Kisi-Kisi UTS Agama Kristen UGM PDF 2024/2025

Summary

This document is a study guide for a Christian Theology course at UGM, which provides a detailed outline encompassing different facets of religion and its significance. It explores a range of concepts, covering topics of religious understanding, functions of religion, and Christian teachings.

Full Transcript

KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) AGAMA KRISTEN KELAS KRS 05 SEMESTER GASAL 2024/2025 FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BAHAN KULIAH UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) : I. Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan. II. Allah Menurut Iman Kristen. III. Manusia Menurut Ajaran Kristen...

KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) AGAMA KRISTEN KELAS KRS 05 SEMESTER GASAL 2024/2025 FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BAHAN KULIAH UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) : I. Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan. II. Allah Menurut Iman Kristen. III. Manusia Menurut Ajaran Kristen IV. Etika dan Pembentukan Karakter Kristiani (1) V. Etika dan Pembentukan Karakter Kristiani (2) KISI-KISI UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) : 1. Pengertian agama : Sanskerta, latin dan fenomenologis. Sansekerta : istilah agama berasal dari kata “a” artinya “tidak” dan “gama” artinya “kacau”. Latin : agama diterjemahkan dengan kata “religio” yang berasal dari istilah, yaitu : - “Re” dan “legare/legion” artinya mengikat kembali. Jadi agama adalah usaha manusia untuk menjalin ikatan kembali dengan Tuhan. - “Religereus” artinya memperhatikan dengan seksama atau sungguh-sungguh. Fenomenologis : Agama ialah segala aktivitas manusia dalam usahanya untuk mewujudkan rasa bakti (ibadah) kepada sesuatu yang diyakini sebagai kuasa yang mengatasi dirinya (kuasa supranatural) 2. Makna Agama Bersifat Subyektif Agama ialah segala aktivitas manusia dalam usahanya untuk mewujudkan rasa bakti (ibadah) kepada sesuatu yang diyakini sebagai kuasa yang mengatasi dirinya (kuasa supranatural) 3. Pembedaan dua lapis agama : atas dan bawah. Atas (yahudi, kristen, islam) : - Agama yang dinyatakan atau ‘revealed religion’ atau disebut juga dengan agama wahyu. Dalam bahasa Ibrani (bahasa asli Perjanjian Lama) dikenal istilah ‘syamayim’ artinya langit, atas, surga, tinggi. Atau bahasa arab disebut ‘samawi’. - Agama adalah pewahyuan Tuhan kepada manusia, dan manusia menanggapinya dalam hidup penyembahan dan peribadatan. - Ketiga agama lapis atas sama-sama percaya menjadi bagian dari keturunan Abraham sebagai leluhur kepercayaannya. Persamaan yang lain adalah ketiga agama ini juga menganut Monotheisme yaitu kepercayaan Tuhan itu satu dan Esa. Bawah (buddha, hindu, shinto, taoisme, konfusianisme) : - Mereka percaya bahwa roh tersebut bisa menguasai dapat menguasai wilayah tertentu, pada benda tertentu (misalnya: batu akik, keris, pohon dan binatang). - Suatu kepercayaan tentang adanya roh yang menghuni benda tertentu dan memiliki kekuatan disebut sebagai dinamisme. - Baik animisme maupun dinamisme lebih bersifat politheisme. 4. Fungsi Agama menurut Philip Goldberg : - Transmisi atau pewarisan: yakni untuk meneruskan ke setiap generasi suatu “sense of identity” melalui kebiasaan-kebiasaan, cerita, dan kelanjutan historis yang dimiliki bersama. - Translasi atau penerjemahan: yakni untuk menolong individu-individu menafsirkan peristiwa-peristiwa kehidupan, mendapatkan suatu rasa bermakna dan bertujuan, dan memahami hubungan-hubungannya dengan keseluruhan yang lebih besar (baik dalam arti sosial maupun kosmis). - Transaksi : yakni untuk menciptakan dan mempertahankan suatu komunitas yang sehat, dan memberi penuntun terhadap perilaku-perilaku moral dan hubungan-hubungan etis. - Transformasi: yakni sebagai pengembangan kedewasaan dan pertumbuhan yang terus-menerus, menolong umat beragama untuk merasa lebih penuh dan lengkap. - Transendensi : yakni untuk memuaskan kerinduan untuk memperluas batasan-batasan diri yang dipersepsikan, menjadi lebih sadar terhadap aspek kehidupan yang lebih sakral, dan mengalami persekutuan/penyatuan dengan dasar keberadaan yang mutlak. 5. Delapan fungsi agama dalam kehidupan manusia. 1. Agama memberikan kedamaian mental (mental peace). Kehidupan manusia sangat tak menentu. Manusia bergumul untuk tetap hidup di tengah-tengah ketidakpastian, ketidakamanan, dan bahaya-bahaya. Kadang-kadang ia merasa tak berdaya maka agamalah yang memberikan penghiburan dan dorongan dalam masa-masa krisis tersebut. Agama memberi tempat perlindungan yang benar bagi manusia maka manusia memperoleh kedamaian mental dan dukungan emosional. Agama memberi dorongan kepada manusia untuk menghadapi kehidupan dan masalah-masalahnya. 2. Agama menanamkan kebajikan-kebajikan sosial. Agama mempromosikan kebajikan-kebajikan sosial yang utama, misalnya, kebenaran, kejujuran, sikap nirkekerasan, pelayanan, cinta kasih, disiplin, dsb. Seorang pengikut agama tertentu menginternalisasi kebajikan ini dan menjadi warga masyarakat yang berdisiplin. 3. Agama meningkatkan solidaritas sosial. Agama membangkitkan semangat persaudaraan. Durkheim berpendapat bahwa agama memperkuat solidaritas sosial. Ahli lain menunjukkan bahwa agama mempunyai kekuatan mengintegrasikan dalam masyarakat manusia. Hal ini benar karena orang beragama mempunyai kepercayaan yang sama, sentimen yang sama, ibadah yang sama, berpartisipasi dalam ritual bersama dan seterusnya merupakan faktor-faktor perekat yang penting yang memperkuat kesatuan dan solidaritas. 4. Agama adalah agen sosialisasi dan kontrol sosial. Dikatakan oleh Parson bahwa agama adalah salah satu agen paling penting untuk sosialisasi dan kontrol sosial. Agama mempunyai peranan penting dalam mengatur dan mengarahkan kehidupan sosial. Agama juga menolong menjaga norma-norma sosial dan kontrol sosial. Ia mensosialisasikan individu dan melakukan kontrol baik terhadap individu maupun kelompok dengan berbagai cara. Organisasi seperti gereja, masjid, dan sejenisnya juga mengontrol perilaku dari individu pada tingkat yang berbeda-beda. 5. Agama meningkatkan kesejahteraan. Agama mengajarkan kepada umatnya agar melayani masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia mengajarkan bahwa pelayanan kepada sesama manusia adalah juga pelayanan kepada Tuhan. Karena itulah manusia menggunakan uangnya untuk memberi makan kepada yang miskin dan yang membutuhkan. Agama-agama tertentu seperti Hindu, Islam dan Kristen, dan lain-lainnya, memberi tekanan kepada tujuan memberi kepada yang miskin dan peminta-minta. Agama mengembangkan sikap filantropis manusia dan dengan demikian mendorong ide saling menolong dan bekerjasama. Karena dipengaruhi oleh kepercayaan agamawi, berbagai organisasi agamawi melibatkan diri dalam berbagai aktivitas menyejahterakan orang lain. 6. Agama memberikan rekreasi kepada manusia. Agama memainkan peranan yang mengagumkan dalam memberikan rekreasi kepada umat. Misalnya, dalam ritus maupun perayaan agamawi yang diselenggarakan oleh berbagai agama memberikan kelegaan atau kebebasan kepada umatnya dari berbagai tekanan mental. Hal ini juga terjadi bilamana ada khotbah atau musik agamawi yang memberikan lebih banyak kesenangan kepada umat dan menyediakan rekreasi abadi kepada umat. 7. Agama berfungsi memperkuat rasa percaya diri. Agama dianggap sebagai cara efektif untuk mengukuhkan atau memperkuat rasa percaya diri. Ada kepercayaan tertentu seperti “kerja sebagai ibadah”, “tanggungjawab atau tugas adalah bersifat ilahi,” dan ajaran lain yang ada dalam berbagai agama meneguhkan kepada individu dan sekaligus memperkuat rasa percaya diri. 8. Agama berpengaruh pada ekonomi serta sistem politik. Max Weber misalnya mempunyai tesis yang membuktikan hubungan antara etika Protestan dan perkembangan kapitalisme. Begitu pula ada yang kita kenal dengan ekonomi syariah. Contoh bahwa agama memengaruhi sistem politik misalnya sangat banyak, baik pada zaman dulu maupun pada zaman modern ini. Ada negara yang didasarkan pada agama (negara agama), bahkan dalam negara-negara modern dan demokratis, pengaruh agama tak terhindarkan dalam dunia politik. 6. Penyataan Allah : Umum dan Khusus Umum : Yang dimaksud dengan penyataan umum yaitu cara Tuhan Alah menyatakan atau memperkenalkan diriNya melalui segala ciptaanNya. Penyataan umum dapat dibedakan menjadi tiga macam : a) Melalui alam semesta. Dengan melihat alam semesta beserta keindahannya (misalnya melihat matahari, bulan, bintang dan samudra) serta kedahsyatannya (badai lautan, letusan gunung, gempa) manusia dapat mengetahui bahwa Tuhan Allah itu ada dan bahwa Tuhan Allah itu Pencipta, Maha Kuasa dan lain sebagainya. b) Melalui sejarah bangsa-bangsa, dengan melihat sejarah dan kehidupan bangsa-bangsa di dunia ini dapat diketahui bahwa Tuhan Allah itu ada, bhwa Tuhanlah yang mengawasi, mengatur, menentukan dan memimpin arah sejarah dan kehidupan bangsa-bangsa di dunia ini. Tidak ada bangsa yang berada di luar kekuasaan Tuhan. c) Melalui manusia. Manusia pasti merasa dan mengaku bahwa hidupnya diciptakan, dipelihara dan diatur oleh Tuhan. Manusia tidak berkuasa mengawali dan mengakhiri hidupnya sendiri. Demikian juga manusia memiliki rasa takut dan kuatir ketika berbuat dosa dan melanggar perintah Tuhan. Manusia memiliki rasa bersalah ketika berbuat jahat, adalah wujud Allah menyatakan diri kepada manusia. Khusus : Penyataan khusus adalah cara Allah menyatakan diri dan kehendak Nya melalui firman-Nya dan mencapai puncaknya dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Melalui diri Tuhan Yesus Kristus, Allah berkenan hadir di dunia sehingga manusia memiliki hubungan dan kehidupan yang baru bersama dengan Allah. Kejatuhan manusia ke dalam dosa, telah dipulihkan oleh Yesus Kristus dan manusia memiliki hubungan yang benar bersama Allah di dalam Kristus, sehingga membuka keselamatan dan kehidupan yang kekal bagi manusia. 7. Keesaan Allah : Transenden, Imanen, Mutlak, Tidak Terbatas, Tri Tunggal ▪ Keesaan Allah itu transenden dan imanen. Transenden berarti keesaan Allah itu di atas segalanya dan mengatasi segala sesuatu. Hal itu tercermin dalam ungkapan bahwa Tuhan itu Maha Mulia, Maha Tinggi, Maha Kuasa dan sebagainya. Imanen berarti keesaan Allah itu juga bersama dan beserta manusia. Allah yang dekat dan selalu mendampingi manusia. Seperti pada gambaran : Gembala, Bapa, Imanuel dan lain sebagainya. ▪ Keesaan Allah itu mutlak dan tidak terbatas. Mutlak berarti keesaan Allah itu tidak ada yang dapat menandinginyaNya. Hal itu tercermin dalam istilah Maha Tahu dan Maha Setia yang berarti Tuhan mengetahui segala sesuatu dan kesetiaan Tuhan tidak ada yang dapat menyamainya. Tidak terbatas berarti keesaan Allah itu juga tidak dibatasi oleh ruang, waktu, keadaan dan situasi apapun. Kapan pun, di mana pun dan bagaimana pun Tuhan itu tetap satu. Misalnya : ada di rumah, gereja, kampus. ▪ Keesaan Allah itu Tri Tunggal. Sekalipun Allah itu Esa tetapi cara berada atau menyatakan diri yang berbeda-beda. Dalam karya penyelamatan manusia, Allah menyatakan dirinya sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bapa : Pribadi Allah yang mencipta, Anak : Pribadi Allah yang menebus, dan Roh Kudus : Pribadi Allah yang memelihara. Ketiganya adalah satu, dan mencerminkan kepenuhan kuasa kasih Allah. Misalnya : Satu pribadi menyatakan diri sebagai Suami, Pendeta dan Dosen. 8. Sifat-Sifat (atribut) Tuhan Allah. - Allah itu Suci. Artinya di dalam diri Tuhan Allah tidak ada dosa, tidak ada kesalahan dan pelanggaran. - Allah itu Adil. Artinya Tuhan Allah memberikan pemberian yang baik dan sesuai kepada setiap manusia. Ada yang sama : matahari, hidup, udara. Ada yang berbeda : bakat, kedudukan, pekerjaan. Juga berarti Tuhan Allah juga tolok ukur akan keadilan. Kelak Ia pun akan melakukan pengadilan atas manusia menurut imannya, dalam perbuatan dan perkataannya. - Allah itu Setia. Artinya Tuhan Allah tidak ernah ingkar janji. Tuhan selalu menepati dan menggenapi janji, rencana dan keputusannya. ▪ Allah itu kasih. Artinya Tuhan Allah penuh dengan kasih (agape), yang sempurna, yang selalu memberi, mengampuni dan berkenan. Atau dengan singkat disebut Kasih tanpa syarat. Inilah yang disebut sebagai kasih karunia yang berarti pemberian cuma-Cuma. Bedakan dengan upah dan hukuman. - Allah itu Maha Tahu. Artinya Tuhan Allah mengetahui segala sesuatu secara mutlak. Bahwa di hadapanNya tidak ada sesuatu yang tersembunyi, termasuk yang akan datang. Segala sesuatu diketahuiNya dengan sepenuhnya. - Allah itu Maha Kuasa. Artinya kekuasaan Allah melebihi segala sesuatu dan tidak tertandingi. Sehingga Allah dapat melakukan segala sesuatu sesuai rancanganNya tanpa dihalangi dan digagalkan oleh apa pun. - Allah itu Maha Mulia dan Maha Besar. Artinya Tuhan Allah adalah pribadi yang keagungan dan kebesaran tidak tertandingi dari segala apa pun yang ada. 9. Implikasi Tuhan sebagai Pencipta. - Tuhan adalah sumber segala ciptaan. Ia menciptakan alam semesta dan segala isinya, termasuk manusia, dari ketiadaan menjadi ada. - Keberadaan dan keteraturan alam semesta menjadi bukti kuasa-Nya. Tuhan mengatur dan memelihara hukum alam yang menggerakkan segala sesuatu. - Pengakuan ini menegaskan bahwa Tuhan adalah satu-satunya Allah yang Esa, di luar-Nya hanyalah ciptaan​ 10. Implikasi Tuhan sebagai Penyelamat. - Dalam Yesus Kristus, Tuhan berperan sebagai Penyelamat yang menyelamatkan manusia dari dosa dan kematian. - Melalui Kristus, hubungan manusia dengan Tuhan dipulihkan. Keselamatan tidak hanya dimaknai secara spiritual, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik di masa kini maupun yang akan datang​ 11. Implikasi Tuhan sebagai Pembaru dalam Roh. 9-11 - Pembaharuan individu: Tuhan melalui Roh Kudus memperbarui hati dan sifat manusia yang berdosa, menjadikan mereka ciptaan baru dengan karakter yang mencerminkan kasih, sukacita, damai sejahtera, dan kebajikan lainnya. - Pembaharuan komunitas: Tuhan membangun persekutuan orang-orang percaya yang hidup dalam kasih, kesaksian, dan pelayanan yang setia. - Pembaharuan seluruh ciptaan: Pada akhirnya, Tuhan akan memperbarui langit dan bumi, menghadirkan pemerintahan yang sempurna​ 12. Arti dan Fungsi Kesadaran Religius. Kesadaran religius adalah kemampuan manusia untuk merasakan dan memahami keberadaan Tuhan atau dimensi spiritual dalam hidupnya. Fungsinya mencakup: - Pengenalan akan Tuhan: Membantu manusia menyadari keberadaan dan karya Tuhan dalam hidupnya. - Pembimbing moral: Menjadi dasar perilaku dan pilihan hidup berdasarkan nilai-nilai religius. - Pencarian makna: Mengarahkan individu untuk mencari tujuan dan makna hidup yang lebih dalam melalui hubungan dengan Tuhan​ 13. Tata Kehidupan Manusia dengan Allah : Dogma, Ritual, Hukum, Etika. 12-13 Konsep Tuhan yg ke 2 ▪ Tata Ajaran (Dogmatika) Melalui tata ajaran, manusia hendak mengaku tentang siapa Allah, siapa manusia, bagaimana hubungan manusia dengan Allah, apa yang harus dilakukan manusia kepada Allah, dan apa yang diharapkan manusia dari Allah. ▪ Tata Ibadat (Ritual) Melalui tata ibadat, mansuia yang berada di dunia ini hendak mengungkapkan dan menghayati hubungan dengan Allah (doa, sembahyang, sakramen, dan lain sebagainya) ▪ Tata Aturan (Hukum) Melalui tata aturan, manusia hendak menyatakan iman dan ketaatan dirinya kepada Allah. ▪ Tata Keumatan (Etika) Melalui tata keumatan, manusia hendak menyatakan sikap, perilaku dan hubungan sosialnya di dalam kehidupan religiusnya. Melalui tata kehidupan religius, manusia mengungkapkan hubungan spiritualitasnya dengan Allah dan mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya. 14. Makna Keselamatan menurut Iman Kristen. Pulihnya relasi manusia dengan Allah 15. Prinsip Dasar dan Sikap Iman Kristen dalam Memandang Agama-Agama lain. 12-15 Mater 2 no 2 Prinsip dasar dan sikap iman Kristen dalam memandang agama-agama lain umumnya berakar pada ajaran kasih, penghormatan, dan dialog. Beberapa prinsip utamanya adalah: - Kasih dan Hormat: Iman Kristen mengajarkan kasih kepada sesama tanpa memandang perbedaan agama, sebagaimana Yesus mengajarkan untuk mengasihi sesama manusia. - Pengakuan akan kebenaran umum: Kristen mengakui bahwa Tuhan bisa menyatakan diri-Nya melalui berbagai cara, termasuk dalam agama lain. - Dialog dan Misi: Meski Kristen berpegang pada Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan, dialog antaragama penting untuk saling memahami dan menciptakan perdamaian​ 16. Manusia sebagai Makhluk Ciptaan Allah. imagodei dll imagodei, makhluk sosial, rasional dan etis 1. MANUSIA ADALAH MAKHLUK CIPTAAN ALLAH Fakta pertama dari kesaksian Alkitab tentang manusia adalah bahwa manusia makhluk ciptaan Allah. kita menolak manusia terjadi dalam proses evolusi. Sebagai makhluk, ia tetap makhluk dan tidak pernah menjadi sama dengan khaliknya. Sebagai makhluk, manusia tergantung kepada Allah khalik dan sumber kehidupannya. Sebagai khalik, Allah berdaulat atas hidup dan tujuan hidup manusia. Karena itu, manusia menerima kedaulatan Allah atas hidup dan tujuan hidupnya. Itulah sebabnya secara hakiki, manusia selalu mendambakan relasi dengan-Nya. Sebagai makhluk, manusia bukan saja tergantung kepada Allah sebagai sumber hidup, tetapi bahwa Allah berdaulat atas hidup dan tujuan hidup manusia. ▪ Alkitab menggambarkan hubungan manusia dengan Allah pencipta Nya, sebagai tanah liat di tangan penjunan. Allah berhak dan berdaulat untuk tujuan apa benda-benda atau peralatan tanah liat yang dibuat-Nya. ▪ Demikianlah manusia di tangan Allah pencipta, tujuan hidupnya ditentukan oleh khalik-Nya. Agustinus, seorang teolog terkenal mengatakan bahwa “jiwaku gelisah sampai aku menemukan kedamaian dalam Tuhan.” ▪ Alkitab menolak teori evolusi sebagai teori asal usul manusia, termasuk yang mengatakan manusia berasal dari kera. Manusia berbeda secara hakiki dengan ciptaan Tuhan yang lain. Manusia tidak berasal dari kera! Manusia bagaimanapun tetap ciptaan dan tak bisa menyamai penciptanya meskipun dengan daya rasionalitas yang luar biasa apapun. Yang diciptakan tidak akan menyamai Pencipta. 2. MANUSIA DICIPTAKAN MENURUT GAMBAR ALLAH: Manusia berdasarkan ajaran Alkitab adalah diciptakan menurut gambar Allah. Gambar Allah inilah yang dikenal dengan istilah “Imago Dei.” Artinya : manusia memiliki potensi / kemampuan untuk berhubungan atau merespons Allah, dan dalam arti ini manusia adalah makhluk religius. Manusia diciptakan sebagai gambar Allah berarti manusia diciptakan sedemikian rupa untuk menjadi pihak lain yang diajak komunikasi oleh Allah. Allah berfirman / memberi perintah kepada manusia adalah bukti bahwa manusia dapat menyatakan hubungannya dengan Allah. Penciptaan manusia sebagai gambar Allah memungkinkan terjadinya suatu hubungan antara Allah dan manusia. ▪ Maka manusia selalu mendambakan relasinya dengan Allah atau yang dianggap Allah. Inilah yang kita sebut kesadaran religius manusia yang memungkinkan fenomena agama selalu hadir dalam sejarah umat manusia dari dulu hingga sekarang. ▪ Kesadaran akan adanya kodrat Ilahi di atas manusia dan tak terbatas ini, mendorong manusia untuk selalu kagum, takjub, dan rendah hati, yang mendorong manusia untuk beribadah kepada Nya. 3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL - Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan bahwa manusia adalah tidak sendirian dan selalu dalam keterhubungan dengan orang lain dan berorientasi kepada sesama (Kej.2:18). Pada Kitab Kejadian 2 dinyatakan bahwa tak baik kalau manusia itu sendiri, oleh karena itu Allah menciptakan penolong yang sepadan. Hal ini tidak hanya terbatas pada manusia jenis kelamin yang lain, tetapi juga bahwa manusia sendirian adalah tidak baik. Allah menghendaki manusia hidup dengan sesamanya. Hanya dalam hubungan dengan orang lain, kita memahami dan menemukan hakikat kita sebagai manusia. Maka manusia akan selalu berorientasi kepada sesamanya. Manusia tak tahan dalam kesendirian. Orientasi kepada sesama juga menyebabkan lahirnya berbagai pranata dan lembaga sosial (misalnya keluarga, maupun pranata politik, ekonomi, dsb). Dengan kata lain, lahirnya berbagai pranata sosial merupakan konsekuensi logis dari penciptaan manusia sebagai makhluk sosial - Orientasi kepada sesama manusia juga turut berperan dalam berbagai tindakan religius dan pertimbangan serta pengambilan keputusan etis. Itulah sebabnya orang tidak bisa beragama sendiri. Agama selalu merupakan fenomena sosial, walaupun hubungan seseorang dengan Tuhan, atau yang dianggap Tuhan sangat bersifat pribadi. - Beragama tak bisa lepas dari komunitas, karena tak mungkin beragama secara sendiri. Agama selalu punya dimensi sosial atau komunitas. Hal ini sehat sejauh komunitas-komunitas dengan identitas agamawi yang berbeda- beda tersebut tidak membangun tembok-tembok pemisah apalagi prasangka dalam hubungan antar mereka. - Kita harus berhati-hati dengan pandangan yang memutlakkan dan mengunggulkan dimensi sosial serta meremehkan dimensi individu, dan karenanya jatuh ke dalam kolektivisme. Sebaliknya, ada juga pendapat yang begitu mengutamakan dimensi individu di atas dimensi sosial, dan karenanya jatuh ke dalam individualisme. - ​Sikap yang lebih bertanggung jawab adalah bahwa kita adalah individu dalam kolektivitas, ada keseimbangan antara dimensi individu dan kolektivitas manusia. Individu tidak boleh dikorbankan demi kolektivitas, sebaliknya kolektivitas tidak bisa diabaikan demi individualitas. Kita dipanggil untuk percaya secara individu, namun kita juga terpanggil untuk menjadi orang percaya dalam kolektivitas yang kita sebut Gereja. Kita perlu memerhatikan pertumbuhan dan kepentingan individu, sebaliknya kita juga bertanggung jawab untuk pertumbuhan bersama-sama. 4.⁠⁠MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK RASIONAL DAN BERBUDAYA - Allah memberi perintah kepada manusia untuk memerintah, menaklukkan serta memelihara alam semesta, menunjukkan adanya hubungan yang tidak terpisahkan antara manusia dengan alam semesta ini. Inilah yang biasanya disebut ‘manusia sebagai mandataris Allah’ dalam arti pelaksana dan wakil Allah dalam memerintah dan memelihara alam semesta ini. - Jadi, berbudaya adalah perintah atau mandat yang kita sebut dengan mandat kebudayaan. Mandat itu hanya bisa dilaksanakan manusia karena Tuhan memperlengkapi manusia dengan potensi rasional yang menjadi salah satu ciri khas manusia dibandingkan dengan makhluk ciptaan yang lain. - Sebagai buah rasionalitas manusia, kehidupan mengalami perkembangan maju, membawa kita pada apa yang dikenal dengan zaman ilmu dan teknologi modern (lih. Kej. 1:16-18; Kej. 2:15). - ▪ Hanya saja perlu dipertanyakan, untuk apa dan untuk siapa kemajuan kita dalam bidang ilmu dan teknologi modern? Di sinilah berbagai macam isu etis modern muncul yang membutuhkan pemikiran dan pergumulan yang serius. - ▪ Potensi akal ini sangat mengagumkan sehingga manusia bukan saja dapat menciptakan teknologi modern, tetapi bahkan dapat memecahkan rahasia yang selama ini belum terpecahkan termasuk bepergian ke planet yang lain. Potensi ini juga sangat mengerikan, dan kita telah menyaksikan bahwa potensi akal manusia yang luar biasa dapat menciptakan persenjataan modern dan canggih yang cukup untuk menghancurkan planet bumi kita. Dapat dibayangkan bahwa dahsyatnya potensi rasional manusia itu bisa sangat positif dan bisa juga sangat negatif - Dalam kekristenan, kita mengenal “Hukum Kasih” yakni yang kita sebut “Hukum Utama.” Dalam hukum utama Tuhan Yesus menuntut agar kita “mengasihi Allah dengan segenap hati, dan dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi” (lih. Mat.22:37-38). - Jadi, potensi rasional manusia dengan segala produk dan hasilnya, perlu dipakai untuk mengasihi Allah juga. Tanpa itu, kita akan berulang kali menyaksikan tragedi umat manusia dan peradabannya. 5.⁠⁠MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK ETIS - Alkitab menggambarkan bahwa manusia diberi “hukum” (nomos) oleh Allah dalam bentuk larangan memakan buah pohon pengetahuan hal yang baik dan jahat (Kej. 2:17). Hukum ini menempatkan manusia pada persimpangan jalan ketika ia dapat memilih di antara dua alternatif. Dua alternatif itu adalah ketaatan atau pelanggaran terhadap hukum. - Kesempatan untuk memilih ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai kebebasan, dan tidak selalu berbuat hanya mengikuti nalurinya. Ajaran Kristen mengedepankan adanya pilihan yang bebas, sehingga manusia bertanggung jawab atas pilihannya. Sebab tanpa pilihan bebas, manusia tidak dapat dituntut untuk bertanggung jawab. Kesadaran untuk membedakan yang baik dan yang jahat menunjuk kepada hakikat manusia sebagai makhluk etis - ▪ Bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk etis berarti manusia mempunyai kesadaran etis: kesadaran untuk membedakan mana yang baik dari yang buruk, yang benar dari yang salah, dan yang bertanggung jawab dari yang sebaliknya. - ▪ Manusia tidak hanya dilengkapi dengan kesadaran etis, tetapi juga dilengkapi dengan kebebasan untuk memilih dari alternatif baik dan buruk, benar dan salah, bertanggung jawab dan tidak bertanggung jawab. Hanya apabila manusia mempunyai kebebasan etis (memilih secara etis), manusia dapat dituntut pertanggungjawaban etis. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk etis dalam arti sebagai berikut : - ▪ PERTAMA, manusia mempunyai kesadaran etis yakni kesadaran untuk membedakan yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. KEDUA, manusia mempunyai kebebasan etis yakni memilih secara bebas dari alternatif di atas. KETIGA, manusia mempunyai pertanggungjawaban etis, yakni bertanggung jawab atas pilihannya. 17. Manusia diciptakan menurut gambar Allah. Menurut ajaran Alkitab, manusia diciptakan menurut gambar Allah (Imago Dei), yang berarti manusia memiliki kemampuan untuk berhubungan dan merespons Allah. Sebagai makhluk yang diciptakan dengan gambar Allah, manusia dirancang untuk bisa berkomunikasi dengan Allah dan menerima perintah-Nya. Hal ini menunjukkan adanya potensi religius dalam diri manusia. Manusia selalu mendambakan relasi dengan Allah atau sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan. Kesadaran akan adanya kodrat Ilahi yang lebih tinggi dan tak terbatas ini mendorong manusia merasa takjub, kagum, dan rendah hati, sehingga muncul dorongan untuk beribadah. Kesadaran religius ini membuat fenomena agama selalu hadir sepanjang sejarah manusia hingga saat ini 18. Manusia sebagai makhluk sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan keterhubungan dengan sesama. Menurut Kejadian 2:18, Allah menyatakan bahwa tidak baik manusia sendirian, sehingga menciptakan penolong sepadan. Hal ini menekankan bahwa manusia harus hidup bersama orang lain agar bisa menemukan jati dirinya. Dari orientasi ini, lahir pranata sosial seperti keluarga, lembaga ekonomi, dan politik. Agama juga memiliki dimensi sosial, meskipun hubungan seseorang dengan Tuhan bersifat pribadi. Beragama tidak bisa sendiri, melainkan membutuhkan komunitas. Komunitas religius sehat jika tidak membangun prasangka atau tembok pemisah antara agama-agama yang berbeda. Keseimbangan antara dimensi individu dan sosial sangat penting. Individualisme mengabaikan komunitas, sementara kolektivisme menekan hak individu. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk beriman secara pribadi dan hidup dalam komunitas (seperti Gereja). Kita bertanggung jawab atas pertumbuhan pribadi sekaligus pertumbuhan bersama dalam komunitas. 19. Manusia sebagai makhluk rasional dan berbudaya. Allah memerintahkan manusia untuk memerintah, menaklukkan, dan memelihara alam (Kej. 1:16-18; 2:15), menjadikannya mandataris Allah atau wakil-Nya di bumi. Tugas ini dikenal sebagai mandat kebudayaan, yang hanya dapat dilakukan karena Allah memberi manusia potensi rasional. Rasionalitas inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan ilmu dan teknologi. Namun, kemajuan teknologi memunculkan isu etis: apakah pencapaian ini digunakan untuk kebaikan atau malah membawa kerusakan? Kemampuan akal manusia dapat menciptakan solusi hebat, seperti eksplorasi luar angkasa, tetapi juga bisa menciptakan senjata yang menghancurkan bumi. Ini menunjukkan bahwa potensi rasional manusia bisa berdampak positif maupun negatif. Dalam kekristenan, Hukum Kasih menuntut manusia untuk mengasihi Allah dengan hati, jiwa, dan akal budi (Mat. 22:37-38). Oleh karena itu, setiap hasil dan produk rasional manusia harus digunakan untuk memuliakan Allah. Tanpa hal ini, kemajuan manusia dapat membawa tragedi bagi peradaban dan umat manusia. 20. Manusia sebagai makhluk etis. Alkitab menggambarkan bahwa Allah memberikan hukum (nomos) kepada manusia dalam bentuk larangan untuk tidak memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat (Kej. 2:17). Hukum ini menempatkan manusia pada persimpangan pilihan: Ketaatan kepada hukum Allah. Pelanggaran terhadap perintah-Nya. Pilihan ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kebebasan moral (kebebasan etis) dan tidak sekadar mengikuti naluri. Ajaran Kristen menekankan bahwa kebebasan ini menjadikan manusia bertanggung jawab atas perbuatannya. Tanpa kebebasan, manusia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban etis. Manusia sebagai makhluk etis berarti: Kesadaran Etis: Mampu membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Kebebasan Etis: Memiliki kebebasan untuk memilih antara ketaatan dan pelanggaran. Pertanggungjawaban Etis: Bertanggung jawab atas pilihan dan tindakannya. Dengan demikian, manusia hidup di bawah nomos (hukum) Allah dan bertanggung jawab dalam setiap pilihan yang diambil. 21. Norma : Sopan santun, hukum dan moral. Norma sopan santun atau etiket adalah aturan yang mengatur perilaku dan sikap lahiriah manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti: Sikap saat bertamu, makan dan minum, cara duduk, atau berpakaian. Norma ini fokus pada tata cara pergaulan dan tidak selalu berkaitan dengan moralitas. Contoh: Pelanggaran bisa terjadi karena kurang mengetahui tata krama setempat atau kondisi tertentu. Contoh kasus: Supir yang mendorong ibu camat hingga jatuh ke sawah demi menyelamatkannya dari truk tidak dianggap melanggar norma moral, meski secara sopan santun terlihat salah. Jadi, norma sopan santun mengatur sikap lahiriah, tapi tidak selalu mencerminkan kesalahan moral. Norma hukum adalah aturan yang wajib dipatuhi demi keselamatan dan kesejahteraan umum. Setiap masyarakat memiliki hukum yang: Mencerminkan harapan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat. Menjamin ketertiban dan mengatur kehidupan bermasyarakat dengan baik. Ciri-ciri norma hukum: Bersifat ketat dan tidak boleh dilanggar. Pelanggarnya akan dikenai hukuman sebagai sanksi. Namun, norma hukum berbeda dari norma moral. Dalam situasi tertentu, seseorang bisa melanggar hukum karena tuntutan suara hati atau kesadaran moral. Contoh: Jika orang tersebut dihukum karena melanggar hukum, itu tidak berarti ia buruk secara moral. Hukum hanya berfungsi untuk menjamin ketertiban, bukan mengukur baik atau buruknya seseorang sebagai manusia. Norma moral adalah aturan tentang sikap dan perilaku manusia yang mengukur baik buruk atau adil tidaknya tindakan manusia sebagai manusia secara utuh. Norma ini menilai seseorang bukan dari satu aspek, tetapi dari apakah ia seorang manusia yang baik atau munafik dan mencari keuntungan. Menurut Sokrates, norma moral menekankan "bagaimana seharusnya kita hidup." Ini menunjukkan bahwa moralitas bukan hanya soal emosi atau selera pribadi, tetapi memiliki dasar rasional. Contoh: Orang yang rasional akan memberikan reaksi serupa terhadap musibah atau tragedi, terlepas dari hubungan emosional dengan pelaku atau korban. Jadi, norma moral melibatkan pertimbangan rasional dan berlaku di luar sekadar sentimen atau perasaan pribadi. 22. Perbedaan Etika dan Etiket. Etika 1. Definisi: Norma moral yang menentukan baik dan buruknya tindakan manusia. 2. Berlaku: Berlaku terlepas dari ada atau tidaknya orang lain. 3. Contoh: Mencuri tetap salah, baik dilakukan dengan tangan kanan atau kiri. 4. Sifat: Absolut; prinsip tidak dapat ditawar. 5. Fokus Penilaian: Menilai hingga kedalaman batin dan motivasi. 6. Pelanggaran: Pelanggaran etika tetap salah meskipun tanpa saksi. 7. Contoh Pelanggaran: Mencuri atau berbohong adalah salah dalam segala situasi. 8. Sikap Munafik: Tidak mungkin bersifat munafik; kemunafikan itu sendiri tidak etis. Etiket 1. Definisi: Aturan tentang cara melakukan perbuatan yang tepat dalam pergaulan. 2. Berlaku: Hanya dalam situasi sosial dan pergaulan. 3. Contoh: Menyerahkan sesuatu dengan tangan kanan. 4. Sifat: Relatif; berbeda menurut budaya. 5. Fokus Penilaian: Menilai dari segi lahiriah dan sikap sosial. 6. Pelanggaran: Pelanggaran etiket tidak dihitung jika sendiri. 7. Contoh Pelanggaran: Makan bersuara di depan orang lain dianggap salah. 8. Sikap Munafik: Dapat tampak sopan di luar tetapi bermaksud jahat. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana etika dan etiket memiliki fungsi dan aplikasi yang berbeda dalam kehidupan sosial. 23. Dasar pertimbangan moral yang baik : Akal yang baik dan Tidak Berpihak Moralitas : merupakan suatu usaha untuk membimbing tindakan seseorang dengan akal, yakni untuk melakukan apa yang paling baik menurut akal dan memberi bobot yang sama menyangkut kepentingan setiap individu yang akan terkena oleh tindakan itu 24. Etika Keutamaan : Definisi Aristoteles. Etika Keutamaan Menurut Aristoteles Definisi keutamaan adalah sifat karakter yang tampak dalam tindakan kebiasaan, di mana kebiasaan membentuk diri kita. Contoh keutamaan, seperti kejujuran, menunjukkan bahwa seseorang tidak hanya berkata benar sesekali, tetapi memiliki prinsip yang kuat dan konsisten dalam karakter. Kejujuran bukan sekadar kebaikan dalam situasi tertentu, tetapi mencerminkan karakter yang tidak berubah. Setiap peran memerlukan keutamaan yang berbeda; seorang montir perlu keterampilan, sementara seorang guru memerlukan pengetahuan dan kesabaran. Namun, etika keutamaan bersifat umum dan harus dimiliki oleh setiap individu sebagai manusia. Kesimpulannya, etika keutamaan adalah sifat karakter baik yang tampak dalam kegiatan sehari-hari seseorang. 25. Etika Keutamaan : Berani, Jujur, Murah Hati, Setia. Keberanian Menurut Aristoteles Menurut Aristoteles, keutamaan adalah titik tengah antara dua ekstrem, yaitu kelebihan (excess) dan kekurangan (deficiency). Keberanian berada di antara pengecut dan nekat, di mana pengecut melarikan diri dari bahaya, sementara nekat mengambil risiko yang berlebihan. Keberanian sering dikaitkan dengan tugas militer, di mana tentara perlu berani dalam menghadapi perang. Namun, keberanian tidak hanya diperlukan oleh tentara; setiap individu membutuhkannya untuk menghadapi bahaya, menolak godaan, dan menyelesaikan persoalan hidup. Kemurahan Hati Menurut Aristoteles Kemurahan hati adalah kesediaan untuk terlibat dalam menolong orang lain. Aristoteles menggambarkan kemurahan hati sebagai titik tengah antara dua ekstrem, yaitu kikir dan boros. Orang kikir memberikan terlalu sedikit, sementara orang boros memberikan terlalu banyak. Kemurahan hati menuntut agar kita memberikan pertolongan sesuai dengan apa yang telah kita lakukan untuk diri kita sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran Kejujuran berarti mengungkapkan apa adanya dan tidak berbohong, bahkan dalam situasi sulit. Prinsip kejujuran meliputi: ○ Tidak pernah berusaha untuk berbohong. ○ Mengatasi kesulitan dengan mengungkapkan kebenaran secara tepat. Kesetiaan Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan persahabatan. Aristoteles menyatakan bahwa tidak ada orang yang memilih hidup tanpa teman, meskipun memiliki kekayaan lainnya. Komitmen dan kesetiaan sangat berharga; tanpa kesetiaan, hubungan tidak akan bertahan. Misalnya, ketidaksetiaan orangtua kepada anak atau pasangan yang tidak setia akan merusak hubungan. Oleh karena itu, kesetiaan adalah prinsip keutamaan yang penting bagi setiap manusia. Kesimpulan tentang Keutamaan Keberanian adalah hal utama untuk menghadapi bahaya dalam kehidupan. Kemurahan hati penting karena ada orang lain yang membutuhkan pertolongan. Kejujuran diperlukan agar hubungan manusia tidak menjadi keliru dan penuh kepalsuan. Kesetiaan adalah hakiki bagi manusia untuk saling terikat, meskipun ada godaan untuk meninggalkan hubungan. 26. Bahaya Moralitas : Legalitas dan Rasionalisasi. Legalitas dan Rasionalisasi dalam Morality Penilaian Perilaku: Kita sering menilai orang berdasarkan perilaku yang terlihat, seperti kedisiplinan dan sikap sopan. Contohnya, pengusaha yang memberikan sumbangan sosial atau gubernur yang memperhatikan kesejahteraan masyarakat. Namun, tindakan baik ini perlu diteliti lebih dalam untuk memahami motivasi di baliknya. Motivasi Tindakan: Tindakan baik bisa dilakukan dengan motivasi yang tidak murni, seperti untuk mendapatkan pujian atau promosi. Legalitas merujuk pada kesesuaian tindakan dengan hukum, tetapi tidak selalu mencerminkan moralitas. Moralitas harus melibatkan kesadaran akan kewajiban dan ketulusan. Inilah bahaya pertama moralitas, yaitu legalitas! Legalitas (Yunani : lex berarti hukum) hanya menampilkan kesesuaian lahiriah tindakan dengan suatu aturan. Tindakan itu secara obyektif baik dan sesuai pandangan hukum di masyarakat. Namun secara moral harus dilihat sampai kedalaman motivasi yang mendasarinya Rasionalisasi: Tindakan yang kurang baik dapat dibenarkan dengan alasan yang tidak tepat, mengakibatkan kita sering mencari pembenaran untuk tindakan yang buruk. Ini menjadi tantangan dalam moralitas. Kita harus lebih rendah hati dan jujur mengenai motivasi kita. Pentingnya Kesadaran Diri: Tindakan yang tidak etis, seperti menipu demi alasan baik, tetap salah. Hanya Tuhan yang dapat memahami kedalaman hati manusia. Oleh karena itu, hidup bermoral memerlukan tekad dari hati nurani untuk mendengarkan batin kita dan kepekaan terhadap lingkungan sosial. 27. Dasar Etika Kristen tentang kehidupan Dunia. Hidup Bertanggung Jawab: Orang percaya diharapkan menjalani kehidupan di dunia dengan tanggung jawab. Karya Penyelamatan Allah: Kehidupan di dunia dilihat sebagai arena bagi Allah untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya. Keselamatan Pribadi: Orang percaya juga harus mewujudkan keselamatannya dalam kehidupan sehari-hari dan melaksanakan peran dalam pekerjaan penyelamatan Allah. Sumber Dosa: Kehidupan di dunia tidak dianggap sebagai sumber dosa; sebaliknya, sumber dosa berasal dari hati manusia. 28. Tindakan yang dilakukan dengan pertimbangan etis. yg menilai pada baik dan buruk tidak sekedar selera dan warna 29. Dasar Etika Kristen tentang kehidupan Dunia. 30. Teori Etika : Teleologis (Egoisme dan Universalisme) dan Deontologis Teori Teleologis Definisi: Teori yang menilai kebaikan atau kebenaran berdasarkan tujuan (telos) yang baik. Pertanyaan Kritis: Tujuan yang baik untuk siapa? Untuk pelaku atau untuk masyarakat? Subteori: ○ Etika Egoisme: Tujuan yang baik hanya untuk pelaku (individu atau kelompok). Dapat melahirkan hedonisme, yaitu prinsip menikmati hidup saat masih ada kesempatan. ○ Etika Universalisme: Kebaikan ditentukan oleh tujuan yang baik untuk jumlah terbesar. Contoh: kebijakan pemerintah yang mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan masyarakat. Contoh sistem etika ini adalah utilitarianisme, yang dikembangkan oleh John Stuart Mill, dengan prinsip "the greatest good for the greatest number." Teori Deontologis Definisi: Tindakan dianggap baik jika memenuhi kewajiban moral (deon = kewajiban). Subteori: Deontologis Aturan (Rule Deontologist): Kewajiban ditentukan oleh aturan yang ada. Cenderung bersifat legalistik dan berdasarkan legalisme. Deontologis Tindakan (Act Deontologist): Kewajiban ditentukan oleh situasi atau keadaan tertentu. Contoh sistem etika ini adalah etika situasi yang dikembangkan oleh Joseph Fletcher. 31. Sistem Etika Kristen : hukum kasih. Sistem Etika Kristiani Prinsip Utama: Sistem etika Kristen berlandaskan pada prinsip kasih, yang lebih dari sekadar tidak melakukan kepada orang lain apa yang tidak ingin mereka lakukan kepada kita. Prinsip kasih menekankan tindakan positif, yaitu melakukan kepada orang lain sebagaimana kita ingin mereka lakukan kepada kita (Lukas 6:31). Kaidah Kencana: Didasarkan pada Matius 22:37-40, hukum kasih mencakup dua aspek utama: ○ Hukum Pertama: Mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Kasih kepada Allah adalah jiwa dari segala hukum, dan setiap tindakan hukum harus didasari oleh kasih sebagai respons atas kasih Allah. ○ Hukum Kedua: Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri. Kedua hukum ini saling terhubung; kasih kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari kasih kepada sesama. Mengasihi sesama berarti menghargai mereka di hadapan Allah dengan cara yang sama seperti menghargai diri sendiri. 32. Sumber Etika : Teologis dan Filsafati. Etika Teologis dan Etika Filsafati Etika Teologis: ○ Merupakan sistem etika yang sumber normanya dianggap berasal dari Tuhan, berdasarkan asumsi teologis dari kitab suci masing-masing agama (Kristen, Islam, Hindu, Buddha, dll.). ○ Pernyataan dari kitab suci perlu ditafsirkan dalam konteks dan sejarahnya untuk menemukan arti serta nilai-nilai yang bisa dijadikan norma perilaku dan motivasi manusia. ○ Terdapat perbedaan cara orang menggunakan kitab suci untuk menyimpulkan nilai moral, yang dapat menyebabkan masalah jika diterapkan secara harafiah tanpa memahami konteksnya. ○ Dalam sistem etika Kristen, acuan utama adalah teladan Yesus Kristus, baik melalui ajaran maupun contoh kehidupan-Nya, yang menjadi dasar karakter dan etika Kristen. Etika Filsafati: ○ Dibangun atas dasar pemikiran filsafati manusia dan kontrak sosial, serta mencakup sistem nilai yang muncul dari berbagai kebudayaan. ○ Contoh etika filsafati termasuk positivisme, hedonisme, dan utilitarianisme. ○ Pertanyaan muncul mengenai apakah etika teologis/keagamaan membutuhkan etika filsafati atau sebaliknya. ○ Etika Kristen tidak hanya bergantung pada kitab suci (Alkitab) sebagai satu-satunya sumber, tetapi juga memerlukan koherensi dan penalaran filsafati untuk memberikan daya pendorong dalam praktik etika. 33. Acuan sistem etika Kristen : Teladan dan pengajaran Yesus Kristus JUMLAH SOAL : 50 (Lima Puluh) Pilihan Ganda dengan 5 (Lima) Opsi A, B, C, D, E PELAKSANAAN Sabtu, 19 Oktober 2024 Pukul 13.30 – 14.45 di Ruang C.206 Fakultas Filsafat UGM (KRS05) WAKTU DAN SIFAT UJIAN 75 Menit, soal diacak dan bersifat tertutup (Closed Book) PETUNJUK UJIAN 1. Tulis terlebih dahulu lengkap dan jelas pada kolom Nama, Nomor Induk dan Program Studi. 2. Soal Ujian Tengah Semester dalam bentuk Pilihan Ganda sebanyak 50 soal. 3. Kerjakanlah dengan cara melingkari (⚪) atau tanda silang (X) pada jawaban yang dipilih. 4. Pembatalan pilihan jawaban hanya dapat dilakukan sekali dengan memberi tanda dua garis sejajar (=) pada jawaban yang dibatalkan PERNYATAAN MAHASISWA “Saya berjanji untuk mengerjakan soal Ujian Tengah Semester ini secara jujur dan dengan cara benar”

Use Quizgecko on...
Browser
Browser