TM. 5 Gangguan Pernapasan pada Bayi Baru Lahir PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Universitas Brawijaya
Ns. Sholihatul Amaliya, M.Kep. Sp.Kep.An
Tags
Summary
This document is a study on neonatal asphyxia, detailing the condition's causes, symptoms, and implications for infants. It covers topics such as epidemiology, definitions, and nursing care plans.
Full Transcript
Keperawatan Anak Sakit Kronik dan Terminal Gangguan Pernapasan pada...
Keperawatan Anak Sakit Kronik dan Terminal Gangguan Pernapasan pada Bayi Baru Lahir Ns. Sholihatul Amaliya, M.Kep. Sp.Kep.An brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future CPMK (Capaian Pembelajaran Mata Kuliah) CPMK: Setelah mengikuti mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronik dan Terminal mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan pada anak dengan sakit kronik dan terminal dalam konteks keluarga secara profesional, sesuai dengan prinsip etik, hukum, dan budaya serta dilandasi ketakwaan kepada Tuhan YME secara mandiri dan kolaboratif pada sistem klien dalam rentang sehat sakit di tatanan laboratorium: Bayi dengan asfiksia dan RDS/HMD brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Outline 01 Gangguan Pernapasan pada bayi baru lahir Asfiksia RDS/HMD Asuhan Keperawatan pada bayi 02 baru lahir dengan gangguan system pernapasan Asfiksia RDS/HMD brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id Gangguan Pernapasan pada Bayi Baru Lahir brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Latar Belakang brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id Epidemiologi Asfiksia WHO melaporkan insidens asfiksia bervariasi antara 2 - 27 per 1000 kelahiran, tergantung pada lokasi, periode, dan kriteria definisi asfiksia yang digunakan. Asfiksia dilaporkan terjadi pada 1-4 per 1000 kelahiran hidup di negara maju dan 4 - 9 per 1000 kelahiran hidup di negara berkembang. Keadaan ini diperkirakan menyebabkan 21% kematian bayi, terutama di negara berkembang (WHO, 2019). brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future ASFIKSIA DEFINISI Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis (IDAI, 2014) Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (WHO) Asfiksia merupakan kondisi terganggunya pertukaran gas darah yang menyebabkan hipoksemia progresif dan hiperkapnia dengan asidosis metabolik signifikan (American College of Obstetric and Gynaecology (ACOG) dan American Academy of Paediatrics (AAP) Mashiro, Mdoe & Perimen, 2019; Kosim, dkk , 2004; Rainaldi, Perlman, 2016; Amaliya, dkk (2023) brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Bagaimana janin memperoleh Oksigen Oksigen penting baik sebelum dan sesudah lahir Janin memperoleh oksigen difusi darah ibu ke janin melalui plasenta. Paru-paru janin tidak digunakan sebagai tempat pertukaran gas, karena alveolus berisi cairan dan aliran darah ke paru-paru melalui arteriol mengalami konstriksi krn PaO2 rendah Sebelum lahir darah dari kanan jantung hanya sedikit yg masuk paru-paru karena tahan dalam paru yang besar, shg darah mengambil jalan pintah yg memiliki tahan lebih rendah melalui Ductus Arteriosus menuju ke aorta. brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id American Heart Association. (2011) Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id Bagaimana bayi baru lahir mendapatkan oksigen? Setelah lahir bayi bergantung pada paru-parunya sendiri untuk mensuplai oksigen. Mekanisme penting yang membantu yaitu: cairan dalam alveolus harus diserap oleh pembuluh limfe → digantikan udara → paru-paru terisi udara dengan kandungan O2 21% Alveoli yg telah terisi O2 → kadar O2 dalam elveoli meningkat → pembuluh darah paru relaksasi Arteri umbilikalis konstriksi lalu arteri dan vena umbilikalis menutup saat tali pusat terjepit → jalur plasenta yg resistenti rendah menutup brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id American Heart Association. (2011) Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Bagaimana bayi baru lahir mendapatkan oksigen? Relaksasi pembuluh darah paru→ tahanan paru menurun & meningkatnya tekanan darah sistemik→ alirah darah ke paru meningkat & aliran darah melalui ductus arteriosus menurun drastic Oksigen dari alveoli akan diserap ke dalam darah melalui pembuluh darah pulmonal & darah kaya oksigen akan menuju bagian kiri jantung → dialirkan ke seluruh tubuh brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id American Heart Association. (2011) Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Masa transisi Tangisan awal dan tarikan napas dalam saat bayi lahir penting untuk mendorong cairan dari saluran pernapasan keluar → oksigen bisa masuk → relaksasi pembuluh darah paru → semakin banyak darah yang mengalir ke paru → semakin banyak oksigen yang ditransportasikan ke paru → dialirkan ke serambi kiri → bilik kiri jantung → dialirkan ke seluruh tubuh bayi → perubahan kulit bayi keabu-abuan menjadi merah Transisi awal terjadi dalam beberapa menit setelah kelahiran, namun terkadang proses ini belum lengkap hingga beberapa jam hingga beberapa hari. Penutupan ductus arteriosus membutuhkan waktu 12- 24 jam setelah kelahiran brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id American Heart Association. (2011) Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Kesulitan pada Masa Transisi Kesulitan melawati masa transisi bisa dimulai sejak di dalam kandungan selama proses persalinan atau setelah proses persalinan. Contoh maslah yg dialami bayi pada masa transisi: 1. Paru tidak terisi udara meskipun sudah ada pernapasan spontan (ventilasi tidak adekuat) 2. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah sistemik (hipotensi sistemik). Terjadi akibat perdarahan atau hipoksia neonates → kontraksi jantung inadekuat 3. Arteri pulmonal tetap konstriksi setelah kelahiran → PPHN (persistent pulmonary hypertension of the newborn) Kesulitan di masa transisi inilah yang menyebabkan asfiksia pada bayi baru brone.ub.ac.id lahir Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future American Heart Association. (2011) Etiologi Asfiksia brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Matthew, & Jeffrey, 2016 Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Dampak Asfiksia Asfiksia yang terjadi menyebabkan hipoksia dan iskemia → gangguan pada berbagai fungsi organ. Proses dan tingkat keparahan gangguan tersebut tergantung pada berat dan lamanya hipoksia terjadi serta kecepatan & keadekuatan penanganan Sehingga angka kejadiannya kerusakan organ yang terjadi pada bayi asfiksia berbeda-beda. Penelitian menunjukkan 23% bayi tanpa kerusakan organ, 34% bayi mengalami kerusakan pada 1 organ, 34% bayi kerusakan pada 2 organ dan 9% bayi mengalami kerusakan pada 3 organ. Organ yang paling sering mengalami kerusakan: ginjal (50%), otak (28%), kardiovaskular (25%) dan paru (23%) brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Manoe & Amir, (2003) brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id Manifestasi Asfiksia Manifestasi Asfiksia tergantung pada organ yang mengalami kerusakan akibat asfiksia. Secara umum dinilai dari APGAR Score: indicator klinik yang mendeskripsikan kondisi fisik bayi saat lahir Asfiksia ringan: 7-9 Asfiksia sedang: 4-6 Asfiksia berat: 0-3 brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Manoe & Amir, (2003) Dampak Asfiksia: Sistem Syarat Pusat Aliran darah plasenta menurun → janin meredistribusi cardiac output untuk melindungi organ vital (otak, jantung & kelenjar adrenal) & menurunkan aliran darah pada organ yang kurang vital yaitu ginjal, paru-paru, saluran pencernaan, hepar Ensefalopati hipoksik-iskemik (hypoxic–ischemic encephalopathy, HIE): gangguan neurologis dan klinis yang disebabkan asfiksia intrapartum atau postpartum. Merupakan kelainan yang paling sering terjadi pada sfiksia selain perdarahan periventrikular-intraventricular. Manifestasinya: gangguan intelegensia, kejang, gangguan perkembangan psikomotor dan palsi serebral Asfiksia → aliran darah ke otak menurun → glukosa yang masuk ke otak menurun → glikogenolisis & glikolisis anaerob meningkat (krn kurang O2) → ATP menurun dan produksi laktat (H+) meningkat → kerusakan sel otak & asidosis brone.ub.ac.id Iskemik → pengeluaran laktat terhambat → pH turun Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Manoe & Amir, (2003) Manifestasi dan Intervensi HIE Bayi mengalami HIE mengalai perubahan kesadaran dan aktivitas: rentang irritabilitas hingga letargi bahkan stupor dan koma. Perubahan tonus otot hipertonus hingga hypotonus, tremor hingga kejang. Tanda lain apnea disertai bradikardia dan desaturasi, kesulitan minum, grunting, decorticade atau deserebrate. Tingkatan gejala yang diamali tergantung dari lamanya asfiksia dan kecepatan pemberian Tindakan Intervensi: Cooling Therapy (terapi hipotermia) Mendinginkan kepala atau seluruh tubuh bayi (33-35C) menggunakan matras dingin atau topi dingin → menurunkan suhu inti tubuh lalu suhu dalam otak. Terapi dimulai dalam 6 jam post natal hingga 72 jam. Tujuannya melindung sel otak brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Cooling Therapy brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Manoe & Amir, (2003) Dampak Asfiksia: Kerusakan Multiorgan Sistem kardiovaskular: hipoksia-iskemik secara langsung dapat merusak myocardium → menekan konduksi efisiensi kontrkasi jantung → perlu pemberian inotropic. Manifestasi ini bisa dilihat dari pemeriksaan ekokardiografi dan elektrokardiogram & peningkatan enzim jantung Ginjal: Ginjal sifatnya sangat sensitive terhadap hipoksia, dalam 24 jam terjadi iskemik jaringan ginjal yg sifatnya sementara, bila asfiksia berlanjut → kerusakan korteks dan medulla yg menetap. Kerusakan ginjal akibat redistribusi aliran darah ke organ-organ vital (otak & jantung) → mengorbankan ginjal dan usus. Manifestasi pada tahap awal oliguria-anuria juga bisa disertai hematuria akibat kerusakan tubulus ginjal akibat iskemik → kenaikan serum kreatinin dan BUN. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan jumlah urin, urinalisis, berat jenis urin, osmolaritas dan elektrolit urin dan serum brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Dampak Asfiksia: Kerusakan Multiorgan Saluran Pencernaan: redistribusi aliran darah ke organ-organ vital → Perfusi otak dan jantung dipertahankan dengan mengorbankan ginjal dan usus → iskemia saluran cerna & enterokolitis nekrotikan (EKN)/ Necrotizing Enterocolitis (NEC) EKN dini: muncul 24-48 jam setelah lahir, pada bayi aterm dengan sakit berat. Penyebab hipoksik-iskemik (asfiksia neonatorum, gagal napas, polisitemia) EKN lambat: muncul agak lambat, biasanya pada bayi kurang bulan (prematur) akibat pemberian nutrisi enteral yang berlebih atau bakteri dalam saluran cerna dg imunitas bayi imatur Tatalaksana: tidak diberikan nutrisi oral, aspirasi cairan lambung, antibiotik & nutrisi panenteral. Operasi perlu dilakukan bila terjadi perforasi atau peritonitis. Pada bayi asfikis untuk mencegah EKN: diberi nutrisi enteral pada hari ke5-7 bersifat hipotonik atau isotonik dg volume kecil brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Dampak Asfiksia: Kerusakan Multiorgan Hati: penurunan perfusi darah ke hepar → kerusakan hepar (shock liver) → peningkatan enzim liver (SGOT dan SGPT) Selain itu perlu pemamtauan factor pembekuan darah (PT, APTT & fibrinogen), albumin dan bilirubin perlu dipantau krn metabolismnya dilakukan di hepar Darah: sering muncul DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) atau KID (Koagulasi intravascular diseminata) akibat rusaknya pembuluh darah, kegagalan hati membuat faktor pembekuan darah, & sumsum tulang gagal produksi trombosit. Intervensinya: pemamtauan factor pembekuan darah (PT, APTT & fibrinogen) dan trombosit serta pemberian factor pembekuan darah melalui transfuse FFP. brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future DIAGNOSIS Pemeriksaan darah dari arteri umbilikalis Pemeriksaan BGA Brain Imaging: CT scan dan MRI untuk diagnosis lebih lanjut HIE Pemeriksaan Laboratorium: marker kerusakan ginjal (BUN dan kratinin tes yang paling sering dilakukan, namun kurang berfungsi untuk diteksi dini → β2 macroglobulin dan Cystatin C Pemeriksaan EKG untuk mengevaluasi kerusakan jantung, termasuk pemeriksaan enzim jantung Cardiac troponin I (cTnI) dan Cardiac troponin T (cTnT), creatine kinase-myocardial band (CK- MB) brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id Tatalaksana Segera setelah Bayi Lahir Bayi lahir dengan asfiksia disertai dengan tanda awal: bayi lemas atau hipotonus (keplek), sianosis, bradikardi & apnea yang berbeda dengan bayi lahir tanpa asfiksia sehingga perlu intervensi segera setelah lahir yaitu RESUSITASI Bayi Baru Lahir. Resusitasi adalah serangkaian upaya sistematis dan terkoodinir untuk mengembalikan usaha bernapas dan sirkulasi bayi baru lahir sehingga terhindar dari kematian ataupun cacat menetap brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id Respiratory Distress Syndrome (RDS) Disebut juga sebagai Sindrom gawat napas neonatus (SGNN) Sindrom ini paling banyak ditemukan pada BBLR terutama yang lahir pada masa gestasi < 28 minggu Insiden RDS semakin menurun seiring dengan peningkatan usia gestasi (UG) Bayi dg UG 26 – 28 minggu: 60-80% dan bayi UG 32 – 36 minggu: 15- 30% Di Indonesia, dari 950.000 BBLR yang lahir setiap tahun diperkirakan 150.000 bayi diantaranya menderita SGNN, dan sebagian besar berupa PMH Penyebab terbanyak (SGNN) adalah penyakit membran hialin (PMH) yang terjadi akibat kekurangan SURFAKTAN brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future SURFAKTAN Fetal → fungsi pernapasan dilakukan oleh plasenta, saat lahir normalnya paru berisi udara dan dialiri darah (perfusi) untuk menjalankan fungsi pertukaran O2 dan Co2 → paru-paru harus dapat mengembang dengan baik → dibutuhkan surfaktan Surfaktan mulai diproduksi oleh paru pada usia gestasi 24-28 minggu & pada UG 35 minggu surfaktan sebagian besar bayi telah memproduksi surfaktan yang adekuat Surfaktan berfungsi menurunkan tekanan permukaan paru (alveolus) → mendorong perkembangan paru dan pencegah kolaps (mengempes) saat ekspirasi. brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Faktor risiko RDS brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Patofisiologi RDS brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id brone.ub.ac.id Patofisiologi RDS Pada bayi prematur → pematangan paru belum sempurna akibat defisiensi surfaktan → pengembangan alveoli tidak seimbang dan kolaps saat ekspirasi → dibutuhkan energi yang lebih banyak untuk pengembangan alveoli pada pernapasan selanjutnya → kelelahan pada bayi → alveoli yang terbuka semakin berkurang → atelektasis paru → brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future perfusi paru tidak adekuat brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Manifestasi klinis Diagnosis RDS berdasarkan manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan radiografi (x-ray dada) Manifestasi klinisnya: ✓Takipnea dan dispnea ✓Retraksi substernal dan intercostal ✓Suara napas tambahan (crakles) ✓Grunting (merintih) ✓Pernapasan cuping hidung ✓Sianosis atau pucat brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Hockenberry & Wilson 2009 Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Manifestasi Klinis dan video brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Hockenberry & Wilson 2009 Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Diagnosis Pemeriksaan X Ray: terdapat 4 stadium HMD BGA: penerunan level O2 dan peningkatan asam brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Hockenberry & Wilson 2009 Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Penatalaksanaan 1. Pemberian surfaktan dari luar melalui endotracheal tube (ETT) langsung ke trachea bayi → memperbaiki ventilasi dan oksigenasi Peran perawat saat dilakukan pemberian surfaktan: Sebelum Saat Pemberian Setelah pemberian Observasi tanda-tanda vital Asistensi prosedur Hindari suction minimal 4 Mencatat setting ventilator, Catat jumlah surfaktan yang jam pemberian O2, SpO2, diberikan dan respon bayi Monitor TTV Observasi TTV Amati perbaikan kondisi Amati adanya sianosis dan bayi: peningkatan perbaikan perkembangan oksigenasi, perkembangan dada dada yang membaik Tingkatkan O2 dan ventilasi Penyapihan setting sesuai kebutuhan ventilator brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Hockenberry & Wilson 2009 Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Penatalaksanaan 2. Pemberian oksigen tambahan → tujuan memberikan O2 yg adekuat untuk jaringan a b c brone.ub.ac.id Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future brone.ub.ac.id Hockenberry & Wilson 2009 Universitas Brawijaya - Building Up Noble Future Nursing care PENGKAJIAN 1. Pada anamnesis harus dicari faktor risikonya meliputi: ibu diabetes mellitus, kehamilan kembar, seksio cesar, partus presipitatus setelah perdarahan antepartum, dan adanya riwayat sebelumnya ibu yang melahirkan bayi dengan PMH. 2. Kesehatan bayi: kelahiran prematur (UG