Pengertian Zonasi dalam Perencanaan Kota PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Tags
Summary
This document discusses zoning in urban planning, covering its purpose, principles, types, and processes. It also elaborates on the various factors involved in zoning regulations, such as sustainable development and community engagement. It details theories of location and zoning.
Full Transcript
Pengertian Zonasi dalam dalam Perencanaan Kota Kota Zonasi dalam perencanaan kota mengacu pada pembagian wilayah wilayah untuk penggunaan tertentu, tertentu, seperti perumahan, komersial, industri, dan konservasi. Hal konservasi. Hal ini bertujuan untuk untuk mengatur pertumbuhan kota kota secara te...
Pengertian Zonasi dalam dalam Perencanaan Kota Kota Zonasi dalam perencanaan kota mengacu pada pembagian wilayah wilayah untuk penggunaan tertentu, tertentu, seperti perumahan, komersial, industri, dan konservasi. Hal konservasi. Hal ini bertujuan untuk untuk mengatur pertumbuhan kota kota secara terencana dan efisien. Tujuan Zonasi dalam Perencanaan Kota 1 Pengendalian Pertumbuhan Memastikan pertumbuhan kota yang terkendali sesuai dengan regulasi yang ada. 2 Peningkatan Kualitas Lingkungan Menjaga keseimbangan antara perkotaan dan lingkungan alam sekitarnya. 3 Pembangunan Berkelanjutan Mendorong pengembangan kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Prinsip-prinsip Zonasi dalam Perencanaan Kota Keberlanjutan Keseimbangan Spasial Keterpaduan Fungsional Melindungi sumber daya Mengatur distribusi lahan Mengintegrasikan fungsi- alam dan lingkungan untuk untuk menciptakan fungsi area perkotaan, generasi mendatang. keseimbangan antara seperti perumahan, penggunaan dan komersial, dan rekreasi. perlindungan. Jenis-jenis Zonasi dalam Perencanaan Kota 1 Residensial 2 Komersial Daerah untuk keperluan Lokasi untuk kegiatan bisnis, perumahan dan pemukiman perdagangan, dan jasa publik penduduk. lainnya. 3 Industri Kawasan khusus untuk kegiatan produksi dan pabrik. Proses Pengembangan Zonasi dalam Perencanaan Kota Penelitian Pengaturan Pelaksanaan Mengumpulkan data dan Menetapkan regulasi dan Implementasi zonasi sesuai menganalisis potensi serta kebijakan terkait tata guna dengan perencanaan dan kebutuhan wilayah. lahan. regulasi yang telah ditetapkan. Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Zonasi Pengaturan Pemantauan Menetapkan aturan dan standardisasi Mengawasi implementasi zonasi dan terkait dengan zonasi wilayah. menindak pelanggaran. Konsultasi Publik Terlibat dengan masyarakat dalam proses penetapan zonasi untuk memastikan kepentingan publik terakomodasi. Tantangan dalam Implementasi Zonasi dalam Perencanaan Kota 1 Kepentingan Beragam 2 Pelaksanaan yang Tepat Menangani kebutuhan dan Mengimplementasikan regulasi kepentingan berbagai pihak yang tanpa menghambat pertumbuhan berbeda terkait dengan zonasi dan inovasi. wilayah. 3 Perubahan Lingkungan Menyesuaikan zonasi dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan masyarakat seiring waktu. Manfaat Zonasi dalam Perencanaan Kota Keberlanjutan Kualitas Lingkungan Tata Ruang Menjaga keseimbangan Memelihara kualitas udara, Mengoptimalkan ekosistem dan air, dan tanah di wilayah pemanfaatan lahan dan keberlangsungan sumber perkotaan. ruang kota yang terbatas. daya alam. TEORI LOKASI DAN ZONNING Johann Heinrich von Thünen University of Rostock TEORI VON THUNEN Dikembangkan oleh Johan Heinrich Von Thunen Tahun 1826 diterbitkan buku Der isolierte Staat (negara yang terisolasi) Penggunaan lahan pertanian berdasarkan jarak dari kota Ukuran yang digunakan adalah sewa lahan maka disebut juga teori sewa lahan (Bid-Rent Theory) Semakin dekat dengan kota, maka sewa lahannya semakin mahal. Sehingga diperuntukkan untuk komoditi yang menguntungkan misalnya sayuran ASUMSI Lokasi tidak ada pengaruh luar (daerah terisolasi) Lahan tersebut merupakan dataran (Tidak ada gunung dan sungai yang menghalangi) Kesuburan sama di semua tempat Petani bertindak rasional HUBUNGAN JARAK DENGAN SEWA LAHAN 10 Pengaruh Jarak terhadap Sewa Lahan 10 9 9 8 8 7 7 Sewa lahan (juta Rp) 6 6 5 5 4 4 3 3 2 2 1 1 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sewa Lahan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Jarak (Km) Sewa Lahan Economic land rent Nilai lebih atau surplus yang diperoleh atas lahan, dimana lokasi lahan tersebut menghasilkan pendapatan yang lebih besar yang dapat menutupi biaya produksi Nilai lokasional ECONOMIC Nilai lebih yang dihasilkan lahan itu disebabkan faktor lokasi Nilai Instristik LAND RENT Nilai lebih yang dihasilkan lahan itu karena adanya nilai dalam lahan tersebut misalnya kesuburannya, adanya bahan mineral, kesesuaian jenis lahan untuk tanaman bernilai tinggi dlsb Nilai investasi Lahan tersebut pada masa yang akan datang nilainya akan meningkat 𝜋 = pQ − aQ − QT(𝑘) − 𝑅(𝑘) 𝜋 = Laba Bila labanya sama dengan nol 𝑝 = harga 0 = pQ − aQ − QT(𝑘) − 𝑅(𝑘) 𝑄 = Jumlah produk a = biaya produksi nilai sewa lahan T = biaya transportasi k = jarak lokasi ke pasar 𝑅(𝑘) = pQ − aQ − QT(𝑘) R = Harga sewa lahan NILAI LAHAN SEWA 1 TANAMAN R pQ aQ Qtk k p Q a t Nilai sewa lahan berdasarkan jarak 10 10 12 2 0 0 12 1 2 2 9 8 8 12 2 2 1 7 Nilai sewa lahan (juta Rp) 6 6 12 2 4 2 5 R 4 3 4 12 2 6 3 2 1 2 12 2 8 4 0 0 1 2 3 4 5 Jarak 0 12 2 10 5 NILAI LAHAN SEWA 2 TANAMAN Nilai Sewa 2 Tanaman R1 R2 p1Q p2Q aQ Qt1k Qt2k k p p2 Q a t t2 10 10 5 12 7 2 0 0 0 12 7 1 2 2 0,5 9 8 4,5 12 7 2 2 0,5 1 8 7 6 4 12 7 2 4 1 2 Nilai sewa (juta Rp) 6 4 3,5 12 7 2 6 1,5 3 5 2 3 12 7 2 8 2 4 R1 4 R2 0 2,5 12 7 2 10 2,5 5 3 2 12 7 2 12 3 6 2 1,5 12 7 2 14 3,5 7 1 1 12 7 2 16 4 8 0 0,5 12 7 2 18 4,5 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jarak (km) 0 12 7 2 20 5 10 Lokasi Nilai Sewa Lahan Pada Beberapa Jenis Tanaman R*(k) 1 2 3 4 R*(k) 1 2 3 Hubungan Nilai M 4 Sewa Dengan 1 D 2 Pola Lokasi Nilai Sewa Lahan 3 Tanaman 4 Pola Lokasi 4 3 Lahan 2 1 Tanaman Pasar Alokasi Lahan R Berdasarkan Sektor Sektor 1 Sektor 2 1 = Sektor Jasa Sektor 3 1 2= Sektor Industri M 3= Sektor Pertanian D 2 3 Alokasi Lahan Berdasarkan Kelompok Pendapatan Pada Ongkos Transportasi Murah Alokasi lahan berdasarkan kelompok pendapatan pada ongkos transportasi mahal R Tinggi usia muda rendah sedang Tinggi usia mapan Alokasi lahan M D berdasarkan kelompok rendah pendapatan dan sedang usia. Tinggi usia mapan Pemilihan lokasi kelompok pendapatan dengan memperhatikan polusi dan kebisingan Pemilihan lokasi kelompok pendapatan dengan memperhatikan kriminalitas KEADAAN UMUM PEMANFAATAN LAHAN SAAT INI Lingkar Pusat Perdagangan dan jasa kota Lingkar ke Perumahan pendapatan menengah Perumahan kumuh dua Home industry Lingkar ke tiga Perumahan elite Lingkar ke empat Industri besar Lingkar ke lima Pertanian KEPADATAN PENDUDUK DAN JARAK DARI PUSAT KOTA Kepadatan Penduduk Teori Von Thunen-Alonso 100 90 Semakin jauh dari pusat kota maka 80 semakin rendah kepadatan penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha) 70 60 Rumus 𝐷𝑥 = 𝐷0 × 𝑒 −𝑏𝑥 50 40 30 𝐷𝑥 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 20 𝐷0 = 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑢𝑠𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑡𝑎 10 e = konstanta 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 b = koefisien kemiringan Jarak (Km) x = jarak dari pusat kota Perbedaan Kurva pada nilai b berbeda b=0,1 b=0,3 b=0,5 100 100 100 Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha) 90 Kepadatan Penduduk 90 Kepadatan Penduduk 80 90 70 80 80 70 70 60 (jiwa/Ha) 60 (jiwa/Ha) 50 60 50 50 40 40 40 30 30 30 20 20 20 10 10 10 0 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jarak (Km) Jarak (Km) Jarak (Km) Semakin tinggi nilai b maka kecuramannya akan semakin meningkat Faktor yang mempengaruhi nilai b Tingkat kepemilikan kendaraan Kelancaran lalu lintas Tingkat pendapatan Kenyaman di luar kota Kekumuhan di dalam kota Keterpencaran lokasi pekerjaan SUMBANGAN VON THUNEN TERHADAP TEORI EKONOMI SPASIAL Pemikir pertama yang menganalisis teori ekonomi Pemikir pertama dengan spasial Sumbangan Sumbangan penting von thunen adalah penentuan kawasan (zoning) yang diaplikasikan pada bidang- penting bidang lain Kawasan pusat kota dan pinggir jalan umumnya Contoh nyata harga/sewa tanahnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain KELEMAHAN TEORI VON THUNEN Masa yang Teori von thunen dibuat pada masa pertanian, dimana pada saat ini situasi yang berbeda berbeda Transportasi dan Pada masa sekarang transportasi dan komunikasi sudah semakin maju dengan perkembangan internet, komunikasi sehingga jarak bukan lagi satu-satunya faktor Faktor Lingkungan yang asri akan berpengaruh terhadap pemilihan tempat lingkungan CENTRAL PLACE THEORY Christaller & Losch Foto Ini oleh Penulis Tidak Diketahui dilisensikan atas namaCC BY-SA Walter Christaller Pencipta central place theory Teori Besarnya kota tidak sama Terdapat hirarki kota dari kota besar ke kota kecil Jarak antar kota besar lebih jauh dari jarak antar kota kecil Konsumen Konsumen mempertimbangkan membutuhkan harga dan biaya produk transportasi ASUMSI Produsen Produsen mempertimbangkan mempertimbangkan jumlah konsumen optimasi antara dan harga barang supply dan demand KONSEP Range Market Pasar yang menjual barang Treshold Market Threshold Permintaan yang terkecil yang harus ada jika of good perusahaan harus beroperasi Range of Jarak maksimal yang bisa ditempuh untuk membeli good barang tersebut TRESHOLD & INDIVISIBLITY Tershold Treshold tinggi Tershold rendah Indivisibility Batas minimal Jumlah konsumen Perusahaan dapat Perusahaan jumlah konsumen harus sangat beroperasi tersebut tidak agar perusahaan banyak supaya walaupun dapat dibagi atau bisa berjalan bisa beroperasi konsumennya tidak bisa misalnya stadion sedikit misalnya dikonsumsi sepakbola, kebun warung, toko kecil, sebagian. binatang, bandara, pertamini (bensin Contohnya stadion supermall, 2 tax), dll. sepakbola tidak rumahsakit besar, bisa dibangun dll setengahnya PERBEDAAN TRESHOLD TRESHOLD RENDAH TRESHOLD TINGGI HIRARKI TRESHOLD 1 Hanya Kota Besar 2 Kota Besar + Kota kecil 3 Kota Besar + Kota kecil + Pemukiman HIERACHY OF CENTRAL PLACES Rank Perusahaan Kota Besar Kota Kecil Pemukiman 1 Supermall V 2 Mall V V 3 Mini market V V V LAMBANG TEMPAT BERBENTUK HEKSAGONAL Tidak Tumpang terisi tindih Jika Bulat Semua terisi dan tidak tumpang Jika tindih Heksagon TIGA JENIS HIRARKI SENTRAL Hirarki 3 K=3, Pasar optimal Hirarki 4 K=4, Lalulintas optimal Hirarki 7 K=7, lalulintas optimal Hirarki 3 K=3, Pasar optimal Azas pasar 1/3 Dapat mempengaruhi daerahnya 1/3 1/3 ditambah 1/3 wilayah tetangga 1 1/3 1/3 𝐾 =6× +1 1/3 3 Hirarki 4 K=4, Lalu lintas optimal Lalulintas optimal 1/2 mempengaruhi daerah tetangga 1/2 1/2 Dapat mempengaruhi daerahnya 1/2 1/2 ditambah 1/2 wilayah tetangga 1/2 1 𝐾 =6× +1 2 Hirarki 7 K=7, Administrasi optimal Administrasi pemerintah bisa 1 menjangkau lebih jauh 1 1 Dapat mempengaruhi daerahnya 1 1 ditambah seluruh wilayah 1 tetangga 𝐾 =6×1+1 TRANSPORTASI Foto Ini oleh Penulis Tidak Diketahui dilisensikan atas namaCC BY-NC-ND KONSEP Konsep Transportasi Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia dan barang dari tempat asal ke tempat tujuan Komponen Transportasi Muatan Sarana angkutan Jalan Tempat asal Tempat tujuan Guna Transportasi Guna Tempat Guna waktu SUPPLY DEMAND TRANSPORTASI Derived Demand Permintaan jasa transportasi merupakan derived demand (permintaan turunan) dari aktivitas ekonomi. Jika aktivitas ekonomi meningkat maka permintaan transportasi juga meningkat begitu pun sebaliknya. Supply Demand Penawaran transportasi adalah untuk memenuhi permintaan jasa transportasi. Jika permintaan melebihi penawaran maka akan terjadi kemacetan, sehingga meningkatkan harga barang dan jasa. Jika penawaran melebihi permintaan maka terjadi persaingan, sehingga beberapa perusahaan jasa transportasi menjadi bangkrut. KARAKTERISTIK PERMINTAAN & PENAWARAN TRANSPORTASI Tidak Berwujud (Intangibility) Transportasi adalah jasa yang tidak terlihat barangnya Tidak Bisa Disimpan (Perishability) Jasa transportasi tidak bisa disimpan karena produksi dan konsumsi dilakukan pada saat yang sama Tidak Standar (Variability) Permintaan jasa transportasi selalu fluktuatif tergantung pada situasi Dijual Dulu, Baru di produksi (Insepparability) Jasa transportasi dijual dulu dalam bentuk harga tiket, baru setelah tiket dibeli maka jasa transportasi di produksi EVOLUSI TRANSPORTASI KLASIFIKASI TRANSPORTASI Berdasarkan tempat pergerakan Transportasi darat Transportasi laut Transportasi udara Berdasarkan jalan Tidak berdasarkan jalan (pesawat terbang) Berdasarkan jalan tapi tak terikat (mobil) Berdasarkan jalan dan terikat (kereta api) Berdasarkan tenaga penggerak Manusia (sepeda) Hewan (Delman) Mesin (mobil) KLASIFIKASI JASA TRANSPORTASI Keteraturan Tujuan Teratur (kereta api) Feeder (angkot ke terminal) Tidak teratur (taksi) Line haul (bus antar kota) Rute Lokasi Udara (pesawat terbang) Dalam kota (angkot) Darat (Bus) Antar kota (bus) Laut (Kapal laut) Antar negara (Pesawat terbang) Jarak Pemilikan Pendek (angkot) Sewa Jauh (bus antar kota) Milik sendiri BIAYA KEMACETAN MODEL EKSTERNALITAS MCi = Marginal Cost individu Distorsi MCs Biaya Pi = Harga individu Qs = Jumlah kendaraan MCi MCs = Marginal Cost Social Ps Ps = Harga sosial Pi Qs = Jumlah kendaraan seharusnya D Qs Qi Jumlah kendaraan MODEL EKSTERNALITAS MCi = Marginal Cost individu MCs Biaya Pi = Harga individu Pajak Qs = Jumlah kendaraan MCi MCs = Marginal Cost Social Ps Ps = Harga sosial Pi Qs = Jumlah kendaraan seharusnya D Qs Qi Jumlah kendaraan PENGURANGAN KEMACETAN Pemindahan ke transportasi umum Dengan transportasi umum maka jumlah orang per kendaraan lebih tinggi sehingga dengan jumlah orang yang sama dengan transportasi umum jumlah kendaraan akan menurun dan mengurangi kemacetan Pemindahan ke jalan alternatif Mengalihkan kendaraan ke jalan yang tidak macet Mengatur jadwal kendaraan Perubahan jadwal kantor dan sekolah yang berbeda PENYEBARAN KEPADATAN LALULINTAS Waktu puncak Kepadatan Waktu KONSOLIDASI KENDARAAN Tanpa Konsolidasi Konsolidasi KONSOLIDASI MULTI TIPE KENDARAAN Tanpa Konsolidasi Konsolidasi PERUMAHAN KEBUTUHAN POKOK Pangan Pembelian dilakukan setiap hari Sandang Pembelian dilakukan dalam bulanan Papan Pembelian dilakukan dalam puluhan tahun KARAKTERISTIK RUMAH Lokasi akan sangat berpengaruh terhadap harga rumah Terkait lahan Rumah di lokasi strategis akan mahal Rumah berumur panjang Tahan lama Pembelian rumah tidaklah sering Bahannya banyak Bentuknya besar Waktu pengerjaan lama Harganya mahal Dengan harga yang mahal maka pertimbangannya sangatlah matang Banyak model Rumah sangat bervariasi sesuai dengan keinginan pemiliknya FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP HARGA RUMAH Semakin besar rumah maka semakin tinggi Besarnya rumah harga rumah. Jarak dari pusat Semakin jauh jarak dari pusat kota maka kota harganya akan semakin menurun Semakin asri lingkungannya maka harganya Lingkungan akan semakin mahal Tersedianya sekolah Kedekatan dengan sekolah berkualitas akan yang berkualitas meningkatkan harga rumah KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PERUMAHAN Pemberian insentif kepada pengusaha Kebijakan sisi untuk meningkatkan produksi rumah Pemberian subsidi modal penawaran Subsidi pembangunan rumah Kebijakan sisi Pemberian subsidi uang muka permintaan Subsidi penurunan suku bunga KARAKTERISTIK PERUMAHAN Rumah di bangun pada suatu lokasi, sehingga harus Lokalisasi menyesuaikan dengan lokasi tersebut Perbedaan dalam jenis perumahan seperti perumahan elite, Fragmentasi perumahan sangat sederhana, real estate dan lain sebagainya Keterbatasan Biaya untuk membangun perumahan sangat besar, sehingga hanya sedikit perusahaan yang sanggup untuk membangun kapasitas perumahan Ketergantungan Perlunya pihak luar seperti perbankan untuk membangun sebuah perumahan pada pihak luar KECENDERUNGAN TIPE RUMAH Tahun 70an Tahun 90an Tahun 200an Tipe 70 Tipe 45 Rumah Tipe 36 susun tipe Tipe 21 studio FAKTOR MENINGKATNYA HARGA RUMAH Harga lahan yang semakin meningkat Harga bahan baku semakin meningkat Pembangunan infrastruktur semakin meningkat Tingkat suku bunga yang meningkat Biaya administrasi yang semakin meningkat PEMUKIMAN Pemukiman adalah kumpulan rumah yang dibangun secara Pemukiman mandiri Sarana dan prasarana seperti jalan sudah dibangun oleh Sarana pra sarana pemerintah Pembangunan rumah yang tidak terencana dengan baik karena tidak ada Tidak terencana koordinasi sehingga terdapat jalan yang sempit, saluran pembuangan air kotoran yang tidak teratur, ketidaknyamanan lingkungan dan lain sebagainya Kekumuhan terjadi karena pembangunan rumah yang tidak Pemukiman Kumuh teratur PEMBINAAN PEMUKIMAN KUMUH Pelebaran jalan Pembangunan saluran air kotor Pembuatan MCK Pembangunan rumah sederhana atau susun untuk penduduk yang tergusur PEMBANGUNAN PERUMAHAN RAKYAT Perumahan Harus terjangkau bagi masyarakat pendapatan rendah rakyat Rumah Sangat Sederhana (RSS) Tipe 45 Tipe Tipe 36 Tipe 21 Perumahan dalam kota umumnya adalah rumah susun Rumah Susun Karena harga lahan sangat tinggi ANALISIS SPASIAL DAYA SAING WILAYAH ANALISIS DAYA SAING WILAYAH LQ LQ (location Quotient) adalah alat analisis untuk mengetahui keunggulan suatu wilayah Shift Share adalah alat analisis untuk melihat SHIFT SHARE pergeseran sektor suatu wilayah dibanding nasional ICOR (Incremental ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah alat untuk mengukur kebutuhan investasi dalam rangka Capital Output Ratio) meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah LQ (Location Quotient) Adalah alat analisis untuk mengetahui sektor yang unggul pada suatu wilayah LQ > 1 Daerah Basis Sektor tersebut unggul di wilayah tersebut LQ < 1 Daerah Non- Basis Sektor tersebut tidak unggul di wilayah tersebut Rumus LQ 𝐸𝑖𝑙 Aktivitas ekonomi sektor i pada wilayah lokal 𝐸𝑙 Aktivitas ekonomi seluruh sektor pada wilayah lokal 𝐿𝑄𝑖 = 𝐸𝑖𝑟 Aktivitas ekonomi sektor i pada wilayah regional 𝐸𝑟 Aktivitas ekonomi seluruh sektor pada wilayah regional Nilai LQ sektor i pada wilayah tersebut Contoh Analisis LQ PDRB Wilayah XYZ (Dalam milyar Rupiah) Sektor Wilayah XYZ Nasional 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 14.210 985.144 2. Pertambangan & Penggalian 184 716.391 3. Industri Pengolahan 83.123 1.594.330 4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.098 50.042 5. Konstruksi 5.975 660.968 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 31.313 881.109 7. Pengangkutan dan Komunikasi 15.174 417.466 8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 6.513 462.789 9. Jasa-jasa 9.101 654.680 Total 171.690 6.422.918 CONTOH ANALISIS LQ Sektor Wilayah XYZ Nasional LQ 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 14.210 985.144 0,539612 2. Pertambangan & Penggalian 184 716.391 0,009608 3. Industri Pengolahan 83.123 1.594.330 1,95043 4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.098 50.042 4,558691 5. Konstruksi 5.975 660.968 0,338178 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 31.313 881.109 1,329482 7. Pengangkutan dan Komunikasi 15.174 417.466 1,359773 8. Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 6.513 462.789 0,526484 9. Jasa-jasa 9.101 654.680 0,520053 Total 171.690 6.422.918 1 SHIFT SHARE Konsep Shift Share Shift Share adalah analisis untuk melihat perubahan struktur ekonomi suatu wilayah lokal dibandingkan dengan wilayah yang lebih tinggi misalnya nasional Propotional Menilai pertumbuhan sektor i nasional Shift dibandingkan dengan total sektor nasional Komponen Shift Share Differential Menilai pertumbuhan sektor i lokal dibandingkan Shift dengan sektor i nasional Rumus 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑖𝑓𝑡 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 = − 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝐷𝑖𝑓𝑓𝑒𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑖𝑓𝑡 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 = − 𝑃𝐷𝑅𝐵 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑃𝐷𝐵 𝑁𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑎𝑤𝑎𝑙 Contoh Data PDRB Wilayah A dan PDB Nasional (milyar Rp) No. Sektor Wilayah A 2005 Wilayah A 2010 Nasional 2005 Nasional 2010 1Pertanian 7.219 14.210 364.169 985.144 2Pertambangan 88 184 309.014 716.391 3Industri 42.099 83.123 760.361 1.594.330 4Listrik 4.120 6.098 26.694 50.042 5Konstruksi 2.306 5.975 195.111 660.968 6Perdagangan 14.500 31.313 431.620 881.109 7Angkutan 7.258 15.174 180.585 417.466 8Keuangan 2.783 6.513 230.523 462.789 9Jasa 4.250 9.101 276.204 654.680 Total 84.623 171.690 2.774.281 6.422.918 Analisis Menggunakan Microsoft Excel Membuat Grafik Analisis Menggunakan Microsoft Excel No. Sektor Wilayah A Wilayah A Nasional 2005 Nasional 2010 Pertumb Pertumb 2005 2010 uhan uhan PDB PDRB Nasional Shift Share Banten 0,60 1 Pertanian 7.219 14.210 364.169 985.144 1,97 2,71 0,40 2 Pertambangan 88 184 309.014 716.391 2,09 2,32 0,20 3 Industri 42.099 83.123 760.361 1.594.330 1,97 2,10 4 Listrik 4.120 6.098 26.694 50.042 1,48 1,87 0,00 Diferential 5 Kontruksi 2.306 5.975 195.111 660.968 2,59 3,39 -0,20 6 Perdagangan 14.500 31.313 431.620 881.109 2,16 2,04 -0,40 7 Angkutan 7.258 15.174 180.585 417.466 2,09 2,31 -0,60 8 Keuangan 2.783 6.513 230.523 462.789 2,34 2,01 9 Jasa 4.250 9.101 276.204 654.680 2,14 2,37 -0,80 Total 84.623 171.690 2.774.281 6.422.918 2,03 2,32 -1,00 Propotional No. Sektor Proposional Shift Differential Shift 1 Pertanian 0,39 -0,74 2 Pertambangan 0,00 -0,23 3 Industri -0,22 -0,12 4 Listrik -0,44 -0,39 5 Kontruksi 1,07 -0,80 6 Perdagangan -0,27 0,12 7 Angkutan 0,00 -0,22 8 Keuangan -0,31 0,33 Hasil Analisis Propotional Differential No. Sektor Shift Shift 1 Pertanian 0,39 -0,74 2 Pertambangan 0,00 -0,23 3 Industri -0,22 -0,12 4 Listrik -0,44 -0,39 5 Konstruksi 1,07 -0,80 6 Perdagangan -0,27 0,12 7 Angkutan 0,00 -0,22 8 Keuangan -0,31 0,33 9 Jasa 0,06 -0,23 Kunci Interpretasi Proporsional Shift Sektor tersebut secara nasional pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan dengan Nilai >0 pertumbuhan total seluruh sektor Sektor tersebut secara nasional pertumbuhannya sama dengan pertumbuhan total Nilai =0 seluruh sektor Sektor tersebut secara nasional pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan Nilai 0 pertumbuhan sektor tersebut secara nasional Sektor tersebut secara wilayah pertumbuhannya sama dengan pertumbuhan Nilai =0 sektor tersebut secara nasional Nilai 1 Biaya transportasi bahan baku melebihi produk jadi IM < 1 Biaya transportasi baku lebih kecil dari produk jadi Total Biaya Transportasi Biaya Transportasi bahan baku Biaya Transportasi barang jadi Biaya Total Transportasi LOKASI PABRIK BIAYA TRANSPORTASI MINIMAL Biaya Transportasi bahan baku Biaya Transportasi barang jadi Dimana letak pabrik Biaya transportasi bahan baku = Biaya transportasi barang jadi IM = 1 Biaya Total IM=1 Konstan 20 19 18 Biaya 17 16 15 transportasi 14 13 12 bahan baku 11 Biaya 10 9 Biaya 8 7 6 transportasi 5 4 3 barang jadi 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya transpor bahan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya transpor produk 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Biaya total 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Jarak dari bahan Biaya transportasi bahan baku = Biaya transportasi barang jadi IM=1 Konstan 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 Biaya 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya transpor bahan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya transpor produk 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Biaya total 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Jarak dari bahan Biaya transportasi bahan baku = Biaya transportasi barang jadi Biaya per unit semakin menurun jika bertambah jauh Biaya Total Biaya transportasi dengan biaya menurun jika semakin jauh 35 30 25 Biaya 20 Biaya Biaya transportasi 15 transportasi bahan baku 10 5 barang jadi 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya bahan baku 0 3,8 7,2 10,2 12,8 15 16,8 18,2 19,2 19,8 20 Biaya produk 20 19,8 19,2 18,2 16,8 15 12,8 10,2 7,2 3,8 0 Biaya total 20 23,6 26,4 28,4 29,6 30 29,6 28,4 26,4 23,6 20 Jarak dari bahan baku Biaya transportasi bahan baku = Biaya transportasi barang jadi Biaya per unit semakin menurun jika bertambah jauh Biaya transportasi dengan biaya menurun jika semakin jauh 35 30 25 20 Biaya 15 10 5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya bahan baku 0 3,8 7,2 10,2 12,8 15 16,8 18,2 19,2 19,8 20 Biaya produk 20 19,8 19,2 18,2 16,8 15 12,8 10,2 7,2 3,8 0 Biaya total 20 23,6 26,4 28,4 29,6 30 29,6 28,4 26,4 23,6 20 Jarak dari bahan baku Biaya transportasi bahan baku = Biaya transportasi barang jadi Biaya per unit semakin meningkat jika bertambah jauh Biaya transportasi yang semakin meningkat 25 20 Biaya 15 Biaya Biaya Biaya Total transportasi 10 transportasi bahan baku barang jadi 5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya bahan baku 0 0,2 0,8 1,8 3,2 5 7,2 9,8 12,8 16,2 Biaya produk 20 16,2 12,8 9,8 7,2 5 3,2 1,8 0,8 0,2 0 Biaya total 20 16,4 13,6 11,6 10,4 10 10,4 11,6 13,6 16,4 20 Jarak dari bahan baku Biaya transportasi bahan baku = Biaya transportasi barang jadi Biaya per unit semakin meningkat jika bertambah jauh Biaya transportasi yang semakin meningkat 25 20 15 Biaya 10 5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya bahan baku 0 0,2 0,8 1,8 3,2 5 7,2 9,8 12,8 16,2 Biaya produk 20 16,2 12,8 9,8 7,2 5 3,2 1,8 0,8 0,2 0 Biaya total 20 16,4 13,6 11,6 10,4 10 10,4 11,6 13,6 16,4 20 Jarak dari bahan baku Biaya transportasi bahan baku semakin menurun Biaya transportasi barang jadi semakin meningkat Biaya transportasi bahan baku menurun dan biaya Biaya Total produk meningkat 25 20 Biaya Biaya transportasi 15 Biaya transportasi bahan baku 10 barang jadi 5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya bahan baku 0 3,8 7,2 10,2 12,8 15 16,8 18,2 19,2 19,8 20 Biaya produk 20 16,2 12,8 9,8 7,2 5 3,2 1,8 0,8 0,2 0 Biaya total 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Jarak dari bahan baku Biaya transportasi bahan baku semakin menurun Biaya transportasi barang jadi semakin meningkat Biaya transportasi bahan baku menurun dan biaya produk meningkat 25 20 15 Biaya 10 5 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Biaya bahan baku 0 3,8 7,2 10,2 12,8 15 16,8 18,2 19,2 19,8 20 Biaya produk 20 16,2 12,8 9,8 7,2 5 3,2 1,8 0,8 0,2 0 Biaya total 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 Jarak dari bahan baku Kasus Kasus Localized Gross Kasus Localized Pure Input Kasus dua bahan baku Kasus Input Tidak Linear Input & Ubiquitous Input Perusahaan mengambil Perusahaaan mengambil Bahan baku dari dua Perusahaan memakai bahan baku ke tempat bahan baku ke tempat lokasi input berbeda dua input pada jalan tertentu menyampaikan tertentu menyampaikan dengan pure input, yang berdeda ke pasar tetapi ada ke pasar tetapi ada artinya tidak ada pengurangan biaya penambahan biaya perubahan dalam biaya transportasi sesudah transportasi sesudah transportasi produksi, misalnya dari produksi karena adanya kayu gelondongan penanganan khusus menjadi papan sesudah produksi, misalnya produknya adalah kursi yang perlu penanganan khusus sehingga biaya transportasi meningkat. Kasus Localized Gross Input Biaya transportasi bahan baku > Biaya transportasi barang jadi IM > 1 Biaya Total Biaya transportasi bahan baku Biaya transportasi PABRIK DIDEKAT BAHAN BAKU barang jadi CONTOH NUMERIK Biaya Transportasi Localized Gross Input Jarak dari Jarak dari Biaya Biaya Biaya Total 21 20 bahan baku pasar transprotasi trasportasi 20 19 bahan baku produk jadi 19 18 18 18 17 17 16 16 16 15 0 10 0 10 10 15 14 14 14 13 1 9 2 9 11 Biaya transportasi 13 12 12 12 2 8 4 8 12 11 11 10 10 Biaya transprotasi bahan baku 3 7 6 7 13 10 9 9 8 8 Biaya trasportasi produk jadi 4 6 8 6 14 8 7 Biaya Total 7 6 6 5 5 10 5 15 6 5 5 4 4 6 4 12 4 16 4 3 3 2 2 7 3 14 3 17 2 1 1 0 0 8 2 16 2 18 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 1 18 1 19 Jarak dari bahan baku 10 0 20 0 20 Kasus Localized Pure Input & Ubiquitous Input Biaya transportasi bahan baku < Biaya transportasi barang jadi IM < 1 Biaya Total Biaya PABRIK DIDEKAT TOKO transportasi bahan baku Biaya transportasi barang jadi CONTOH NUMERIK Biaya Transportasi Jarak dari Jarak dari Biaya Biaya Biaya Total 20 20 19 bahan baku pasar transprotasi trasportasi 19 18 18 bahan baku produk jadi 18 17 17 16 16 16 15 0 10 0 20 20 15 14 14 14 13 1 9 1 18 19 13 12 12 Biaya transportasi 12 11 2 8 2 16 18 11 10 10 10 9 Biaya transprotasi bahan baku 3 7 3 14 17 9 8 8 8 7 Biaya trasportasi produk jadi 4 6 4 12 16 Biaya Total 7 6 6 6 5 5 5 10 15 5 5 4 4 6 4 6 8 14 4 3 3 2 2 7 3 7 6 13 2 1 1 0 0 8 2 8 4 12 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 1 9 2 11 Jarak dari bahan baku 10 0 10 0 10 LOKAS PERUSAHAAN BERDASARKAN ORIENTASI TRANSPORTASI Lokasi perusahaan akan Lokasi perusahaan akan cenderung di dekat sumberdaya cenderung dekat pasar apabila input jika barangnya localized barangnya ubiquitous dimana gross input, dimana barang akan bahan baku dapat diambil terjadi penurunan biaya dimana saja atau tidak ada transportasi sesudah bahan baku penurunan biaya transportasi berubah menjadi produk jadi sesudah produknya jadi Kasus dua bahan baku Biaya Total PABRIK DIDEKAT PASAR Biaya Biaya transportasi transportasi bahan baku 2 bahan baku 1 CONTOH NUMERIK Jarak dari Jarak dari Jarak dari Biaya Biaya Biaya Biaya Total Biaya Transportasi bahan pasar bahan transportasi transportasi transportasi 20 baku 1 baku 2 bahan baku 1 bahan baku 2 produk jadi 19 18 17 16 15 15 0 5 10 0 10 5 15 14 14 15 14 13 13 1 4 9 1 9 4 13 14 12 12 Biaya transportasi 12 11 11 2 3 8 2 8 3 13 11 10 10 10 Biaya transportasi bahan baku 1 3 2 7 3 7 2 10 9 9 12 Biaya transportasi bahan baku 2 9 8 8 4 1 6 4 6 1 8 7 7 Biaya transportasi produk jadi 11 7 6 6 Biaya Total 5 0 5 5 5 0 6 5 5 5 10 5 4 4 4 4 6 1 4 6 4 1 4 3 3 3 3 11 3 2 2 2 2 7 2 3 7 3 2 12 2 1 1 1 1 1 8 3 2 8 2 3 0 0 0 13 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 9 4 1 9 1 4 14 Jarak dari bahan baku 1 10 5 0 10 0 5 15 Kasus dua input tidak linear CONTOH P = Pasar Misalkan Jarak B1 ke B2 adalah 10 Km Jarak P ke S adalah 10 KM P Jarak B1 ke S adalah (1/2) x 10 = 5 Km Jarak B2 ke S adalah (1/2) x 10 = 5 Km Jarak S ke O adalah (1/2) x 10 = 5 Km Perhitungan Jarak B1 ke O adalah = 52 + 52 =7,07 Km O Jarak B2 ke O adalah = 52 + 52 = 7,07 Km Jarak S ke O adalah = 5 Km S B1=Bahan 1 B2= Bahan 2 CONTOH Jika setiap hari dibutuhkan 100 Kg bahan 1 dan 10 kg bahan 2 ke pabrik, sedangkan transportasi adalah Rp 10.000 kg/km. Jarak dari bahan 1 maupun 2 adalah 7,07 Km Dengan demikian biaya pengangkutan bahan baku adalah =100 x 10.000 x 7,07 + 10 x 10.000 x 7,07 =Rp. 7.777.000 Pengiriman produk jadi ke pasar 100 Kg dengan biaya 10.000 kg/km Jarak tempuh 5 km Dengan demikian biaya pengiriman produk adalah 100 x 10.000 x 5 Km = Rp 5.000.000 Biaya total adalah 7.777.000 + 5.000.000 =Rp. 12.777.000 Isotim Biaya transportasi sama PENDEKATAN dari satu titik ke titik lain ISOTIM DAN ISODAPANE Isodapane Biaya transportasi total sama dari berbagai titik ILUSTRASI A Perpotongan tiga titik 3 B 2 C 1 Titik Jarak dari Jarak dari Jarak dari Biaya Biaya Biaya Total D bahan 1 bahan 2 pasar transport transport transport biaya 1 2 3 A 3 3 0 1 1 1 6 A E B 3 2 1 1 1 1 6 F C 2 2 2 1 1 1 6 C B F D 3 1 2 1 1 1 6 G D E 1 2 2 1 1 1 5 E F 2 3 1 1 1 1 6 G G 1 3 2 1 1 1 6 H H 0 3 3 1 1 1 6 1 I J H K 1 I 1 2 3 1 1 1 6 2 J 2 1 3 1 1 1 6 3 2 K 3 0 3 1 1 1 6 I 3 J K ILUSTRASI PERUBAHAN BIAYA TRANSPORTASI Titik Jarak dari Jarak dari Jarak dari Biaya Biaya Biaya Total Biaya Biaya Biaya bahan 1 bahan 2 pasar transport transport transport biaya transport transport transport 1 2 3 1 2 3 A 3 3 0 1 1 1 6 1 1 1 B 3 2 1 1 1 1 6 C 2 2 2 1 1 1 6 D 3 1 2 1 1 1 6 E 1 2 2 1 1 1 5 F 2 3 1 1 1 1 6 G 1 3 2 1 1 1 6 H 0 3 3 1 1 1 6 I 1 2 3 1 1 1 6 J 2 1 3 1 1 1 6 K 3 0 3 1 1 1 6 GIS (Geographical Information System) System Information Geographical TAHAPAN GIS Pencitraan Satelit MAP Penelusuran rute Analisis Software GIS Lokasi Berdasarkan Jumlah material dan Jarak Keterangan : m3 M3 K = Perusahaan 𝐶1 = 𝑚1 𝑡1 𝑑1 d3 M1 = Input 1 bahan baku t3 M2 = Input 2 bahan baku 𝐶2 = 𝑚2 𝑡2 𝑑2 M3 = Pasar 𝐶3 = 𝑚3 𝑡3 𝑑3 K d1 = Jarak ke input 1 d2 = Jarak ke input 2 d1 d2 d3 = Jarak ke pasar t1 t2 m1 = jumlah material input 1 M2 m2 = jumlah material input 2 M1 m2 m3 = jumlah produk m1 t1 = biaya transport input 1 t2 = biaya transport input 2 t3 = biaya transport produk LOKASI PERUSAHAAN DENGAN JUMLAH MATERIAL SEIMBANG m3 M3 Pada gambar jumlah seimbang dimana m1 = m2 = m3 t3 d3 Lokasi perusahaan K akan tepat di titik tengah K d1 d2 t1 t2 M1 M2 m1 m2 LOKASI PERUSAHAAN DENGAN MATERIAL KE PASAR TINGGI M3 Pada gambar material ke pasar tinggi dimana m1 & m2 < m3 t3 m3 d3 K Lokasi perusahaan K akan mendekati pasar d1 m2 d2 t2 m1 t1 M1 M2 LOKASI PERUSAHAAN DENGAN BIAYA MATERIAL 1 TINGGI m3 M3 Pada gambar material 1 tinggi dimana m1 > m2 & m3 t3 d3 Lokasi perusahaan K akan Mendekati M1 K d1 d2 t2 t1 M1 M2 m1 m2 LOKASI PERUSAHAAN DENGAN BIAYA MATERIAL 2 TINGGI m3 M3 Pada gambar material m2 tinggi dimana m2 > m1 & m3 t3 d3 Lokasi perusahaan K akan Mendekati M2 K d1 d2 t1 t2 M1 M2 m1 m2 Lokasi Optimum biaya antara M1 & M2 Dimana M1 MI = anggaran yang di lokasi I d1 I m1 = jumlah bahan baku satu t1 p1 = harga bahan baku satu d1 = jarak dari lokasi m1 ke pabrik t3 t1 = ongkos transpor untuk produk m1 K θ M MJ = anggaran yang di lokasi J d3 3 m2 = jumlah bahan baku dua d2 p2 = harga bahan baku dua d2 = jarak dari lokasi m2 ke pabrik t2 J t2 = ongkos transpor untuk produk m2 M2 Jika t3 konstan maka lokasi K ada di sepanjang parabola 𝑀𝐼 = 𝑚1 (𝑝1 + 𝑑1 𝑡1 ) + 𝑚2 (𝑝2 + 𝑑2 𝑡2 ) 𝑀𝐼 − 𝑚2 (𝑝2 + 𝑑2 𝑡2 ) 𝑚1 = (𝑝1 + 𝑑1 𝑡1 ) M I − m1 ( p1 + d1t1 ) m2 = ( p2 + d 2t 2 ) M J = m1 ( p1 + d1t1 ) + m2 ( p2 + d 2 t2 ) M − m2 ( p 2 + d 2 t 2 ) M J − m1 ( p1 + d1t1 ) m1 = J m2 = ( p1 + d1t1 ) ( p2 + d 2t 2 ) Perusahaan di lokasi I 𝑀𝐼 = 𝑚1 𝑝1 + 𝑑1 𝑡1 + 𝑚2 (𝑝2 + 𝑑2 𝑡2 ) M1 d1 I 𝑀𝐼 − 𝑚2 (𝑝2 + 𝑑2 𝑡2 ) K 𝑚1 = (𝑝1 + 𝑑1 𝑡1 ) M3 MI = 10 10 − 𝑚2 (1 + 2 × 1) 𝑚1 = d3 p1 = p2 = 1 (1 + 1 × 1) d2 = 2 d1=1 d2 J 10 − 3𝑚2 t1=t2=1 𝑚1 = 2 M2 Perusahaan di lokasi J M J = m1 ( p1 + d1t1 ) + m2 ( p2 + d 2 t2 ) M1 d1 I M J − m2 ( p 2 + d 2 t 2 ) m1 = ( p1 + d1t1 ) M3 MJ = 10 10 − 𝑚2 (1 + 1 × 1) 𝑚1 = d3 p1 = p2 = 1 (1 + 2 × 1) d1 =2 K d2 = 1 d2 J 10 − 2𝑚2 t1=t2=1 𝑚1 = 3 M2 Grafik Anggaran m2 m1 pada m1 pada MJ 6,00 MI Titik I 0,00 5,00 3,33 5,00 10 − 3𝑚2 𝑚1 = 0,50 4,25 3,00 2 4,00 1,00 3,50 2,67 1,50 2,75 2,33 m1 3,00 2,00 2,00 2,00 m1 pada MI 2,50 1,25 1,67 m1 pada MJ 2,00 3,00 0,50 1,33 3,33 0,00 1,11 Titik J 1,00 3,50 1,00 10 − 2𝑚2 4,00 0,67 0,00 𝑚1 = 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 3 4,50 0,33 m2 5,00 0,00 Jumlah Bahan Baku m1 dan m2 yang Diambil pada Anggaran MI dan MJ m1 MI α i αj MJ βj O βi m2 Kurva garis anggaran dari berbagai lokasi m1 Kurva garis anggaran berbagai lokasi antara titik I dan J O m2 PRODUKSI Misalkan fungsi produksi Q=m1 x m2 Dari titik I Q 4,500 4,000 m1 m2 Q 3,500 5,000 0,000 0,000 3,000 4,250 0,500 2,125 2,500 3,500 1,000 3,500 Q 2,000 2,750 1,500 4,125 1,500 2,000 2,000 4,000 1,000 1,250 2,500 3,125 0,500 0,500 3,000 1,500 0,000 0,000 0,500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,333 Q 0,000 2,125 3,500 4,125 4,000 3,125 1,500 0,000 0,000 3,333 0,000 m2 ISOQUANT Produksi pada Q=4,125 m1 m2 Q 9,000 8,250 0,500 4,125 8,000 7,000 4,125 1,000 4,125 6,000 2,750 1,500 4,125 5,000 m1 4,000 Isoquant 2,063 2,000 4,125 3,000 1,650 2,500 4,125 2,000 1,375 3,000 4,125 1,000 0,000 1,238 3,333 4,125 0,500 1,000 1,500 2,000 m2 2,500 3,000 3,333 Lokasi Optimal ISOQUANT TERTINGGI PADA BERBAGAI LOKASI DENGAN FUNGSI PRODUKSI Q=M1XM2 Lokasi J Lokasi I M1 M1 M1 M1 M1 Tertinggi M2 d1=1,d2=2 d1=1,25,d2=1,75 d1=1,5,d2=1,5 d1=1,75,d2=1,25 d1=2,d2=1 0,00 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,50 2,125 1,917 1,750 1,614 1,500 1,00 3,500 3,222 3,000 2,818 2,667 1,50 4,125 3,917 3,750 3,614 3,500 2,00 4,000 4,000 4,000 4,000 4,000 2,50 3,125 3,472 3,750 3,977 4,167 3,00 1,500 2,333 3,000 3,545 4,000 3,50 -0,875 0,583 1,750 2,705 3,500 4,00 -4,000 -1,778 0,000 1,455 2,667 4,50 -7,875 -4,750 -2,250 -0,205 1,500 5,00 -12,500 -8,333 -5,000 -2,273 0,000 Lokasi dua M3 perusahaan d 3A d3B A B d1A d2A d1B d2B M2 M1 M3 Lokasi dua perusahaan d3 A yang berbeda A d3 B orientasi d2 A d1 A B d2 B d1 B M1 M2 Jarak dari B lokasi C A optimum M3 M2 M1 K* M3 K* M1 M2 A =10 B =20 C= 30 10 20 Jarak dari lokasi optimum dengan tingkat upah Jarak beberapa lokasi dari lokasi optimum dengan tingkat upah DITEMUKAN LOKASI PASAR DAN BAHAN BAKU BARU M3 M5 Misalkan ditemukan pasar baru M5 dan bahan baku M4 (pengganti M1) maka B dengan lokasi perusahaan G maka akan lebih efisien, karena upah buruh lebih A rendah K* G* M4 M1 M2 10 20 ISU EKONOMI REGIONAL PERDAGANGAN GLOBAL SEJARAH PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DUNIA Periode Keadaan Masa Klasik Peradaban berkembang adalah daerah-daerah yang dilalui oleh jalur perdagangan < 1500 Pada masa purba sebelum Masehi peradaban berkembang di daerah bulan sabit (Sumeria, Babilonia, Mesir dst) Selanjutnya sekitar laut Mediterania Sesudah Masehi adalah jalur sutera dari Tiongkok ke Roma Merkantilisme Bangsa-bangsa Eropa menemukan jalur laut, sehingga perdagangan berpindah dari jalur sutera 1500-1750 Bangsa-bangsa Eropa berubah dari agraris menjadi perdagangan Filosofi merkantilisme, berusaha menjual sebanyak mungkin (ekspor) sesedikit mungkin membeli (impor) Perdagangan kurang berkembang Perdangan bebas Berkembangnya pemikiran mekanisme pasar dari Adam Smith dan David Ricardo tentang keunggulan absolut dan 1815-1914 komparatif perdagangan internasional berkembang dengan cepat Fragmentasi dan Disintegrasi Terjadi proteksi industri suatu negara yang dibalas oleh negara lain menimbulkan menurunnya perdagangan internasional 1914-1945 Akibat menurunnya perdagangan internasional terjadi kelebihan kapasitas produksi. Terjadi kredit macet yang menimbulkan depresi berat tahun 1930 Pasca Perang Dunia II Konferensi Breton Woods 1944, untuk memperbaiki perekonomian dunia 1945- Didirikan IMF untuk masalah moneter Didirikan ITO untuk perdagangan tapi gagal Tahun 1947 Didirikan GATT sebagai pengganti ITO Perdagangan internasional berkembang NILAI EKSPOR DARI GDP PERKEMBANGAN GDP PER CAPITA LAJU PERTUMBUHAN EKSPOR Negara - 1913 1914-1950 1950-1973 1973-1987 Kapitalis maju 4,8 1,0 8,6 4,2 Asia 4,9 0,7 7,1 7,6 Amerika latin 4,6 1,8 4,0 5,9 Berkembang lainya 4,8 1,1 5,9 6,9 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Negara - 1913 1914-1950 1950-1973 1973-1987 Kapitalis maju 2,9 2,0 4,9 2,4 Asia 1,7 1,3 5,4 5,9 Amerika latin 2,6 2,1 5,3 4,7 Berkembang lainya 2,6 2,1 5,3 4,7 8 EKONOMI AMERIKA SAAT DEPRESI 11 PENGANGGURAN SAAT DEPRESI 12 PERTUMBUHAN EKONOMI SETELAH DEPRESI 13 KEKUATAN MENDASARI GLOBALISASI Terbentuknya GATT (General Agrement Tarif and Trade) Untuk menghindari perdagangan terbatas Putaran Kenedy (1960), Tokyo (1970), Uruguay (1987), WTO (1995) Terbentuknya Kerangka Moneter Internasional Adanya cadangan devisa internasional dengan diterimanya SDR (Special Drawing Rights) oleh anggota IMF Perdamaian global Pertumbuhan ekonomi domestik Persetujuan perdagangan regional AFTA, APEC, NAFTA, EEC dlsb. Perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi. Berkembangnya Perusahaan Global 15 KEKUATAN PENDORONG GLOBALISASI Pasar global menghasilkan permintaan yang tinggi. Ada kesamaan kebutuhan di semua Kebutuhan Pasar masyarakat dunia. Teknologi dapat diterapkan dimana saja. Perusahaan yang mempunyai suatu teknologi Teknologi dapat diterapkan di negara lain, sehingga mendapat posisi keunggulan strategis. Biaya Semakin besar skala perusahaan, maka semakin menurunkan biaya. Dengan semakin majunya komunikasi & transportasi maka semakin mudah dan murah Komunikasi & transportasi dalam mendirikan perusahaan global Dengan adanya perusahaan global maka dapat mentransfer keunggulan pengalaman, Transfer manajemen, sistem, teknologi, dlsb. Pendayagunaan Sumberdaya Perusahaan global dapat mengakses sumberdaya di seluruh dunia yang lebih kompetitif. Strategi global Dengan strategi global dapat menghasilkan sinergi 17 TREN DAN KEADAAN PEREKONOMIAN GLOBAL TREN PEREKONOMIAN Pra Industri Industri 1.0 Industri 2.0 Industri 3.0 Industri 4.0 Sumber Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya Sumberdaya daya penggerak: Penggerak: penggerak: penggerak: penggerak: Mesin uap Minyak komputer Artifisial Alam Sumberdaya bumi Sumberdaya Inteligen Sumberdaya manusia: Sumberdaya manusia: Sumberdaya manusia : Buruh manusia: Informatika manusia: Petani Contoh: Ahli teknik Contoh: Programer Contoh: Pabrik Contoh: Industri Contoh: Pertanian Pabrik kompuer Internet of modern Things TREND PEREKONOMIAN GLOBAL Pasar uang mempunyai peran yang sangat penting, melebihi pasar barang Peran tenaga kerja sektor manufaktur semakin menurun Produk primer semakin kurang berperan Kemampuan negara dalam mengatur perekonomian semakin melemah Terbuktinya keberhasilan ekonomi pasar 22 NILAI PASAR UANG KEADAAN EKONOMI KAWASAN 2011 Kawasan PDB Persen Asia Selatan Afrika 2% 3% Lainya Eropa Barat 16.222.783.027.520 25,70 Timur Tengah 6% 3% Asia Timur 16.184.757.259.374 25,64 Eropa Barat 26% Amerika Utara 16.169.780.751.918 25,62 Amerika Latin 8% Amerika Latin 5.196.085.366.154 8,23 Timur Tengah 1.941.222.686.113 3,08 Amerika Utara 26% Asia Timur Asia Selatan 2.090.410.285.565 3,31 26% Afrika 1.639.193.516.163 2,60 Lainya 3.679.654.624.903 5,83 24 IMPORTIR TERBESAR TAHUN 2011 Negara Nila Impor (US Milyar Nila Impor (US Milyar Dollar) Dollar) 2.500 Amerika Serikat 2.314 2.000 Cina 1.664 1.500 Jerman 1.339 1.000 Jepang 795 500 Perancis 685 0 Inggris 655 Italia 541 Korea Selatan 525 Belanda 514 Hongkong 493 Sumber : https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/ 25 EKSPORTIR TERBESAR TAHUN 2011 Negara Nila Ekspor (US Milyar Dollar) Nila Ekspor (US Milyar Dollar) 2.000 1.800 Cina 1.897 1.600 Jerman 1.543 1.400 Amerika Serikat 1.511 1.200 1.000 Jepang 801 800 Perancis 578 600 Belanda 577 400 Korea Selatan 559 200 Italia 509 0 Cina Jerman Amerika Jepang Perancis Belanda Korea Italia Russia Inggris Russia 499 Serikat Selatan Ing