Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi (SMP/MTs) - PDF
Document Details
Uploaded by RightRutherfordium
2017
Ir. Akhmad Supriyatna, M.Pd, Dr. Maulia D. Kembara, Zulfikri Anas, M.Ed, Prof. Burhanuddin Tola, Ph.D, Deni Hadiana S.Si, M.Si, Ahmad Farid, Abdul Hanan Hasanudin, Babay Suhendri
Tags
Summary
Modul ini merupakan panduan untuk guru dan sekolah dalam menguatkan nilai-nilai antikorupsi pada tingkat SMP/MTs. Disusun oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2017, modul ini membahas pentingnya pendidikan antikorupsi dan cara untuk mengimplementasikannya di kelas dan sekolah, dengan tujuan membentuk generasi yang antikorupsi.
Full Transcript
Antikorupsi Pendidikan Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Pendidikan Antikorupsi. Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Tingkat SMP/MTs Komisi Pemberanta...
Antikorupsi Pendidikan Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Pendidikan Antikorupsi. Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Tingkat SMP/MTs Komisi Pemberantasan Korupsi 2017 Pengarah: Komisioner KPK Deputi Bidang Pencegahan Penanggung jawab: Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Sujanarko Supervisi: Dony Mariantono Irawati Handayani Gumilar Prana Wilaga Penyusun: Ir. Akhmad Supriyatna, M.Pd Dr. Maulia D. Kembara Zulfikri Anas, M.Ed Prof. Burhanuddin Tola, Ph.D Deni Hadiana S.Si, M.Si Dr. Jaka Warsihna Editor: Ahmad Farid Abdul Hanan Hasanudin Desain dan Ilustrasi: Babay Suhendri Abdul Hanan Hasanudin Diterbitkan oleh: Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi Jl. Kuningan Persada Kav. IV Setiabudi Kuningan Jakarta Selatan 12950. www.kpk.go.id www.acch.kpk.go.id www.aclc.kpk.go.id Cetakan 1: Jakarta, 2017 Buku ini boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya, diperbanyak untuk tujuan pendidikan dan non-komersial lainnya, dan bukan untuk diperjualbelikan. Antikorupsi Pendidikan Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pendidikan Dasar dan Menengah Tingkat SMA/MA/SMK/MAK Komisi Pemberantasan Korupsi “Pembangunan budaya sebuah bangsa haruslah by design. Not by default” --KOENTJARANINGRAT-- vi Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs vi Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs PENGANTAR Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penyusunan naskah Pendidikan Antikorupsi: Modul Penguatan Nilai-nilai Antikorupsi pada Pen- didikan Dasar dan Menengah telah selesai dibuat dan disusun oleh Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, Komisi Pemberantasan Korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ) sebagai lembaga yang mempunyai visi ‘Bersama Elemen Bangsa, Mewujudkan Indonesia Yang Bersih Dari Korupsi’ dan dalam menjalankan salah satu tugasnya dalam bidang pencegahan sesuai dengan amanat UU No.30 tahun 2002 pasal 13 huruf c yakni menyelenggara- kan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan tentunya dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna upaya pemberantasan korupsi diperlukan peran serta dari seluruh stakeholder bangsa ini. Modul ini disusun dengan tujuan sebagai proses pembelajaran dalam pen- guatan nilai-nilai antikorupsi untuk setiap level jenjang pendidikan dengan peli- batan dari seluruh elemen agar lebih dapat memahami, menyadari dan menya- kini serta mengaktualisasikan pendidikan antikorupsi dari ruang kelas, sekolah, rumah, serta lingkungan. Keniscayaan akan generasi ke depan akan mempunyai karakter moral yang antikorupsi akan terwujud jika dalam setiap proses pembe- lajaran tidak hanya mengajarkan akan tetapi juga adanya pengkondisian yang dipraktekkan secara nyata melalui sikap dan perilaku yang baik. Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan dukungan dan kontribusi dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna, karenanya saran dan kritik memban- gun sangat diharapkan guna perbaikkan di masa yang akan datang. Agustus, 2017 Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs vii DAFTAR ISI Pengantar..... vii Daftar Isi.....viii Petunjuk Penggunaan Modul.....x Langkah 1 Pahami: Mengapa Perlu Pendidikan Antikorupsi?..1 Kita Berada di Tepi Jurang.....4 Sekolah Kita yang Rawan.....6 Upaya Tidak Biasa.....10 Fokus Pada Pendidikan Antikorupsi.....11 Prinsip Pendidikan Antikorupsi.....12 Kompetensi Sesuai Tahapan Perkembangan.....14 Langkah 2. Sadari dan Yakini: Antikorupsi Adalah Kebutu- han....17 Nilai-Nilai Pembentuk Perilaku Antikorupsi.....18 Nilai-Nilai Antikorupsi dan Manfaatnya.....20 Indikator Perilaku Jujur.....22 Indikator Perilaku Peduli.....24 Indikator Perilaku Mandiri.....26 Indikator Perilaku Disiplin.....28 Indikator Perilaku Tanggung Jawab.....30 Indikator Perilaku Kerja Keras.....32 Indikator Perilaku Sederhana.....34 Indikator Perilaku Berani.....36 Indikator Perilaku Adil.....38 viii Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Langkah 3. Amalkan: Penguatan Nilai-Nilai Antikorupsi.....41 Tahapan Pembelajaran.....42 Garis Besar Pengkondisian dan Tata Kelola.....44 Langkah Pengkondisian Lengkap.....46 Mata Pelajaran Adalah Alat.....48 Langkah Praktis Guru (Contoh).....50 Tahapan Penyusunan Lesson Plan.....52 Contoh Lesson Plan.....54 Contoh Lesson Plan Kreatif....56 Contoh Instrumen Penilaian.....58 Peta Indikator Per Jenjang.....60 Langkah 4. Deklarasikan: Peta Jalan Tindak Lanjut.....63 Intervensi Pembudayaan di Masyarakat.....64 Meluaskan Pendidikan Berbudaya Antikorupsi.....66 Referensi.....68 Kontributor.....70 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs ix PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Salam Antikorupsi Bapak Ibu Guru! tidak. Tidak ada materi ajar baru yang harus disampaikan sehingga menam- Lazimnya, ketika kita menerima bah waktu dan beban belajar. Modul sebuah modul pembelajaran, ker- ini semata untuk menguatkan nilai- ap kali kita berpikir modul ini untuk nilai antikorupsi dalam diri kita yang dibelajarkan langsung kepada peserta diterapkan secara konsisten di semua didik. Tapi, tidak untuk modul ini. aspek kehidupan. Melalui cara ini di- Modul ini adalah untuk para guru dan harapkan semua orang dewasa dapat kita semua sebagai orang dewasa. menjadi teladan bagi peserta didik. Lantas, apakah modul ini menambah Bagaimana langkah menggunakan beban pembelajaran? Sama sekali modul ini? Berikut empat langkah yang perlu dicermati. 1 Mulailah dengan Langkah Pertama. Pada bagian ini kita mencoba memahami mengapa perlu pendidikan Antikorupsi. Kita selami kondisi kita sebagai bangsa, kondisi sekolah sebagai pembangun budaya, dan cara pandang kita sendiri se- bagai makhluk Tuhan. Apakah kita sudah antikorupsi? Apakah antikorupsi itu aturan atau kebutuhan? Mengapa harus sekolah yang memotori? Patut diingat bahwa dalam pendidikan, yang utama adalah membangun watak, bukan penguasaan pengetahuan. Selanjutnya lanjutkan ke Langkah Kedua. Sadari dan yakini apa saja nilai-nilai antikorupsi yang harus kita amalkan dan perlu dibelajarkan kepada anak. Apa saja nilai-nilai pembentuk perilaku 2 antikorupsi itu? Apakah harus dibelajar- kan sekaligus? Apakah teknisnya tidak merepotkan? Sadari dan yakini bahwa nilai-nilai an- tikorupsi itu sudah ada dalam jiwa setiap individu. Tugas kita, sebagai orang de- wasa adalah menguatkan nilai itu melalui pengkondisian dalam semua aktivitas kehidupan secara konsisten. x Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 4 Jika langkah ketiga sudah tercapai, mulaikan meluaskan pendidikan antikorupsi seperti di Langkah Keem- pat. Deklarasikan pengamalan yang kita lakukan dengan langkah Tindak Lanjut. Tularkan budaya antikorupsi ke sekolah lain dalam satu wilayah. Kemudian luaskan ke wilayah lain. Jadikan sekolah kita sebagai lokomotif penyebaran budaya antikorupsi di wilayah di mana kita berada. 3 Selanjutnya mulailah mempraktekkan antikorupsi. Teknisnya ada di Langkah Ketiga. Pada bagian ini kita diajak memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu mengamalkan antikorupsi untuk diri kita sendiri, dan menjadi contoh bagi peserta didik. Setelah itu kita membuat kondisi agar nilai-nilai antikorupsi dalam diri peserta didik melekat kuat dan diamalkan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Bagaimana pengkondisian harus dilakukan? Ikuti taha- pannya pada bagian ini. a. Sebagai guru, kita senantiasa melengkapi diri dengan perangkat (instrumen) untuk mengecek ketercapaian hasil belajar anak/peserta didik sesuai indikator pencapaian hasil belajar untuk menentu- kan langkah-langkah tindak lanjut; b. Agar konsisten, Sekolah melengkapi diri dengan perangkat (instrumen) untuk mengecek keterlaksa- naan apakah proses pengkondisian antikorupsi di sekolahnya berjalan atau tidak. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs xi Kekuatan rakyat adalah jumlah kekuatan tiap-tiap anggota dari rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa tidak akan berhasil kalau tidak dimulai dari bawah. Rakyat yang kuat akan pandai melakukan segala usaha yang perlu atau berguna bagi kemakmuran negeri. —KI HAJAR DEWANTARA— xii Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs xii Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Langkah 1 PAHAMI MENGAPA PERLU PENDIDIKAN ANTIKORUPSI? Sebelum menyelami lebih jauh tentang Pendidi- kan Antikorupsi, pahami terlebih dahulu tentang apa itu Pendidikan Antikorupsi dan mengapa diperlukan Pendidikan Antikorupsi. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 1 MENGAPA PERLU PENDIDIKAN Hari-hari ini kita menyaksikan berita jalan pintas, arogan, inkonsisten, dan tentang tindak pidana korupsi dan rupa-rupa perilaku tak pantas lainnya perilaku koruptif di mana-mana. Ter- kian menyesakkan dada, kita sadar jadi di hampir semua daerah di Tanah budaya antikorupsi kita menghilang. Air, di semua level, dan di semua segi Kemanakah budaya antikorupsi kita? kehidupan dengan beragam jenis, modus, dan kompleksitas. Perilaku Di satu sisi Bangsa kita memiliki koruptif telah merasuki semua elemen kelemahan perilaku yang diwariskan bangsa. Padahal kita semua tahu bah- sebagai hasil penjajahan. Sejak lama wa korupsi adalah perilaku yang tidak kita sadari kelemahan ini. Mental bermoral. Sebuah ironi. menerabas, tidak menghargai waktu, meremehkan mutu, tidak percaya diri, Muara dari persoalan korupsi adalah dan banyak lagi. hilangnya nilai-nilai antikorupsi (jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung- Sementara di sisi lain, dunia pendidi- jawab, kerja keras, sederhana, berani, kan yang diharapkan menjadi penguat adil) dari dalam diri individu. budaya antikorupsi makin dirasakan tidak konsisten dalam menjalankan Ketika hari-hari ini kita menyaksi- fungsinya. Proses pendidikan seperti kan kasus-kasus korupsi kian marak, mementingkan penguasaan pengeta- meluas dan beragam, serta perilaku huan semata ketimbang membiasa- saling tidak percaya, saling menyalah- kan, lepas tanggungjawab, mencari KELEMAHAN PERILAKU Perilaku koruptif di- mentalitas yang meremehkan mutu; anggap biasa. Marak mentalitas yang suka menerabas (in- di semua segi kehidu- stan); pan dalam beragam tidak percaya pada diri sendiri; modus tidak berdisiplin murni; mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab”. Koentjaraningrat (1974) mempunyai penampilan yang berbeda di depan dan belakang. segan dan enggan bertanggung- Perlu Budaya jawab atas perbuatannya, putusannya, Baru Antikorupsi kelakuannya, pikirannya, dan sebagain- ya. yang dimotori jiwa feodalistik. oleh sekolah. Mochtar Lubis (1978) 2 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs ANTIKORUPSI? kolah diharapkan menjadi “lokomotif” dalam penguatan budaya antikorupsi. Alih-alih menguatkan sekolah sebagai pusat pendidikan yang utama dalam penguatan budaya antikorupsi, kita kan perilaku baik. Sekalipun sekolah semua lebih sibuk melakukan upaya mengimplementasikan berbagai penanganan jangka pendek. kegiatan sejenis, akan tetapi hal terse- but dilaksanakan seolah terpisah dari Oleh karena itu, inilah saatnya untuk proses pembelajaran yang utuh. mengembalikan sekolah sebagai loko- motif penguatan budaya antikorupsi Lebih dari itu, praktek pengelolaan untuk jangka panjang. Kita awali den- sekolah pun tidak luput dari perilaku gan melakukan Pendidikan Antikorupsi koruptif pada segala lini. Padahal, se- yang dimotori oleh satuan pendidikan. Perlu pembentukan Bu- daya Baru dengan Cara Berbeda, yang dilaku- kan melalui Pendidikan Karakter di semua pusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), dengan sekolah sebagai lokomotif. FAKTA DI SEKOLAH SAAT INI PERLU UPAYA DI SEKOLAH Pendidikan Karakter berlangsung Par- YANG TIDAK BIASA Fokus pada penguatan karakter; sial dan hanya bersifat pengetahuan; Kerawanan Perilaku Koruptif di dunia Fokus pada perbaikan pola pikir dan perilaku, bukan pengetahuan; Pendidikan: penerimaan peserta didik baru dan mutasi; Mengutamakan pembelajaran melalui diskriminatif (munculnya sekolah unggulan pengkondisian untuk menguatkan atau kelas unggulan yang memicu perilaku karakter peserta didik; koruptif); inkonsisten dalam berbagai aturan; Mempraktekkan dan mengamalkan pungutan tidak sesuai aturan; perilaku antikorupsi secara massif di gratifikasi; semua “pusat pendidikan” dengan mark up dan manipulasi nilai; pembelajaran di kelas sebagai loko- motif. menyontek; perbuatan curang; Menggunakan keteladanan orang ambisi orang tua untuk mendukung anaknya dewasa sebagai prasyarat untuk mel- mencapai nilai angka terbaik; akukan proses pendidikan. formalistik dan verbalistik; tidak jujur; Proses pembudayaan melalui pen- dekatan wilayah dan budaya luhur tidak mengutamakan pendidikan anak yang setempat. sesungguhnya. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 3 KITA DI TEPI JURANG Sejak lama kita menyadari adanya kelemahan perilaku pada bang- sa kita sebagai warisan kolonial. Kita juga mencoba berupaya mengikis kelemahan itu. Namun, segala upaya seolah tiada hasil. Sudah cukup banyak catatan ten- tang persoalan yang kita hadapi sebagai bangsa, yang kesemuanya Ciri Manusia Indonesia bermuara pada lemahnya perilaku. 1. mempunyai penampilan Berbagai alasan juga sudah dikemuka- yang berbeda di depan dan kan. Koentjaraningrat (1974) sudah belakang. mengemukakan tentang lima sikap 2. segan dan enggan ber- mental bermuatan pola pikir koruptif tanggungjawab atas per- warisan kolonial yang “hidup” dalam buatannya, putusannya, pola pikir anak bangsa kita. Mochtar kelakuannya, pikirannya, dan Lubis (1978) juga mengungkapkan sebagainya. beberapa ciri manusia Indonesia yang berkonotasi negatif sebagai warisan 3. jiwa feodalistik. zaman penindasan. Sumber: Mochtar Lubis (1978) Masih banyak lagi, kelemahan perilaku tercermin sehari-hari. Semua itu men- jangkiti semua sendi kehidupan kita Puisi Sajak Palsu Agus S. Sardjono hari-hari ini, juga dunia pendidikan, cukup mengusik nurani tentang kon- yang semestinya menjadi lokomotif disi sekolah kita. Puisi ini mengingat- pembangunan budaya. kan kita bahwa jika ada kepalsuan di dunia pendidikan, sekecil apapun itu, Lima sikap mental akan berdampak pada pola pikir anak bermuatan pola pikir dan terus berkembang sampai dewa- koruptif warisan kolo- sa. Pada saatnya nanti, ketika mereka nial menduduki posisi penting sebagai pelaku atau penentu keputusan, pola 1. mentalitas yang meremehkan pikir palsu itu akan beraksi. mutu; Kita berada di tepi jurang! Sangat 2. mentalitas yang suka menera- berbahaya. bas (instan); Semua itu kita sadari. Selalu kita cari 3. tidak percaya pada diri jalan keluarnya. Tapi caranya selalu sendiri; menggunakan pola pikir dan praktek 4. tidak berdisiplin murni; dengan mentalitas yang sama. Sehing- ga hasilnya, hanya menjadi kegiatan 5. mentalitas yang suka meng- besar tanpa hasil. abaikan tanggung jawab”. Sumber: Koentjaraningrat (1974) 4 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Sajak Palsu Oleh: Agus R. Sardjono Selamat pagi Pak, Selamat pagi Bu Ucap anak sekolah dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar dari buku-buku palsu. Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mere- ka yang palsu. Karena tidak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka ke ru- mah-rumah bapak dan Ibu guru untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya Pak guru dan Bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu untuk mengubah nilai-nilai palsu yang baru Masa sekolah demi masa sekolah berlalu Merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu, sebagian menjadi guru, ilmu- wan, atau seniman palsu Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu Dan bank-bank palsu dengan giat menwarkan bonus dan hadi- ah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan izin dan surat palsu kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka uang asing menggertak dengan kurs palsu sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu dan mende- batkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu. *Terimakasih kepada Agus R. Sardjono yang telah mengizinkan Sajak Palsu ini dikutip utuh di sini. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 5 SEKOLAH KITA YANG RAWAN Perlu upaya memperbaiki bangsa. Dari mana mulainya? Satu- satunya harapan kita bertumpu pada sekolah. Karena sekolah lah lokomotif pembentukan budaya. Sekolah yang berintegritas dapat membangun budaya baru yang berintegritas pula. Alih-alih menjadi lokomotif, sekolah tindak korupsi, gratifikasi/suap atau kita selama ini justru tidak lepas dari bentuk lain yang memicu terjadinya persoalan disintegritas. Di sekolah kita penyimpangan prosedur/ mengarah masih terdapat titik-titik rawan yang pada tindakan korupsi, gratifikasi/ memungkinkan terjadinya perilaku tak suap pada jenis kegiatan yang ada di berintegritas yang nantinya dapat ber- sekolah antara lain: muara pada terjadinya penyimpangan prosedur yang mengarah tindakan korupsi, gratifikasi/suap. Berdasarkan hasil penelitian KPK, titik-titik rawan. Penerimaan, penempatan dan Berikut contoh kemungkinan bentuk mutasi pendidik dan tenaga kepen- didikan Kemungkinan adanya per- mintaan uang oleh pihak yang berwenang dalam mengurus Penyusunan, penetapan, dan penge- penerimaan, penempatan dan sahan rencana kerja menengah dan mutasi pendidik dan tenaga tahunan sekolah kependidikan yang akan ber- dampak pada kinerja pegawai/ Kemungkinan adanya peluang pejabat yang bersangkutan terjadinya pemberian oleh pemo- dalam memberikan pelayanan hon (sekolah) kepada pejabat pendidikan; yang berwenang dalam rangka Kemungkinan adanya permint- mengesahkan Rencana Kegiatan aan atau pemberian dalam dan Anggaran Sekolah/Madrasah artian luas dalam proses pene- (RKAS/M), atau Rencana Angga- mpatan, promosi jabatan dan ran dan Pendapatan dan Belanja pembagian tugas di sekolah Sekolah/Madrasah (RAPBS/M) yang bersangkutan oleh kepala Kemungkinan adanya peluang sekolah/yayasan sehingga ber- terjadinya pemerasan oleh pejabat dampak pada kinerja pegawai/ atau petugas yang berwenang pejabat yang bersangkutan terhadap pemohon (sekolah) dalam dalam memberikan pelayanan rangka mengesahkan RKAS/M atau kepada semua warga sekolah. RAPBS/M 6 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Penerimaan siswa baru, kenaikan kelas dan mutasi siswa Proses pengadaan barang dan jasa di sekolah Kemungkinan peluang terjad- inya penetapan jumlah dana “sukarela” yang dibebankan kepada calon orang tua dalam Kemungkinan adanya peluang proses penerimaan siswa baru, pemberian dalam artian luas (ter- kenaikan kelas dan mutasi siswa masuk fee ) dari rekanan kepada dari sekolah lain pejabat pejabat yang berwenang sebagai ucapan terima kasih atas Kemungkinan adanya kecuran- penunjukkan sebagai penye- gan atau cara-cara lain yang dia barang/jasa yang kemudian memberikan peluang terjadinya berdampak pada pelaksanaan tindakan korupsi, suap, gratifika- pengadaan barang dan jasa, misal- si atau bentuk-bentuk lainnya nya untuk mendapatkan bantuan, yang memungkinkan terjadinya sekolah harus mengeluarkan biaya penyimpangan prosedur dalam tambahan di luar ketentuan yang proses penerimaan siswa baru, berlaku; kenaikan kelas, atau mutasi siswa Kemungkinan adanya peluang pemberian dalam artian luas (ter- Kemungkinan terjadinya peny- masuk fee ) dari rekanan kepada impangan atau kekeliruan kepala sekolah sebagai ucapan adminstrasi dan pendokumenta- terimakasih atas penunjukkan sian sebagai akibat dari kela- sebagai penyedia barang/jasa. laian/kekurang profesionalan petugas, adanya permainan, Kemungkinan terjadinya pen- ketertutupan, atau keterbatasan gadaan barang/peralatan dan jasa sarana pendukung tersedia se- fiktif yang dipertanggungjawabkan hingga pihak-pihak terkait tidak dalam laporan realisasi penge- mendapatkan informasi yang luaran rutin sekolah sehingga jelas. Hal ini akan menimbulkan seolah-olah pengadaan tersebut peluang adanya “negosiasi” memang terlaksana pihak-pihak terkait. Kemungkinan terjadinya penge- Adanya peluang mark-up pada naan berbagai jenis pungutan di saat sekolah memfasilitasi orang luar ketentuan yang berlaku oleh tua siswa/wali siswa dalam pihak sekolah kepada orang tua/ penyediaan seragam sekolah, wali siswa, sebagai contoh: pun- buku pelajaran, dan sarana gutan pemeliharaan perpustakaan penunjang belajar lainnya bagi sekolah, pungutan pembelian putra/putrinya. peralatan laboratorium, pungutan pengambilan rapor, pengambilan ijazah, legalisir rapor, legalisasi ijazah dan sebagainya. Kemungkinan terjadinya mark- up biaya pembangunan gedung sekolah dan pengadaan sarana lainnya. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 7 Kegiatan pembelajaran dan Proses kenaikan dan kelulusan kegiatan lain dalam rangka siswa pengembangan diri dan pen- guatan karakter Kemungkinan adanya tawaran Kemungkinan adanya pilih kasih dari orang tua/wali siswa kepada dalam memberikan kesempatan dan pendidik untuk meningkatkan pembinaan kepada peserta didik un- nilai rapor bagi putera/puterinya tuk mengikuti berbagai lomba, dan dengan menjanjikan imbalan kemungkinan terjadinya kecurangan, tertentu membiarkan terjadinya kecurangan atau membantu siswa untuk berbuat Kemungkinan adanya pungutan curang dalam berbagai kegiatan di luar ketentuan untuk pengam- lomba atau pembagian kerja dalam bilan rapor, ijazah atau legalisir berbagai kegiatan lainnya; rapor, ijazah. Kemungkinan adanya pelanggaran Tekanan dari orang tua untuk disiplin oleh guru atau peserta didik mengubah nilai rapor. mulai dari awal pembelajaran, pada saat proses belajar, pemberian tugas, ulangan, dan di akhir pem- belajaran, misalnya guru atau siswa Pengawasan/supervisi dan datang terlambat, ketidakadilan monitoring sekolah dalam pembagian tugas-tugas dalam pembelajaran, pelanggaran etika kesantunan dalam proses Kemungkinan adanya pemberi- pembelajaran, guru meninggalkan an dalam arti luas dari pihak se- siswa di kelas pada saat pembelaja- kolah kepada pengawas yang ran berlangsung, kecurangan dalam melakukan tugasnya sebagai melaksanakan tugas dan ulangan, supervisor sekolah dan guru mengakhiri pembelajaran sebelum jam pelajaran berakhir Kemungkinan adanya per- mintaan tertentu dari pihak Kemungkinan adanya janji atau pem- pengawas kepada sekolah berian dalam arti luas oleh orang sehubungan dengan pelaksan- tua/wali siswa kepada pendidik yang aan tugasnya dalam melakukan memungkinkan adanya perlakuan supervisi ke sekolah khusus kepada peserta didik tertentu Kemungkinan adanya pembe- Kemungkinan adanya pilih kasih rian oleh pihak sekolah kepada (ketidakadilan) dalam memberikan pejabat institusi di atasnya agar pelayanan dan/atau tugas-tugas sekolah mendapatkan angga- kepada peserta didik, misalnya anak ran proyek dan menganggar- yang dikategorikan berkemampuan kan biaya tersebut dalam pos “unggul” dilayani dengan baik, APBS sementara anak yang berkemamp- uan biasa-biasa atau berkebutuhan khusus tidak diberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan mereka. Kemungkinan adanya penjiplakan hasil karya orang lain, atau meng- akui hasil karya orang lain sebagai hasil karyanya, atau mengutip sebagian hasil karya orang lain tanpa menyebutkan sumber aslinya. 8 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Penyelenggaraan ulanagan atau Penegakkan disiplin dan ujian (ulangan harian, ulangan keteladanan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan ujian sekolah dan ujian nasional) Kemungkinan terjadinya ket- idakadilan (pilih kasih) dalam penegakkan disiplin oleh Kemungkinan adanya penetapan pendidik kepada peserta didik jumlah dana “sukarela” yang karena alasan tertentu dibebankan kepada orang tua/wali siswa sehubungan dengan akan Kemungkinan kurangnya diadakannya ujian keteladanan dari para pendidik atau tenaga kependidikan Kemungkinan adanya pembe- yang berdampak pada peri- rian oleh orang tua/wali siswa laku siswa, misalnya ada guru kepada tenaga pendidik untuk yang terlambat namun tidak memberikan kemudahaan ke- merasa bersalah, sementara pada putera-puterinya sehingga kalau siswa terlambat dikenai memunculkan peluang untuk sanksi. Hal ini akan mendorong melakukan perbuatan curang, tumbuhnya kebiasaan “korup- seperti menyontek, membuatkan si” waktu oleh pendidik dan dan memberikan jawaban kepada tenaga kependidikan. siswa, membocorkan soal dan sebagainya Kemungkinan adanya kesem- patan atau celah bagi siswa untuk berbuat curang (menyontek dari teman, menyontek dari buku/sum- ber lain), atau ada kemungkinan pendidik membantu/memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berbuat curang dengan berbagai alasan, misalnya mem- bantu siswa mengerjakan soal, memberi kesempatan siswa untuk menyontek, membocorkan soal sebelum ujian dan sebagainya Kemungkinan adanya tekanan dari pihak luar untuk kepentingan tertentu sehingga mendorong sekolah untuk membantu siswa dengan cara-cara yang ilegal, seperti membantu siswa dalam mengerjakan soal ujian nasional, memberikan jawaban kepada siswa, atau membocorkan soal sebelum ujian berlangsung. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 9 PERLU UPAYA YANG TIDAK BIASA Di tengah segala persoalan, perlu proses pendidikan yang ber- beda, dimulai dari cara pandang yang berbeda. Perlu terobosan besar. Harus dilaku- kan semacam revolusi mental-kultural Bagaimanapun juga, sekolah ada- (suprastruktur) yang diarahkan untuk lah replika masyarakat masa depan, menciptakan masyarakat religius semua hal yang terjadi pada masa-ma- yang berperikemanusiaan, egaliter, sa sekolah akan menjadi cerminan mandiri, amanah, dan terbebas dari masyarakat di masa depan. Maka, berhala materialisme-hedonisme, serta sekolah harus ditempatkan sebagai sanggup menjalin persatuan (gotong lokomotif yang akan membawa pe- royong) dengan semangat pelayanan rubahan pada bangsa ini. (pengorbanan)” (Yudi Latif, 2015). Mari kita bergerak aktif. Dimulai dari Diperlukan upaya “tidak biasa” pembangunan jiwa, pembangunan dengan cara pandang yang juga tidak budaya, dan diawali dari ruang kelas biasa. Termasuk cara pendidikan dan dan dari sekolah. cara pandang terhadap pendidikan. Cara pandang terhadap pendidikan mungkin harus diletakkan terbalik. CARA PANDANG TERHADAP PENDIDIKAN YANG SEMESTINYA Anak adalah produsen, pelaku aktif dalam pembelajaran; Guru adalah profesi yang inde- penden yang mendidik anak CARA PANDANG TERHADAP sesuai kondisi anak, konteks lokal PENDIDIKAN SELAMA INI dan variasinya tanpa bertentan- gan dengan prinsip yang tertuang dalam kebijakan dan aturan yang Anak ditempatkan sebagai konsu- berlaku; men dan obyek pembelajaran; Sarana-prasarana fisik hanyalah Guru hanya bekerja mendidik anak pendukung proses pendidikan; sesuai tahapan dalam aturan yang Penghasilan guru harus memenu- berlaku; hi standar kelayakan dan penam- bahannya berkorelasi dengan Sarana prasarana fisik adalah kunci keberhasilan pendidikan. keberhasilan proses pendidikan; Sekolah adalah lokomotif peruba- han. Sekolah lah yang memotori Besarnya penghasilan guru adalah perubahan budaya korupsi mas- kunci keberhasilan pendidikan. yarakat menjadi budaya antiko- Kesejahteraan guru harus dipenuhi rupsi. terlebih dulu agar kualitas pendidi- kan menjadi baik; Sekolah akan mengikuti budaya masyarakat. Ketika masyarakat berperilaku koruptif, maka sekolah juga demikinan. 10 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 10 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs FOKUS PADA ANTIKORUPSI Dari segala persoalan tersebut, terutama untuk mencegah ko- rupsi secara sistemik, saatnya sekolah kembali fokus ke penguatan perilaku antikorupsi, bukan penguasaan materi pengetahuan. Dasarnya jelas dan lebih memiliki makna dan memberi harapan. Setiap manusia terlahir dibekali poten- ada dalam setiap jiwa individu. si dan sikap positif agar kehadirannya Dalam kaitan itulah pendidikan ber- mampu menyelamatkan diri pribadi, fungsi sebagai proses untuk memupuk keluarga, lingkungan, masyarakat, dan menguatkan nilai-nilai yang sudah bangsa dan negaranya. Itulah fitrah tertanam dalam diri setiap individu. manusia, yang diutus Tuhan sebagai Oleh karena itu pendidikan harus lah rahmat bagi seluruh alam. Fitrah inilah tanpa paksaan. yang membedakan manusia den- gan makhluk Tuhan lainnya. Dengan Untuk mewujudkan hal itu perlu demikian sebetulnya cikal bakal dan desain pendidikan yang utuh, yang bibit menjadi orang yang berbudaya memosisikan anak agar aktif mem- antikorupsi sudah ada dalam diri bangun gerakan antikorupsi melalui manusia. prakarsa-prakarsa individu maupun kelompok. Artinya, anak diposisikan Ki Hajar Dewantara mengungkapkan sebagai produsen yang aktif dalam bahwa pendidikan itu hanya suatu segala hal. “tuntunan” di dalam tumbuhnya anak- anak kita. Hidup tumbuhnya anak di Ini perlu dilakukan untuk mengem- luar kecakapan dan kehendak kita balikan iklim dunia pendidikan yang kaum pendidik. selama ini, anak diposisikan sebagai konsumen yang harus menampung Maka dari itu, untuk menyelesaikan semua yang diinginkan orang dewasa. segala persoalan akibat kelemahan Pola ini kontraproduktif dengan upaya perilaku, tidak ada jalan lain selain membangun karakter. menguatkan bibit perilaku baik yang Prinsip Pendidikan Indonesia dan perbedaannya dengan Pendidikan Barat Pendidikan Barat Pendidikan Indonesia Ketertiban yang dihasilkan Kehidupan yang tata tentrem melalui paksaan dan hu- yang bersumber dari ketertiban kuman (regering-tucht-en dan kedamaian (orde en vrede). orde). Paksa dan hukum Oleh karena itu pendidikan di merupakan pola pendidikan Indonesia lebih pada Among Barat. Methode. Pendidikan tidak atas dasar paksaan. (Ki Hajar Dewantara, 1977.) Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 11 PRINSIP PENDIDIKAN ANTIKORUPSI Budaya itu dianut dan diyakini 1. Sebagai bagian dari pendidikan bersama, diwariskan dan dipela- karakter, pendidikan antikorupsi jari. Proses mempelajari budaya bersifat jangka panjang. Dimulai (enkulturasi) dilakukan melalui sejak peserta didik masuk ke satuan semua aspek kehidupan keseh- pendidikan dasar hingga di pen- arian manusia dalam satu ko- didikan tinggi. Proses awal memer- munitas. Pendidikan merupakan lukan identifikasi dan perencanaan salah satu proses pembentukan yang matang, sementara hasilnya budaya. Untuk itu harus dilakukan baru akan terlihat dalam beberapa aktivitas konsisten di berbagai dekade. tempat. 2. Sebagaimana pendidikan karakter, Terdapat 4 Prinsip Pendidikan pendidikan antikorupsi dipengaru- Antikorupsi yang mengarah pada hi oleh perbedaan setiap tahap penguatan dan pembangunan perkembangan anak. Efektivitas Karakter. pendidikan karakter harus menim- bang dengan seksama karakteristik PENDIDIKAN KARAKTER BERSIFAT JANGKA PANJANG Pengetahuan PT Usia PAUD dan SD adalah fase pendidikan karakter. Porsi pembelajaran terkait pengeta- SMA huan sangat kecil. Makin meningkat usia, porsi pengetahuan makin banyak. SMP Hal ini bukan berarti, makin bertambah usia, pendidikan SD karakter dianggap tidak penting. Melainkan, karakter yang tertanam di usia rendah diharapkan sudah melekat Karakter PAUD kuat dan sudah diamalkan se- cara konsisten. Bahkan sudah menjadi prinsip hidup. Sumber: Ki Hajar Dewantara (1977) 12 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs perkembangan yang dominan pada setiap tahapan usia (Piaget, 1896 – 1980). 3. Pendidikan antikorupsi harus bertumbuh memadukan antara pemahaman, penyadaran dan pengamalan di semua segi kehidupan secara konsisten. Proses ini berlangsung keluarga, sekolah, dan lingkungan atau masyarakat, serta komunitas-komunitas yang dekat dengan kehidupan anak, baik pada tataran sosial maupun budaya. Ki Hajar Dewantara menyebut ter- dapat tiga tempat pergaulan yang TEMPAT YANG MENJADI PUSAT-PUSAT menjadi pusat pendidikan, yakni apa PENDIDIKAN ANTIKORUPSI yang ia sebut sebagai alam-keluarga, Teman Bermain alam perguruan, dan alam-pergerakan pemuda. Secara lebih luas, alam-per- guruan /sekolah meliputi di kelas dan di luar kelas, sedangkan alam-perger- akan pemuda meliputi teman bermain dan masyarakat. 4. Pendidikan antikorupsi merupa- Keluarga kan bagian integral dari pendidikan karakter generasi muda. Hal ini sangat bergantung pada 2 (dua) faktor besar. Pertama, motivasi individu. Artinya, Kelas meskipun pendidikan karakter an- tikorupsi berjalan baik, tetapi selama motivasi individu untuk korupsi tidak Sekolah berkurang, maka efektivitas sosialisasi Lingkungan nilai-nilai antikorupsi masih diper- tanyakan. Kedua, pada aras makro, Sumber: Ki Hajar Dewantara (1977), IIB (2017) kesempatan untuk melakukan korupsi merupakan salah satu faktor yang dapat mengikis habis penanaman nilai-nilai baik anti korupsi. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 13 KOMPETENSI SESUAI TAHAPAN PERKEMBANGAN Kemampuan pencapaian kompetensi anak tergantung pada taha- pan perkembangan sesuai tingkatan usia. Sebagaimana pendidikan karakter, bangan anak. Selain Piaget, para ahli pendidikan antikorupsi dipengaru- membagi tingkatan perkembangan in- hi oleh perbedaan setiap tahap dividu secara beragam. Namun dalam perkembangan anak (Piaget; 1896 konteks pendidikan, semua aspek –1980). Piaget menyatakan bahwa perkembangan, antara lain perkem- anak-anak sangat bergantung pada bangan kognitif, iman, moral, dan tahap perkembangannya, mengalami pendewasaan dan kemudian mampu untuk berfikir mengenai moralitas. Oleh karena itu pendidikan antikorupsi SD harus sejalan dengan tingkat perkem- Kelas 4-6 SD Menguatkan pe- Kelas 1-3 nyadaran dalam pembiasaan dan pengamalan ten- tang manfaat PAUD Memperkenalkan me- aturan bagi kehidu- lalui pembiasaan dan pan, baik kehidupan pengamalan, semua diri pribadi maupun aturan moral di rumah, kehidupan sosial sekolah dan lingkungan dan lingkungan. tempat tinggal dan di- perkuat dengan cerita, permainan, aktivitas dan simbol-simbol keta- atan. 14 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs lainnya menjadi pertimbangan dalam pendidikan antikorupsi. Berikut kerangka dasar pendidikan antikorupsi yang DEWASA disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. SMA Kelas 10-12 SMP Menguatkan pem- Kelas 7-9 biasaan dan penga- malan aturan secara konsisten dimanapun, kapanpun, dalam situasi apapun, ber- Menguatkan pembi- peran aktif serta asaan dan pengamalan berkomitmen untuk aturan secara konsisten menegakkan prinsip dimanapun, kapanpun, dalam menaati aturan dalam situasi apapun di lingkungan yang serta berperan aktif lebih luas. dalam penerapan atur- an dalam kehidupan sosial Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 15 Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya. --JOHANN WOLFGANG VON GOETHE-- 16 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 16 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Langkah 2 SADARI & YAKINI ANTIKORUPSI ADALAH KEBUTUHAN Setelah Anda memahami betapa pent- ingnya pendidikan antikorupsi, sadari dan yakini bahwa perilaku itu perlu diwujudkan untuk menguatkan jati diri. Perilaku antikorupsi itu merupakan kebu- tuhan pribadi sebagai orang yang ber- moral, bukan karena kewajiban, paksaan atau tuntutan pihak lain. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 17 NILAI-NILAI PEMBENTUK PERILAKU ANTIKORUPSI Salah satu hal yang menyatukan kita dalam kehidupan berbangsa adalah adanya nilai-nilai utama yang menjadi 9 NILAI PEMBENTUK landasan kepribadian bangsa. Nilai- nilai tersebut disepakati, dipahami, KARAKTER (Versi KPK) kemudian meresap menjadi acuan dalam kehidupan bangsa dan men- Kejujuran, jadi pedoman dalam segala aktivitas Tanggung jawab, penyelenggaraan negara. Kesederhanaan, Kepedulian, Kemandirian, Disiplin, 18 NILAI KARAKTER Keadilan, (Versi Kemendikbud) Kerja keras, Keberanian. Religius, Jujur, 5 NILAI PENGUATAN Toleransi, PENDIDIKAN KARAKTER Disiplin, (Versi Kemendikbud) Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, Tanggung Jawab 18 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Dari berbagai kajian dan sudut Variasi ini membedakan sudut pan- pandang, kita memiliki banyak sekali dang dalam mengartikan nilai-nilai nilai-nilai karakter. karakter. Akan tetapi, dalam pelaksa- naannya, nilai manapun yang diguna- Kemendikbud melansir 18 Nilai Pen- kan bukanlah masalah. didikan Karakter yang dikembangkan di sekolah yang diperoleh melalui Yang penting bagaimana membelajar- kajian empiris yang bersumber dari kan nilai itu dalam proses pembelaja- Agama, Pancasila, budaya, dan tujuan ran yang konsisten dan terus menerus pendidikan nasional. dengan indikator hasil belajar yang tepat. Nilai ini kemudian dikerucutkan lagi menjadi lima nilai: Integritas, Religi- Fokus pembelajaran adalah bagaima- us, Nasionalis, Mandiri dan Gotong na menguatkan perilaku pribadi sesuai Royong. nilai-nilai yang diharapkan. Untuk itu harus ada identitas diri yang melan- Melalui kajian yang dilakukan KPK dasi. Identitas diri ini adalah sebuah ditemukan sembilan nilai sebagai Konsep Diri Bermoral yang melekat pembentuk karakter yang bermuara pada masing-masing individu. pada perilaku antikorupsi. Konsep diri bermoral inilah yang akan KPK memilih dan menetapkan nilai- memotivasi individu untuk memban- nilai antikorupsi, sebagai pedoman gun kepribadiannya yang utuh dan dan inspirasi bagi setiap individu dan stabil. Utuh dalam arti terdapatnya organisasi (baik pemerintah maupun konsistensi antara perkataan, perasaan swasta), dan mentransformasikan dan perilaku. (Ade Murti; 2016) nilai-nilai tersebut dalam kerangka mencapai idealisme sebagai Bangsa Indonesia yang Bermartabat. NILAI-NILAI UTAMA DAN NILAI PEMBENTUK PERILAKU ANTIKORUPSI Versi: Kajian KPK NILAI UTAMA NILAI PEMBENTUK PERILAKU ANTIKORUPSI Integritas Kepedulian Kesederhanaan Kejujuran Keadilan Tanggung PERILAKU Keberanian ANTIKORUPSI jawab Kebersyukuran Kerja keras Optimisme Kemandirian Kedisiplinan Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 19 NILAI-NILAI ANTIKORUPSI DAN MANFAATNYA Berikut nilai-nilai pembentuk perilaku antikorupsi, deskripsi singkat serta manfaatnya bagi diri pribadi dan secara sosial. Jujur Peduli Mandiri Disiplin Berkata benar Memiliki kasih Memiliki karakter Konsisten, tertib, sesuai dengan sayang, empati yang kuat, punya menepati janji, yang dilihat, dan keberpi- inisiatif dan tidak komitmen dan didengar, dan hakan kepada menggantungkan taat aturan dirasakan sesama maupun keputusan kepa- lingkungan da orang lain Manfaat Pribadi: Manfaat Pribadi: Jiwa tenang, Manfaat Pribadi: Manfaat Pribadi: Jiwa tenang, damai, bahagia, Kepuasan Percaya diri, damai, bahagia, percaya diri; batin, disayang, optimis, tidak percaya diri, Selamat dari dihargai, sombong terhindar dari fitnah; dihormati dan kecemasan dan Bernilai ibadah kekhawatiran Bernilai ibadah. disegani Bernilai ibadah Dihargai, dihor- mati, disegani, Manfaat Sosial: dan diteladani Dipercaya, Manfaat Sosial: Bernilai ibadah dihargai, dihor- Manfaat Sosial: mati Kerukunan, saling men- Dipercaya, Orang lain yayangi, saling Manfaat Sosial: merasa nyaman dihargai, dihor- menghormati, mati Kehidupan dan timbulnya yang teratur, rasa aman dan Terciptanya harmonis, sal- nyaman suasana kerja/ ing menghor- kehidupan so- mati dan saling sial yang saling menghargai mendukung satu sama lain 20 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Nilai Jujur Disiplin Tanggung jawab Inti Nilai Adil Berani Peduli Sikap Nilai Kerja keras Sederhana Mandiri Etos Kerja Tanggung Berani Adil Jawab Kerja Keras Sederhana Menerima semua Melakukan Bersahaja, tidak Memiliki karak- Menempatkan konsekuensi upaya sung- berlebih-lebi- ter yang kuat, sesuatu pada akibat perkataan han, ikhlas, dan kemantapan hati, tempatnya, kon- guh-sungguh sisten, selaras, dan perbuatan hingga tercapai selalu ber- tidak takut untuk yang dilakukan mengatakan yang seimbang, dan apa yang ditarg- syukur. berpegang berdasarkan benar, menolak etkan berdasar- ajakan berbuat teguh pada nilai, moral, atau kebenaran kan nilai dan Manfaat Pribadi tidak baik, dan aturan. moral semangat juang Jiwa tenang, yang tinggi Manfaat Pribadi Manfaat Pribadi tenteram, ber- Manfaat Pribadi pikir positif Jiwa tenang, Berhati-hati tenteram, dihor- Mendapatkan Bernilai ibadah Manfaat Pribadi mati, disegani, dalam perkataan dan perbuatan kepuasan batin diteladani Percaya diri, Menghargai Dapat mencapai optimis, berpe- Bernilai ibadah waktu dan mutu cita-cita luang meraih Produktif Menghargai Manfaat Sosial kesuksesan waktu Harmonis, dengan cara Disiplin Manfaat Sosial Menghargai saling meng- yang terhormat Bernilai ibadah mutu Dipercaya, hormati dan Bernilai ibadah menghargai dihargai, dihor- Produktif mati Manfaat Sosial Bernilai ibadah Terhindar dari fitnah Manfaat Sosial Menciptakan Dipercaya, kedamaian, Manfaat Sosial Menjadi dihargai, dihor- ketenteraman, teladan, dise- mati kenyamanan Dipercaya, gani, dihormati, Orang lain dan kesejahter- dihargai, dihor- menjadi sum- merasa nyaman aan. mati ber inspirasi Orang lain Orang lain merasa merasa nyaman nyaman Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 21 INDIKATOR PERILAKU JUJUR Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku jujur bagi peserta didik SMP/MTs Jujur Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku jujur kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten Berkata benar sesuai menghindari perilaku tidak dengan yang dilihat, jujur; didengar, dan diras- Berperan aktif dalam menga- akan jak teman dalam berperilaku jujur di semua kegiatan secara konsisten; Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak jujur di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan perilaku jujur dalam berbagai kegiatan. 22 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku jujur pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku jujur; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku jujur di semua kegiatan dan proses pembela- jaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku jujur; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku jujur; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai kejujuran. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku jujur. 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai-nilai kejujuran dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apa- pun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 23 INDIKATOR PERILAKU PEDULI Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar tentang perilaku peduli bagi peserta didik SMP/MTs Peduli Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku peduli kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten Memiliki kasih menghindari perilaku tidak sayang, empati dan peduli; keberpihakan kepa- Berperan aktif dalam mengajak da sesama maupun teman dalam berperilaku pedu- lingkungan li di semua kegiatan secara konsisten; Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak peduli di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan perilaku peduli dalam berbagai kegiatan. 24 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku peduli pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku peduli; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku peduli di semua kegiatan dan proses pembela- jaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku peduli; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku peduli; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai kepedulian. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku peduli. 8. Adanya konsistensi pen- erapan nilai-nilai kepedulian dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 25 INDIKATOR PERILAKU MANDIRI Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar tentang perilaku mandiri bagi peserta didik SMP/MTs Mandiri Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku mandiri kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten Memiliki karakter menghindari perilaku tidak yang kuat, punya mandiri; inisiatif dan tidak menggantungkan Berperan aktif dalam mengajak keputusan kepada teman dalam berperilaku man- diri di semua kegiatan secara orang lain konsisten; Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak mandiri di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan per- ilaku mandiri dalam berbagai kegiatan. 26 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku mandiri pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku mandiri; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku mandiri di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku mandiri; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku mandiri; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai kemandirian. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku mandiri. 8. Adanya konsistensi pener- apan nilai-nilai kemandirian dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 27 INDIKATOR PERILAKU DISIPLIN Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar tentang perilaku disiplin bagi peserta didik SMP/MTs Disiplin Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku disiplin kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten menghindari perilaku tidak Konsisten, tertib, disiplin; menepati janji, komitmen dan taat Berperan aktif dalam menga- aturan jak teman dalam berperilaku disiplin di semua kegiatan secara konsisten; Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak disiplin di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan per- ilaku disiplin dalam berbagai kegiatan. 28 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku disiplin pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku disiplin; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku disiplin di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku disiplin; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku disiplin; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai kedisiplinan. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku disiplin. 8. Adanya konsistensi pen- erapan nilai-nilai kedisiplinan dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 29 INDIKATOR PERILAKU BERTANGGUNGJAWAB Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku bertanggungja Tanggung- wab bagi peserta didik SMP/ MTs Jawab Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku ber- tanggungjawab kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Konsisten, tertib, Terbiasa secara konsisten menghindari perilaku tidak menepati janji, bertanggungjawab; komitmen dan taat aturan Berperan aktif dalam menga- jak teman dalam berperilaku bertanggungjawab di semua kegiatan secara konsisten; Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak bertanggung- jawab di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan per- ilaku bertanggungjawab dalam berbagai kegiatan. 30 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku bertanggungjawab pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku bertanggungjawab; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku bertanggung- jawab di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku bertanggungjawab; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku ber- tanggungjawab; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai tanggungjawab. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku bertanggung- jawab. 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai-nilai tanggungjawab dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 31 INDIKATOR PERILAKU KERJA KERAS Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku bekerja keras bagi peserta didik SMP/MTs Kerja Keras Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku bekerja keras kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten Konsisten, tertib, menghindari perilaku tidak bekerja keras; menepati janji, komitmen dan taat Berperan aktif dalam mengajak aturan teman dalam berperilaku be kerja keras di semua kegiatan secara konsisten; Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak bekerja keras di semua kegiatan secara konsist- en; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan perilaku bekerja keras dalam berbagai kegiatan. 32 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku bertanggungjawab pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku bekerja keras; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku bekerja keras di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku bekerja keras; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku bekerja keras; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai kerja keras. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku bekerja keras. 8. Adanya konsistensi pen- erapan nilai-nilai kerja keras dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 33 INDIKATOR PERILAKU SEDERHANA Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku sederhana bagi peserta didik SMP/MTs Sederhana Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku hidup sederhana kapanpun, dimana- pun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten menghindari perilaku hidup Bersahaja, tidak tidak sederhana; berlebih-lebihan, ikhlas, dan selalu Berperan aktif dalam menga- bersyukur. jak teman dalam berperilaku sederhana di semua kegiatan secara konsisten; Berperan aktif dalam mengajak teman untuk menghindari per- ilaku tidak sederhana di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan peri- laku sederhana dalam berbagai kegiatan. 34 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku sederhana pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku sederhana; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku sederhana di semua kegiatan dan proses pembelajaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku sederhana; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku seder- hana; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai kesederhanaan. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku sederhana. 8. Adanya konsistensi penera- pan nilai-nilai kesederhanaan dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 35 INDIKATOR PERILAKU BERANI Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar tentang perilaku berani bagi peserta didik SMP/MTs Berani Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku berani kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten Memiliki karakter menghindari perilaku tidak yang kuat, kemanta- berani; pan hati, tidak takut untuk mengatakan Berperan aktif dalam mengajak yang benar, menolak teman dalam berperilaku be- ajakan berbuat tidak rani di semua kegiatan secara baik, dan semangat konsisten; juang yang tinggi Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak berani di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan perilaku berani dalam berbagai kegiatan. 36 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku berani pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku berani; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku berani di semua kegiatan dan proses pembela- jaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku berani; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku berani; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai keberanian. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku berani. 8. Adanya konsistensi pene rapan nilai-nilai keberanian dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apapun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 37 INDIKATOR PERILAKU ADIL Indikator Hasil Belajar Tanda-tanda hasil belajar ten- tang perilaku adil bagi peserta didik SMP/MTs Adil Terbiasa secara konsisten mengamalkan perilaku adil kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun; Terbiasa secara konsisten Menempatkan ses- menghindari perilaku tidak uatu pada tempatn- adil; ya, konsisten, se- laras, seimbang, dan Berperan aktif dalam menga- berpegang teguh jak teman dalam berperilaku adil di semua kegiatan secara pada kebenaran konsisten; Berperan aktif dalam menga- jak teman untuk menghindari perilaku tidak adil di semua kegiatan secara konsisten; Menghasilkan berbagai karya sebagai bukti pengamalan perilaku adil dalam berbagai kegiatan. 38 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Indikator Proses Pembelajaran, Pengkon- disian dan Tata Kelola Tanda-tanda terjadinya proses pembelajaran, pengkondisian, dan tata kelola untuk menguatkan perilaku adil pada peserta didik SMP/MTs Indikator Kelas Sekolah Keluarga Lingkungan 1. Adanya role model yang dapat diteladani oleh peserta didik; 2. Adanya simbol-simbol yang menginspirasi pengamalan perilaku adil; 3. Adanya konsistensi penga- malan perilaku adil di semua kegiatan dan proses pembela- jaran; 4. Adanya dorongan atau apre- siasi agar peserta didik terbiasa berperilaku adil; 5. Adanya dorongan atau apreasiasi agar anak berperan aktif dalam berperilaku adil; 6. Adanya dorongan atau apresiasi agar peserta didik menghasilkan karya sebagai bukti pengamalan nilai-nilai keadilan. 7. Adanya evaluasi pencapaian kompetensi dengan cara kreatif dan inovatif terhadap penca- paian perilaku adil. 8. Adanya konsistensi pene rapan nilai-nilai keadilan dalam tata kelola seperti bebas dari perilaku koruptif seperti pungli, gratifikasi dalam bentuk apa- pun. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 39 If you want to change the world, first you have to change yourself. —JAMES REDFILLE— 40 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 40 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Langkah 3 AMALKAN PENGUATAN NILAI-NILAI ANTIKORUPSI Para guru, setelah kita mema- hami, menyadari dan meyakini, dan mengamalkan, mari kita mulai pendidikan antikorupsi dari Ruang Kelas kita, dimulai dari diri kita, saat ini juga! Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 41 TAHAPAN PEMBELAJARAN Membelajarkan nilai-nilai antikorupsi tidak menambah materi ajar dan jam belajar yang sudah ada. Hanya satu prasyarat yang dibu- tuhkan: guru harus yang pertama menjadi role model. Tujuan pembelajaran antikorupsi adalah peserta didik mengamal- kan nilai-nilai antikorupsi di mana- pun, kapanpun dan dalam kondisi bagaimanapun. Tidak berhenti sampai mereka paham atau sadar. Caranya bukan dengan mengajarkan, tapi melalui pengkondisian. Lakukan 1 pengkondisian secara konsisten dalam setiap aktivitas mulai dari dalam pem- belajaran di kelas, lalu kaitkan dengan aktivitas di luar kelas. Perlu dua utama, yakni, pertama, guru mengamalkan semua nilai pembentuk perilaku antikorupsi dalam kehidupan- nya, sehingga ia bisa menjadi contoh bagi seluruh peserta didik. Langkah Pahami berikutnya, guru melakukan pengkon- disian agar nilai-nilai tersebut diamal- kan seluruh peserta didik. Pengkon- disian dilakukan melalui berbagai jenis kegiatan pembelajaran dan dilakukan koneksi dengan kegiatan di sekolah, di rumah, dalam kegiatan bermain, Menciptakan situasi dan di masyarakat. Cermati uraiannya atau mengkondisikan di bagian ini. agar anak mengenal, Lebih dalam lagi, setiap nilai harus mengetahui, men- bersifat substantif, bukan sekadar istilah, melainkan dipraktekkan secara gerti, memaklumi, nyata dalam sikap dan perilaku indi- perlunya nilai antiko- vidu. rupsi dalam menjala- Pembelajaran dilakukan melalui pen- ni kehidupan. gondisian di segala aspek. Pada satu sisi nilai-nilai antikorupsi sudah ada dalam diri setiap anak sebagai fitrah. pada intinya adalah mengolah yang Pada sisi lain, setiap mata pelajaran, sudah ada yaitu melalui olah pikir, olah mengandung nilai-nilai tersebut. Den- rasa, olah hati, olah karsa, dan olah gan demikian proses pembelajaran raga. 42 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 3 2 Amalkan Sadari & Yakini Menciptakan Situasi atau mengkondisikan agar anak terbiasa menerapkan perilaku Menciptakan situasi atau baik sesuai dengan mengkondisikan agar anak nilai-nilai antikorupsi meyakini, menginsyafi, dan secara konsisten di menyadari bahwa nilai-nilai manapun, kapanpun antikorupsi membawa ke- dan dalam kondisi baikan bagi dirinya pribadi apapun. maupun orang lain dan ling- kungan. 4 Menciptakan situasi atau mengkondisikan agar anak berani menyatakan dirinya Deklarasikan sebagai orang yang kon- sisten berperilaku baik ses- uai nilai-nilai antikorupsi, menjadi teladan, dan aktif mengkampanyekan penting- nya perilaku antikorupsi bagi individu, masyarakat dan lingkungan. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 43 GARIS BESAR PENGKONDISIAN DAN TATA KELOLA Pendidikan antikorupsi dilakukan mel- teladan. Apabila guru tidak menjadi alui pengkondisian dimulai dari kelas. contoh maka pengkondisian lainnya tidak akan berjalan. Sebelum melakukan pengkondisian, syarat utama yang harus dilakukan Berikut tahapan pengkondisian yang guru adalah mengamalkan terlebih dapat dilakukan setelah guru menjadi dahulu nilai-nilai antikorupsi pada teladan. dirinya sendiri. Dengan demikian peserta didik dapat menjadikan para guru sebagai Guru mengamalkan nilai antikorupsi dalam kehidupannya sebagai kebutuhan dirinya, sehingga peserta didik dapat meneladani. Contoh: Guru menjadikan dirinya sebagai pribadi yang jujur dalam hidupnya. Di manapun, kapanpun dan dalam situasi apapun dia menjadi pribadi yang jujur sehingga menjadi role model. 44 Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs Perbanyak Simbol-simbol antikorupsi dalam pembelajaran, baik berbentuk teks, gambar, audio, audio visual, atau gerakan (contoh: slogan Jujur itu Hebat, film-film tentang antikorupsi) Perbanyak Kegiatan pembelajaran di kelas Kaitkan den- yang dapat menjadi media yang relevan dan gan kegiatan di konsisten dalam pengamalan nilai antikorupsi, sekolah, keluarga, dan ciptakan momentum (event) untuk menguat- teman bermain kan. dan masyarakat. Berilah apresiasi kepada peserta didik yang mengamalkan nilai-nilai antikorupsi secara kon- sisten dalam segala aspek kehidupan. Dorong peserta didik untuk mengajak teman atau orang lain untuk mengamalkan hal yang sama dan mencegah perilaku korupsi dalam kehidupannya. Pendidikan Antikorupsi | Tingkat SMP/MTs 45 LANGKAH PENGKONDISIAN LENGKAP Langkah praktis mewujudkan budaya antikorupsi. Mulailah dari ruang kelas. Lalu, lakukan langkah konsisten di sekolah. Kaitkan dengan aktivitas di keluarga, 2 teman bermain dan masyarakat secara konsisten dan berkelanjutan. Teman Bermain SEKOLAH Sekolah mengkondisikan suasana sekolah sehingga peserta didik men- yadari terbiasa mengamalkan dan berperan aktif dalam penerapan nilai- nilai antikorupsi di semua kegiatan di sekolah, melalui: 1. Menjadikan semua orang dewasa yang berada di lingkungan sekolah menjadi role model; 2. Menjaga konsistensi peserta didik Keluarga dalam pengamalan nil