Summary

Dokumen ini berisi rangkuman mengenai penggolongan obat, mulai dari obat narkotika, psikotropika, keras, dan bebas, serta contoh-contohnya. Informasi ini disusun secara rinci dan komprehensif. Terdapat pula pembahasan mengenai zat adiktif lainnya.

Full Transcript

A. PENGGOLONGAN OBAT DAN CONTOH OBAT 1. Obat Narkotika ( Daftar O ) Obat Narkotika adalah Obat yang dapat membius, disamping Khasiatnya untuk pengobatan juga sangat merusak dan membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia, ditambah lagi karena sifatnya yang dapat menimbulkan...

A. PENGGOLONGAN OBAT DAN CONTOH OBAT 1. Obat Narkotika ( Daftar O ) Obat Narkotika adalah Obat yang dapat membius, disamping Khasiatnya untuk pengobatan juga sangat merusak dan membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia, ditambah lagi karena sifatnya yang dapat menimbulkan ketagihan.Tanda obat narkotika adalah Palang Merah didalam Lingkaran Merah. Contoh Obat Narkotika :  Codein tab : 10 mg, 15 mg, & 20 mg  Codipront cap  Codipront sirup  Codipront cum expectorant cap  Codipront cum expectoran sirup  Morfin injeksi : 10 mg, 20 mg.  Morfin atropin injeksi  Pethidin tab  Pethidin injeksi  Sirup dionin  Sirup kosilan 2. Obat Psikotropika ( OKT = Obat Keras Terbatas) Tanda Obat Psikotropika = Tanda Obat Keras.Disamping obat Psikotropika ada zat yang tergolong berbahaya yang disebut dalam undang – undaneg kesehatan ZAT ADIKTIF LAINNYA, yaitu bahan aktif yang pemakaiannya secar berulang kali dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan. Misalnya : Jamur tahi lembu ( Psylocybe mexicana), Jamur Topi liberty ( Psilocide semilanceata), keduanya berisi Psilosibin. Obat Psikotropika adalah Obat Keras yang kerjanya mempengaruhi Psikis, yaitu : a. Antidepresensia, Obat yang meredakan kegiatan syaraf dan fungsi tubuh antara lain : Golongan Barbiturat ( Luminal, Veronal, Pentobarbital ). b. Stimulansia, obat yang merangsang kegiatan saraf dan fungsi tubuh sehingga mengurangi rasa ngantuk, lapar serta menimbulkan rasa gembira dan semangat yang berlebihan, misalnya Amphetamin & derivatnya yaitu Methylen dioxy Methamphetamine( Ekstasi). c. Halusinogen, Obat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, pemikiran, kesadaran diri, dan tingkat emosional terhadap orang lain sehingga tidak mampu membedakan yang realitas dan yang fantasi. Misalnya : Tetrahydrocennabinol (THC), Lysergic aci dietylamide (LSD), Psilosibin. 3. Obat Keras ( Daftar G ) Obat Keras adalah Obat atau obat – obatan yang dianggap berbahaya terhadap kesehatan manusia, yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, membaguskan, membunuh kuman dan lain – lain pada tubuh manusia.Tanda Obat Keras Lingkaran Merah didalamnya tertulis huruf K berwarna hitam, garis tepi lingkaran warna hitam.Yang Termasuk Obat Keras : a. Semua Antibiotika b. Semua Antihistamin kecuali yang dipakai sebagai obat luar dan obat mabuk perjalanan c. Antikoagulansia d. Sulfonamida & Derivatnya, kecuali dipakai sebagi obat luar atau sulfonamida yang tidak direabsorbsi disaluran pencernaan. e. Semua obat injeksi. f. Semua obat baru, yaitu semua obat yang tidak tercantum dalam Farmakope Indonesia dan daftar Obat Keras atau obat yang hingga saat dikeluarkannya surat keputusan ini secara resmi belum pernah diimport atau digunakan di Indonesia. 4. Obat wajib Apotik ( G No 1 dan G No 2 ) 5. Obat Bebas ⚫ Obat bebas obat – obat yang telah digunakan dalam pengobatan secara ilmiah ( modern ) dan tidak mempunyai bahaya yang menghawatirkan. Tanda obat bebas adalah Lingkaran Hijau. Contoh Obat Bebas : ◆ Balsem Cap Kaki Tiga, Tjing Tjau Balsem ◆ Minyak Kayu Putih ◆ Rivanol Oplosing ◆ Panadol Tab ◆ Vitamin B1 Tab, Vit C Tab ◆ Vitacimin Tab hisap ◆ Multivitamin Sirup ⚫ Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat – obat keras yang tidak begitu berbahaya nagi si pemakainya dan penyakit yang diobatinya dianggap telah dapat ditetapkan sendiri oleh rakyat. Pada penyerahannya selalu disertai tanda peringatan, yaitu “ P No 1 – P No 6 ”, ditambah dengan tanda Linkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. ◼ P. No. 1. Awas Obat Keras, Bacalah Aturan Memakainya ◼ P. No. 2. Awas Obat Keras, Hanya Untuk Kumur, Jangan Ditelan ◼ P. No. 3. Awas Obat Keras, Hanya Untuk Bagian Luar Dari Badan ◼ P. No. 4. Awas Obat Keras, Hanya Untuk Dibakar ◼ P. No. 5. Awas Obat Keras, Tidak Boleh Ditelan ◼ P. No. 6. Awas Obat Keras, Obat Wasir, Jangan Ditelan Contoh Obat Bebas Terbatas : a. Amonia 10 % kebawah ( P. No. 5.) b. Aqua Plumbii Goulardi (P.No.3.) c. Gargarisma Kan ( P. No. 2.) d. Rokok Asma ( P. No. 4.) e. Antimo (P.No. 1.) f. Suppositoria untu wasir (P.No.6.) Contoh : Anusol Suppositoria untuk obat wasir B. DRUG MANAJEMEN CYCLE Drug management cycle pada dasarnya merupakan suatu prosedur tahapan pengelolaan obat agar ketersediaan suatu obat dapat berjalan dengan baik yang dapat mewujudkan tercapainya keefektifan serta efisien sehingga obat yang diperlukan oleh dokter selalu tersedia setiap saat dibutuhkan dalam jumlah cukup dan mutu terjamin untuk mendukung pelayanan yang bermutu. Drugs management cycle berperan dalam ketersediaan suatu obat di rumah sakit, khususnya di instalasi rawat jalan. Drug management cycle terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Use 2. Selection 3. Procurement 4. Distribution. Keempat hal diatas didukung oleh suatu management support yang terdiri dari organization (organisasi), financing (keuangan), information management (sistem informasi manajemen) dan human resources(sumber daya manusia). Setiap tahap pada drug management cycle tersebut harus didukung oleh management support yang ada sehingga pengelolaan obat dapat berlangsung secara efektif dan efisien, dan keempat unsur tersebut harus dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Management Support atau manajemen pendukung adalah tindakan atau seni melakukan, mengatur dan mengawasi sesuatu untuk mencapai sasaran yang efektif dan efisien, dalam hal ini kesehatan masyarakat. Ada banyak alasan mengapa obat perlu dikelola dengan baik dimana agar obat tersedia saat diperlukan, kuantitas mencukupi, mutu menjamin, mendukung “good quality care” di rumah sakit, serta menambah pendapatan rumah sakit swasta. Dari sisi manjemen dan keuangan diantaranya pengurangan beban manajemen dan administrasi, mengurangi pemborosan, menurunkan biaya pengelolaan dan investasi obat, menghindari kekurangan obat dan menambah pendapatan rumah sakit. Manajemen pendukung merupakan tahap pengorganisasian, pendanaan, sumber informasi, perencanaan, evaluasi, pelayanan, penelitian dan pengamanan yang mencakup seluru tahap Drug Management Cycle. Perlu diingat bahwa seorang Apoteker harus memiliki kemampuan memanage dirinya sendiri agar dapat menjadi seorang manajer yang berbasis akan hasil. Kemampuan memanage ini dituang dalam manajemen pendukung yang meliputi kemampuan organisasi, management keuangan yang memadai, informasi yang terbaru dalam dunia kesehatan dan yang paling penting yaitu manusia yang bersumber daya. 1. Use Use pada drugs management cycle meliputi : diagnozing, prescribing, dspensing dan proper consumtion by the patient. peranan apoteker dalam hal ini adalah dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk menjamin dan memastikan bahwa pasien menerima obat yang rasional, tepat dengan kebutuhan klinis pasien dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan dosis individual untuk jangka waktu yang sesuai dan biaya yang paling rendah. Penggunaan obat yang rasional diharapkan dapat mengurangi angka kejadian medication error dan dapat membuat biaya yang ditanggung pasien menjadi seminimal mungkin khususnya terkait dengan biaya obat. Dalam use ini, perananan penting apoteker adalah terlibat dalamdispensing dan proper consumtion by the patient (pemilihan obat yang paling tepat untuk pasien), yang tahapan awalnya adalah skrining resep. Pemberian obat yang tidak rasional berdampak kepada penggunaan obat yang tidak tepat, sehingga di khawatirkan menimbulkan efek terhadap kualitas terapi yang dihasilkan, permasalahan yang paling sering dalam pemberian obat yang tidak rasional adalah polifarmasi, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk mengetahui apakah obat yang digunakan rasional atau tidak. a. Mengidentifikasi masalah b. Memahami penyebab c. Memcatat kemungkinan terjadinya interaksi d. Mengkaji ulang informasi yang tersedia e. Memilih interaksi f. Memantau dan mendata ulang kerja obat. Adapun,strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai obat yang rasional diklasifikasikan menjadi beberapa cara: a. Strategi edukasi, meliputi : Pelatihan penulisan resep (seminar, workshop), mencetak bahan (literature klinis dan Koran, guidelines terapi, formulasi obat), pendekatan berdasarkan pertemuan langsung. b. Strategi manajerial meliputi : Memulai pemilihan, pengadaan dan distribusi, memulai peresepan dan penyerahan obat, pembiayaan ( mengatur harga c. Strategi regulasi, meliputi : Registrasi obat, daftar obat terbatas, pembatasan resep, pembatasan penyerahan obat. 2. Selection Selection dalam drugs management cycle pada dasarnya adalah pemilihan obat di instalasi rumah sakitsampai ke revisi formularium.Proses kegiatan selection meliputi : mereview masalah-masalah kesehatan, mengidentifikasi pemilihan treatment yang paling tepat, pemilihan dosis untuk masing-masing individu dan bentuk sediaan yang paling tepat serta memastikan bahwa obat yang dibutuhkan oleh dokter dan pasien selalu tersedia di instalasi farmasi di rumah sakit. 3. Procurement Procurement, kegiatannya meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan serta penyimpanan obat dalam rumah sakit. Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Ada beberapa kunci pengadaan obat yang baik yaitu, dengan review data obat yang akan diadakan, kualifikasi dan monitoring supplier, penawaran yang bersaing, dan jumlah obat yang dipesan berdasarkan kebutuhan dilapangan,dalam hal ini adalah kebutuhan permintaan suatu obat di rumah sakit yang dapat dipercaya. Selain itu, juga diperlukan adanya pembayaran dan pengelolaan dana yang baik dan efisien. Ada prosedur tertulis dan transparan, jaminan kualitas produk, pemeriksaan tahunan dengan hasil dilaporkan dan adanya laporan rutin pelaksanaan pengadaan obat. Cara pengadaan suatu obat dapat dilakukan berbagai cara yaitu : Produksi sediaanfarmasi (produk steril dan non steril), sumbangan atau droping atau hibah, Kerjasamaoperasional, Penyewaan, Pembelian, bisa melalui tender (oleh panitia pembelian barang farmasi) maupun secara langsung dari pabrik, distributor, maupun pedagang besar farmasi. 4. Distribution Pendistribusian obat merupakan suatu proses penyerahan obat setelah sediaan disiapkan oleh unit Instalasi Farmasi Rumah Sakit sampai dengan dihantarkan kepada perawat, dokter, atau profesi kesehatan lain untuk didistribusikan kepada pasien. Ada 4 elemen utama dalam sistem distribusi : 1. Desain sistem (geografis atau cakupan populasi, jumlah tingkatan dalam sistem, dan derajat sentralisasi) 2. Sistem informasi (kontrol persediaan, catatan dan formulir, pemakaian laporan, aliran informasi) 3. Penyimpanan (pemilihan tempat, desain bangunan, sistem penanganan bahan) 4. Pengiriman (pemilihan transportasi, pengadaan kendaraan, pemeliharaan kendaraan, dan jadwal pengiriman). Syarat-syarat distribusi yang dirancang dan dikelola dengan baik 1. Menjaga pasokan obat agar tetap konstan 2. Menyimpan obat dalam kondisi baik selama proses distribusi 3. Meminimalkan kerugian obat dikarenakan pembusukan dan kadaluwarsa 4. Menyimpan catatan inventarisasi secara akurat. 5. Merasionalkan tempat penyimpanan obat. 6. Memanfaatkan sumber daya transportasi yang ada seefisien mungkin. 7. Mengurangi pencurian dan penipuan 8. Memberikan informasi mengenai perkiraan kebutuhan obat. THERAPEUTIC CYCLE Therapeutic cycle merupakan sebuah siklus untuk mencapai terapi pengobatan yang efektis, efisien dalam peningkatan efektifitas terapi yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup pasien, Therapeutic cyclemerupakan bagian yang tidak mungkin terlepas dari drug management cycle. kegiatan Therapeutic cycle meliputi : pelaporan, pengendalian, pemusnahan dan pencatatan, dimana keempat unsur tersebut didukung oleh management support antara lain : organisasi, Finansial, sistem informasi , dan sumber daya manusia. pada proses pelaporan, kegiatan yang dilakukan melingkupi pengadaan suatu obat, yang sebelumnya telah direncanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan obat terkait dengan kegunaannya dalam terapi pasien. Pada tahap pengendalian, obat yang dilaporkan kemudiaan akan dilakukan proses penerimaan yang kemudian akan masuk dalam gudang penyimpanan dan selanjutnya akan mengalami proses distribusi hingga sampai ke tangan para tenaga medis untuk selanjutnya dapat digunakan untuk terapi pasien, pada tahap pengawasan obat, prosesnya yang melingkupi adalah pemusnahan dan distribusi obat, kedua proses ini perlu dilakukan untuk menghindari adanya penyimpangan yang terjadi dalam penyalah gunaan obat terutama dalam proses distribusi, serta pemusnahan untuk obat-obat yang kadaluarsa, proses yang terakhir adalah dokumentasi atau pencatatan, dimana hasil dari proses dispensing dan pemilihan obat dapat dilakukan evaluasi untuk dilakukan monitoring terkait pemilihan obat yang digunakan sebagai terapi, sehingga dapat dketahui serta dapat mengatasi apabila kemungkina obat yang diberikan memberikan hasil efek yang tidak diharapkan. C. UU MENGATUR OBAT & KEFARMASIAN D. KELENGKAPAN DAN SKRINING RESP RESEP, COPY RESEP, ETIKET Penulisan resep yang lengkap harus terdiri dari: Inscriptio : nama dokter, alamat, SIP, kota, tanggal, R/ Prescriptio : nama obat, bentuk obat, jumlah obat, cara pembuatan (jika berupa racikan), dll Signatura : cara pemakaian, jumlah obat, waktu minum Pro : nama pasien, umur, BB (terutama anak2), alamat (kalau obat mengandung narkotika) Subscriptio : paraf atau tanda tangan Berikut contoh format sebuah resep yang lengkap resep dokter contoh Menurut Kepmenkes no. 280 th 1981: Salinan resep adalah salinan yang dibuat apoteker, selain memuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat pula: nama dan alamat apotek, nama dan SIA, tanda tangan atau paraf APA, det/ detur untuk obat yang sudah diserahkan atau ne detur untuk obat yang belum diserahkan, nomor resep, dan tanggal pembuatan. Bagian-bagian salinan resep: 1. Nama dan alamat apotek 2. Nama dan APA dan nomor SIA 3. Nama, umur, pasien 4. Nama dokter penulis resep 5. Tanggal penulisan resep 6. Tanggal dan nomor urut pembuatan 7. Tanda R/ 8. Tanda “det” atau “deteur” untuk obat yang sudah diserahkan “ne det” atau “ne deteur” untuk obat yang belum diserahkan 9. Tuliskan p.c.c (pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah ditulis sesuai dengan aslinya. ETIKET Etiket untuk sediaan farmasi terdiri dari 2 macam, yaitu etiket putih dan etiket biru (berwarna). Etiket putih untuk obat dalam, etiket biru untuk obat luar. Lalu kalo sediaan injeksi kita kasih etiket yang mana ya? inhaler bagaimana? suppositoria? obat kumur? Nah, memang inilah yang menjadi pertanyaan “kapan obat termasuk dalam klan obat dalam dan kapan termasuk klan obat luar”. Yang menjadi pembeda sebenarnya cukup mudah, jika suatu obat masuk ke dalam tubuh melalui kerongkongan dan mengikuti saluran cerna maka obat termasuk ke dalam golongan obat dalam. Namun jika obat tidak masuk kerongkongan maka dikategorikan obat luar. Agar lebih mudah ini saya berikan daftarnya. Resep Obat Resep adalah permintaan tertulis dari dokter (umum/spesialis/gigi maupun hewan) yang diberikan ijin menurut perundang undangan yang berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat-obatan kepada penderita. umumnya resep ditulis dg bahasa latin dimulai dengan R/ (recipe=ambillah). suatu resep harus memiliki kelengkapan agar legal untuk dilayani, adapun kelengkapan komponen resep yaitu: 1.nama, alamat, no.telpon dokter dan SIP/SIK dokter 2.kota dan tanggal penulisan resep (inscriptio) 3.tanda tangan R/ (invocatio) 4.nama obat dan jumlah obat (praescriptio) 5.cara pembuatan obat/bentuk obat yang akan dibuat (ordinatio) 6.aturan pakai obat (signatura) 7.nama pasien (umur dan alamatnya) 8.paraf dan tanda tangan dokter (subscriptio) Jika dokter ingin agar pasien segera mendapatkan obat krna tingkat keparahan pasien maka resep harus ditulis cito (segera), urgent (penting), Periculum in Mora /PIM (berbahaya bila ditunda), statim/penting. jika tanda diatas ada pada resep maka resep tersebut harus didahulukan untuk dilayani. Bila dokter ingin agar resep dapat diulang maka pada resep harus ditulis iter/iteratie, dan sebaliknya kalau tidak mau diulang maka pada resep ditulis ne iteratur (n.i) Pada kasus semisal obat tidak seluruhnya ada di apotek tersebut, maka kepada pasien diserahkan salinan resep yg berisikan obat yang sudah diberikan dan obat yang belum diberikan. agar pasien bs membeli obat ke apotek lain dg menyerahkan salinan resep tersebut, adapun kelengkapan salinan resep seperti kelengkapan resep diatas ditambahkan dg: 1.nama dan alamat apotek 2.nama dan SIK apoteker pengelola apotek 3.tanda det/detur (obat yang sudah diserahkan) dan nedet (untuk obat yang belum diserahkan) 4.no.resep dan tanggal pembuatan 5.tanda tangan/paraf apoteker pengelola apotek Skrining resep 1. Persyaratan adsministratif : -Nama, SIP, dan Alamat dokter. -Tanggal penulisan resep -Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. -Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien -Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta -Cara pemakian yang jelas -Informasi lainnya 2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompaktibilitas, cara dan lama pemberian. 3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Keterangan : 1. Persyaratan Adsministratif 1.1. Nama dan alamat dokter serta nomor surat izin praktek dan dapat pula nomor telp. jam dan hari praktek 1.2. Nama kota serta tanggal resep itu ditulis dokter 1.3. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. Merupakan tanda tangan/paraf dokter/ dokter gigi / dokter hewan yang menuliskan resep tersebut yang menjadikan resep itu otentik 1.4. Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien Nama pasien ditulis dibelakang kata Pro : merupakan identifikasi pasien dan sebaiknya dilengkapi dengan alamat yang memudahkan penelusuran bila terjadi sesuatu dengan obat pada pasien 1.5. Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta 1.6. Cara pemakian yang jelas 1.7. Info lainnya 2. Kesesuaian Farmasetik 2.1. Bentuk sediaan. 2.2. Dosis Dosis adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit. Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi tidak tercapai. Jika belebih (overdose) bisa menimbulkan efek toksik atau keracunan bahkan sampai dengan kematian. 2.3. Potensi Potensi obat adalah kekuatan obat atau potensi suatu obat diberikan sesuai dengan umur dan seberapa parah penyakit yang diderita pasien 2.4. Stabilitas Pemilihan obat tergantung juga pada kestabilan suatu sediaan. Misalnya untuk obat-obat yang tidak stabil terhadap udara, maka pemberian obat oleh dokter juga harus diperhatikan 2.5. Inkompaktibilitas Inkompaktibilitas adalah ketidak campuran suatu obat. Ketidak campuran ini termasuk interaksi farmasetis. Inkompaktibilitas ini terjadi di luar tubuh ( sebelum diberikan ) antara obat yang tidak dapat campur. Pencapuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, perubahan warna, dll. atau mungkin juga tidak terlihat interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Rosyidah, 2009) 2.6. Cara Pemberian Aturan pakai obat oleh penderita umumnya ditulis dengan singkatan bahasa latin, aturan pakai ditandai dengan signatura (Zaman dan J, 1990) 3. Pertimbangan Klinis Pertimbangan klinis berupa adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dll). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan E. PERACIKAN SEDIAAN SESUAI RESEP F. BAHASA LATIN PADA RESEP Aturan Penggunaan Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan s signa Tandai Singkatan untuk aturan pakai terlihat pada bagian signatura atau yang diawali dengan signa a.c. ante coenam Sebelum makan Lihat tulisan saya mengenai “Benarkah d.c. durante coenam Pada waktu anggapan obat diminum setelah makan?” makan p.c. post coenam Setelah makan a.p. ante prandium Sebelum sarapan pagi a.h. alternis horis Selang satu jam abs.febr absente febre Bila tidak demam h.v. hora vespertina Malam hari n nocte Malam hari h.s. hora somni Waktu tidur h.m. hora matutina Pagi hari s.d.d. semel de die Sekali sehari Kadang juga tertulis dengan variasi in.d misal b.d.d. bis de die Dua kali sehari t.in.d (ter in die), namun maksudnya masih t.d.d. ter de dir Tiga kali sehari sama. q.d.d quarter de dir Empat kali sehari s.n.s si necesse sit Bila perlu Biasanya digunakan untuk obat yang s.o.s si opus sit Bila perlu digunakan bila perlu saja, contoh analgetik, anticemas u.p usus propius Untuk dipakai Biasanya dokter menulis resep untuk dipakai sendiri sendiri u.c usus cognitus Cara pakai sudah diketahui i.m.m In manus medici Berikan kepada Untuk obat-obat yang perlu aplikasi khusus dokter oleh dokter contoh sediaan fletcher gtt. guttae Tetes C atau cochl. cochlear Sendok makan Karena ukuran sendok yang ada di rumah (15ml) pasien bervariasi (sendok makan 5-7 ml, sendok teh hanya 2-3 ml) maka untuk Kadang tertulis meminimalisir kesalahan akan lebih baik jika C.besar pada etiket dituliskan langsung berapa ml tiap C.p cochlear parvum Sendok bubur kali pemakaian. (8ml) C.th cochlear theae Sendok teh Ukuran 5 ml, namun Farmakope Belanda menulis 3 ml. C.orig Cochlear original Sendok dari pabrik C.kecil Sendok 5 ml Aturan Peracikan Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan m.f misce fac Campur dan Aturan peracikan atau pembuatan terlihat buatlah pada bagian yang diawali dengan m.f. a.a. ana Masing-masing Hati-hati, ad berbeda dengan aa. Jika ad aa p.aeq. ana partes aequales Masing-masing maka ditambahkan bahan tersebut sampai sama banyak volume/bobot total sesuai dengan yang a.d. ad Sampai tercantum dalam resep. Jadi angka yang tertulis adalah hasil akhir. Namun jika tertulis aa maka tambahkan bahan tersebut sesuai yang tercantum dalam resep. Jadi angka yang tertulis adalah jumlah bahan yang ditambahkan. addJika tertulis aa ad, maka perlu dihitung dahulu selisih bobot/volume antara sediaan akhir yang ingin dibuat dengan bobot/volume bahan yang ada. Selisih bobot/volume tersebut lalu dibagi dengan bahan yang terkena perintah ini, sehingga hasil akhir sediaan tetap sama dengan yang tertulis dalam resep add adde Tambahkan Berbeda lagi dengan aa dan ad. Kalo adde berarti tinggal ditambahkan bahan sesuai yang tertulis dalam resep. ad.libit. ad libitum Sesukanya Contoh pada pembuatan pulveres maka bahan pengisi dapat diberi perintah ini agar hasil akhir pulveres dapat didekatkan ke 250mg atau 500mg. q.s quantum satis Secukupnya Lihat komen atas d.t.d da tales doses Berikan dalam Jika ada dtd maka penimbangan dilakukan dosis demikian dengan mengalikan masing masing bahan dengan jumlah sediaan yang dibuat, sehingga bobot setiap bahan dalam tiap sediaan akhir akan sesuai dengan yang tertulis di resep. Jika tanpa dtd maka penimbangan dilakukan sesuai yang tertulis dalam resep. Oleh karena itu dosis obat yang menggunakan dtd akan lebih besar daripada yang tidak menggunakan dtd. d.i.d da in dimidio Berikan Ingat yang dimaksud setengah adalah jumlah setengahnya sediaannya, bukan dosisnya. Contoh di resep tertulis 10 kapsul, maka dibuat 5 kapsul saja, bukan dibuat 10 kapsul dengan dosis setengahnya. cito cito Segera Jika ada aturan ini maka resep harus p.i.m periculum in mora Berbahaya jika didahulukan. ditunda div.in.part.a Divide in partes Bagilah dalam eq. aequales bagian-bagian yang sama g gramma Gram Jika bahan dalam resep tidak tertulis gr grain Kurang lebih 65 satuannya, maka diasumsikan adalah dalam mg gram. Hati-hati penulisan gram cukup g saja, jika gr maka akan menjadi grain. d.c.f da cum formula Berikan dengan resepnya Lokasi penggunaan Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan a.d. auris dextrae Telinga kanan a.l. auris laevae Telinga kiri i.o.d in oculo dextro Pada mata kanan Jika kedua mata maka dapat ditulis dengan i.o.s In oculo sinistro Pada mata kiri o.d.s (oculo dextro et sinistro) us. ext. usus externum Untuk pemakaian Kadang tertulis ad.us.ext (ad usum luar externum) u.e. ext.ut. externe untendum Pemakaian sebagai obat luar us.int. usus internum Untuk pemakaian Lihat topik etiket, untuk membedakan etiket dalam obat luar dengan obat dalam. loc.dol locus dolens Tempat yang nyeri i.v intra vena Ke dalam pembuluh darah i.m Intra muscular Ke dalam jaringan otot p.o per oral Melalui mulut s.c sub cutan Di bawah kulit oris Oris Mulut fl Flesh Botol Bentuk sediaan Singkatan Kepanjangan Arti Keterangan ampl. Ampula Ampul aurist. Auristillae Obat tetes telinga bol. Boli Pil besar caps. Capsule Kapsul collut. Collutio Obat cuci mulut Bedanya gargarisma untuk kumur di mulut garg. Gargarisma Obat kumur dan tenggorokan, namun collutio cukup di mulut saja. crem. cremor Krim emuls. emulsum Emulsi pulv. pulveres Serbuk terbagi narist. naristillae Obat tetes hidung oculent. oculentum Salep mata past.dentifr. pasta dentrificia Pasta gigi pil. pilula Pil pot. potio Obat minum pulv. pulvis Serbuk pulv.adsp. pulvis adspersorius Serbuk tabor sol. solutio Larutan tinc. tinctura Tingtur G. DRUG RELATED PROBLEM ( DRP ) Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah bagian dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang menggambarkan suatu keadaan, dimana profesional kesehatan (apoteker) menilai adanya ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang sesungguhnya (Hepler, 2003) DRP dibagi menjadi 2 : actual dan potensial, DRP actual adalah masalah yang terjadi seketika saat pasien menggunakan obat (misalkan alergi dll), dan DRP potensial adalah masalah yang akan terjadi pada saat setelah penggunaan obat (misalnya kerusakan hati, ginjal, dsb). Ada 8 jenis Drug Related Problem, yaitu : 1. Indikasi yang tidak ditangani (Untreated Indication) Ada indikasi penyakit/keluhan pasien yang belum ditangani dalam resep tersebut, misalnya pasien mengeluh nyeri di persendian, sedang dalam resep tersebut tidak ada obat untuk mengatasi masalah nyeri tersebut. 2. Pilihan Obat yang Kurang Tepat (Improper Drug Selection) Pemilihan obat dalam resep kurang tepat (salah obat) dan beresiko, misalnya pasien demam dikasih antibiotik rifampisin, ini jelas pemilihan bat salah. atau obat yang dipilih memiliki kontraindikasi atau perhatian (caution) terhadap pasien. 3. Penggunaan Obat Tanpa Indikasi (Drug Use Without Indication) Obat yang ada dalam resep, tidak sesuai dengan indikasi keluhan penyakit pasien. 4. Dosis Terlalu Kecil (Sub-Therapeutic Dosage) Dosis obat yang diberikan dalam dosis tersebut terlalu kecil, sehingga efek terapi tidak memadai untuk mengobati penyakit pasien. 5. Dosis Terlalu Besar (Over Dosage) Dosis yang diberikan dalam resep terlalu besar, diatas dosis maksimum, hal ini dapat berakibat fatal. 6. Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (Adverse Drug Reactions) Obat yang diberikan memberikan efek samping yang memberatkan kondisi pasien, misalnya captopril menyebabkan batuk yang mengganggu (efek samping ini tidak selalu terjadi, karena sensitifitas setiap orang berbeda-beda). 7. Interaksi Obat (Drug Interactions) Obat-obatan dalam resep saling berinteraksi seperti warfarin dan vitamin K bersifat antagonis, atau obat dengan makanan semisal susu dan tetrasiklin membentuk khelat/kompleks yang tidak bisa diabsorpsi. 8. Gagal Menerima Obat (Failure to receive medication) Obat tidak diterima pasien bisa disebabkan tidak mempunyai kemampuan ekonomi, atau tidak percaya dan tidak mau mengkonsumsi obat-obatan. atau bisa juga disebabkan obat tidak tersedia di apotek sehingga pasien tidak dapat memperoleh obat. Dengan adanya DRP diharapkan seorang apoteker menjalankan perannya dengan melakukan screening resep untuk mengetahui ada atau tidaknya DRP, serta melakukan konseling pada pasien tersebut agar masalah terkait penggunaan obat dapat diatasi dan pasien dapat mengerti tentang pengobatannya yang bermuara pada meningkatnya kepatuhan pasien dalam pengobatan yang teratur. H. SWAMEDIKASI 1. BATUK Jenis-jenis batuk meliputi batuk kering dan batuk berdahak.Tanda-tanda awal batuk kering biasanya adalah rasa gatal di tenggorokan yangmemicu batuk. Batuk tanpa dahak ini biasanya terjadi pada tahap akhir pilek atau ketika ada paparan iritasi. Pada kasus yang berdahak, batuk justru san gat membantu karena berfungsi mengeluarkan dahak tersebut bisa berasal dari tenggorokan, sinus, serta paru-paru. Berdasarkan durasinya, batuk dibedakan menjadi batuk akut,subakut, dan batuk kronis. Batuk akut yaitu batuk yang terjadi kurang dari 3 minggu. Batuk subakut yaitu batuk yang terjadi selama 3-8 minggu,sedangkan batuk kronis yaitu batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu. Daridurasi batuk maka dapat diprediksi penyakitnya. Misalnya batuk akut yang biasanya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) atau bisa juga karena pnemonia dan gagal jantung kongestif. Batuk subakut bisadiseba bkan oleh batuk pasca infeksi, bakteri sinusitis maupun batuk karenaasma. Sedangkan batuk kronis bila terjadi pada perokok biasanyamerupakan penyakit chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dan pada non perokok kemungkinan adalah post-nasal drip, asma dan gastroesophageal reflux disease (GERD).Bila berdasarkan tanda klinisnya, batuk dibedakan menjadi batukkering dan batuk berdahak. Batuk kering merupakan batuk yang tidakdimaksudkan untuk membersihkan saluran nafas, biasanya karenarangsangan dari luar. Sedangkan batuk berdahak merupakan batuk yangtimbul karena mekanisme pengeluaran mukus atau benda asing di saluran nafas. Gejala umum dari batuk : 1. Demam 2. Menggigil 3. Nyeri pada tubuh 4. Radang tenggorokan 5. Mual atau muntah 6. Sakit kepala 7. Berkeringat pada malam hari Penyebab batuk meliputi : 1. Penyakit jangka panjang yang kambuh, misalnya asma, Penyakit ParuObstruktif Kronik (PPOK), atau bronkitiskronis. 2. Rinitis alergi, misalnya alergi terhadap debu 3. GERD. Penyakit ini menyebabkan asam lambung berkumpul padaesofagus dan memicu batuk. 4. Cairan dari hidung yang menetes ke tenggorokan. 5. Merokok atau menggunakan tembakau dengan cara lain. 6. Paparan debu, asap, serta senyawa kimia. Strategi terapi pada batuk dilakukan dengan 2 cara, yaitu terapi non farmakologi (tanpa menggunakan obat) dan terapi farmakologi (dengan menggunakan obat). 1. Terapi non farmakologi (tanpa menggunakan obat) Pada umunya batuk berdahak maupun tidak berdahak daat dikurangi dengan cara sebagai berikut: a. Memperbanyak minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi dan rasa gatal. b. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan seperti makanan yang berminyak dan minuman dingin. c. Menghindari paparan udara dingin. d. Menghindari merokok dan asap rokok karena dapat mengiritasi tenggorokan sehingga dapat memperparah batuk. e. Menggunakan zat – zat Emoliensia seperti kembang gula, madu, atau permen hisap pelega tenggorokan. Ini berfungsi untuk melunakkan rangsangan batuk, dan mengurangi iritasi pada tenggorokan dan selaput lendir. 2. Terapi farmakologi (dengan menggunakan obat) Pengobatan batuk harus diberikan berdasarkan jenis batuknya, apakah termasuk jenis batuk berdahak atau batuk kering. Hal ini penting agar obat yang digunakan tepat untuk sesuai dengan tujuan terapinya. Terapi farmakologi (dengan obat) pada batuk dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut : a. Antitusif Antitusif digunakan untuk pengobatan batuk kering (batuk non produktoif). Golongan obat ini bekerja sentral pada susunan saraf pusat dengan cara menekan rangsangan batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk. Obat golongan ini tidak sesuai bila digunakan untuk batuk yang berdahak, karena akan menyebabkan dahak menjadi kental dan susah dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah codein, dekstrometorfan, noskapin, prometazin, difenhidramin. b. Ekspektoran Ekspektoran digunakan untuk batuk berdahak. Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan sekresi cairan saluran pernafasan sehingga kekentalan dahak menjadi berkurang akibatnya dahak akan mudah dikeluarkan. Obat golongan ini tidak sesuai bila digunakan untuk batuk kering karena akan menyebabkan frekuensi batuk menjadi meningkat. Contoh obat golongan ini adalah guaifenesin (gliseril guaikolat), Amonium klorida, OBH c. Mukolitik Mukolitik digunakan untuk batuk dengan dahak yang kental sekali, seperti batuk pada bronchitis dan emfisema. Golongan obat ini bekerja dengan jalan memutus serat-serat mukopolisakarida atau membuka jembatan disulfide diantara makromolekul yang terdapat pada dahak sehingga kekentalan dahak akan menjadi berkurang, akibatnya dahak akan mudah dikeluarkan. Contoh obat golongan ini adalah N-asetilsistein, karbosistein, ambroksol, bromheksin dan erdostein 2. GANGGUANG KULIT pencegahan penyakit kulit yang bisa dilakukan: Menjaga kebersihan diri dengan mandi setiap hari. Saat mandi, disarankan menggunakan sabun yang berbahan lembut. Menghindari kontak fisik dengan penderita penyakit kulit menular. Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti handuk atau pakaian, dengan penderita penyakit kulit. Mengoleskan pelempab kulit secara rutin agar tidak kering, gatal, atau iritasi. Menghindari kebiasaan menggaruk kulit dan memecahkan bisul atau lepuhan yang muncul pada kulit. pengobatan yang sering digunakan untuk mengobati penyakit kulit: a. Kortikosteroid Obat ini digunakan untuk mengurangi respon daya tahan tubuh yang terlalu aktif. Kortikosteroid salep atau tablet minum biasanya digunakan untuk mengobati penyakit kulit akibat peradangan, seperti dermatitis atau gangguan autoimun. b. Antihistamin Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk meredakan reaksi alergi dan gatal-gatal pada kulit. Obat ini dapat dibeli sendiri di apotek atau melalui resep dokter. c. Antibiotik Antibiotik salep diberikan untuk mengatasi penyakit kulit akibat infeksi bakteri. Pada infeksi yang luas, dokter akan memberikan antibiotik dalam bentuk tablet atau kapsul yang diminum. Konsumsi antibiotik harus berdasarkan resep dokter dan harus dihabiskan. d. Obat antivirus Pemberian obat antivirus bertujuan untuk mengurangi gejala dan membasmi virus penyebab penyakit kulit. e. Obat antijamur Obat antijamur untuk mengatasi penyakit kulit akibat infeksi jamur kebanyakan berbentuk obat oles. Namun, terkadang dokter juga akan meresepkan obat antijamur untuk diminum. f. Operasi Operasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kulit atau penyakit kulit lain, misalnya kutil. Macam-Macam Penyakit Kulit Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit kulit berdasarkan penyebabnya: 1. Penyakit kulit karena peradangan Peradangan pada kulit disebut dermatitis. Kondisi ini terjadi ketika kulit bersentuhan dengan bahan yang bersifat iritatif atau dengan alergen (zat atau benda yang menyebabkan reaksi alergi). Gejala dermatitis umumnya berupa gatal, kemerahan, dan bengkak. Berdasarkan penyebabnya, ada beberapa jenis dermatitis, yaitu: Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak iritan termasuk penyakit kulit yang paling sering terjadi. Penyakit kulit ini ditandai dengan munculnya ruam, kulit kering, iritasi, atau bahkan luka lepuh pada area kulit yang bersentuhan dengan zat iritan. Beberapa contoh zat iritan adalah bahan kimia, pemutih baju, deterjen, alkohol, dan sabun mandi. Dermatitis kontak alergi Gejala dermatitis kontak alergi, seperti kemerahan dan bengkak, muncul ketika kulit bersentuhan dengan alergen. Alergen dapat berupa bahan kimia, kosmetik, cat kuku, sarung tangan lateks, protein, atau perhiasan. Pada orang normal, bersentuhan dengan alergen tersebut tidak akan menimbulkan reaksi alergi. Namun pada penderita alergi, bersentuhan dengan alergen akan menimbulkan gejala dermatitis. Dermatitis atopik (eksim) Eksim ditandai dengan kulit merah, gatal, kering, atau bersisik. Banyak orang menyebut kondisi ini dengan istilah eksim kering. Keluhan ini sering muncul pada kulit di bagian leher, lipatan siku, atau bagian belakang lutut. Jika digaruk, kulit bersisik bisa mengelupas mengeluarkan cairan. Penyakit kulit jangka panjang (kronis) yang biasanya dimulai saat bayi ini, sering kambuh secara tiba-tiba dan kemudian mereda. Dermatitis seboroik Penyakit kulit ini biasanya mengenai area tubuh yang berminyak, seperti wajah, punggung, dan dada. Gejalanya berupa kulit kemerahan dan bersisik. Jika mengenai kulit kepala, dermatitis seboroik menyebabkan ketombe yang membandel. Pada bayi, penyakit kulit ini dikenal sebagai cradle cap. 2. Penyakit kulit karena kelainan autoimun Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan jaringan tubuh yang sehat. Beberapa penyakit kulit yang disebabkan oleh gangguan autoimun adalah: Psoriasis Psoriasis merupakan kondisi di mana sel-sel kulit tumbuh terlalu cepat, sehingga munumpuk dan membentuk bercak kemerahan disertai sisik berwarna perak. Vitiligo Vitiligo terjadi ketika sel kulit yang memproduksi melanin (pigmen berwarna gelap) tidak berfungsi. Akibatnya, kulit kehilangan warnanya dan muncul bercak-bercak putih. Vitiligo bisa diderita oleh semua jenis kulit, namun akan terlihat lebih jelas pada orang yang berkulit gelap. Skleroderma Pada skleroderma, kulit menjadi keras dan menebal. Skleroderma bisa hanya menyerang kulit, tapi bisa juga menyerang pembuluh darah dan organ dalam. Pemfigus Terdapat dua macam pemfigus, yaitu pemfigus vulgaris dan pemfigus foliaceus. Pemfigus vulgaris ditandai dengan lepuhan yang mudah pecah namun tidak gatal. Sedangkan pemfigus foliaceus ditandai dengan kulit bersisik atau berkerak, dan lepuhan kecil yang terasa gatal jika pecah. Discoid lupus erythematosus Ini merupakan penyakit lupus yang menyerang kulit. Gejala discoid lupus erythematosus meliputi ruam parah yang cenderung memburuk saat terkena sinar matahari. Ruam dapat muncul di bagian tubuh mana pun, tetapi lebih sering muncul di kulit kepala, wajah, leher, tangan, dan kaki. 3. Penyakit kulit karena infeksi Penyakit kulit akibat infeksi ini umumnya menular. dan bisa disebabkan oleh: Infeksi bakteri Beberapa penyakit kulit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri di antaranya adalah bisul, impetigo, kusta, folikulitis (infeksi pada kelenjar rambut), dan selulitis. Infeksi virus Cacar, herpes zoster atau cacar ular, kutil, molluscum contagiosum, dan campak merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Infeksi jamur Jamur biasanya menyerang bagian kulit yang sering lembap. Macam-macam penyakit kulit karena infeksi jamur adalah kurap, tinea cruris (infeksi jamur di selangkangan), panu, dan kutu air (infeksi jamur pada kaki). Infeksi parasit Parasit, seperti kutu dan tungau, merupakan jenis parasit yang sering menimbulkan penyakit kulit, yaitu kudis. Selain kedua jenis parasit tersebut, infeksi cacing juga bisa menimbulkan penyakit kulit. Di samping berbagai penyakit kulit yang telah disebutkan di atas, ada juga penyakit kulit yang mematikan, yaitu kanker kulit. Kanker kulit disebabkan oleh pertumbuhan sel ganas di kulit. Ada beberapa jenis kanker kulit, yaitu melanoma, aktinik keratosis, karsinoma sel basal, dan karsinoma sel skuamosa. 3. NYERI Nyeri akut => Respons fisiologik normaldan dapat diramalkanterhadap rangsangankimia, panas, atau mekanikyang berkait denganpembedahan, trauma, andpenyakit akut. Biasanya time limited / Nyeri kronik => Suatu keadaan nyeri yangpersisten dan penyebab nyeri tidak selalu dapat dihilangkan atau sulit diobati. Nyeri kronikdapat berkait dengan suatukondisi medik atau penyakityang sulit/ tidak dapat disembuhkan jangka lama N NAMA OBAT MEKANISME KERJA KETERSEDIAAN HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN O I ANALGESIK NARKOTIK Formularium 1. Termasuk kategori HIGH Nasional 2013: ALERT MEDICATION inj 0,05mg/ml 2. Besaran dosis: titrasi dosis, (iv), patch 12,5 mulai dengan dosis terendah yang mcg/jam, 25 masih efektif mcg/jam, dan 3. Bila digunakan dengan obat 25 mcg/jam depresi SSP lainnya, kurangi dosis Tersedian pada 4. Hati-hati penggunaanya pada fasilitas pasien bardikardia atau Berikatan dengan kesehatan TK bradiaritmia reseptor 2 dan TK 3 5. Sediaan injeksi berikan secara stereospesifik pada Inj: hanya perlahan 3-5 menit beberapa lokasi di untuk nyeri 6. Keamanan penggunaan pada 1 Fentanil SSP, meningkatkan sedang – berat ibu hamil: C/D (penggunaan ambang nyeri, yang tidak jangka panjang atau dosis tinggi memperbaiki persepsi respon dengan saat melahirkan). nyeri, menghambat opioid lainnya 7. Fentanil dapat menembus penghantaran nyeri dan harus plasenta dan telah terbukti aman diberikan oleh digunakan saat melahirkan. tim medis 8. Keamanan penggunaan pada yang dapat ibu menyusui: terekskresikan melakukan dalam ASI; tidak resusitasi direkomnendasikan Patch: untuk 9. Bukti keamanan dan efikasi nyeri pada terbatas pada katefori usia < 16 pasien kanker thn; fentanil sediaan patch terbatas yang tidak bukti kemanan dan efikasi pada teratasi dengan anak-anak usia ≥ 2 thn analgesik opiod. Terapi harus dimulai dari non opioid terlebih dahulu jika memungkinka n (Kemenkes, 2013) Formularium Nasional 2013: Tablet: 10 mg dan 20 mg TERSEDIA pada fasilitas kesehatan 1. Termasuk kategori HIGH tingkat 1, 2, ALERT MEDICATION dan TK 3 2. Digunakan untuk nyeri ringan-sedang titrasi dosis, mulai SEDIAAN Berikatan dengan dengan dosis terendah yang masih KOMBINASI reseptor opioid di efektif DI SSP, menyebabkan 3. Besaran dosis: TIDAK INDONESIA menghambat direkomendasikan besaran dosis > (TIDAK penghantaran nyeri; 1,5 mg/kg BB TERMASUK memperbaiki persepsi 4. Keamanan penggunaan pada DAFTAR dan respon terhadap ibu hamil: C/D (penggunaan Formularium 2 Kodein stimulus nyeri; dapat jangka panjang atau dosis tinggi Nasional menekan batuk saat melahirkan). 2013) melalui aksi dada 5. Keamanan penggunaan pada 1. Sediaan medula tengah secara ibu menyusui: terekskresikan kombinasi langsung (aksi kodein dalam ASI; gunakan dengan kodein-paraset sebagai antitusif); perhatian amol dengan menyebabkan depresi kekuatan SSP secara umum KODEIN SEBAGAI ANTITUSIF sediaan 1. Tidak direkomendasikan parasetamol sebagai pengontrol batuk pada 500 mg dan batuk produktif; tidak kodein 30 mg direkomendasikan sebgai antitusif digunakan pada anak usia < 2 thn. untuk meningkatkan efektivitas keduanya sebagai antinyeri 2. Digunakan untuk nyeri sedang-berat 1. Termasuk kategori HIGH ALERT MEDICATION 2. Digunakan untuk nyeri akut kategori menengah – berat dan nyeri kronik; meredakan nyeri pada miokard infark; meredakan dispneu pada gagal jantung kiri Formularium akut dan edema pulmo; terapi obat Nasional 2013: Berikatan dengan pada premedikasi Tablet 10 mg, reseptor opioid di 3. Besaran dosis: mulai dengan tablet SR SSP, menyebabkan dosis terendah yang masih efektif (sustained penghambatan pada 4. Sediaan controlled, extended, Released) 10 pengahntaran nyeri, atau produk sustained release mg, tablet SR memperbaiki persepsi diindikasikan untuk pemberian 15 mg; Inj 10 dan respon terhadap berulang pada periode waktu mg/ml stimulus nyeri; tertentu (i.m/s.k/i.v) menyebabkan depresi 5. Keamanan penggunaan pada SSP secara umum TERSEDIA ibu hamil: C/D (penggunaan pada fasilitas jangka panjang atau dosis tinggi kesehatan TK saat melahirkan). 3 6. Keamanan penggunaan pada Morfin 3 Hanya untuk ibu menyusui: terekskresikan HCl pemakaian dalam ASI; gunakan dengan pada tindakan perhatian anestesi atau 7. Bila dikehendaki dalam perawatan di pemberian infusi drip, perhatikan RS dan untuk dosis pemberian (konsentrasi mengatasi dalam mg/ml) BUKAN hanya nyeri kanker volume (ml) yang tidak 8. Ketika diberikan melalui injeksi respon epidural, PERLU pemantauan terhadap efek sedasi yang tertunda analgetik non 9. Dapat diberikan pada anak > 6 narkotik atau bulan dan BB < 50 kg pada nyeri nyeri pada akut menengah – berat serangan 10. Pasien yang menggunakan jantung obat gol.opioid dalam jangka waktu kronik dapat mengalami toleransi dan membutuhkan dosis lebih tinggi jika dibandingkan dosis lazim pemeliharaan untuk mendapatkan efek yang dikehendaki 11. Toleransi dapat diminimalkan dengan pemberian dosis opioid secara TITRASI DOSIS (mulai dosis terendah yang efektif) 12. Tidak ada dosis optimal dan maksimal penggunaan morfin dalam terapi nyeri kronik. 13. Besaran dosis opioid yang SESUAI adalah besaran dosis yang dapat meredakan nyeri MELALUI pertimbangan pengaturan interval pemberian tanpa menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki. 14. Durasi sediaan immediaterelease: 4 jam; tablet /kapsul extended release: 8-24 jam tergantung formulasi sediaan 15. Morfin dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada saluran cerna; minum obat morfin bersamaan dengan makanan bila efek tersebut terjadi. Formularium Nasional 2013: Inj 50 mg/ml (i.m/s.k/i.v) TERSEDIA pada fasilitas kesehatan TK 2 dan 4 Petidin TK 3 Hanya untuk tindakan anestesi dan nyeri sedang – berat pada psien yang dirawat di RS; TIDAK digunakan untuk nyeri kanker Formularium Nasional 2013: Inj 5 mcg/ml (i.v) Hanya untuk tindakan anestesi yang diberikan 5 Sufentanil dokter anestesi TERSEDIA TERSEDIA pada fasilitas kesehatan TK 2 dan TK 3 Formularium Nasional 2013: Syr 50 mg/ 5 ml 6 Metadon Obat untuk Program Ketergantungan TERSEDIA TERSEDIA pada fasilitas kesehatan TK 2 dan TK 3 II ANALGESIK NON NARKOTIK Formularium 1. Digunakan dalam jangka waktu Asam Nasional 2013: singkat untuk meredakan nyeri 1 Mefenamat kapsul 250 mg ringan – sedang termasuk dan 500 mg dismenorea primer; durasi TERSEDIA maksimal 7 hari pada fasilitas 2.. Keamanan penggunaan pada kesehatan TK ibu hamil: C/D (trimester ketiga) Menghambat secara 1, 2 dan TK 3 reversible enzim Formularium siklo-oksigenase 1 Nasional 2013: 1. Digunakan untuk meredakan dan siklo-oksigenase tablet 200 mg nyeri ringan – sedang termasuk 2 sehingga dan 400 mg; dismenorea primer; antipiretik menurunkan Syr 100 mg/5 2. Keamanan penggunaan pada 2 Ibuprofen pembentukan ml dan 200 ibu hamil: C/D (trimester ketiga) prekursor mg/5 ml 3. Keamanan penggunaan pada prostaglandin yang TERSEDIA ibu menyusui: terekskresikan merupakan mediator pada fasilitas dalam ASI; gunakan dengan nyeri kesehatan TK perhatian 1, 2 dan TK 3 Formularium Ketoprofen Nasional 2013: 1. Digunakan untuk meredakan sup 100 mg nyeri ringan – sedang termasuk Untuk nyeri dismenorea primer, pengelolaan sedang-berat nyeri akut dan kronik pada pada pasien rematoid artritis dan osteoartritis yang tidak 2. Keamanan penggunaan pada dapat ibu hamil: C/D (trimester ketiga) menggunakan 3. Keamanan penggunaan pada Ketoprofen analgetik ibu menyusui: ekskresi melalui secara oral ASI tidak diketahui; tidak TERSEDIA direkomendasikan pada fasilitas Dexketoprofen trometamol kesehatan TK Penelitian yang mengevaluasi 3 2 dan TK 3 efikasi analgesia dan efek obat yang tidak dikehendaki pada KETERSEDI penggunaan parasetamol iv dan AAN DI dexketoproven iv dengan Dexketopr INDONESIA masing-masing obat ofen (Tidak dikombinasikan dengan morfin iv trometamol termasuk setelah menjalani tindakan daftar histerektomi menunjukkan 60 Formularium pasien klasifikasi I-II Berdasarkan Nasional American Society of 2013) Anesthesiologist Physical Status. Ketoprofen: Hasil penelitian menunjukkan Kapsul Lepas Kombinasi dengan dexketoprofen Lambat 200 atau parasetamol secara signifikan mg, Tablet tidak merubah skor nyeri pasien, 12,5 mg, 50 namun terjadi peningkatan mg, 100 kenyamanan pasien. Meskipun mg;Injeksi penggunaan morfin secara Ampul 100 mg keseluruhan pada penggunaan / 2 ml; gel 25 keduanya, insidensi mual muntah mg pada penggunaan kombinasi dengan parasetamol jika Dexketoprofen dibandingkan dengan trometamol: dexketoprofen adalah sebanding. injeksi 50 Hasil penelitian TIDAK mg/2 ml MEREKOMENDASIKAN penggunaan parasetamol atau dexketoprofen sebagai terapai anlgesik tambahan pada pasien yang telah terkontrol nyerinya dengan morfin paska menjalani tindakan histerektomi (Ünal dkk., 2013) Formularium Nasional 2013: inj 30 mg/ml 1. Sediaan oral dan injeksi Untuk nyeri diindikasikan untuk terapi nyeri sedang – berat akut sedang – berat yang untuk pasien memerlukan pereda nyeri yang tidak sebanding dengan opioid; dapat penggunaan maksimal 5 hari menggunakan analgetik 2. Keamanan penggunaan pada secara oral ibu hamil: C/D (trimester ketiga) Pemberian Ketorolak kontraindikasi maksimal 2 penggunaannya selama hari melahirkan (dapat menghambat 4 Ketorolak Tersedia di kontraksi uterus dan menyebabkan pelayanan dampak yang tidak dinginkan kesehatan TK pada fetus) 2 dan TK 3 3. Keamanan penggunaan pada ibu menyusui: terekskresikan KETERSEDI dalam ASI; kontraindikasi AAN DI 4.Penggunaan pada anak 2 – 16 INDONESIA tahun: penelitian keamanan Tidak terbatas termasuk 5. Hindari penggunaan bersama daftar NSAIDslain, pentoksifilin, Formularium probenesid Nasional 2013) Tablet 10 mg;30 mg Formularium Nasional 2013: tablet 25 mg dan 50 mg TERSEDIA pada fasilitas 1. Digunakan untuk meredakan kesehatan TK nyeri ringan – sedang termasuk 1, 2 dan TK 3 pengelolaan nyeri akut dan kronik pada rematoid artritis dan BENTUK osteoartritis SEDIAAN 2. Keamanan penggunaan pada Natrium LAIN DI 5 ibu hamil: gel topikal (kategori Diklofenak INDONESIA B), oral (C)àD (trimester ketiga) (tidak 3. Keamanan penggunaan pada termasuk ibu menyusui: ekskresi melalui daftar ASI tidak diketahui; tidak Formularium direkomendasikan Nasional 2013) Diklofenak dietilamonium 1% (bentuk sediaan gel; Inj Na-diklofenak 75 mg/3 ml) NSAIDs non 1. Digunakan untuk meredakan selektif nyeri ringan – sedang termasuk lainnya: pengelolaan nyeri akut dan kronik Piroksikam TIDAK pada rematoid artritis dan , TERMASUK osteoartritis, nyeri akut pada gout, Tenoxicam 6 DAFTAR dismenore primer , Aspirin, Formularium Fenilbutaz 2. Keamanan penggunaan pada Nasional 2013 on, ibu hamil: C/D (trimester ketiga) indometasi 3. Keamanan penggunaan pada n, ibu menyusui: terekskresikan naproksen, dalam ASI; tidak indometasi direkomendasikan n TIDAK 1. Diketahui memiliki efek Meloksika TERMASUK penghambatan yang lebih lemah 7 m DAFTAR pada jalur siklo-oksigenasi 1 di Formularium saluran pencernaan dan ginjal. Nasional 2013 Oleh karena itu risiko menyebabkan gangguan salura pencernaan maupun gangguan Tablet 7,5 mg; fungi ginjal pada penggunaan 15 mg; ampul jangka panjang lebih rendah jika 10 mg/1,5 ml; dibandingkan golongan NSAIDs sup 15 mg tidak selektif lainnya 2. Penggunaan hanya sehari 1 tablet (7,5 – 15 mg/hari) TIDAK Digunakan untuk pengelolaan TERMASUK osteoartritis, rematoid artritis DAFTAR Selekoksib Formularium 8 Selekoksib Metanalisis pada beberapa Nasional 2013 penelitian RCT menunjukkan kejadian kardiovaskular sebanding kapsul 100 antara penggunaan selekoksib mg; 200 mg dengan NSAIDs yang tidak selektif (diklofenak,ibuprofen,naproksen,k Menghambat secara etoprofen, loksoprofen-tidak reversible dan selektif tersedia di Indonesia). Kajian ini enzim TIDAK DAPAT menunjukkan siklo-oksigenase 2 bahwa ada peningkatan risiko sehingga menurunkan kejadian kardiovaskular pada pembentukan penggunaan selekoksib jika prekursor TIDAK dibandingan obat yang lain (White prostaglandin yang TERMASUK dkk., 2007) merupakan mediator DAFTAR Etorikoksib Etorikoksi nyeri 9 Formularium Review pada 3 penelitian yang b Nasional 2013 melibatkan 34701 pasien dengan 24913 pasien osteoartritis dan 9787 rematoid artris yang Tablet 120 mg menggunakan etoricoxib dibandingkan dengan diklofenak selama 18 bulan. Hasil review menunjukkan kejadian kardiovaskular-trombotik sebanding antara kelompok dengan terapi etorikoksib dengan kelompok yang menggunakan diklofenak (Cannon dkk., 2006) Parasetamo Menghambat sisntesis Formularium Nasional 2013: tablet 500 mg; syr 1 l prostaglandin di 120 mg/5 ml; tts 60 mg/0,6 ml; drips (infus) 1000 0 mg/100 ml hanya untuk pasien ICU yang (memiliki sistem saraf pusat dan memblokade memerlukan antipiretik berkelanjutan efek antipiretik penghantaran impul melalui nyeri di perifer TERSEDIA pada fasilitas kesehatan TK 1, 2 dan inhibisi TK 3 (khusus bentuk drips/infus HANYA psat TERSEDIA di fasilitas kesehatan TK 3 pengatur suhu di hipotalamu s) Tramadol dan metabolit aktif (M1) berikatan dengan reseptor opioid μ di Formularium Nasional 2013: inj 50 SSP menyebabkan mg/ml; opioid-like agents menghambat Hanya untuk nyeri sedang-berat pasca operasi penghantaran nyeri; yang tidak dapat menggunakan analgesik oral 1 memperbaiki persepsi Tramadol TERSEDIA pada fasilitas kesehatan TK 2 dan 1 dan respon terhadap TK 3 stimulus nyeri;juga menghambat reuptake KETERSEDIAAN DI INDONESIA Tidak serotonin dan termasuk daftar Formularium Nasional 2013) nor-epinephrin yang Tablet 50 mg; kombinasi tramadol-parasetamol juga berperan dalam memodifikasi penghantaran nyeri Mekanisme aksi antalgin belum dapat dijelaskan secara baik dan jelas. TIDAK ADA DALAM Formularium Nasional Mekanismenya 2013; sudah ditarik oleh FDA dan beberapa diduga baik antalgin negara (baca bagian beberapa EBM) Antalgin / 1 maupun metabolitnya Metampiro Tablet; inj;syr;tts 2 (4-N-Methylaminoant n ipyrin) bekerja di SSP SEDIAAN KOMBINASI dan juga memiliki 1. Metampiron-kafein-thiamin efek melalui 2. Metampiron-diazepam penghambatan pembentukan prostaglandin I. PENGGUNAAN OBAT KHUSUS J. PELAYANAN RESEP NDAN PEMBERIAN INFORMASI 1. HIPERTENSI 2. DIABETES MELITUS 3. DISLIPIDEMIA 4. INFEKSI

Use Quizgecko on...
Browser
Browser