yg tidak menyenangkan. Ketika seseorang tidak mampu mengubah kondisi yang stressfull, individu akan cenderung untuk mengatur emosinya. 2. Problem Focused Coping : Untuk mengurangi stressor , individu akan mengatasi dengan mempelajari cara atau ketrampilan baru. Individu akan menggunakan strategi ini bila ia yakin akan dapat mengubah situasi. Metode ini sering digunakan pada orang dewasa. Strategi coping menurut Taylor (1991) : 1. Konfrontasi 2. Mencari dukungan social 3. Merencanakan pemecahan masalah 4. Kontrol diri 5. Membuat jarak 6. Positif reappraisal 7. Menerima tanggung jawab 8. Lari (escape/ avoidance) Note Tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk semua situasi stress. Tidak ada strategi yang paling berhasil. Strategi coping yang paling berhasil adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi (Rutter, 1983). Keberhasilan coping lebih tergantung pada penggabungan strategi copingyang sesuai dengan ciri masing2 kejadian, daripada mencoba menemukan satu coping yang paling berhasil (Smet, 1994) Coping strategi apa yang kamu gunakan? Yuk Cek Stressfull event Strategy coping Berhasil Tidak berhasil evaluasi yang kamu lakukan Reduksi Potensi untuk Stress dan Pengelolaan Stress Beberapa aspek kehidupan manusia dapat mengurangi potensi berkembangnya stressor dan membantu individu mengatasi stress. Meningkatkan dukungan social Meningkatkan control pribadi Manajemen stress 🡪 focus pada pengurangan reaksi stress. Teknik pengelolaan stress dapat digunakan untuk mengurangi resiko penyakit jantung Screening Kesehatan Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog Apa itu screening? 01. Click here to add a subtitle Pedoman dalam screening 02. Click here to add a subtitle CONTENT Faktor psikologis untuk mengikuti screening 03. Click here to add a subtitle Efek skrining pada keadaan psikologis individu 04. Click here to add a subtitle PART 01 Apa itu screening? Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog yang rehabilitasi ditujukan pasien untuk atau mendetek intervensi Tersier si penyakit pengobata pada n sekali Mengacu Pencegahan tahap penyakit pada perkemba telah modifikasi ngan memanife faktor tanpa stasikan risiko gejala Sekunder dirinya. (seperti sehingga merokok, perkemba Pencegahan diet, ngannya asupan dapat alkohol) dihentikan sebelum atau onset Primer terhambat. penyakit. Skrining Promosi merupaka Pencegahan kesehatan n salah yang satu baru-baru bentuk ini kesehatan : pencegah dikemban an gkan sekunder. Bentuk pencegahan untuk meningkatkan kampanye adalah Program skrining (pencegahan sekunder) berupa pemeriksaan kesehatan. Tujuan skrining : untuk mendeteksi masalah tanpa gejala yang nampak. Skrining primer : skrining dapat menemukan risiko penyakit. Misalnya, skrining serviks dapat mendeteksi sel-sel prakanker yang menempatkan individu pada risiko kanker serviks Skrining sekunder : skrining dapat mendeteksi penyakit itu sendiri. Misalnya, mammogram dapat menemukan kanker payudara, Jenis screening : skrining oportunistik, yang melibatkan penggunaan waktu ketika seorang pasien terlibat dengan layanan medis untuk mengukur aspek kesehatan. Misalnya, ketika melihat pasien sakit tenggorokan, dokter umum mungkin memutuskan untuk juga periksa tekanan darah mereka Skrining populasi, yang melibatkan pengaturan layanan khusus ditujukan untuk mengidentifikasi masalah. Misalnya, program saat ini melibatkan skrining serviks dan skrining payudara. Screening sebagai alat sebagai metode hemat biaya untuk mencegah penyakit menyediakan statistik tentang prevalensi dan insiden berbagai gangguan dan penyakit. PART 02 Pedoman dalam screening Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog Pedoman untuk dilakukan screening Wilson (1965) menguraikan serangkaian kriteria screening : Penyakit harus cukup lazim dan/atau cukup serius untuk ditangani secara dini deteksi yang sesuai. Penyakit harus didefinisikan dengan cukup baik untuk memungkinkan diagnosis yang akurat. Harus ada kemungkinan (atau probabilitas) bahwa penyakit itu ada dan tidak terdiagnosis di banyak kasus (yaitu bahwa penyakit ini tidak begitu bermanifestasi dengan gejala untuk mempercepat diagnosis hampir tak terelakkan). Harus ada hasil yang bermanfaat dari diagnosis dini dalam hal pengobatan penyakit atau pencegahan komplikasi. Harus ada tes skrining yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan nilai prediksi yang cukup positif dalam populasi yang akan disaring. PART 03 Faktor psikologis untuk mengikuti screening Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog Faktor Psikologis Untuk Mengikuti Screening Faktor profesional Faktor pasien kesehatan keyakinan terhadap demografis profesional kesehatan perilaku bersama keyakinan dengan pasien faktor emosional faktor konstektual Faktor Pasien Faktor demografis Jenis kelamin dan usia mempengaruhi individu untuk mengikuti screening penyakit Keyakinan kesehatan Bish et al. (2000) TPB adalah prediktor yang lebih baik dari niat perilaku tetapi tidak ada model yang berhasil memprediksi follow up pelaksanaan screening scr aktual Pakenham dkk. (2000) juga menggunakan model kepercayaan kesehatan dalam hubungannya dengan pengetahuan dan variabel sosiodemografi untuk memprediksi kehadiran kembali untuk screening mamografi. Faktor emosional kecemasan, ketakutan, ketidakpastian dan perasaan tidak senonoh juga telah terbukti berhubungan dengan pelaksanaan screening individu. Faktor kontekstual. Smith dkk. (2002) menunjukkan bahwa wanita sering menunjukkan keyakinan yang kompleks dan terkadang kontradiktif tentang status risiko mereka untuk penyakit yang berhubungan dengan faktor-faktor seperti prevalensi dalam keluarga, ukuran keluarga. Faktor Profesional Kesehatan Keyakinan terhadap profesional kesehatan keyakinan pada efektivitas skrining waktu yang dihabiskan untuk skrining terampil menggunakan dan menganalisis tes Perilaku bersama dengan pasien sikap dokter yg objektif dan partisipasi aktif dokter komunikatif PART 04 Efek skrining pada keadaan psikologis individu Rini Setyowati, S.Psi., M.Psi., Psikolog Efek skrining pada keadaan psikologis individu Screening menyebabkan keterkejutan, kecemasan, depresi Gejala sisa psikologis ini dapat menjadi hasil dari berbagai tahap yang berbeda dari proses penyaringan: Penerimaan undangan penyaringan. mempengaruhi perilaku individu, tetapi juga keadaan psikologis (kecemasan) mereka. Penerimaan hasil negatif. hasil negatif dapat menciptakan rasa aman atau tidak ada perubahan kecemasan Orang mungkin tidak diyakinkan oleh hasil negatif karena dua alasan. Pertama, mereka mungkin memegang keyakinan tentang penyebab penyakit yang tidak secara langsung memetakan ke penyebab menjadi untuk diuji. Kedua, mereka mungkin menunjukkan kurangnya keyakinan dalam ujian itu sendiri. Efek skrining pada keadaan psikologis individu Gejala sisa psikologis ini dapat menjadi hasil dari berbagai tahap yang berbeda dari proses penyaringan: Penerimaan hasil positif. hasil positif dapat terkait dengan berbagai emosi negatif mulai dari khawatir hingga kecemasan dan terkejut dan depresi. setelah diagnosis, wanita mengalami tingkat pikiran mengganggu, penghindaran dan tingkat kemarahan yang tinggi. Selain itu, diagnosa mempengaruhi citra tubuh dan seksualitas mereka. Efek dari intervensi selanjutnya. diagnosis berikut skrining adalah faktor yang menciptakan kesusahan dan selanjutnya pengobatan dianggap sebagai intervensi yang konstruktif dan berguna. Adanya program penyaringan. keberadaan program skrining dapat mempengaruhi keyakinan sosial tentang apa yang sehat dan dapat mengubah sikap masyarakat terhadap kondisi yang diskrining Thank YOU