UTS FARMAKO PDF
Document Details
Uploaded by RicherPearTree
Universitas Gadjah Mada
2023
Tags
Summary
This document is lecture notes from a veterinary pharmacology course at Universitas Gadjah Mada. It covers topics such as drug use in animals, principles of pharmacology, and potential drug interactions. The document is labelled as UTS FARMAKO .pdf.
Full Transcript
BAGIAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA Materi kuliah No. Tanggal Topik 1. 14 Agst Filosofi dan prinsip penggunaan obat hewan 2. 21 Agst Sediaan Obat Veteriner (Padat dan Semi Padat)...
BAGIAN FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA Materi kuliah No. Tanggal Topik 1. 14 Agst Filosofi dan prinsip penggunaan obat hewan 2. 21 Agst Sediaan Obat Veteriner (Padat dan Semi Padat) 3. 28 Agst Sediaan Obat Veteriner (Cair, dll) 4. 4 Sep Sediaan obat Alami 5. 11 Sep Sediaan Biologik 6. 18 Sep Interaksi Obat 7. 25 Sep Aplikasi Obat dan Alat Kesehatan 8. 2 – 13 Okt UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) 9. 16 Okt Aplikasi Penulisan Resep I 10. 23 Okt Aplikasi Penulisan Resep II 11. 30 Okt Aplikasi Peresepan populatif 12. 6 Nov Pemilihan Obat pada Kasus Sistemik 13. 13 Nov CPOHB 14. 20 Nov Pengawasan dan Regulasi Obat Hewan 15. 27 Nov Manajemen Apotek dan Obat Veteriner 16. 4 – 15 Des UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) Nilai = nilai ujian + sgd + praktikum ( cek eLok) Kebutuhan kompetensi Dokter Hewan di dunia obat hewan Produksi obat → berkaitan dengan pengujian, CPOHB, CPOTB Pengujian obat → baik obat hewan maupun manusia → ingat kembali tentang EBM (evidence based medicine) Regulasi → umumnya terkait izin edar, pengawasan, monitoring dan evaluasi → Ingat kembali tentang farmakoepidemiologi, dan farmakovigilans >>undang- undang dan peraturan APOTEK VETERINER Penggunaan obat → farmakoterapi ; farmakologi klinik Pengembangan ilmu dan teknologi obat Pharmacovigillance : Ilmu yang mempelajari tentang penelusuran ROTD (reaksi obat tidak diinginkan), tindakan untuk mengatasi ROTD, mempelajari dan mencegah ROTD, serta permasalahan yang berhubungan dengan obat (Drug Related Problem DRP) Contoh : ROTD obat tradisional Kebutuhan ilmu farmasi veteriner Kebutuhan ketersediaan obat-obat hewan Kebutuhan peracikan dan penggunaan obat hewan secara tepat Aplikasi penulisan resep dan pemilihan obat yang tepat Kebutuhan pengembangan formulasi obat hewan ( obat untuk ruminansia, ikan, reptilia ) Kebutuhan sarana alat-alat kesehatan hewan Pemenuhan regulasi terkait pengawasan dan distribusi obat hewan mengapa dibutuhkan obat obat =senyawa yang bisa merubah proses fisiologi tubuh dan memiliki efek terapi obat memiliki banyak potensi dan kemampuan berbeda analgesik = mengurangi/menutupi rasa sakit; antibiotik : menghambat dan mematikan mikrobia/bakteri; anestetika ; blokir impuls/kerja syaraf; antiseptik ; membunuh virus, membersihkan jaringan rusak, dll kemampuan/potensi : analgesic narkotik>non narkotik, ab broad spektrum> narrow spektrum, kloroform>eter, dst menghindari penggunaan obat tidak rasional mengetahui efek penggunaan obat – residu ( dalam jaringan dan kontaminasi lingkungan) – toksisitas memahami efek samping obat – riwayat/recording terapi – uji alergi mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi potensi obat – makanan, obat lain – penyakit – umur, jenis kelamin, spesies, dll memahami maksud klien meminta obat pengobatan seharusnya didasarkan pada: kebutuhan klinis dan kebutuhan dosis yg dibutuhkan pasien (right indication, right dose, right formulation) waktu pengobatan yang sesuai (right intervals and duration) sesuai dengan kemampuan ekonomi individu dan komunitasnya ( obat hewan : kemampuan klien) Prinsip Farmakoterapi Tepat obat Tepat dosis Tepat bentuk Tepat waktu Tepat pengguna Kemungkinan yang terjadi akibat kurangnya pengetahuan : Potensi toksik Interaksi antar obat yang merugikan Interaksi dengan makanan/zat yang dibutuhkan Obat jadi tidak efektif Biaya meningkat Yang harus diperhatikan : Sediaan obat Tujuan pengobatan Penggunaan obat Cara pemberian obat Faktor pasien (umur, buning, kondisi lain?) Faktor lingkungan Lain-lain??? memahami pengobatan rasional pada hewan 1. mengetahui obat-obat yang sering digunakan dalam veteriner : antibiotika antiseptika obat cacing vaksin hormon analgesik, antipiretik vitamin dan mineral 2. memahami indikasi dan mekanisme kerja 3. memahami interaksi obat (antagonisme, sinergisme, toksisitas) 4. memahami dampak terhadap produk (daging, tulang, kulit, susu, telur, dsb..) DASAR TERAPI MENGGUNAKAN (ex. ANTIBIOTIKA) Hal – hal yang harus diperhatikan : penggunaan antibiotik jenis obat yg paling sering digunakan dalam veteriner pemakaian tidak tepat akan memicu masalah resistensi, residu, alergi, superinfeksi, ketidakseimbangan mikroflora (ruminansia). misuse of drug (samakah dgn ekstra label of drug???..) antibiotik sbg pemacu pertumbuhan (bolehkah) penggunaan obat cacing beberapa tahun terakhir mulai timbul masalah resistensi obat cacing jenis obat, spesies dan dosis harus diperhatikan. penggunaan analgesik untuk pengobatan simtomatis seringkali digunakan terus menerus pada penyakit kronis sifat depresan mengakibatkan gangguan organ- organ utama (syaraf, jantung, ginjal) memacu adiksi dan toleransi penggunaan hormon penggunaan utama adalah utk masalah reproduksi dan terapi hormonal beberapa hormon diijinkan utk pemacu pertumbuhan – mis trenbolon (TBA) diijinkan di Australia, di Indonesia blm diatur. Penggunaan Vaksin jenis vaksin utk tiap spesies (unggas, anjing, kucing, kuda, dll) memahami jadwal vaksinasi Pertanyaan : Penggunaan obat ekstra label?? Konversi dosis?? OBAT dan SEDIAAN OBAT VETERINER (Padat dan Semi Padat) Departemen Farmakologi Pengertian OBAT adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (PERMEN-KES 73/2016). OBAT HEWAN adalah sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati Hewan, membebaskan gejala, atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh yang meliputi sediaan Biologik, Farmasetik, Premiks, dan sediaan Obat Alami (PERMEN-TAN 14/17 tentang klasifikasi obat hewan) Permentan No.14 th 2017 Klasifikasi Obat Hewan Berdasar jenis sediaan a. Sediaan biologik b. Sediaan farmasetik c. Premiks d. Obat alami Sediaan Biologik Obat Hewan yang dihasilkan melalui proses biologik pada Hewan atau jaringan Hewan untuk menimbulkan kekebalan, mendiagnosis suatu penyakit atau menyembuhkan penyakit melalui proses imunologik, berupa vaksin, sera (antisera), hasil rekayasa genetika, dan bahan diagnostika biologik. Sediaan Farmasetik Obat Hewan yang dihasilkan melalui proses nonbiologik, antara lain vitamin, hormon, enzim, antibiotik, dan kemoterapetik lainnya, antihistamin, antipiretik, dan anestetik yang dipakai berdasarkan daya kerja farmakologi. Obat Alami bahan atau ramuan bahan alami yang berupa bahan tumbuhan, bahan Hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan sebagai Obat Hewan. Premiks sediaan yang mengandung bahan Obat Hewan yang diolah menjadi Imbuhan Pakan (Feed Additive) atau Pelengkap Pakan (Feed Supplement) Hewan yang pemberiannya dicampurkan ke dalam pakan atau air minum Hewan yang dalam dosis dan penggunaannya harus bermutu, aman, dan berkhasiat. Feed Suplement Bahan pakan tambahan berupa zat-zat nutrisi terutama zat nutrisi mikro (vitamin, mineral dan asam amino) Penambahan dalam ransum Meningkatkan kadar nutrisi Membangun dan membentuk otot/daging Asam amino : methionine, lisin, threonin dan triptopan Feed Additive a. Antibiotik growth promotor (AGP) Penambahan AGP bertujuan menekan pertumbuhan dan perkembahan mikroorganisme patogen di dalam saluran pencernaan sehingga proses penyerapan nutrisi menjadi optimal. sampai 2016, AGP diperbolehkan yaitu virginiamisin/streptogramin, avilamisin, basitrasin, flavomisin, enramisin b. Koksidiostat mencegah kerusakan asam lemak tidak jenuh dan vitamin yang larut lemak yang terkandung dalam ransum akibat proses oksidasi c. Acidifier senyawa yang ditambahkan untuk menjaga keseimbangan mikroba di dalam saluran percernaan dengan cara mempertahankan pH. Contohnya : asam sitrat dan asam laktat d. Probiotik dan Enzim Probiotik : bahan tambahan pakan berupa mikroba hidup yang berperan membantu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Probiotik membantu meningkatkan keseimbangan mikroba di dalam saluran pencernaan Mikroorganisme ada dalam probiotik : Saccharomyces, Aspergillus. Enzim sintetis yang digunakan: Enzim pitase berfungsi memecah ikatan antara phytat dan fosfor e. Mold inhibitor dan toksin briden Mold inhibitor : bahan yang ditambahkan berfungsi menghambat pertumbuhan jamur pada ransum. Contoh : Asam propionat Toksin briden : tambahan pakan yang mengikat toksin yang dihasilkan jamur. Contohnya : sodium kalsium alumunium silikat Obat Hewan berdasarkan tingkat bahaya dalam pemakaian dan akibatnya, diklasifikasikan menjadi: a. Obat Keras b. Obat Bebas Terbatas c. Obat Bebas Obat Keras adalah Obat Hewan yang jika pemberiannya tidak sesuai dengan ketentuan dapat menimbulkan bahaya bagi Hewan dan/atau manusia yang mengkonsumsi produk Hewan tersebut. Obat Hewan yang diberikan secara parenteral Bahan diagnostik diklasifikasikan sebagai Obat Keras, jika: a. mengandung bahan yang termasuk klasifikasi Obat Keras; dan/atau b. bentuk sediaan dan cara penggunaannya dapat diklasifikasikan sebagai Obat Keras. Obat Bebas Terbatas adalah Obat Keras untuk Hewan yang diberlakukan sebagai Obat Bebas untuk jenis Hewan tertentu dengan ketentuan disediakan dalam jumlah, aturan dosis, bentuk sediaan dan cara pemberian tertentu serta diberi tanda peringatan khusus Obat Bebas adalah Obat Hewan yang dapat dipakai secara bebas oleh setiap orang pada Hewan. BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) = dosage forms adalah suatu formulasi obat yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat, umumnya dimasukkan suatu zat tambahan, sehinga didapat suatu produk (dengan dosis-unit, volume, serta sediaan yang diinginkan) yang siap untuk dipakai oleh pasien Manfaat bentuk Sediaan : 1. Melindungi kerusakan bahan aktif. 2. Menutupi rasa dan bau yang kurang menyenangkan (meningkatkan palatibilitas) 3. Menjaga stabilitas bahan obat. 4. Memberi kerja obat optimal dan aman Faktor-farktor pemilihan sediaan obat dalam penulisan resep : 1. Faktor BAHAN OBAT Sifat fisiko-kimia obat a. Higroskopis, lebih baik dibuat cairan. Obat tidak stabil dalam cairan, sebagai contoh asetosal apabila dibuat minuman akan terurai menjadi asam salisilat dan asetaldehid b. Tidak larut dalam air, dapat dipilih bentuk sediaan padat, seandainya dipilih cairan ukuran partikel kecil sehingga absorpsinya lebih cepat c. Bahan dirusak oleh asam lambung, sebaiknya diberikan dalam bentuk injeksi secara parenteral atau apabila bentuk sediaan padat dipilih bentuk tablet salut enterik. Hubungan aktivitas/ stuktur kimia obat – Derivat barbiturat (short-acting) diberikan dalam bentuk sediaan injeksi – Derivat barbiturat (long acting) diberikan dalam bentuk sediaan padat yaitu pulveres, tablet atau kapsul Biofarmasetika dan farmakokinetika bahan obat – Obat yang mengalami first past effect di hati sebagai contoh isosorbid dinitrat diberikan secara sub lingual atau nitrogliserin secara transdermal Bentuk sediaan yang paling stabil Obat untuk sistemik 2. Faktor PASIEN Umur Lokasi atau bagian tubuh dimana obat tersebut bekerja – efek lokal - cair (solusio, emulsi, suspensi) - setengah padat (unguentum,cream, gel, pasta) - khusus (supositoria, ovula, spray, aerosol/inhalasi) – penyerapan atau penetrasi obat melalui kulit : transdermal, injeksi Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki Keadaan umum pasien – pasien tidak sadar : dipilih BSO injeksi atau supositoria – pasien tidak dapat diberikan per oral, misalnya hiperemesis, post operasi saluran cerna, kejang maka dipilih BSO injeksi atau supositoria Bentuk terapeutik obat optimal dan Efek Samping minimal Bentuk sediaan yang paling cocok bagi pasien – Bahan obat sangat pahit meskipun larut dalam air, tidak diberikan dalam bentuk cairan, akan tetapi dipilih bentuk sediaan padat (misalnya kapsul) kecuali terdapat preparat esternya (misalnya chloramphenicol palmitat, erythromycin etylsuccinat) – Bahan obat berasa amis, dipilih bentuk sediaan tablet salut gula atau kapsul, jangan memilih BSO padat pulveres BENTUK SEDIAAN OBAT SEDIAAN SEDIAAN SEDIAAN PADAT SEDIAAN CAIR SETENGAH PADAT KHUSUS Pulvis Salep Solutio (larutan) Inhalasi- Pulveres Krim Sirup Aerosol Kapsul Pasta Elixir S. parenteral Tablet Gel Suspensi Implant Pil, bolus Sapo (sabun) Emulsi S. Transdermal Linimentum Guttae Suppositoria Granul SEDIAAN PADAT : Pulvis-Pulveres (serbuk) Bahan atau campuran obat yang homogen dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk serbuk halus dan relatif stabil serta kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan obat dalam. Serbuk untuk obat dalam disebut pulveres (serbuk yang terbagi berupa bungkus-bungkus kecil dalam kertas dengan berat umumnya 300mg sampai 500mg dengan zat tambahan umumya Saccharum lactis) Pulvis adalah serbuk tak terbagi. Untuk bobat luar disebut Pulvis adspersorius (Serbuk tabur). Kelebihan Pulveres untuk oral : Cocok untuk obat yang tidak stabil dalam bentuk cairan Absorbsi obat lebih cepat dibanding dalam bentuk tablet Tidak cocok untuk obat yang mempunyai rasa tidak menyenangkan, dirusak dilambung, iritatif, dan mempunyai dosis terapi yang rendah. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan si pasien Sifat Pulvis adspersorius : Selain bahan obat, mengandung juga bahan profilaksi atau pelicin Untuk luka te,rbuka sediaan harus steril Harus bebas dar organisme patogen Bila menggunakan talk harus steril, karena bahan-bahan tersebut sering terkontaminasi spora, tetanus , menyebabkan gangren. Cara peyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, ditempat yang sejuk, dan terlindung dari sinar matahari. Contoh : Salicyl bedak (Pulv. Adspersorius) Oralit (Pulvis untuk obat dalam ) dalam kemasan sachet Sediaan Padat : KAPSUL Kapsul adalah sediaan padat dengan cangkang keras atau lunak dari berbagai bentuk dan ukuran, biasanya mengandung satu dosis tunggal dari zat aktif dan dipersiapkan untuk pemberian secara oral Jenis cangkang kapsul : cangkang keras dan lunak Terdapat juga jenis salut enterik dan lepas lambat Dapat juga digunakan untuk puyer yang terasa pahit (dimasukkan dalam kapsul), memudahkan klien dalam memberikan obat ke hewan Sifat : Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi Dapat menutupi bau dan rasa yang tidak menyenangkan Tepat untuk obat yang mudah teroksidasi, bersifat higroskopik, dan mempupunyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan. Kapsul lebih mudah ditelan dibandingkan bentuk tablet. Setelah cangkang larut dilambung, bahan aktif terbebas serta terlarut maka proses absorbsi baru terjadi ( di gastrointestinal ) Sediaan Padat : TABLET Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan tambahan. Bentuk tablet biasanya seragam, silinder, rata atau cembung, ditandai dengan simbol atau tanda-tanda lain. Jenis-jenis tablet 1. Tablet biasa 2. Tablet salut 3. Tablet effervesen 4. Tablet pelepasan terkendali Sifat : Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan. Tidak tepat untuk : obat yang dapat dirusak oleh asam lambung dan enzim pencernaan obat yang bersifat iritatif Formulasi dan pabrikasi sediaan obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas bahan aktif. Dengan teknik khusus dalam bentuk sediaan multiplayer obat-obat yang dapat berinteraksi secara fisik/kimia, interaksinya dapat dihindari Tablet yang berbentuk silindris dalam perdagangan disebut Kaplet SEDIAAN SETENGAH/SEMI PADAT Sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir Dalam veteriner, dapat digunakan untuk tujuan per-oral Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang sesuai Sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih dasar salep dengan satu atau lebih zat aktif yang larut atau terdispersi Sediaan setengah padat topikal yang digunakan untuk luka kulit adalah steril SALEP Sediaan setengah padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu, dengan bahan obat yang terkandung harus terbagi rata atau terdispersi homogen dalam bahan pembawa. Bahan pembawa : dasar salep Hidrokarbon (vaselin album dan vaselin flavum) dasar salep Absorbsi (adeps lanae dan lanolin). Sifat : Daya penetrasi paling kuat bila dibandingkan dengan bentuk sediaan padat lainnya. Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi Obat kontak dengan kulit cukup lama sehingga cocok untuk dermatosis yang kering dan kronik serta cocok untuk jenis kulit yang bersisik dan berambut. Tidak boleh digunakan untuk lesi seluruh tubuh. Contoh : Tolmicen 10 ml, Polik oint 5 g JELLY (GEL) Merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan Sediaan semi padat yang sedikit cair, kental dan lengket yang mencair waktu kontak dengan kulit, mengering sebagai suatu lapisan tipis, tidak berminyak. Sifat : Obat dapat kontak kulit cukup lama dan mudah kering Dapat berfungsi sebagai pendingin dan pembawa obat Bahan dasar mempunyai efek pelumas tidak berlemak sehingga cocok untuk dermatosa kronik Biasanya untuk efek lokal, pemakaian yang terlalu banyak dapat memberikan efek sistemik. Contoh : Bioplasenton Jelly 15 mg, KRIM Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan sejuk bila dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum dapat berupa emulsi O/W atau emulsi W/O. Sifat : Absorbsi obat sangat baik dan mudah dibersihkan dari kulit Kurang stabil dalam penyimpanan karena banyak mengandung air dan mudah timbul jamur bila sediaan dibuka segelnya. Dapat berfungsi sebagai pelarut dan pendingin Sediaan ini cocok untuk dermatosa akut. Contoh : Chloramfecort 10 g, Hydrokortison 5 g, Scabicid 10 g PASTA Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar ( 40 — 60% ), dengan bahan pembawa Bahan pembawa berlemak = vaselin atau paraffin cair atau Bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, sabun. Sifat : Obat dapat kontak lama dengan kulit Sediaan ini cocok untuk dermatosa yang agak basah (Sub akut atau kronik ) Dapat berfungsi sebagai pengering, pembersih, dan pembawa Tidak bisa digunakan untuk kulit yang berambut dan dermatosa yang eksudatif Untuk lesi akut dapat meninggalkan kerak vesikula Contoh : Pasta Lassari SEDIAAN CAIR Departemen Farmakologi BENTUK SEDIAAN OBAT SEDIAAN SEDIAAN SEDIAAN PADAT SEDIAAN CAIR SETENGAH PADAT KHUSUS Pulvis Salep Solutio (larutan) Inhalasi- Pulveres Krim Sirup Aerosol Kapsul Pasta Elixir S. parenteral Tablet Gel Suspensi Implant Pil, bolus Sapo (sabun) Emulsi S. Transdermal Linimentum Guttae Suppositoria Granul 1. LARUTAN (SOLUTIO) Mengandung satu atau lebih zat terlarut Solute : zat terlarut Solven : cairan pelarut biasanya air Sifat : Obat homogen dan absorbsi obat cepat Bersifat stabil Utk obat luar : pemakaian mudah & cocok utk yg sukar menelan Utk yg pahit & bau tidak enak : bisa diberi pemanis dan perasa Sediaan oral diberikan dgn sendok (C atau Cth) atau dgn ukuran volume 2. SIRUP Istilah “sirup” digunakan untuk : Bentuk sediaan cair yg mengandung gula/saccharose 64-66% Larutan sukrosa hampir jenuh dgn air Sediaan cair yg dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral Sifat : Homogen Lebih kental & lebih manis dibanding solutio SIRUP KERING Sediaan padat berupa serbuk/granula yang terdiri dari bahan obat, pemanis, perasa, stabilisator, dan bahan lain kecuali pelarut Apabila akan digunakan ditambahkan pelarut (air) dan akan mjd suspensi Sifat Biasanya mrpkn anti-mikrobia atau bahan kimia lain yang tidak stabil dalam bentuk cair dalam waktu lama Memberikan rasa enak Kecepatan absorbsi obat tergantung ukuran partikel Setelah ditambahkan air (aquades) hanya tahan +7 hari pd suhu kamar atau + 14 hari di dalam almari pendingin 3. SUSPENSI Sediaan bahan cair yang mengandung bahan padat halus yg tidak larut tp terdispersi dala cairan/vehikulum, Umumnya mengandung stabilistor untuk menjamin kestabilannya, penggunaan dikocok dulu sebekum dipakai Bisa ditambah pemanis dan perasa shg rasanya lebih enak dari solutio Kecepatan absorbsi obat tergantung ukuran partikel yg terdispersi 4. EMULSI Adl campuran dua bahan cair yang tidak dpt bercampur secara homogen (minyak dan air) bisa tercampur (terdispersi) scr homogen Memerlukan stabilisator : emulgator (tween, cera alba, trietanolamine, PGA-phospho gliserat acid) Dua tipe : air terdispersi dlm minyak (W/O) atau minyak terdispersi dlm air (O/W) Kurang stabil dlm suasana panas, lingkungan asam Meningkatkan absorbs obat yg bersifat (/seperti) minyak Penggunaan harus digojog dulu 5. ELIXIR Larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut Utk mengurangi proporsi etanol bisa ditambah kosolven (pelarut) yg lain, spt gliserin atau propilenglikol Kadar alkohol antara 3-7,5%, biasanya sekitar 3,15% Kegunaan alkohol selain sebagai pelarut, juga sebagai pengawet atau korigen saporis Sifat: Kurang manis dan kurang kental dibandingkan sirup Utk pasien yg kesulitan menelan massa padat Waspada thd pasien yg tidak tahan alcohol (manusia) 6. GUTTAE (Obat Tetes) Dapat berbentuk larutan, suspensi atau emulsi Alat tetes : pipet ukur ( 1 tetes = 0,05 mL) Volume pipet (ukuran 0.3, 0.5, 0.6, 1 mL) TETES MATA : Sifat: Harus steril dan jernih Isotonis dan isohidris sehingga mempunyai aktivitas optimal Untuk pemakaian berganda perlu tambah pengawet TETES TELINGA Sifat : Bahan pembawanya sebaiknya minyak lemak atau sejenisnya yang mempunyai kekentalan yang cocok (misal gliserol, minyak nabati, propilen glikol) sehingga dapat menempel pada liang telinga. pH sebaiknya asam ( 5-6 ) TETES HIDUNG Sifat : pH sekitar 5,5 sampai 7,5 Pada umumnya ditambahkan bahan pengawet dan stabilisator. SEDIAAN KHUSUS 1. INHALASI-AEROSOL Sediaan yg cara penggunaannya : Dihirup melalui mulut/hidung Disemprotkan pada kulit (topikal) AEROSOL/GAS Sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis Cara penggunaan : dengan ditekan pada tutup botol sehingga memancarkan cairan dan atau bahan padat dalam media gas. Produk aerosol dapat dirancang untuk mendorong keluar isinya dalam bentuk kabut halus, kasar, semprotan basah atau kering atau busa. INHALASI Obat atau larutan obat yang diberikan lewat nasal atau mulut dengan cara dihirup dimasukkan untuk kerja setempat pada cabang-cabang bronchus atau untuk efek sistemik lewat paru- paru. 2. SEDIAAN PARENTERAL Wadah dibuat transparan agar mempermudah pengamatan terhadap isi Wadah berbahan kaca atau plastik. Penutup wadah dapat ditembus oleh jarum suntik dan pada saat penarikan jarum segera menutup kembali sehingga mencegah pencemaran Kategori S. Parenteral : injeksi, infus, larutan pekat untuk injeksi atau infus, serbuk untuk injeksi atau infus, gel untuk injeksi, implan SEDIAAN INJEKSI Sifat Cocok untuk pasien dalam keadaan Sediaan steril yang tidak kooperatif, tidak sadar, atau pemberiannya secara keadaan darurat. parenteral (I.M., S.C., Obat bekerja dengan cepat I.V., dll) Cocok untuk obat yang dirusak oleh Dapat berupa larutan, asam lambung suspensi, emulsi, atau Harga obat relatif lebih mahal serbuk yang dilarutkan Pemberian obat memerlukan spuit atau disuspensikan injeksi. lebih dahulu sebelum Bedakan dengan sediaan infus IV digunakan Contoh sediaan : Larutan, Contoh : Aminophylin vial 10 ml, Dilantin ampul 2m1, Glukosum flacon 10ml, ATS ampul 1 ml, Delladryl vial 15 ml Suspensi, Contoh : Procaine PenicillinG Flacon 10 ml, Cortisone acetat 100 ml Serbuk kering. Contoh : Chloramex vial 1000 mg, Kemicitine succinate Vial 1000 mg INFUS Infus adalah larutan steril, larutan jernih atau emulsi dengan air. Biasanya isotonik dengan darah. Pada umumnya dibuat dengan volume besar. Infus tidak dapat mengandung bahan pengawet. Larutan infus harus jernih, bebas dari mikroorganisme, partikel dan pirogen Contoh : ringer laktat, dekstrosa IMPLAN Implan adalah sediaan dengan masa padat, steril, berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa bahan tambahan) dibuat dengan cara pengepakan, pencetakan atau cara lain yang sesuai. Implan ditanam dalam tubuh (subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama Implan ditanam dengan bantuan injektor khusus yang sesuai atau dengan sayatan bedah. Bentuk sediaan ini digunakan untuk pemberian hormon seperti testosteron atau estradiol Contoh implan 3. VAGINAL DOSAGE FORMs Sediaan ini untuk vagina dapat berbentuk cair, padat, setengah padat yang cara penggunaannya dengan menggunakan aplikator (alat khusus) dimasukkan kedalam liang vagina sedalam-dalamnya. Untuk tablet vagina dapat dimasukkan langsung dalam rongga vagina. Berefek lokal sebagai antiseptik, antiinfeksi, dan kouterisasi Bentuk : vaginal-douche, ovula, tablet vagina, krim/jelly 4. SUPPOSITORIA Bentuk sediaan padat yang mengandung obat, cara penggunaanya dengan memasukkanya kedalam rektum, vagina, atau uretra. Bertujuan untuk efek lokal atau sistemik Untuk tujuan sistemik cocok untuk obat-obat yang bersifat: iritasi dan toksik di Gastrointestinal tidak stabil pada pH Gastrointestinal dirusak oleh enzim di Gastrointestinal rasa tidak menyenangkan Dalam pemakaiannya perlu diperhatikan tentang : Kegiatan pasien dalam hal cara penggunaan dan waktunya, agar mendapatkan efek yang optimal (missal. pagi hari setelah defekasi). Absorbsi bahan aktif sering tidak sempurna. Sediaan ini cocok untuk pasien yang mual, muntah atau post operasi, tidak sadar, atau gangguan mental (pd manusia) 5. SEDIAAN TRANSDERMAL Suatu obat yang dapat menembus permukaan kulit dan masuk sirkulasi sistemik atau ke tempat aksi secara cepat. Bentuk sediaan ini terdapat beberapa ukuran yang berhubungan dengan konsentrasi obat. Dikemas spesifik sehingga obat menempel pada kulit bagian tubuh yang dimaksud Sistem yang memungkinkan obat bekerja berhari-hari dan juga cepat dihentikan efeknya Sediaan utk manusia Sifat : obat mudah diabsorbsi karena tidak rusak oleh pH lambung aktivitas enzim, interaksi obat dan makanan. Cocok untuk penderita mual, muntah, diare Menghindari first pass effect Menghindari resiko terapi secara parenteral Memperpanjang aktivitas obat yang mempunyai waktu paruh pendek. Memungkinkan terapi yang berhari-hari dengan pemakaian tunggal Memungkinkan penghentian efek obat secara cepat Memungkinkan percepatan identifikasi apabila terjadi keadaan darurat 6. SEDIAAN INTRA-MAMMARY Adalah sediaan steril yang diharapkan sampai ke kelenjar susu melalui saluran puting susu untuk pengobatan atau pencegahan infeksi penyakit. Terdapat 2 kategori utama yaitu untuk hewan sedang menyusui dan hewan masa kering/tidak menyusui Sediaan intramamari dapat berbentuk larutan, emulsi, suspensi, atau sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dalam satu campuran yang sesuai Kecuali dinyatakan lain, sediaan intramamari harus dikemas dalam wadah untuk satu kali penggunaan dalam satu saluran puting susu dari satu hewan. Jika disiapkan dalam wadah multidosis, sediaan harus mengandung bahan pengawet dengan konsentrasi tepat. 8. SEDIAAN INTRA-UTERINE Sediaan intrauterine untuk hewan merupakan sediaan cair, setengah padat (semisolid), atau sediaan padat untuk pemberian langsung pada uterus (serviks, caviti atau fundus), memberikan efek lokal. Mengandung satu atau lebih zat aktif dalam pembawa yang sesuai Wadah untuk sediaan intrauterin obat hewan memenuhi persyaratan tertentu. Beberapa kategori dari sediaan intrauterin : Tablet intrauterin, kapsul intrauterin, Larutan intrauterin, emulsi dan suspensi, larutan intrauterin pekat Sediaan semisolid intrauterin Intrauterine foam Sediaan Obat Alami Departemen Farmakologi FKH UGM Permentan No.14 th 2017 OBAT HEWAN : Obat yang khusus dibuat untuk hewan Obat hewan digolongkan menjadi : sediaan biologik sediaan farmasetik premiks obat alami Obat alami : berasal dari tumbuhan, hewan ataupun mineral SIMPLISIA & EKSTRAK Simplisia : bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, umumnya berupa bahan yang dikeringkan Jenis simplisia : nabati, hewani, mineral Ekstrak : sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari suatu simplisia dengan pelarut yang sesuai Ekstraksi : kegiatan penarikan senyawa (aktif) yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut, dengan menggunakan pelarut cair KATEGORI OBAT ALAMI Jamu : ramuan tradisional yang disediakan secara tradisional yang belum teruji secara klinis, misalnya dalam bentuk serbuk, seduhan, pil, maupun cairan yang berisi bahan nabati atau hewani. Obat Herbal Terstandar : Obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tumbuhan obat, hewan, maupun mineral, yang sudah melewati tahap uji praklinis Fitofarmaka : obat tradisional yang telah ditunjang dengan bukti ilmiah dari penelitian praklinik sampai dengan uji klinik pada manusia dengan kriteria yang memenuhi syarat ilmiah, protokol uji yang telah disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika dan tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat. Logo Obat Alami SIMPLISIA Bahan Keamanan baku dan Mutu Bahan EKSTRAK Tambahan Bahan Awal semua bahan baku baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan OA Produk Jadi produk yang telah melalui seluruh tahap proses PERLU DITENTUKAN pembuatan. (termasuk OHT dan Fitofarmaka) PERSYARATAN MUTUNYA Bahan Tambahan bahan yang ditambahkan ke dalam OA untuk mempengaruhi sifat atau bentuk OA yang terbukti aman dan tidak memberikan efek farmakologis Bahan Tambahan FUNGSI : membantu dalam proses pembuatan obat tradisional; melindungi, membantu atau meningkatkan stabilitas obat tradisional, atau akseptabilitas konsumen; membantu identifikasi produk; atau meningkatkan atribut lain yang berkaitan dengan keamanan dan efektifitas obat selama penyimpanan atau penggunaan. Pemanis: gula tebu, gula aren, gula kelapa, gula bit, daun stevia, sorbitol, BAHAN TAMBAHAN mannitol, isomalt, maltitol, lactitol, xylitol (ditemukan pada bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik/fermentasi) Pewarna: riboflavin, karmin, klorofil, karamel, beta karoten ALAMI Antioksidan: alfa-tokoferol; asam askorbat, BHA, BHT, TBHQ, propil galat, dsb Pengawet: Asam benzoat, Serbuk dengan bahan baku simplisia tidak BUATAN Asam sorbat, metil para- boleh mengandung pengawet. hidroksil benzoat, propil para-hidroksil benzoat Sediaan yang diperbolehkan mengandung pengawet adalah serbuk dengan bahan Pemanis: aspartame, baku ekstrak , Sediaan obat dalam lainnya sakarin, natrium siklamat, dan sediaan obat luar. sukralosa, neotam Pewarna: Kuning FCF CI, merah altura Cl, Hijau FCF CI, dsb Tujuan Dibuatnya Sediaan Obat Alami Untuk memisahkan zat berkhasiat yang terkandung dalam simplisia dari bagian lain yang dianggap tidak bermanfaat Menutupi rasa dan bau yang tidak enak (meningkatkan palatabilitas) Membuat sediaan yang sederhana dan mudah dipakai Menjaga stabilitas zat aktif obat alami, misalnya penyimpanan yang lama Pemilihan Bentuk Sediaan Obat Alami Faktor bahan obat herbal Sifat fisiko-kimia : Kelarutan, Larut dalam air => dibuat larutan Tidak larut dalam air => dibuat dalam bentuk suspensi, lotion, emulsi Kestabilanlebih stabil dalam bentuk krim, salep, atau emulsi Faktor penyakit pasien Lokasi atau bagian tubuh di mana obat harus bekerja Efek lokal : lotion, salep krim, pasta perhatikan; kulit biasa atau berambut, area luas? Efek sistemik : cair (solutio, emulsi, suspensi), diberikan secara per-oral BENTUK SEDIAAN OBAT SEDIAAN SEDIAAN SEDIAAN PADAT SEDIAAN CAIR SETENGAH PADAT KHUSUS Pulvis Salep Solutio (larutan) Inhalasi- Pulveres Krim Sirup Aerosol Kapsul Pasta Elixir S. parenteral Tablet Gel Suspensi Implant Pil, bolus Sapo (sabun) Emulsi S. Transdermal Linimentum Guttae Suppositoria Granul Sediaan Obat Alami Berdasarkan Cara Pemberiaan BS Herbal Cara pemberiaan Oral Topikal Padat Cair Salep Larutan Suspensi Emulsi Infus Krim Injeksi ? Pasta Tetes mata? Gel Sediaan Jamu SEDIAAN TRADISIONAL : Rebusan/Infusa/Dekokta : Bahan baku berupa simplisia (bahan kering) atau serbuknya dipanaskan dengan air kemudian disaring Seduhan : Serbuk simplisia diaduk dengan air matang panas dan diminum beserta ampasnya Seduhan celup : Bahan simplisia yang dikecilkan dimasukkan dalam kantong celup untuk diseduh dengan air panas Perasan : Bahan segar dicuci kemudian diperas dengan ditambah sedikit air, diminum air perasannya SEDIAAN FARMASETIS Kapsul, tablet, granul, sirup, serbuk instan bahan baku dari ekstrak Padat Serbuk Berupa satu jenis simplisia, atau campuran beberapa jenis simplisia Berupa butiran homogen dengan derajat halus yang sesuai Bahan baku: simplisia, ekstrak, atau campurannya Pil Berupa massa bulat Bahan baku: serbuk simplisia dan/atau ekstrak Kapsul Terbungkus cangkang keras Kapsul lunak: terbungkus cangkang lunak; Bahan baku: ekstrak kering, bahan cair, campuran ekstrak kental dengan/atau tanpa bahan tambahan dan/atau serbuk simplisia LARUTAN (SOLUTION) Sediaan berupa cair homogen Ekstrak herbal yang larut dalam pelarut (solvent) tertentu Pembantu kelarutan : etanol Maks. Kadar etanol bekerja pada organ yang sama, reseptor berbeda Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit (obat jantung, transmisi neuromuskular dan ginjal Obat A Obat B Efek Digitalis Diuretik, amfoteresin B Hipokalemia oleh obat B Toksisitas obat A meningkat Antihipertensi AINS Retensi air dan garam oleh B INTERAKSI FARMAKOKINETIK Interaksi dapat terjadi di level : Absorbsi Distribusi Metabolisme Ekskresi Interaksi farmakokinetik yang penting -- > mempengaruhi : Perubahan metabolisme obat Transporter obat Pengikatan protein A. Interaksi dalam Absorbsi 1. Interaksi langsung Interaksi fisika dan kimia antar obat dalam lumen GI sebelum absorbsi => dpt menganggu proses penyerapan obat (absorbsi obat akan menurun) Dapat diatasi dengan mengatur jarak pemberian kedua obat Obat 1 Obat 2 Efek Tetrasiklin Kation polivalen (Ca, Mg, Al, Fe) Menurunkan absorbsi Tetrasiklin Digoksin, Adsorbensia (kaolin) Absorbsi digoksin menurun digitoksin eritromycin Sucralfate ; kation Norfloxacin; fluoroquinolon Menurunkan absorbsi divalent antibiotik 2. Perubahan pH cairan GI Cairan GI yang mjd alkalis (akibat antasida, H2 bloker atau penghambat pompa proton) => peningkatan kelarutan obat bersifat asam dan menurunkan kelarutan obat bersifat basa Obat I Obat 2 Efek Antasida, H2 bloker, Aspirin, Kelarutan obat 2 penghambat pompa proton glibenklamid meningkat Absorbsi obat 2 meningkat Antasida Fe pH lambung meningkat, Absorbsi obat B turun Vitamin C Fe pH lambung turun Absorbsi obat meningkat 3. Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus Semakin cepat obat sampai di usus (cepat pengosongan lambung) → semakin cepat pula obat di absorpsi → kadar dlm darah cepat meningkat Obat yang memperpendek waktu transit usus (WTU) akan mengurangi jumlah absorbsi obat → bioavailabilitas menurun Obat A Obat B Efek Metoklopramid, Parasetamol, diazepam, Obat A mempercepat pengosongan laksansia, Mg(OH)2 propanolol lambung Mempercepat abs. obat B Metoklopramid, Digoksin, prednison Obat A memperpendek WTU, laksansia, Mg(OH)2 bioavailabilitas obat B turun Imipramine Levodopa Penghambatan pengosongan lambung → absorbsi tertunda B. Interaksi dalam Distribusi Interaksi dalam ikatan dgn protein plasma Ikatan obat dengan protein plasma tergantung dari sifat asam atau basa obat tersebut Adanya kompetisi obat untuk berikatan dengan protein yang sama Kadar dan afinitas obat terhadap protein mempengaruhi efek/toksisitas obat lain C. Interaksi dalam Metabolisme Kategori : 1. Hambat metabolisme 2. Induksi enzim metabolisme 3. Gangguan ekskresi empedu dan sirkulasi enterohepatik 1. Hambat Metabolisme 2. Induksi Metabolisme 3. Gangguan ekskresi empedu dan sirkulasi enterohepatik SUBSTRAT PENGHAMBAT EFEK Rifampisin Probenesid Ekskresi rifampisin menurun Estrogen (Kontrasepsi Antibiotik Spektrum luas Daya reabsorbsi oral) menurun D. Interaksi dalam Ekskresi Bisa disebabkan oleh : Gangguan eksresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat Kompetisi untuk sekresi di tubulus ginjal Perubahan pH urin Perubahan kesetimbangan Na tubuh total Penatalaksanaan interaksi obat 1. Waspada terhadap pasien yang memperoleh obat-obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat lain 2. Menghindari penulisan resep dengan kombinasi obat yang berinteraksi 3. Melakukan penyesuaian dosis 4. Melakukan pemantauan klinis untuk menemukan berbagai efek yang tidak diinginkan (data rekam medis yg baik) Referensi Katherine L. 2002. Incidence of drug interactions in veterinary critical care patients. PhD Dissertation. Washington State University, Pullmann, USA. 198 Pages. Madadi et al., 2014, Evaluation of Drug Interactions and Prescription Errors of Poultry Veterinarians in North of Iran, Poultry Science Journal, 2(1): 25-35 Karen Baxter, stockley’s drug interactions, 2010 Cooke RG. 2005. Appendix 1: Drug Interactions dalam The Veterinary Formulary 6th Ed. Pharmaceutical Press APLIKASI OBAT DAN ALAT KESEHATAN Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada 2023 Administrasi Obat Hewan Dokter Hewan → Pemberian obat untuk tujuan terapeutik Teknis pemberian obat → Dokter Hewan dan Paramedis Prinsip pemberian obat: Tepat pasien Tepat obat → periksa label 3x sebelum memberikan obat Tepat dosis Tepat rute pemberiannya Tepat waktu dan frekuensi Tepat dokumentasi Alat Penghantaran Obat Hewan 1. Beragam bentuk sediaan veteriner dan bermacam-macam perlakuan terhadap berbagai spesies hewan => dibutuhkan perangkat atau alat khusus untuk menjamin pengobatan atau perlakuan yang tepat, aman, efektif, dan murah 2. Alat untuk mengadministrasikan bentuk sediaan obat hewan , secara: Peroral Topikal Parenteral Nasal /Inhalasi Peralatan untuk Aplikasi Peroral Balling guns Esophageal delivery devices Drench syringes Liquid drench guns Powder drench guns Paste dispensers Water medication metering devices Rumen lodging devices Hollow bits Non pyloric passage devices Miscellaneous oral dose dispensers Buyoant devices Prolonged release devices Balling Guns Biasanya digunakan pada sapi, kuda, babi, domba, kambing, anjing, kucing, dll Terdiri dari sebuah tabung pemegang obat dan penekan Cara : tabung yang berisi bolus atau kapsul dimasukkan ke dalam mulut hewan hingga pada bagian bawah belakang lidah kemudian tekan bagian penekan sehingga secara refleks, hewan akan menekan bolus yang diletakkan didalam tabung balling gun Esophageal delivery devices Peberian obat secara langsung ke dalam perut hewan, mempunyai beberapa keuntungan : Pemberian obat lebih efektif Seluruh obat masuk ke dalam perut Zat aktif yang dapat mengiritasi atau menyebabkan luka pada esofagus dan faring (seperti carbon disulfide dan kloral hidrat) dapat diberikan secara aman Makanan, air dan obat-obatan dapat diberikan pada hewan yang tidak bisa atau menolak makan atau ada luka di faring dan/esofagus Perangkat yang digunakan ada 2 jenis Penyemprot (syringes) Tabung (tubes) Drench syringes Drench syringes atau penyemprot minuman dapat terdiri dari satu volume yang ditentukan dulu atau “hypodrench” yang diatur untuk memberikan sejumlah larutan atau suspensi yang diinginkan ke dalam kerongkongan. Volume syringe mulai dari ukuran 2-32 oz, terbuat dari logam. Powder drench guns Pemberian obat berbentuk serbuk pada hewan besar dapat menggunakan powder drench gun Cara : setelah sejumlah serbuk yang diperlukan ke dalam laras dan masukkan ke dalam mulut hewan, pemicu ditarik dan semprotkan serbuk di mulut Paste dispensers Formulasi pasta secara peroral untuk hewan, diberikan dengan menggunakan senapan pasta, syringe pasta, botol dan tabung pijit (squeeze) Contoh : pet calorie (suplemen diet kalori tinggi dalam bentuk pasta untuk mengobati anakan yang mengalami malnutrisi) Water medication metering devices Pengobatan untuk hewan jumlah besar (Unggas), dapat dilakukan dengan menambahkan obat ke dalam air minumnya. Contoh : obat-obatan, vaksin, obat cacing, elektrolit, disinfektan dan sufaktan antibloat Alat pengukur pengobatan dengan air ini umumnya dikategorikan menjadi 2 yaitu in-line dan trough Hollow bits Hollow bits digunakan pada kuda. Panas dari mulut kuda dan aksi saliva secara bertahap akan mengalirkan bahan aktif melalui perforasi ke dalam hollow bits. Bahan aktif akan dimasukkan ke dalam kompartemen dalam bentuk permen Non pyloric passage devices Alat ini dapat berada dalam perut hewan untuk jangka waktu cukup lama jika lebih besar dari pembuka pilorus. Namun, karena diameter pilorus antar hewan berbeda dan alat memiliki diameter yang cukup besar sehingga sulit untuk ditelan Topical devices 1. Pour on/spot on application 2. Dust bags 3. Spray race and dip 4. Teat dip 5. Aerosol dispensers 6. Flea and tick collars 7. Percutaneous devices Pour on/spot on application Suatu produk cairan yang mempengaruhi aktivitas sistemik setelah diaplikasikan pada punggung hewan atau pada spot yang terkonsentrasi pada bagian punggung hewan. Sediaan ini digunakan untuk terhindar dari serangga penghisap darah hewan dan cacing. Contoh anti ektoparasite: Ivermectin 0,5% Keuntungan : Berkurang resiko trauma akibat injeksi Tidak memerlukan ketrampilan khusus Tidak perlu steril Pengobatan secara mudah dan aman Hewan dapat diobati lebih cepat Dust bags Kantong berisi serbuk insektisida digunakan secara topikal untuk menanggulangi lalat tanduk, kutu Pemberian obat tersebut tergantung pada gerakan/gosokan yang dilakukan pada saat hewan berjalan disamping atau dibawah dust bag Bagian bawah dust bag terdapat poros (kantong berpori) untuk megeluarkan serbuk. Bagian luarnya terlindungi oleh bahan yang fleksible, tahan terhadap udara dan kedap air Dips Digunakan untuk mengontrol ektoparasit yang menyerang hewan. Dipping merupakan metode intensif yang dilakukan untuk menjaga atau mengontrol ektoparasit pada hewan Formulasi dip yaitu bahan obat terdilusi pada suatu kolam mandi, tempat dimana hewan berada didalamnya. Ukuran kolam dirancang dengan ukuran besar, lebar, dan kedalaman yang sesuai untuk merendam hewan Bahan obat : tidak toksik terhadap hewan, toksik terhadap ektoparasit, pengenceran tepat Stabil Tidak inaktif ketika dilarutkan Aerosol dispensers Keuntungan : pengobatan langsung ke daerah sasaran, Obat diberikan tanpa iritasi mekanis ke daerah sensitif Dosis dapat diberikan tanpa mengkontaminasi bahan yang tersisa Flea and tick collar Terdapat dua tipe : vapourus dan powder producing collar Vaporous berisi campuran cairan pestisida yang memerlukan tekanan untuk pengeluarannya melalui collar. Pestisida secara perlahan akan dikeluarkan ke udara sekitar hewan sehingga membunuh pest yang berada pada hewan tersebut Powder producing collar merupakan suatu bubuk yang mengandung cairan padat obat didalam resin. Setelah collar diproses, partikel obat bermigrasi ke resin dan membentuk lapisan partikel yang disebut sebagi “bloom”. Flea dan tick berpindah ke ke leher hewan, karena kontak dengan pestisida yang telah dilepaskan tersebut pest akan mati Percutaneous devices Wadah topikal : Absorpsi perkutan terkontrol suatu obat yang terdapat pada alat yang melekat dikulit hewan. Pemberian obat profilaksis secara konstansselama periode tertentu (jam, hari, minggu atau bulan) dan mudah dihentikan. Tampon telinga :Berupa bahan kenyal, silindris, ditempatkan di rongga telinga hewan, untuk pemberian hormon pertumbuhan, kortikosteroid, antibiotik, dan obat lainnya untuk jangka waktu yang panjang Parenteral devices 1. Single dose Syringe 2. Multiple dose syringes 3. Automatic syringes 4. Multi compartement syringe 5. Pole mauntes syringe 6. Mastitis syringes 7. Jet injectors 8. Projectile delivery system, 9. Implanting devices 10. Intrauterine drug dispenser 11. Vaginal drug dispenser 12. Miscellaneous syringes (gas powdeed hypodermic syringe, motor actuated syringe, flexible needle syringe) Syringe Spuit atau syringe Adalah alat yang digunakan untuk pemberian secara IV / IM/ sub-cutan dengan volume tertentu Terdiri dari 3 bagian = silinder berskala, tutup (tempat menempel jarum pada ujungnya), dan piston dengan pegangannya (plunger) Bahan : gelas semuanya; gelas + metal; plastik semuanya; metal semuanya Ukuran : 1 ml (insulin dan tuberkulin), 3 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, 50 ml. Masing-masing ukuran mempunyai penggunaan yang berbeda-beda JARUM SUNTIK Jarum Suntik Umum Europe menggunakan ukuran 1, 2, 14, 16, 18, 20 Asia (Jepang) 18G, 19G, 20G, 21G, 22G, 23G, 24G, 25G, 26G, 27G (makin besar nomor makin kecil diameternya) ANIMAL NEEDLE GAUGE Swine 16, 18 Cattle 16, 18 Horses 16, 18, 20 Dogs 20, 21, 22, 25 Cats 22, 25 Small exotics 23, 25, 27 Jarum suntik Spinal Digunakan untuk tindakan Lumbal Punctie (LP) (Spinal Needle) dan tindakan anestesi spinal Ukuran 8 cm dengan diameter 1 mm dan 1,2 mm Keistimewaannya didalamnya ada jarum lagi Scalp Vein needle Jarum Suntik Bersayap Buterfly infussion sets (abbott) Surflo winged infusion set (terumo) Iv infusion set Winged needle (ukuran 21, 22, 25, 27 G) Venofix Kegunaan berlaku sebagai vena tambahan dari tubuh kita untuk pengobatan IV jangka lama atau terputus-putus (interminten) Infus set Kegunaan Memberikan cairan infus dan darah (transfusi set) ke pasien Intravenous flow rate Makrodrip (15 tetes/cc) Seperangkat alat infus yang digunakan untuk pemberian cairan dalam volume besar (100 – 1000 ml) kepada pasien. Mempunyai ukuran 19, 21,23, 25 G. Mikrodrip Merupakan bagian dari infusion set untuk menampung cairan dengan volume tertentu dengan jumlah tetesan 60 tetes/cc. Mempunyai ukuran 19, 21, 23, 25 G Implanting devices Ada tiga macam implan yang digunakan : penanam susuk pelet, alat susuk bola, alat susuk lumer Nasal/Inhalation devices Digunakan untuk pengobatan vaksin secara intranasal sebagai larutan atau serbuk untuk sejumlah hewan secara bergantian atau terus menerus, dapat dilakukan dengan menggunakan : Automatic single or mutiple dose syringe Single dose dropper vial Spray dispensers Poeder mist dispensers