Pokok Bahasan 10: Kode Etik Keperawatan PDF

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Summary

The document discusses the code of ethics for nursing and the importance of caring behaviors in nursing practice. It details the concept of caring and its application in nursing practice, including communication and interpersonal skills. The document also touches upon the importance of ethical considerations for behavior in the nursing profession.

Full Transcript

**Pokok Bahasan 10** **KODE ETIK KEPERAWATAN** **KODE ETIK KEPERAWATAN** A. URAIAN MATERI 1. **Sikap dan Perilaku Keperawatan.** Pelayanan keperawatan yang terbaik dapat diwujudkan dengan perilaku caring. Perilaku caring merupakan suatu sikap yang penuh kepedulian dan perhatian kepada pasien,...

**Pokok Bahasan 10** **KODE ETIK KEPERAWATAN** **KODE ETIK KEPERAWATAN** A. URAIAN MATERI 1. **Sikap dan Perilaku Keperawatan.** Pelayanan keperawatan yang terbaik dapat diwujudkan dengan perilaku caring. Perilaku caring merupakan suatu sikap yang penuh kepedulian dan perhatian kepada pasien, sehingga pasien merasa dilindungi dan dihargai. Perawat harus dapat melayani klien dengan sepenuh hati dan memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain, keterampilan intelektual, tehnikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku *caring* (Dwidiyanti, 2007)*.* Selanjutnya Benner (1989 dalam Potter & Perry, 2009) menggambarkan inti dari praktik keperawatan yang baik adalah perilaku caring(Potter & Perry, 2009). Hubungan perawat dan klien adalah hubungan yang wajib dipertanggung jawabkan secara professional (Tomey and Alligod, 1994). Menurut Jean Watson (1979) meyakini bahwa praktik *caring* adalah inti dari keperawatan, hal ini merupakan fokus pemersatu dalam keperawatan. Intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia disebut sebagai *carrative factors*, yakni panduan yang disebut Watson sebagai "Inti Keperawatan"(Watson, 2009). Perilaku caring perawat belum diaplikasikan secara maksimal didalam pelayanan keperawatan, salah satu cara meningkatkan caring adalah dengan melakukan pengarahan secara intensif. (Dedi & Afiyanti,n.d.) Pengarahan yang dilakukan adalah dengan melakukan *in houst training* 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun), melakukan *in house training* komunikasi terapiutik, *in house training* profesionalisme perawat, *in house training* supervise kepala ruangan, *in house training critical thinking, in house training service excellent.* Dalam perencanaan *in house training* diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit. 2. **Konsep Caring** *Caring* merupakan suatu perilaku atau tindakan yang dilakukan untuk memberikan rasa aman secara fisik dan emosi dengan orang lain secara tulus. *Caring* merupakan sentral untuk praktek keperawatan, seorang perawat dituntut untuk lebih peduli kepada pasien (Kusnanto, 2019). Dalam menyelenggarakan praktik professional, seorang perawat adalah *care provider* karena perawat mempunyai tugas utama sebagai pemberi asuhan keperawatan yang komprehensif. Menurut teori *Nursing as Caring* (Anne et al, 2021) bahkan menyebutkan bahwa perilaku *caring* diharapkan menjadi bagian dari filosofi seorang perawat sebagai bentuk dari realisasi dan aktualisasi diri yang disebut sebagai bahasa *caring* perawat. Perawat berada 24 jam di sisi pasien bukan hanya hadir secara fisik namun hadir secara "hati" karena dalam memberikan asuhan keperawatan bukan lagi demi kepuasan perawat akan tetapi difokuskan pada kepentingan dan kepuasan pasien dimana hasil akhir dari rangkaian asuhan keperawatan ini adalah kesembuhan pasien secara jasmani dan rohani. Perilaku *caring* dapat kita wujudkan mulai dari hal kecil, bahkan sepele, seperti menyapa pasien, memanggil namanya, menanyakan keluhan dengan penuh perhatian, melakukan kontak mata saat berkomunikasi, melakukan sentuhan saat dibutuhkan sehingga pasien merasa bukan sebagai obyek (benda mati) akan tetapi sebagai subyek yang butuh diakui keberadaannya, keluhan dan perasaannya saat membutuhkan kehadiran seorang perawat. Sebagai contoh pengalaman dari seorang pasien yang mengatakan bahwa dirinya merasa nyeri berangsur hilang hanya dengan didengarkan keluhannya, perawat hadir di sisinya, menggali perasaannya. Ternyata perilaku *caring* dapat menjadi sebuah terapi *placebo* atau dapat sebagai distraksi dari apa yang dirasakan pasien. Perilaku *caring* dapat kita tumbuhkan dengan mengubah cara pandang kita, berani mencoba menilai dari perspektif lain, tanamkan dalam benak kita saat merawat pasien, bilamana pasien ini adalah kedua orangtuaku? bilamana pasien ini adalah kakak/adikku? bilamana pasien ini adalah suami/istriku? bilamana pasien ini adalah anakku? bukankan kita akan selalu memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang kita cintai? Perilaku *caring* seyogyanya melekat dalam diri seorang perawat, apalah artinya perawat tanpa *caring*, akan terasa tidak berbeda dengan istilah 'tukang suntik', 'tukang memandikan', 'tukang menyuapi' dimana hal tersebut jauh dari profil seorang perawat professional. Akhir kata dari penulis, *"nursing without caring is nothing"* jadilah perawat yang sesungguhnya, yang hadir secara jasmani dan rohani, merawat dengan sepenuh hati, karena itulah harta berharga yang dimiliki seorang perawat dan tidak ditemui dalam profesi yang lain. Caring sebagai sebuah suatu sikap, rasa peduli, hormat dan menghargai orang lain, artinya memberikan perhatian yang lebih kepada seseorang dan bagaimana seseorang itu bertindak, *Caring* mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu perhatian, tanggung jawab, dan dilakukan dengan ikhlas. *Caring* juga merupakan sikap peduli, menghormati dan menghargai orang lain, artinya memberi perhatian dan mempelajari kesukaan-kesukaan seseorang dan bagaimana seseorang berfikir dan bertindak. (Dwidiyanti, 2007; Sitorus, 2007), Selanjutnya Waston memberikan sikap Caring yang dikenal dengan 10 sikap Caring Waston: a. **Sikap Caring Waston.** Sikap *caring *sangat penting, Watson mencetuskan teori *caring* memiliki faktor-faktor pembentuk sikap *caring *dalam dunia keperawatan yang kemudian dikenal dengan **"10 Faktor Karatif Caring".** Berikut adalah 10 Faktor Karatif Caring : 1. Membangun suatu sistem nilai *altruistik*. Dalam faktor ini, perawat dapat memberikan kasih sayang serta memiliki sikap yang terbuka pada klien (Yuda, 2018) 2. Membangun rasa kepercayaan dan harapan. Hal ini dilakukan perawat dengan menjalin hubungan terapeutik bersama klien dengan tujuan untuk menawarkan suatu bantuan. 3. Mengembangkan rasa sensitif baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Faktor ini dapat dilakukan dengan belajar untuk menerima keadaan diri sendiri dan orang lain. 4. Membentuk sikap pertolongan dan kepercayaan. Hal ini dapat dilakukan perawat melalui komunikasi efektif bersama klien untuk membentuk dan menopang pertolongan-kepercayaan. 5. Menawarkan serta mengungkapkan perasaan negatif maupun positif. Perawat dapat membantu dan menerima perasaan klien dengan menunjukkan bahwa kita siap untuk berbagi perasaan. 6. Dalam menyelesaikan masalah perlu menggunakan proses *caring* yang inovatif. 7. Menawarkan kegiatan belajar dan mengajar. Dalam faktor ini, perawat belajar bersama-sama ketika mengajarkan klien untuk melakukan perawatan diri. Selain itu, klien juga memiliki tanggung jawab untuk belajar bersama dengan perawat. 8. Memfasilitasi dukungan, perlindungan, serta perbaikan secara fisik, mental, sosial, serta spiritual dengan membangun suasana yang nyaman, damai, dan adanya rasa kebersamaan, keindahan serta kepercayaan pada semua tingkatan fisik maupun non-fisik. 9. Mendapatkan bantuan manusia dengan membantu klien untuk memenuhi kebutuhan dasar dengan mengacu pada sikap *caring*. 10. Memperkenankan adanya kekuatan fenomena yang bersifat spiritual. Dalam hal ini. perawat memberikan pengertian secara spiritual untuk memberikan gambaran yang lebih baik mengenai kondisi yang sedang dirasakan. Biasanya, hal ini dilakukan perawat dalam menangani klien dengan kondisi menjelang ajal (Potter & Perry, 2009). Dari kesepuluh faktor karatif tersebut, Watson merumuskan tiga faktor karatif yang menjadi filosofi dasar dari konsep *caring*. Tiga faktor karatif tersebut adalah: pembentukan sistem nilai *humanistik* dan *altruistik*, memberikan harapan dan kepercayaan, serta menumbuhkan sensitifitas terhadap diri sendiri dan orang lain (Julia, 1995). b. **Asumsi dasar Caring:** Watson menemukan tujuh asumsi dasar tentang caring, asumsi yang diberikan tentang caring: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | | | | | | +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | | | | | | +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | | | a. | | a. b. | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | b. Asuhan | | c. d. | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | c. | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | d. Respon | | | | | | asuhan | | | | | | keperaw | | | | | | atan | | | | | | tidak | | | | | | hanya | | | +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ | | | e. Lingkun | | e. *Persoo | | | | gan | | nhood* | | | | asuhan | | bisa | | | | keperaw | | muncul | | | | atan | | melalui | | | | adalah | | kontak/ | | | | sesuatu | | komunik | | | | yang | | asi | | | | menawar | | antara | | | | kan | | perawat | | | | kemungk | | dan | | | | inan | | yang di | | | | perkemb | | rawat. | | | | angan | | | | | | potensi | | f. Keperaw | | | | dan | | atan | | | | memberi | | adalah | | | | kelelua | | ilmu | | | | saan | | dalam | | | | bagi | | profesi | | | | seseora | |. | | | | ng | | | | | | untuk | | | | | | memilih | | | | | | kegiata | | | | | | n | | | | | | yang | | | | | | terbaik | | | | | | bagi | | | | | | dirinya | | | | | | dalam | | | | | | waktu | | | | | | yang | | | | | | telah | | | | | | ditentu | | | | | | kan. | | | | | | | | | | | | f. Asuhan | | | | | | keperaw | | | | | | atan | | | | | | lebih | | | | | | bersifa | | | | | | t | | | | | | *health | | | | | | genik* | | | | | | (menyeh | | | | | | atkan) | | | | | | daripad | | | | | | a | | | | | | *curing | | | | | | *(mengob | | | | | | ati). | | | | | | | | | | | | g. Praktik | | | | | | *caring | | | | | | * | | | | | | merupak | | | | | | an | | | | | | pusat | | | | | | keperaw | | | | | | atan. | | | +=============+=============+=============+=============+=============+ | | | | | | +-------------+-------------+-------------+-------------+-------------+ +-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+ | | 1. | 1. *Maintaini | a. *Focus and | | | | ng belief* | intention | | | | | of nursing* | | | | 2. 3. | | | | 2. 3. 4. 5. | | b. *Perspectiv | | | 6. 7. 8. 9. | | e | | | 10. | | of persons | | | | 4. 5. | as caring* | | | | | | | | | | c. | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | d. *Personhood | | | | | * | | | | | | | | | | e. *Direct | | | | | invitation* | | | | | | | | | | f. *Call for | | | | | nursing* | | | | | | | | | | g. | | | | | | | | | | *between* | | | | | | | | | | h. | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | i. *Story as | | | | | method for | | | | | knowing | | | | | nursing* | +-----------------+-----------------+-----------------+-----------------+ 3. **Sikap yang berkaitan dengan profesi keperawatan)** a. **Perilaku agresif.** 1. **Pengertian:** Perilaku agresif adalah perilaku fisik maupun perilaku verbal yang diniatkan untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresi (Myers, 2010: 69). Agresif adalah kemarahan yang meluap-luap dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar (Kartono, 2000: 57). Krahe (2005: 16) mengemukakan agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu. Perilaku agresif adalah tingkah laku yang bertujuan melukai atau menyakiti seseorang atau sesuatu benda, baik secara verbal maupun nonverbal, yang menimbulkan permusuhan (Prastika, 2005: 85). Perilaku agresi adalah tanggapan yang mampu memberikan stimulus merugikan/merusak terhadap organisme lain (Hanurawan, 2010: 81). Perilaku agresif adalah perilaku yang melukai orang lain (Sears, Jonathan & Peplau, 1985: 3). Beberapa contoh perilaku agresif, antara lain: Menyerang secara fisik, seperti memukul, menendang, atau merusak, Berteriak, mengumpat, dan berkata kasar, Bergosip atau menyebarkan rumor tentang teman sekelas, Dengan sengaja memecahkan barang favorit orang lain, Mengempeskan ban rekan kerja, dsb. Perilaku agresif dapat dipicu oleh situasi dan rangsangan dari luar yang tidak menyenangkan. Beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya perilaku agresif, antara lain: Frustasi, Faktor keluarga, 2. **Tipe-tipe agresif.** Perilaku agresif mempunyai banyak jenis, ada agresif yang merugikan, dan tidak merugikan. Secara umum menurut Myers (2010: 69-70) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu: a. Agresi rasa benci atau agresi emosi ( hostile aggression), ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Pada pelaku agresif ini dia tidak peduli dengan akibat perbuatannya dan lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaatannya. Hostile aggression berasal dari kemarahan yang bertujuan untuk melukai, merusak,atau merugikan. b. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain. (instrumental aggression), umumnya tidak disertai dengan emosi. Bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini hanya untuk mencapai tujuan lain. Instrumental aggression bertujuan untuk melukai, merusak, atau merugikan, tetapi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan lainnya. Perilaku agresif mempunyai banyak jenis, ada agresif yang merugikan, dan tidak merugikan. Secara umum menurut Myers (2010: 69-70) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu: 1. Agresi rasa benci atau agresi emosi ( hostile aggression), ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Pada pelaku agresi ini dia tidak peduli dengan akibat perbuatannya dan lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaatannya. Hostile aggression berasal dari kemarahan yang bertujuan untuk melukai, merusak,atau merugikan. 2. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental aggression), umumnya tidak disertai dengan emosi. Bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini hanya untuk mencapai tujuan lain. Instrumental aggression bertujuan untuk melukai, merusak, atau merugikan, tetapi hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan lainnya. 3. Jenis Jenis Agresif: Menurut Buss (dalam Dayakisni, 2009: 212) mengelempokkan agresi manusia dalam delapan jenis, yaitu: a. Agresi fisik langsung, tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti: memukul, mendorong, menendang. b. Agresi fisik pasif langsung, tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti: demonstrasi, aksi mogok, aksi diam. c. Agresi fisik aktif tidak langsung, tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul, dll. d. Agresif fisik pasif tidak langsung, tindakan agresif fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya tidak terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh. e. Agresif verbal aktif langsung, yaitu tindakan agresif fisik yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain, seperti menghina, memaki, marah, mengump f. Agresif verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok lain dengan cara berhadapan dengan individu/kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti menolak bicara, bungkam. g. Agresi verbal aktif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu/kelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu domba. Agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu/ kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberikan dukungan, tidak menggunakan hak suara. b. **Perilaku submisif** Perilaku submisif adalah perilaku yang lemah, pasif, tidak mampu berkata tidak,mengorbankan diri sendiri,membiarkan orang lain mendominansi,tidak percaya diri,selalu bersikap manis,tidak menjadi masalah bagi orang lain. Submisif adalah tipe perilaku yang berkecenderungan menerima dan bahkan menyerah pada semua hal yang terjadi, sekalipun yang dihadapi itu buruk adanya. Yang menonjol dari perilaku ini adalah tidak mampu mengatakan "Tidak" pada kondisi dimana ia harus menyatakan "Tidak". Jelas perilaku seperti ini  menimbulkan berbagai masalah  baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang lain yaitu: tidak dapat dijadikan partner kerja yang baik dan sulit untuk berkembang. Individu dengan perilaku seperti ini akan selalu menghadapi berbagai hambatan dan selalu melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat menjatuhkan aktivitasnya. Orang yang berperilaku submisif cenderung tidak memfokuskan diri pada perkembangan dirinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki; mereka akan mengikuti apa saja yang menjadi keinginan pimpinan, keinginan keluarga, atau keinginan masyarakat. 1. Ciri: a. Menghindari konflik, b. mengalahkan kebutuhan diri, c. terhambat dalam mengungkapkan diri, d. dikuasai rasa takut, bersalah, tertekan, e. cenderung bereaksi dibelakang 2. Submisif perilaku yang: a. Menyerah pada permintaan orang lain b. Menomor duakan kebutuhan , perasaan diri pribadi c. Menganggap diri lebih rendah dari orang lain. 3. Isi pikiran: a. Menghindari menyakiti atau membuat marah orang lain b. Berusaha memperoleh persetujuan orang lain 4. Tanda non verbal: a. Ragu ragu, suara pelan b. Kontak mata sedikit c. Gerakan 'nervous' d. Tangan mencari pegangan e. Bahu turun, lengan melintang untuk melindungi diri 5. Contoh seseorang dengan perilaku submisif dalam mengeluarkan pendapat Contoh: a. 'Ini hanya pendapat saya, tapi...' b. 'Maaf mengganggu waktu anda, tapi...' c. 'Bila anda berpendapat demikian, kita akan...' c. **Perilaku asertif.\ **Asertif adalah kemampuan seseorang untuk mengutarakan pendapat atau perasaannya karena ia  sangat menghargai dirinya sendiri. Dalam mengutarakan sesuatu, individu asertif akan menghindari hal-hal yang dapat menyakiti atau menyalahkan dirinya dan orang lain. Ia tidak memanipulasi ketika sedang menyampaikan pesan. Selain itu, ia tahu akan keterbatasan dirinya sehingga tidak membiarkan dirinya sendiri dipaksa oleh orang lain karena mereka menginginkan sesuatu dari dirinya. Beberapa tips agar bisa menjadi pribadi yang asertif : 1. Menentukan sikap, pada hal yang disampaikan dengan menerima atau menolak suatu hal. Jika ragu dan belum bisa menentukan sikap, mintalah waktu untuk berpikir. 2. Bertanyalah untuk memperjelas dan mencerna kembali jika belum jelas. 3. Untuk melakukan penolakan, gunakan kata "tidak" untuk mempertegas maksud. 4. Ekspresikan dan perlihatkan gerak tubuh yang sesuai dengan ucapan karena kebanyakan orang menampilkan ekspresi yang bertolak belakang dengan maksud ucapan verbalnya. 5. Lakukanlah negosiasi untuk menemukan jalan tengah. Jika dalam proses komunikasi ada pihak yang sangat memaksamu, maka alternatif tindakan yang dapat kamu lakukan: mendiamkan, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan menghentikan percakapan. 6. Menjadi asertif memang bukan hal yang mudah, kita harus melewati proses belajar yang cukup memakan waktu. Namun, menjadi asertif dapat mengurangi beban pikiran karena menjadi asertif dapat membuat diri kita mampu menyatakan sikap tanpa perlu dipenuhi rasa bersalah, namun tetap membuka lebar telinga kita terhadap berbagai respon yang muncul, dengan ciri-Ciri: - Berani mengungkapkan pikiran, perasaan, kebutuhan, hak pribadi, dengan memperhatikan pikiran, perasaan orang lain. - Memperhatikan kebutuhan dan perasaan diri sendiri, namun juga menghargai hak orang lain. - Percaya, menghormati diri dan orang lain menekankan penyelesaian masalah secara efektif - Suara sedang, namun tegas menatap langsung, tidak mendominir ekspresi wajah dan postur relax. 4. **Etika*, Profesi dan Profesionalisme*** Etika & Profesionalisme merupakan 2 hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lainnya, bisa kita bayangkan tanpa ada etika maka profesionalisme itu tidak mungkin, dan tanpa etika, profesionalisme tidak akan tercapai dan didapatkan oleh seseorang. Untuk meahami keduanya perlu diketahui terlebih dahulu perihal dari pengertian secara umum atau mendasarnya dari **Etika**, dan **Profesionalisme.** a. **Etika**\ Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah **"Ethos"**, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu**"Mos"** dan dalam bentuk jamaknya **"Mores"**, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. b. **Profesi**\ Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan "profesi" selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Pekerjaan tidak sama dengan profesi. Istilah yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan, namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa pekerjaan dan profesi adalah sama. Adapun dari kedua pengertian diatas, etika dan profesi adalah kedua hal yang saling berkaitan dan saling berpangku tangan, bisa kita bayangkan sendiri atau dalam kehidupan *real *hidup tanpa dibarengi dengan etika adalah **"nol" **dan hidup tanpa memiliki profesi adalah **"nol"**. Dari kedua bahasan diatas, setiap orang memiliki pandangan sendiri-sendiri mengenai pengertian dari Etika dan Profesi, namun perlu diketahui juga bahwa untuk memiliki itu semua bukan merupakan perkara yang mudah walaupun pada dasarnya manusia memiliki akal sebagai alat berpikir. Etika dan Profesi adalah hal yang harus kita miliki untuk bisa hidup bermanfaat bagi umat manusia dan khususnya untuk diri sendiri. c. **Profesionalisme** Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya ter­dapat pada atau dilakukan oleh seorang profesional. Profesionalisme berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi, profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang profesional (Longman, 1987). B. LATIHAN SOAL URAIAN. C. PETUNJUK JAWABAN LATIHAN D. RINGKASAN MATERI POKOK BAHASAN E. TES FORMATIF F. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF G. UMPAN BALIK H. DAFTAR PUSTAKA

Use Quizgecko on...
Browser
Browser