KISI-KISI UTS KEPERAWATAN MATERNITAS 2024 PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
2024
Tags
Summary
Ini adalah kisi-kisi UTS (Ujian Tengah Semester) untuk mata kuliah Keperawatan Maternitas, tahun 2024. Kisi-kisi ini menjabarkan topik-topik yang akan diujikan, serta jumlah soal untuk setiap topik. Materi yang dibahas meliputi konsep dasar, aspek legal, tren dan isu, dan praktik berbasis bukti dalam keperawatan maternitas.
Full Transcript
KISI-KISI UTS MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS SARJANA TERAPAN SEMESTER III TA. 2024/ 2025 NO TOPIK JUMLAH SOAL PENGAJAR 1 Konsep dasar keperawatan maternitas -...
KISI-KISI UTS MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS SARJANA TERAPAN SEMESTER III TA. 2024/ 2025 NO TOPIK JUMLAH SOAL PENGAJAR 1 Konsep dasar keperawatan maternitas - 4 Ns. Agustine Ramie 2 Etik dan aspek legal, tren dan isu, dan Evidence Based 3 Practice (EBP) dalam keperawatan maternitas - 3 Review anatomi dan fisiologi organ reproduksi wanita 3 Ns. Ainun Sajidah dan fisiologi proses menstruasi dan konsepsi - Konsep kehamilan normal dan gangguan kehamilan, 3 adaptasi fisiologis dan psikologis ibu hamil - 3 Aplikasi asuhan keperawatan pada: Kehamilan normal (3) Hiperemesis gravidarum (3), 9 Anemia kehamilan (3) - Ns. Agustine Ramie Konsep asuhan keperawatan pada ibu hamil normal dan gangguan kehamilan (pengkajian: anamnesa, 6 pemeriksaan fisik, masalah keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan - 7 Asuhan keperawatan pada: a. Perdarahan: abortus (2) 8 Ns. Agustine Ramie b. Hipertensi gestasional dan hipertensi kronis (3) c. Preeklampsi dan eklampsia (3) - a. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil normal: edukasi perawatan kehamilan 4 Ns. Ainun Sajidah b. Pendidikan kesehatan pada ibu hamil bermasalah c. Senam hamil - 7 Konsep persalinan, konsep asuhan keperawatan pada intranatal, manajemen nyeri persalinan dan 10 Ns. Agustine Ramie IMD - 8 Konsep asuhan keperawatan bayi baru lahir (pengkajian 5 Ns. Ainun Sajidah s.d evaluasi keperawatan) Total 55 PJMK MK. KEPERAWATAN MATERNITAS Ns. Agustine Ramie, M.Kep Konsep Dasar Keperawatan Maternitas Konsep dasar keperawatan maternitas melibatkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan bayi selama periode kehamilan, persalinan, dan postpartum. Beberapa konsep dasar dalam keperawatan maternitas meliputi: 1. Pendidikan Kesehatan: Memberikan informasi kepada ibu hamil tentang perubahan tubuh selama kehamilan, tanda-tanda persalinan, teknik persalinan, dan perawatan bayi baru lahir. Ini juga termasuk pendidikan tentang menyusui dan perawatan postpartum. 2. Perawatan Prenatal: Memantau kesehatan ibu dan janin selama kehamilan melalui kunjungan prenatal rutin, termasuk pemeriksaan fisik, pemantauan pertumbuhan janin, dan pengelolaan masalah kesehatan seperti hipertensi atau diabetes gestasional. 3. Persalinan: Menyediakan dukungan dan perawatan selama proses persalinan, termasuk manajemen nyeri, dukungan emosional, dan pengawasan terhadap kemajuan persalinan. Ini juga termasuk identifikasi dan penanganan komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan. 4. Perawatan Postpartum: Menyediakan perawatan untuk ibu setelah melahirkan, termasuk pemantauan pemulihan fisik dan emosional, dukungan dalam menyusui, dan penanganan masalah seperti infeksi atau gangguan mood postpartum. 5. Perawatan Neonatal: Memberikan perawatan untuk bayi baru lahir, termasuk pemantauan kesehatan, pemberian imunisasi, dan pendidikan kepada orang tua tentang perawatan bayi dan tanda-tanda penyakit yang perlu diperhatikan. 6. Kesehatan Reproduksi: Memberikan informasi dan dukungan terkait kesehatan reproduksi jangka panjang, termasuk perencanaan keluarga dan pencegahan masalah kesehatan di masa depan. 7. Dukungan Emosional: Menyediakan dukungan psikologis dan emosional kepada ibu dan keluarga selama kehamilan, persalinan, dan periode postpartum. Ini penting untuk mengatasi stres, kecemasan, dan perubahan emosi yang mungkin terjadi. 8. Kolaborasi Tim: Bekerja sama dengan tim medis lainnya seperti dokter, bidan, dan spesialis untuk memastikan perawatan yang komprehensif dan terkoordinasi bagi ibu dan bayi. Etik dan aspek legal, tren dan isu, dan Evidence Based Practice (EBP) dalam keperawatan maternitas 1. Etik dan Aspek Legal Etik: Kepatuhan terhadap Hak Pasien: Menjaga privasi, kerahasiaan, dan otonomi pasien, serta mendapatkan persetujuan yang diinformasikan untuk tindakan medis dan perawatan. Dukungan Emosional: Menyediakan dukungan emosional yang sensitif terhadap perasaan dan kekhawatiran ibu dan keluarga. Keadilan: Menjamin akses yang adil dan setara terhadap perawatan kesehatan bagi semua ibu dan bayi, tanpa diskriminasi. Aspek Legal: Persetujuan yang Diberikan: Memastikan bahwa semua tindakan medis dan prosedur dilakukan dengan persetujuan yang jelas dan diinformasikan oleh pasien. Dokumentasi: Mencatat semua perawatan, intervensi, dan komunikasi dengan pasien secara akurat untuk melindungi hak-hak hukum dan mematuhi regulasi. Kewajiban Profesional: Mematuhi standar praktik dan regulasi yang ditetapkan oleh badan-badan keperawatan dan hukum setempat. 2. Tren dan Isu Tren: Pendekatan Holistik: Fokus pada perawatan yang melibatkan aspek fisik, emosional, dan sosial ibu dan bayi. Teknologi dan Inovasi: Penggunaan teknologi canggih dalam monitoring janin, telemedicine, dan alat bantu persalinan. Perawatan Berbasis Keluarga: Melibatkan keluarga dalam proses perawatan dan pengambilan keputusan untuk meningkatkan dukungan dan hasil kesehatan. Isu: Kesehatan Mental Postpartum: Peningkatan kesadaran dan penanganan gangguan mental seperti depresi postpartum dan gangguan kecemasan. Kesehatan Ibu dan Bayi: Mengatasi ketidaksetaraan dalam akses dan kualitas perawatan maternal dan neonatal. Perawatan Berkelanjutan: Penanganan transisi dari perawatan rumah sakit ke perawatan di rumah dan dukungan setelah discharge. 3. Evidence-Based Practice (EBP) EBP adalah pendekatan yang menggunakan bukti ilmiah terkini untuk membuat keputusan klinis yang terbaik. Dalam keperawatan maternitas, ini mencakup: Integrasi Bukti: Menggunakan penelitian terbaru dan data klinis untuk memandu praktik keperawatan, seperti protokol persalinan, manajemen nyeri, dan perawatan postpartum. Keterampilan Klinis: Mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan klinis dengan mempertimbangkan bukti terkini untuk meningkatkan hasil perawatan. Penilaian dan Evaluasi: Secara berkala mengevaluasi praktik dan hasil untuk memastikan bahwa perawatan yang diberikan sesuai dengan standar berbasis bukti. Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Wanita 1. Anatomi Organ Reproduksi Wanita: Vagina: Saluran elastis yang menghubungkan vulva (organ genital eksternal) ke rahim. Berfungsi sebagai jalan lahir dan saluran untuk menstruasi. Vulva: Bagian luar organ genital wanita, termasuk labia majora, labia minora, klitoris, dan vestibule. Rahim (Uterus): Organ berbentuk pir di mana implantasi embrio dan perkembangan janin terjadi. Terdiri dari tiga lapisan: endometrium (lapisan dalam), myometrium (lapisan otot), dan perimetrium (lapisan luar). Tuba Falopi (Saluran Tuba): Saluran yang menghubungkan ovarium ke rahim. Tempat fertilisasi biasanya terjadi di bagian ini. Ovarium: Kelenjar yang memproduksi sel telur (ovum) dan hormon seks wanita (estrogen dan progesteron). Serviks (Leher Rahim): Bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim ke vagina. Berfungsi sebagai penghalang untuk mencegah infeksi dan memberikan jalan untuk bayi saat persalinan. 2. Fisiologi Organ Reproduksi Wanita: Ovarium: Menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon seks. Ovarium melepaskan sel telur setiap siklus menstruasi melalui proses ovulasi. Rahim: Menyediakan tempat untuk implantasi embrio. Endometrium menebal untuk mempersiapkan kemungkinan implantasi dan luruh selama menstruasi jika tidak terjadi kehamilan. Tuba Falopi: Tempat fertilisasi terjadi. Sel telur yang dilepaskan dari ovarium akan menuju ke tuba falopi, dan jika bertemu dengan spermatozoa, pembuahan dapat terjadi di sini. Fisiologi Proses Menstruasi 1. Siklus Menstruasi: Fase Menstrual: Hari pertama siklus, di mana lapisan endometrium yang tidak diperlukan luruh dan dikeluarkan melalui vagina. Durasi biasanya 3-7 hari. Fase Folikular: Setelah menstruasi, folikel di ovarium mulai matang dan memproduksi estrogen, yang merangsang pertumbuhan endometrium. Fase ini berakhir dengan ovulasi. Ovulasi: Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 dari siklus 28 hari. Folikel yang matang pecah dan melepaskan sel telur ke dalam tuba falopi. Fase Luteal: Setelah ovulasi, folikel yang pecah berubah menjadi korpus luteum, yang memproduksi progesteron untuk mempersiapkan endometrium untuk kemungkinan implantasi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum akan menyusut, progesteron turun, dan endometrium luruh. Fisiologi Konsepsi 1. Fertilisasi: Ovulasi: Sel telur yang dilepaskan dari ovarium masuk ke dalam tuba falopi. Pembuahan: Jika sel telur bertemu dengan spermatozoa di tuba falopi, pembuahan dapat terjadi, membentuk zigot. Implantasi: Zigot berkembang menjadi blastokista saat bergerak menuju rahim. Setelah mencapai rahim, blastokista menempel pada lapisan endometrium untuk memulai proses kehamilan. 2. Kehamilan: Perubahan Hormon: Hormon seperti human chorionic gonadotropin (hCG), estrogen, dan progesteron meningkat untuk mendukung perkembangan embrio dan menjaga kehamilan. Perkembangan Embrio: Selama kehamilan, embrio berkembang menjadi janin dan sistem organ terbentuk. 3. Penilaian Kehamilan: Tes Kehamilan: Mengukur kadar hCG dalam urin atau darah untuk konfirmasi kehamilan. Ultrasonografi: Digunakan untuk memantau perkembangan janin dan kesehatan ibu selama kehamilan. Konsep Kehamilan Normal dan Gangguan Kehamilan 1. Kehamilan Normal: Tanda dan Gejala: o Tanda-tanda Awal: Tidak menstruasi, mual, muntah, perubahan payudara, frekuensi buang air kecil yang meningkat. o Tanda-tanda Fisiologis: Pertambahan berat badan yang terkontrol, perubahan bentuk perut, pergerakan janin yang dirasakan pada trimester kedua. o Perubahan Fisiologis: Sistem Kardiovaskular: Peningkatan volume darah, penurunan tekanan darah pada trimester awal, dan peningkatan denyut jantung. Sistem Respirasi: Peningkatan volume pernapasan dan perubahan dalam kapasitas paru. Sistem Pencernaan: Perubahan hormon dapat menyebabkan mual, muntah, dan perubahan nafsu makan. Sistem Musculoskeletal: Perubahan postur dan ketegangan ligamen karena pertumbuhan rahim. Pemantauan dan Perawatan: o Kunjungan Prenatal: Memantau kesehatan ibu dan janin secara rutin, pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan pemantauan pertumbuhan janin. o Nutrisi dan Aktivitas: Penyesuaian diet dan rutinitas olahraga yang sesuai untuk mendukung kesehatan ibu dan perkembangan janin. 2. Gangguan Kehamilan: Komplikasi Awal: o Mual dan Muntah Berlebihan (Hiperemesis Gravidarum): Mual dan muntah yang berlebihan yang dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan. o Keguguran: Kehilangan kehamilan sebelum 20 minggu. Komplikasi Selama Kehamilan: o Preeklamsia: Peningkatan tekanan darah dan protein dalam urin yang dapat mengancam kesehatan ibu dan janin. o Diabetes Gestasional: Kenaikan kadar gula darah yang terjadi selama kehamilan. o Placenta Previa: Letak plasenta yang rendah dan menutupi serviks, dapat menyebabkan perdarahan dan masalah persalinan. o Solusio Plasenta: Plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum kelahiran, yang dapat menyebabkan perdarahan berat dan komplikasi. Komplikasi Persalinan: o Partus Prematurus: Persalinan sebelum 37 minggu kehamilan. o Distosia: Persalinan yang sulit atau tidak normal, mungkin memerlukan intervensi medis. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Ibu Hamil 1. Adaptasi Fisiologis: Sistem Kardiovaskular: o Peningkatan Volume Darah: Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi janin. o Penurunan Tekanan Darah: Biasanya terjadi pada trimester awal, kemudian kembali normal. Sistem Respirasi: o Peningkatan Volume Pernafasan: Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat. o Perubahan pada Kapasitas Paru: Rahim yang membesar dapat mempengaruhi kapasitas paru-paru. Sistem Pencernaan: o Mual dan Muntah: Umumnya terjadi pada trimester pertama. o Perubahan Nafsu Makan: Ibu mungkin mengalami perubahan preferensi makanan. Sistem Muskuloskeletal: o Perubahan Postur: Karena pertumbuhan rahim dan perubahan pusat gravitasi. o Nyeri Punggung dan Ligamentum: Tekanan tambahan pada ligamen dan punggung. 2. Adaptasi Psikologis: Perubahan Emosional: o Fluktuasi Emosi: Perubahan hormon dapat mempengaruhi mood dan menyebabkan perubahan emosi yang tiba-tiba. o Kecemasan dan Kekhawatiran: Kekhawatiran tentang kesehatan janin, persalinan, dan menjadi orang tua. Persiapan Mental untuk Kelahiran: o Penerimaan Kehamilan: Menerima peran baru sebagai ibu dan mempersiapkan perubahan dalam hidup. o Dukungan Sosial: Dukungan dari pasangan, keluarga, dan teman sangat penting untuk mengatasi stres dan membangun rasa percaya diri. Penerimaan Perubahan Tubuh: o Body Image: Adaptasi terhadap perubahan fisik selama kehamilan, seperti peningkatan berat badan dan perubahan bentuk tubuh. Perencanaan Keluarga: o Rencana Kelahiran: Memperoleh informasi tentang proses persalinan dan mempersiapkan rencana kelahiran. o Kesiapan Mengasuh Anak: Persiapan mental dan emosional untuk peran baru sebagai orang tua. 1. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Normal Kehamilan normal memerlukan pemantauan yang rutin untuk memastikan ibu dan janin dalam kondisi sehat. Beberapa tindakan keperawatan dalam kehamilan normal meliputi: Pengkajian: o Riwayat kesehatan ibu. o Pemeriksaan fisik dan laboratorium, termasuk tekanan darah, berat badan, dan kadar hemoglobin. o Pengkajian psikologis dan sosial. Intervensi: o Edukasi gizi untuk menjaga asupan nutrisi yang cukup. o Pemantauan tanda-tanda vital dan pertumbuhan janin (melalui USG, tinggi fundus uteri). o Bimbingan untuk olahraga ringan dan posisi tidur yang nyaman. o Edukasi mengenai tanda bahaya kehamilan seperti perdarahan, nyeri hebat, atau pecahnya ketuban sebelum waktunya. Evaluasi: o Pemantauan perkembangan janin dan kondisi ibu secara berkala untuk mendeteksi perubahan yang mungkin memerlukan penanganan lebih lanjut. 2. Asuhan Keperawatan pada Hiperemesis Gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama kehamilan yang bisa menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan penurunan berat badan. Pengkajian: o Riwayat frekuensi muntah dan pola makan. o Pemeriksaan status hidrasi, seperti turgor kulit, membran mukosa, dan diuresis. o Pengkajian tanda-tanda dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Intervensi: o Pemberian cairan: Infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit. o Diet bertahap: Dimulai dari cairan bening, kemudian makanan lunak hingga normal. o Pemberian obat antiemetik: Seperti ondansetron atau metoclopramide, untuk mengontrol muntah. o Edukasi: Mengajarkan tentang pola makan kecil tapi sering, serta makanan yang dapat mengurangi mual. Evaluasi: o Evaluasi tingkat hidrasi (masukan dan keluaran cairan) dan penurunan frekuensi muntah. o Pemantauan berat badan dan keseimbangan elektrolit. 3. Asuhan Keperawatan pada Anemia Kehamilan Anemia pada kehamilan biasanya disebabkan oleh defisiensi zat besi. Ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin jika tidak diobati. Pengkajian: o Riwayat diet dan gejala anemia seperti lemah, lesu, pusing, atau sesak napas. o Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit. Intervensi: o Pemberian suplementasi zat besi: Oral atau parenteral tergantung tingkat anemia. o Edukasi gizi: Mendorong konsumsi makanan kaya zat besi (daging merah, sayuran hijau, kacang-kacangan) dan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. o Pemantauan tanda-tanda bahaya: Termasuk peningkatan kelelahan atau gejala anemia yang lebih berat. Evaluasi: o Pemantauan kadar hemoglobin dan hematokrit setelah pemberian terapi. o Evaluasi respon tubuh terhadap terapi zat besi dan perubahan pada gejala. 1. Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil Normal Proses keperawatan yang dilakukan untuk ibu hamil normal bertujuan untuk memastikan kehamilan berlangsung sehat tanpa komplikasi. a. Pengkajian Anamnesa: o Riwayat kesehatan umum dan kehamilan sebelumnya. o Pola makan dan asupan nutrisi. o Aktivitas sehari-hari, kualitas tidur, dan pola eliminasi. o Pengalaman kehamilan saat ini, termasuk gejala seperti mual, muntah, atau nyeri. o Riwayat psikososial, hubungan keluarga, serta kesiapan menjadi ibu. Pemeriksaan Fisik: o Pengukuran tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan. o Pemeriksaan tinggi fundus uteri untuk menilai pertumbuhan janin. o Palpasi abdomen untuk menentukan posisi dan ukuran janin. o Pemeriksaan tanda vital lainnya seperti denyut jantung dan pernapasan ibu. o Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, gula darah, dan urinalisis. b. Diagnosa Keperawatan Kurangnya pengetahuan terkait perawatan kehamilan dan persalinan. Risiko ketidakseimbangan nutrisi terkait peningkatan kebutuhan nutrisi pada kehamilan. Ansietas ringan terkait perubahan tubuh dan peran sebagai ibu. c. Perencanaan Edukasi mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan, pola makan sehat, dan pentingnya istirahat yang cukup. Memberikan informasi tentang kelas antenatal dan olahraga ringan yang aman. Memonitor perkembangan kehamilan melalui kunjungan rutin antenatal. d. Implementasi Melakukan edukasi nutrisi yang mencakup makanan kaya zat besi, protein, dan vitamin. Memberikan dukungan psikologis terkait perubahan emosional selama kehamilan. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan rutin (ANC) setiap bulan. e. Evaluasi Pemantauan pertumbuhan janin secara berkala melalui pengukuran tinggi fundus. Evaluasi status gizi ibu berdasarkan penambahan berat badan dan hasil laboratorium. Menilai pengetahuan ibu mengenai tanda bahaya dan kepatuhan pada anjuran kesehatan. 2. Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Gangguan Kehamilan Pada kehamilan dengan gangguan seperti hiperemesis gravidarum, anemia kehamilan, atau preeklamsia, perawatan lebih intensif diperlukan untuk mencegah komplikasi serius. a. Pengkajian Anamnesa: o Riwayat kehamilan sebelumnya dan faktor risiko komplikasi kehamilan. o Frekuensi muntah, asupan nutrisi, dan tanda dehidrasi pada hiperemesis gravidarum. o Gejala anemia seperti kelelahan, sesak napas, atau pucat. o Tanda dan gejala preeklamsia seperti sakit kepala, edema, dan gangguan penglihatan. Pemeriksaan Fisik: o Pemeriksaan tekanan darah (waspada preeklamsia). o Palpasi abdomen dan auskultasi denyut jantung janin. o Pemeriksaan laboratorium untuk kadar hemoglobin, elektrolit, protein urin, dan fungsi ginjal. o Pengkajian tanda dehidrasi (pada hiperemesis gravidarum), seperti turgor kulit dan produksi urin. b. Diagnosa Keperawatan Defisit cairan terkait dengan muntah berlebihan (hiperemesis gravidarum). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terkait dengan mual dan muntah. Risiko cedera ibu/anak terkait dengan hipertensi dan preeklamsia. Kelelahan terkait anemia. c. Perencanaan Memberikan terapi rehidrasi jika diperlukan pada hiperemesis gravidarum. Pemberian suplemen zat besi pada anemia kehamilan. Monitoring ketat tekanan darah dan kondisi janin pada ibu dengan preeklamsia. Rujukan ke spesialis bila kondisi memburuk atau tidak merespon terhadap perawatan. d. Implementasi Hiperemesis Gravidarum: Pemberian cairan intravena, antiemetik, dan diet bertahap. Anemia: Pemberian suplemen zat besi oral atau parenteral, serta edukasi pola makan kaya zat besi. Preeklamsia: Pemberian antihipertensi, monitoring tekanan darah, istirahat di tempat tidur, dan pemantauan keseimbangan cairan. e. Evaluasi Pada hiperemesis gravidarum: evaluasi pengurangan frekuensi muntah, status hidrasi, dan peningkatan berat badan. Pada anemia: evaluasi peningkatan kadar hemoglobin dan gejala kelelahan. Pada preeklamsia: evaluasi tekanan darah, kesejahteraan ibu dan janin, serta keberhasilan terapi farmakologis. a. Asuhan Keperawatan pada Perdarahan: Abortus Abortus atau keguguran adalah penghentian kehamilan secara spontan sebelum janin dapat hidup di luar rahim, biasanya sebelum usia kehamilan 20 minggu. 1. Pengkajian Anamnesa: o Riwayat kehamilan saat ini, termasuk usia kehamilan dan tanda-tanda awal perdarahan seperti keluarnya darah dari vagina atau nyeri di perut bagian bawah. o Riwayat keguguran sebelumnya, adanya trauma, atau infeksi. o Riwayat menstruasi yang mungkin bisa memberikan petunjuk terkait dengan kelainan kehamilan. Pemeriksaan Fisik: o Evaluasi jumlah perdarahan, warna darah (merah segar atau kecoklatan), dan adanya gumpalan atau jaringan. o Pengukuran tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan) untuk mendeteksi tanda-tanda syok atau anemia. o Palpasi abdomen untuk mendeteksi nyeri atau adanya kontraksi uterus. 2. Masalah Keperawatan Risiko kekurangan volume cairan terkait perdarahan uterus. Ansietas terkait dengan kemungkinan kehilangan kehamilan. 3. Perencanaan dan Implementasi Stabilisasi: Pemberian cairan intravena jika terdapat tanda-tanda syok atau perdarahan berat. Pemantauan: Pemantauan tanda vital secara berkala, termasuk nadi, tekanan darah, dan saturasi oksigen. Dukungan psikologis: Mendukung ibu dan keluarga secara emosional, memberikan informasi terkait kondisi kehamilan dan kemungkinan komplikasi. Rujukan: Rujukan ke dokter spesialis jika diperlukan, untuk evaluasi lebih lanjut (misalnya USG) dan penanganan lanjutan seperti kuretase. 4. Evaluasi Pemantauan penurunan perdarahan dan stabilitas hemodinamik ibu (tekanan darah, nadi). Penilaian kondisi psikologis ibu dan pemahaman tentang kondisi kehamilannya. b. Asuhan Keperawatan pada Hipertensi Gestasional dan Hipertensi Kronis Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang muncul setelah usia kehamilan 20 minggu tanpa adanya tanda preeklampsi, sedangkan hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang terjadi sebelum kehamilan atau sebelum 20 minggu kehamilan. 1. Pengkajian Anamnesa: o Riwayat hipertensi sebelum kehamilan (pada hipertensi kronis), atau riwayat tekanan darah tinggi selama kehamilan sebelumnya. o Riwayat kehamilan, faktor risiko seperti obesitas, diabetes, atau riwayat keluarga dengan hipertensi. o Gejala yang menyertai, seperti sakit kepala, pusing, atau penglihatan kabur. Pemeriksaan Fisik: o Pengukuran tekanan darah secara berkala (tekanan darah >140/90 mmHg sebagai batas). o Pemeriksaan urine untuk mendeteksi adanya proteinuria. o Pemeriksaan laboratorium untuk fungsi ginjal dan hati jika diperlukan. 2. Masalah Keperawatan Risiko cedera ibu dan janin terkait dengan peningkatan tekanan darah. Kurangnya pengetahuan terkait pengelolaan hipertensi selama kehamilan. 3. Perencanaan dan Implementasi Monitoring tekanan darah: Melakukan pemantauan tekanan darah secara teratur, baik di rumah sakit maupun di rumah jika pasien stabil. Pemberian obat antihipertensi: Sesuai dengan instruksi dokter untuk menjaga tekanan darah dalam batas yang aman. Edukasi: Memberikan edukasi kepada ibu mengenai pentingnya pola makan sehat (rendah garam), pemantauan tekanan darah mandiri, dan aktivitas fisik yang aman selama kehamilan. 4. Evaluasi Pemantauan keberhasilan pengobatan dalam menjaga tekanan darah pada level yang aman. Penilaian pemahaman ibu tentang cara memantau tekanan darah dan perubahan gaya hidup yang diperlukan. c. Asuhan Keperawatan pada Preeklampsi dan Eklampsia Preeklampsi adalah kondisi serius pada kehamilan yang ditandai dengan hipertensi dan adanya protein dalam urin setelah usia kehamilan 20 minggu. Eklampsia adalah komplikasi preeklampsi yang ditandai dengan kejang yang tidak disebabkan oleh kondisi neurologis lainnya. 1. Pengkajian Anamnesa: o Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau riwayat keluarga dengan preeklampsi. o Gejala seperti sakit kepala berat, nyeri epigastrium, mual, penglihatan kabur, atau pembengkakan ekstremitas. Pemeriksaan Fisik: o Pengukuran tekanan darah secara berkala (tekanan darah ≥140/90 mmHg). o Pemeriksaan urin untuk mendeteksi adanya proteinuria. o Pemantauan tanda-tanda edema, terutama pada wajah dan tangan. 2. Masalah Keperawatan Risiko cedera ibu dan janin terkait dengan hipertensi berat dan kejang (pada eklampsia). Ansietas terkait dengan komplikasi serius yang mungkin terjadi akibat preeklampsi. 3. Perencanaan dan Implementasi Pemberian magnesium sulfat: Untuk pencegahan dan pengobatan kejang pada eklampsia. Pemberian obat antihipertensi: Seperti labetalol atau nifedipin, sesuai dengan anjuran dokter. Pemantauan ketat: Pemantauan tanda vital secara intensif, termasuk tekanan darah, tanda kejang, dan status neurologis. Edukasi ibu: Mengenai tanda bahaya seperti sakit kepala hebat, nyeri epigastrium, atau perubahan penglihatan yang harus segera dilaporkan. 4. Evaluasi Pemantauan respon terhadap pemberian magnesium sulfat dan obat antihipertensi. Penilaian tekanan darah, kesejahteraan janin, dan stabilitas hemodinamik ibu. Pemantauan keberadaan atau penurunan gejala preeklampsi seperti edema dan proteinuria. a. Pendidikan Kesehatan pada Ibu Hamil Normal: Edukasi Perawatan Kehamilan Pendidikan kesehatan bagi ibu hamil normal bertujuan untuk memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai cara menjaga kesehatan ibu dan janin selama kehamilan serta mempersiapkan persalinan dan perawatan setelah melahirkan. Materi yang diberikan meliputi: 1. Pola Makan Sehat Mendorong konsumsi makanan kaya nutrisi, terutama protein, zat besi, kalsium, folat, dan vitamin. Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang berisiko, seperti makanan mentah, alkohol, dan kafein berlebihan. Menekankan pentingnya hidrasi yang cukup, yaitu minimal 8 gelas air per hari. 2. Pemantauan Kesehatan Kehamilan Menganjurkan ibu untuk rutin melakukan kunjungan antenatal (ANC) untuk memantau perkembangan janin dan kesehatan ibu. Mengedukasi tentang tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, nyeri hebat, kontraksi dini, atau pecahnya ketuban. 3. Perawatan Fisik dan Aktivitas Mengedukasi ibu mengenai pentingnya menjaga kebugaran tubuh melalui olahraga ringan, seperti jalan kaki, yoga, atau senam hamil. Mengajarkan posisi tidur yang baik untuk ibu hamil, seperti tidur miring ke kiri, yang membantu meningkatkan aliran darah ke janin. 4. Persiapan Persalinan dan Pasca Persalinan Memberikan informasi tentang persiapan persalinan, tanda-tanda persalinan, dan cara menangani nyeri persalinan. Mengedukasi ibu tentang perawatan pasca persalinan, termasuk menyusui, menjaga kebersihan tubuh, serta pemulihan fisik. b. Pendidikan Kesehatan pada Ibu Hamil Bermasalah Pendidikan kesehatan untuk ibu hamil dengan komplikasi atau masalah kehamilan lebih fokus pada pengelolaan kondisi khusus yang sedang dialami ibu, dengan tujuan mencegah komplikasi lebih lanjut dan menjaga kesehatan ibu dan janin. 1. Pendidikan untuk Ibu dengan Hiperemesis Gravidarum Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering, dan memilih makanan yang mudah dicerna. Menghindari makanan yang berlemak atau berminyak yang dapat memicu mual. Mengedukasi ibu tentang pentingnya menjaga hidrasi, dengan mengonsumsi cairan secara teratur, baik itu air putih atau kaldu. 2. Pendidikan untuk Ibu dengan Anemia Kehamilan Menganjurkan konsumsi makanan kaya zat besi, seperti daging merah, sayuran hijau, dan kacang-kacangan. Memberikan informasi tentang pentingnya suplementasi zat besi sesuai resep dokter, serta mengonsumsinya bersama dengan vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. 3. Pendidikan untuk Ibu dengan Hipertensi Gestasional Memberikan edukasi tentang pola makan rendah garam, serta pentingnya menjaga berat badan yang sehat. Mengajarkan ibu untuk memantau tekanan darah di rumah secara mandiri dan segera melaporkan jika tekanan darahnya meningkat secara signifikan. Mendorong ibu untuk menghindari stres dan memastikan istirahat yang cukup, serta menghindari aktivitas fisik yang berlebihan. c. Senam Hamil Senam hamil adalah aktivitas fisik yang dirancang khusus untuk ibu hamil guna menjaga kebugaran tubuh, mempersiapkan tubuh untuk persalinan, serta meningkatkan kesejahteraan ibu secara keseluruhan. 1. Manfaat Senam Hamil Meningkatkan kebugaran fisik: Senam hamil dapat memperkuat otot panggul, punggung, dan perut, yang sangat penting selama persalinan. Mengurangi keluhan kehamilan: Aktivitas ini dapat membantu mengurangi keluhan seperti nyeri punggung, bengkak pada kaki, sembelit, dan insomnia. Meningkatkan sirkulasi darah: Membantu meningkatkan aliran darah ke janin dan organ tubuh ibu, serta mengurangi risiko varises dan edema. Mempersiapkan persalinan: Senam hamil dapat membantu ibu hamil memahami teknik pernapasan yang baik serta posisi yang membantu selama proses persalinan. 2. Jenis Gerakan Senam Hamil Latihan pernapasan: Ibu diajarkan untuk bernapas dalam, yang membantu mengelola stres dan meningkatkan oksigenasi janin. Peregangan: Melakukan peregangan ringan untuk meningkatkan fleksibilitas otot dan sendi, terutama pada daerah panggul dan punggung. Latihan penguatan otot panggul (kegel): Berguna untuk memperkuat otot dasar panggul yang mendukung proses persalinan dan pemulihan pasca persalinan. 3. Kapan Mulai Senam Hamil Senam hamil umumnya dianjurkan dimulai pada trimester kedua atau ketiga kehamilan, dengan panduan instruktur terlatih. Ibu yang memiliki kondisi kehamilan berisiko (seperti hipertensi atau preeklampsi) perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai senam hamil. 1. Konsep Persalinan Persalinan adalah proses alami di mana janin, plasenta, dan membran ketuban dikeluarkan dari rahim ibu melalui kontraksi yang terjadi secara spontan atau dengan bantuan medis. Proses ini biasanya dibagi menjadi empat tahap: Tahap 1: Pembukaan Tahap ini dimulai dari kontraksi pertama yang reguler hingga pembukaan lengkap serviks (10 cm). Terbagi menjadi dua fase: o Fase laten: Pembukaan serviks 0-3 cm. o Fase aktif: Pembukaan serviks 4-10 cm. Tahap 2: Pengeluaran Tahap ini berlangsung dari pembukaan serviks lengkap hingga bayi lahir. Pada tahap ini, ibu mengalami kontraksi kuat yang membantu mendorong bayi keluar melalui jalan lahir. Tahap 3: Plasenta Setelah bayi lahir, kontraksi akan terus terjadi untuk membantu pengeluaran plasenta dari rahim. Tahap 4: Pemulihan Tahap ini adalah dua jam pertama setelah persalinan, di mana pemantauan intensif dilakukan terhadap ibu dan bayi untuk mengantisipasi komplikasi seperti perdarahan postpartum. 2. Konsep Asuhan Keperawatan pada Intranatal Intranatal adalah periode yang mencakup proses persalinan hingga kelahiran bayi dan plasenta. Tujuan asuhan keperawatan pada masa intranatal adalah menjaga kesejahteraan ibu dan janin serta memfasilitasi kelahiran yang aman. a. Pengkajian Anamnesa: Menanyakan riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, serta kondisi kesehatan saat ini. Pemeriksaan Fisik: o Pengukuran tanda vital ibu (tekanan darah, denyut jantung, suhu, pernapasan). o Pemantauan kontraksi, frekuensi, durasi, dan intensitas. o Pemantauan pembukaan serviks dan kemajuan persalinan. o Monitoring kesejahteraan janin dengan pemeriksaan detak jantung janin. b. Diagnosa Keperawatan Nyeri akut terkait dengan kontraksi uterus selama proses persalinan. Risiko cedera ibu/janin terkait dengan komplikasi persalinan. c. Perencanaan dan Implementasi Monitoring: o Pemantauan intensif terhadap tanda-tanda vital ibu, kontraksi, dan detak jantung janin. o Monitoring kemajuan persalinan melalui pemeriksaan pembukaan serviks. Dukungan emosional: o Memberikan dukungan psikologis dan emosional kepada ibu serta keluarga. o Memberikan informasi yang jelas mengenai tahapan persalinan dan apa yang akan terjadi. Manajemen nyeri: o Menerapkan teknik manajemen nyeri (lihat poin manajemen nyeri persalinan di bawah). Persiapan persalinan: o Memastikan ibu berada dalam posisi yang nyaman dan aman selama proses persalinan. o Membantu ibu dalam teknik pernapasan dan relaksasi selama kontraksi. d. Evaluasi Mengevaluasi kemajuan persalinan, efektivitas manajemen nyeri, dan kesejahteraan ibu serta janin. Memastikan persalinan berjalan sesuai dengan rencana tanpa komplikasi. 3. Manajemen Nyeri Persalinan Nyeri selama persalinan disebabkan oleh kontraksi uterus, dilatasi serviks, dan tekanan pada struktur panggul. Manajemen nyeri persalinan melibatkan pendekatan farmakologis dan non- farmakologis. a. Manajemen Non-Farmakologis Pernapasan dan Relaksasi: Teknik pernapasan dalam selama kontraksi dapat membantu mengurangi rasa nyeri. Pijat: Pijatan pada punggung bawah atau daerah panggul dapat membantu meredakan ketegangan otot. Posisi yang Nyaman: Mengubah posisi tubuh selama persalinan dapat membantu mengurangi rasa nyeri, misalnya dengan posisi miring atau berdiri. Mandi air hangat: Penggunaan air hangat (water birth) atau mandi hangat dapat membantu mengendurkan otot dan mengurangi nyeri. Teknik Visualisasi: Meminta ibu membayangkan suasana yang menyenangkan dapat membantu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. b. Manajemen Farmakologis Analgesik sistemik: Seperti opioid (meperidine, fentanyl) untuk mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran ibu. Anestesi epidural: Digunakan untuk memblokir nyeri di bagian bawah tubuh. Anestesi ini sangat efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tetap memungkinkan ibu untuk terjaga dan sadar selama persalinan. Anestesi lokal: Digunakan untuk mematikan rasa di daerah perineum jika diperlukan episiotomi atau ada robekan. 4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses di mana bayi diletakkan di dada ibu segera setelah lahir untuk menyusu dalam satu jam pertama setelah kelahiran. IMD memiliki banyak manfaat baik untuk ibu maupun bayi. a. Manfaat IMD untuk Bayi Meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi (bonding). Membantu stabilisasi suhu tubuh bayi (thermoregulation) dan menjaga kadar gula darah. Mempercepat produksi ASI karena rangsangan dari mulut bayi pada puting ibu. Meningkatkan imunitas bayi dengan mendapatkan kolostrum (ASI pertama yang kaya akan antibodi). b. Manfaat IMD untuk Ibu Membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi risiko perdarahan postpartum. Mendorong produksi hormon oksitosin yang memperkuat ikatan antara ibu dan bayi. c. Prosedur IMD Segera setelah bayi lahir dan dilakukan pembersihan awal, bayi diletakkan di dada ibu dalam posisi tengkurap, kontak kulit dengan kulit. Biarkan bayi secara alami menemukan puting ibu dan mulai menyusu dalam 1 jam pertama. Tenaga kesehatan harus memantau proses ini, memastikan bayi dalam kondisi baik dan mendorong ibu untuk relaks selama proses menyusu. d. Evaluasi IMD Memastikan bayi berhasil menyusu dalam 1 jam pertama setelah kelahiran. Memantau respons ibu dan bayi selama proses IMD untuk memastikan tidak ada komplikasi. 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian adalah tahap awal untuk mengumpulkan data tentang kondisi bayi baru lahir. Pengkajian meliputi: Riwayat kehamilan dan persalinan: Menilai riwayat ibu selama kehamilan, seperti penyakit, konsumsi obat-obatan, serta komplikasi saat persalinan. Tanda vital: Suhu, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan saturasi oksigen bayi baru lahir. Berat badan, panjang, dan lingkar kepala bayi: Untuk menilai status gizi dan pertumbuhan. Keadaan fisik umum: Warna kulit (adanya ikterus), aktivitas, tonus otot, refleks primitif (seperti refleks moro), dan simetri tubuh. Sistem pernapasan: Observasi tanda kesulitan bernapas seperti tarikan dinding dada atau penggunaan otot bantu napas. Sistem kardiovaskular: Mendengar bunyi jantung, memeriksa perfusi kapiler, dan mendeteksi adanya murmur jantung. Sistem gastrointestinal: Observasi pergerakan usus, frekuensi buang air besar, dan kesulitan menyusu. Sistem genitourinaria: Mengkaji jumlah dan frekuensi buang air kecil serta keutuhan alat kelamin. Sistem saraf: Menilai adanya kejang, respons terhadap rangsangan, serta refleks neurologis. Pengkajian perlekatan dan menyusui: Memastikan bayi dapat menyusu dengan baik, menilai teknik ibu dalam menyusui, dan deteksi tanda-tanda dehidrasi pada bayi. 2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian, perawat menyusun diagnosa keperawatan. Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada bayi baru lahir: Risiko hipotermia: Karena mekanisme pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna. Risiko aspirasi: Akibat refleks menelan dan batuk yang belum optimal. Risiko infeksi: Karena sistem imun bayi yang belum matang. Risiko ketidakseimbangan cairan: Misalnya pada bayi dengan masalah menyusui. Ketidakefektifan pola pernapasan: Pada bayi dengan gangguan pernapasan. 3. Perencanaan Keperawatan Setelah menentukan diagnosa, perawat membuat rencana tindakan keperawatan dengan tujuan yang spesifik, dapat diukur, realistis, dan terikat waktu. Contohnya: Mempertahankan suhu tubuh normal bayi dalam waktu 24 jam dengan melakukan intervensi termoregulasi. Mencegah risiko aspirasi dengan mempertahankan posisi menyusui yang benar. Memastikan kebutuhan cairan tercukupi dengan memberikan ASI yang cukup atau, jika perlu, suplementasi. 4. Implementasi Keperawatan Langkah implementasi adalah menjalankan rencana yang telah disusun. Contoh tindakan yang dilakukan: Menjaga suhu tubuh: Menggunakan incubator atau menjaga agar bayi tetap hangat dengan bedong atau kontak kulit dengan ibu (metode kanguru). Menstimulasi pernapasan: Mengawasi pernapasan bayi dan memberikan bantuan oksigen jika diperlukan. Menyusui: Membantu ibu dalam teknik menyusui yang benar dan memastikan bayi dapat perlekatan dengan baik. Memantau tanda vital: Dilakukan secara rutin untuk mendeteksi masalah sejak dini. Memberikan perawatan tali pusat: Untuk mencegah infeksi pada area tali pusat. 5. Evaluasi Keperawatan Pada tahap evaluasi, perawat mengevaluasi apakah tujuan keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan secara berkala dengan melihat perubahan kondisi bayi, seperti: Apakah bayi mempertahankan suhu tubuh normal? Apakah bayi menunjukkan pola pernapasan yang efektif? Apakah berat badan bayi bertambah atau cairan tubuh tercukupi? Apakah bayi bebas dari tanda-tanda infeksi? Jika tujuan belum tercapai, rencana keperawatan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan bayi. Evaluasi yang kontinu sangat penting untuk memberikan perawatan yang sesuai dengan perkembangan bayi baru lahir.