🎧 New: AI-Generated Podcasts Turn your study notes into engaging audio conversations. Learn more

KEL.3_objek penilaian dalam pembelajaran matematika.pdf

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Transcript

MAKALAH " OBJEK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA" KELAS: PMT 3D DISUSUN OLEH KELOMPOK 3: 1. REVA NUR AMALYA (12310523044) 2. YULI KARTIKA PUTRI (1231052138...

MAKALAH " OBJEK PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA" KELAS: PMT 3D DISUSUN OLEH KELOMPOK 3: 1. REVA NUR AMALYA (12310523044) 2. YULI KARTIKA PUTRI (12310521380) Dosen Pengampu: Dr. Miftarhir Rizqa, M.Pd. Mata Kuliah: Evaluasi Pendidikan matematika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAR ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2024/2025 KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan Matematika yang berjudul “Objek Penilaian Dan Pembelajaran Matematika” dengan waktu yang ditentukan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga dan sahabatnya. Makalah disusun untuk membahas Objek Penilaian Dan Pembelajaran Matematika, bagaimana potensi peserta didik dalam pembelajaran dan apa tujuan instruksional pembelajaran matematika menurut kajian taksonomi bloom. Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta referensi dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan kritik dan saran tentang kesempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika yaitu Ibu Dr. Miftahir Rizqa, Mpd. atas bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis supaya diterima oleh Allah SWT sebagai sebuah kebaikan. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya. Pekanbaru, 12 September 2024 Penulis ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii BAB I...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN.................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 2 BAB II..................................................................................................................... 3 PEMBAHASAN..................................................................................................... 3 A. Pengertian Objek Penilaian dan Evaluasi................................................. 3 B. Potensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Menurut Kajian Taksonomi Bloom.................................................................................... 4 C. Kata-Kata Operasional Domain Kognitif, Afektif, dan Psikomotor........ 9 BAB III................................................................................................................. 14 PENUTUP............................................................................................................. 14 A. Kesimpulan............................................................................................. 14 B. Saran....................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15 iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia pendidikan, pembelajaran matematika menjadi salah satu komponen penting yang berperan dalam membentuk keterampilan berpikir logis, analitis, dan kritis. Matematika, sebagai ilmu dasar, tidak hanya membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang bersifat numerik, tetapi juga membekali mereka dengan kemampuan pemecahan masalah yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari serta di berbagai bidang keilmuan. Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman, sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan, termasuk dalam hal penilaian dan pembelajaran matematika. Kurikulum yang diterapkan, seperti Kurikulum 2013, menekankan pentingnya pembelajaran berbasis kompetensi dan pendekatan saintifik. Selain itu, kompetensi abad ke-21, seperti berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan literasi digital, menjadi aspek penting yang harus dikembangkan melalui pembelajaran matematika. Oleh karena itu, proses pembelajaran dan penilaian dalam matematika harus dirancang untuk tidak hanya mengukur kemampuan kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik siswa. Objek penilaian matematika mencakup kemampuan memahami konsep, keterampilan prosedural, penalaran logis, serta kemampuan pemecahan masalah. Namun, dalam praktiknya, sering kali penilaian dalam matematika masih berfokus pada hafalan rumus dan kemampuan menjawab soal secara prosedural, tanpa memperhatikan pemahaman mendalam siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika dalam konteks nyata, serta menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, tantangan dalam pembelajaran matematika juga meliputi rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mempelajari mata pelajaran ini, serta terbatasnya penerapan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik. Guru sering kali terjebak pada metode pengajaran tradisional yang cenderung bersifat satu arah, sehingga siswa kurang terlibat aktif dalam proses belajar. Padahal, 1 pembelajaran yang lebih interaktif dan kontekstual sangat penting untuk membantu siswa memahami konsep matematika secara lebih bermakna. Atas dasar itulah, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih jauh tentang materi objek penilaian dan pembelajaran matematika. Pembahasan akan mencakup bagaimana objek penilaian matematika dapat dirancang agar lebih mencerminkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa, serta bagaimana metode pembelajaran matematika dapat dioptimalkan untuk meningkatkan minat, motivasi, dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai pentingnya perancangan penilaian dan pembelajaran yang efektif dalam matematika, sehingga dapat mendukung pengembangan kemampuan siswa secara holistik, baik dalam aspek akademis maupun non- akademis. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan objek penilaian/evaluasi 2. Bagaimana evaluasi potensi peserta didik dalam pembelajaran menurut kajian taksonomi bloom? 3. Jelaskan kata kerja operasional menurut kajian taksinomi bloom? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengertian objek penilaian/evaluasi 2. Untuk mengetahui evaluasi potensi peserta didik dalam pembelajaran matematika menurut kajian taksonomi bloom 3. Untuk mengetahui kata kerja operasional menurut kajian taksonomi bloom 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Objek Penilaian dan Evaluasi Penilaian adalah proses sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data untuk menentukan kualitas, kuantitas, atau pencapaian kriteria tertentu. Tujuannya sering kali untuk memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan. Sedangkan, objek penilaian adalah aspek atau elemen tertentu yang dinilai untuk menentukan kualitas atau kinerja berdasarkan kriteria tertentu. Objek penilaian adalah hal-hal atau elemen yang menjadi fokus dalam proses penilaian atau evaluasi. Dalam konteks tertentu, objek penilaian bisa berbeda tergantung pada tujuan dan jenis penilaiannya. Secara harfiah, evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation, dalam bahasa Arab al-Taqdīr, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Adapun penilaian mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, dan sebagainya. Adapun evaluasi adalah mencakup dua kegiatan yang dikemukakan yakni pengukuran dan penilaian.1 Satu hal yang mencirikan evaluasi bahwa proses ini diakhiri dengan pengambilan keputusan. Keputusan ini berkenaan dengan keberhargaan dan manfaat evaluasi lebih luas lingkupnya daripada penilaian, sedangkan penilaian lebih terfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang lingkup tersebut. Jika hal yang dinilai adalah sistem pembelajaran, maka ruang lingkupnya adalah semua komponen pembelajaran dan istilah yang tepat untuk menilai sistem pembelajaran adalah evaluasi bukan penilaian. Jika hal yang ingin dinilai satu atau beberapa bagian/komponen pembelajaran, misalnya hasil belajar, istilah yang tepat digunakan adalah penilaian bukan evaluasi Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Evaluasi dan penilaian dalam pembelajaran matematika adalah proses untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep 1 Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya. 3 matematika, serta untuk memberikan umpan balik yang berguna kepada siswa dan guru. Evaluasi dan penilaian bertujuan untuk mengukur pencapaian siswa, melacak kemajuan belajar, dan mengevaluasi efektivitas pembelajaran.2 Pentingnya evaluasi dan penilaian dalam pembelajaran matematika adalah untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran tercapai, memahami kebutuhan individual siswa, dan memberikan umpan balik yang berguna bagi siswa dan guru. Evaluasi dan penilaian yang efektif dapat membantu guru dalam merencanakan pembelajaran yang sesuai, mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih, dan membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan matematis yang kuat. B. Potensi Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika Menurut Kajian Taksonomi Bloom Taksonomi bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi keterampilan berpikir mulai dari jenjang yang rendah hingga jenjang yang tinggi. Taksonomi Bloom pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 oleh seorang psikolog pendidikan yaitu Benjamin Bloom. Kemudian pada tahun 2021 direvisi oleh Krathwohl dan para ahli aliran kognitivisme. Hasil revisi ini yang kita kenal dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi yang dibuat hanya pada ranah kognitif dengan menggunakan kata kerja. Bloom merumuskan dua domain pembelajaran yaitu domain kognitif: keterampilan mental (pengetahuan), dan domain afektif: pertumbuhan perasaan atau bidang emosional (sikap). Pada tahun 1966, Simpson merumuskan satu domain untuk melengkapi taksonomi yang dicetuskan oleh Bloom, yaitu domain psikomotor: keterampilan manual atau fisik (keterampilan).3 1. Kognitif Domain pengetahuan/ kognitif dalam Taksonomi Bloom berkaitan dengan ingatan, berpikir dan proses-proses penalaran. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom menggolongkan ranah kognitif pada pengetahuan sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah, 2 Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 4781-4792 3 Revisi taksonomi Bloom: Kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dewi Amaliah Nafiati) 4 dan penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang paling tinggi. Ranah kognitif memilikik enam jenjang proses berfikir mulai dari yang paling rendah sampai kepada yang paling tinggi yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan, didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan ingatannya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan, benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil belajar dari pengetahuan merupakan tingkatan rendah. b. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami materi atau bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan men-jabarkan suatu materi ke materi lain. Pemahaman juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan mera-malkan akibat dari berbagai penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah. c. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkrit atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus, konsep, prinsip, hu-kum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan menerapkan ini tingkat-annya lebih tinggi dari pemahaman. d. Analisis, merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian, serta mengenali atau mengemukakan organisasi antar bagian tersebut. Hasil belajar analisis merupakan tingkat kognitif yang lebih tinggi dari kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki kemampuan menganalisis, seseo-rang harus mampu memahami substansi sekaligus struktur organisasinya. 5 e. Sintesis, kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan proses berfikir analisis, sintesis merupakan proses yang memadukan bagianbagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang terstruktur atau berbentuk pola baru. f. Penilaian atau evaluasi, merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. 2. Afektif Adapun Afektif berasal dari bahasa inggris affective yang berarti ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai, jadi dapat disimpulkan evaluasi afektif adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sikap. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu objek.4 Dalam mengukur hasil belajar kawasan afektif termasuk sukar karena menyangkut kawasan sikap dan apresiasi, disamping itu Kawasan afektif juga sulit dicapai pada pendidikan formal, karena pada pendidikan formal perilaku yang nampak dapat diasumsikan timbul sebagai akibat dari kekakuan aturan, disiplin belajar, waktu belajar dan norma-norma lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seperi itu timbul bukan karena siswa telah sadar dan menghayati betul tentang kebutuhan akan sikap dan perilaku tersebut, tetapi dilakukan karena sekedar untuk memenuhi aturan dan disiplin saja agar tidak mendapat hukuman. evaluasi afektif berkaitan dengan pembentukan dan perubahan sikap. Krathwohl (1964) menyatakan bahwa domain afektif merupakan domain yang meliputi rasa, nilai, apresiasi, antusiasme, motivasi, dan sikap. Kompetensi siswa yang mencerminkan afeksi yang baik dapat terlihat dari sikap kedewasaan yang sesuai dengan usia dan 4 Rozak, P. (n.d.). EVALUASI AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN. 6 perkembangan siswa dan tercermin pada perilaku/ attitude sehari-hari pada proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Ada beberapa contoh perilaku yang mencerminkan sikap/afeksi yang baik dari siswa, seperti disiplin dalam menjalankan semua kewajibannya terkait proses pembelajaran, bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, menghormati serta menghargai guru dan teman sebaya, dan sebagainya. Kemampuan afektif, khususnya sikap, dari mahasiswa dapat diketahui kecenderungan, perubahan, dan perkembangannya dengan mendasarkan pada jenis-jenis kategori domain afektif, seperti yang dikemukakan oleh Krathwohl (1964) berikut ini. a. Tingkat Menerima Tingkat di mana mahasiswa memiliki keinginan menerima atau memperhatikan (Reciving atau Attending) suatu rangsangan atau stimulus yang diberikan dalam bentuk persoalan, situasi, fenomena, dan sebagainya. Contoh kemampuan dalam tingkat menerima adalah mahasiswa bersedia untuk mendengarkan temannya yang berbicara dengan respek. b. Tingkat Menanggapi Tingkat di mana mahasiswa mereaksi atau menanggapi (Responding) suatu rangsangan atau stimulus yang diberikan dalam bentuk persoalan, situasi, fenomena, dan sebagainya. Contoh kemampuan dalam tingkat menanggapi adalah mahasiswa aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok, seperti memberikan penjelasan dan menanggapi pendapat dari teman. c. Tingkat Menghargai Tingkat di mana mahasiswa menunjukkan kesediaan menerima dan menghargai (valuing) suatu nilai-nilai yang disodorkan kepadanya. Contoh kemampuan dalam tingkat menghargai adalah mengajukan rencana untuk perbaikan kehidupan masyarakat. 7 d. Tingkat Menghayati Tingkat di mana mahasiswa menjadikan nilai-nilai yang disodorkan itu sebagai bagian internal dalam dirinya, menjadikan nilai-nilai itu prioritas dalam dirinya (Organization). Contoh kemampuan dalam tingkat menginternalisasi adalah memprioritaskan waktu untuk belajar, membantu teman, dan sebagainya. e. Tingkat Mengamalkan Tingkat di mana mahasiswa menjadikan nilai-nilai itu sebagai pengendali perilakunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi gaya hidup (Characterization). Contoh kemampuan dalam tingkat mengamalkan adalah menunjukkan sikap mandiri ketika bekerja. 3. Psikomotorik Psikomotorik merupakan ranah yang mengarah pada kemampuan fisik dan kekuatan otot yang berhubungan dengan kegiatann fisik seperti melompat, lari, menari, memukul dan sebagainya. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak yang diperoleh setelah peserta didik menerima pembelajaran. Dalam pembelajaran, psikomotorik merupakan hasil lanjutan yang diperoleh dari hasil belajar kognitif dan afektif peserta didik. Dimana ketika peserta didik belajar dalam memahami sesuatu maka akan mulai dapat terlihat bentuk kecenderungan peserta didik dalam berperilaku. Perkembangan keterampilan psikomotor merupakan proses perolehan keterampilan secara progresif pada anak. Keterampilan tersebut meliputi struktur otak, otot, dan saraf, serta kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan ini ditandai dengan berbagai tahap pembelajaran keterampilan yang terjadi secara berurutan dan dapat bervariasi dari setiap peserta didik. Ujian yang melihat langsung perilakunya merupakan salah satu jenis penilaian psikomotoriksiswa. Evaluasi ini disebut juga dengan Performance Assessmentkarena menuntut siswa 8 untuk mendemonstrasikan atau mempraktikkan pemahaman dan pengetahuannya dalam konteks pelajaran dan sesuai dengan kriteria.5 ada tiga tahapa dapat digunakan untuk menilai kemampuan psikomotorik siswa, yaitu: 1. Observasiselama proses pembelajaran. Guru dapat melihat tingkah laku siswanya selama proses pembelajaran. Siswa yang dapat bertanya dan menjawab pertanyaan secara aktif, memiliki keberanian untuk mengungkapkan pemikiran, merespon dengan cepat, dan sebagainya. Hal ini dapat menunjukkan kemampuan psikomotorik siswa yang kuat. 2. Hasil tes setelah belajar Harus ada tes atau ujian di akhir proses pembelajaran untuk mengukur hasil belajar. Guru dapat melihat secara pribadi bagaimana siswa tampil ketika mereka dipaksa untuk melakukan apa yang telah mereka pelajari sendiri melalui penilaian praktis. 3. Melihat kemampuan beberapa waktu setelah pembelajaran selesai Guru dapat melihat apakah kemampuan siswa telah meningkat atau tetap sama setelah belajar, atau jika mereka menurun karena tidak lagi belajar. Bakat psikomotor adalah efek yang dapat dilihat dari waktu ke waktu, tidak hanya ketika siswa menyelesaikan studinya. Besarnya keefektifan proses pembelajaran sebelumnya dapat ditunjukkan dengan keberhasilan dalam mempertahankan keterampilan ini. C. Kata-Kata Operasional Domain Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Kata kerja operasional (KKO) digunakan untuk merinci atau menjelaskan tingkat pemahaman dan penerapan konsep atau pengentahuan dalam konteks pembelajaran. Kata kerja operasional juga berguna dalam proses penilaian. Dengan menggunakan kata kerja operasional, kita dapat menentukan apa yang 5 Volume 2, Nomor 2, September 2022 -Journal of Educational Learning and Innovation (ELIa) 9 harus diukur dan bagaimana cara mengukurnya. Ini membantu guru untuk menilai kemajuan siswa dan membuat keputusan tentang tindak lanjut yang perlu dilakukan. Secara keseluruhan, kata kerja operasional adalah kata kerja yang sangat berguna dalam perencanaan pembelajaran dan penilaian. Dengan menggunakan kata kerja operasional, kita dapat memastikan bahwa tujuan pembelajaran terukur dan tercapai dengan efektif. Berikut ini beberapa contoh kata operasional untuk domain kognitif, afektif, dan psikomotor. 1. Domain kognitif Mengetahui Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengevaluasi Membuat/Create C1 C2 C3 C4 C5 C6 Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalisis Membandingkn Mengabstraksi Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Menyimpulkan Mengatur Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menilai Manganimasi Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengarahkan Mengumpulkan Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi Mengkritik Mengategorikan Mengidentifikasi Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Menimbang Mengkode Mendaftar Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi Memutuskan Mengombinasikan Menunjukkan Menghitung Mengklasifiksi Memerinci Memisahkan Menyusun Memberi label Mengkontraskan Membangun Menominasikan Memprediksi Mengarang Memberi indeks Mengubah Mengurutkan Mendiagram Memperjelas Membangun Memasangkan Mempertahankan Membiasakan kan Menugaskan Menaggulangi Menamai Menguraikan Mencegah Mengkorelasikn Menafsirkan Menghubungkan Manandai Menjalin Menggambarkan Merasionalkan Mempertahakn Menciptakan Membaca Membedakan Menggunakan Menguji Memerinci Mengkreasikan Menyadari Mendiskusikan Menilai Melatih Mencerahkan Mengukur Mengkoreksi Menghafal Menggali Menggali Menjelajah Merangkum Merancang Meniru Mencontohkan Mengemukakan Membagankan Membuktikan Merencanakan Mencatat Menerangkan Mengadaptasi Menyimpulkan Memvalidasi Mendikte Mengulang Mengemukakan Menyelidiki Menemukan Mengetes Meningkatkan Mereproduksi Mempolakan Mengoperasikan Menelaah Mendukung Memperjelas Meninjau Memperluas Mempersoalkan Memaksilmalkn Memilih Memfasilitasi 10 Memilih Menyimpulkan Mengkonsepkan Memerintahkan memproyeksikn Membentuk Menyatakan Meramalkan Melaksanakan Mengedit Merumuskan Mempelajari Merangkum Meramalkan Mengaitkan Menggeneralisasi Mentabulasi Menjabarkan Memproduksi Memilih Menggabungkan Memberi kode Memproses Mengukur Memadukan Menelusuri Melatih Membatas Menulis Mentransfer Mereparasi Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup proses pemikiran siswa selama pembelajaran. Dengan menggunakan kata kerja operasional, diharapkan proses pembelajaran menjadi lebih terstruktur dan terukur sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Selain itu, kata kerja operasional juga dapat membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran yang efektif dan menilai hasil belajar siswa dengan lebih tepat.6 2. Ranah Efektif Karekterisasi Menerima Merespon Menghargai Mengorganisasikan Menurut Nilai A1 A2 A3 A4 A5 Menanyakan Melaksanakan Menunjukkan Merumuskan Bertindak Memilih Membantu Melaksanakan Berpegang pada Menyatakan Mengikuti Menawarkan diri Menyatakan Mengintegrasikan Memperhatikan Menjawab Menyambut pendapat Menghubungkan Melayani Melanjutkan Menolong Mengambil Mengaitkan Membuktikan Memberi Mendatangi prakarsa Menyusun Menunjukkan Menyatakan Melaporkan Mengikuti Mengubah Bertahan Menempatkan Menyumbangkan Memilih Ikut Melengkapi Mempertimbangkan Dll. Menyesuaikan serta Menyempurnakan Mempersoalkan diri Berlatih Menggabungkan Menyesuaikan Dll. Menampilkan diri Menyamakan 6 Nafiati, D. A. (2021). Revisi taksonomi Bloom: Kognitif, afektif, dan psikomotorik. Humanika, 21(2), 151–1https://doi.org/10.21831/hum.v21i2.29252 11 Membawakan Mengundang Mengatur Mendiskusikan Mengusulkan Memperbandingkan Menyatakan Membedakan Mempertahankan setuju Membimbing Memodifikasi Mempraktekkan Membenarkan Mengorganisasi Dll. Menolak Mengkoordinir Mengajak Merangkai Dll Dll. 3. Ranah Psikomotor Meniru Manipulasi Presisi Artikulasi Naturalisasi P1 P2 P3 P4 P5 Menyalin Membuat kembali Menunjukkan Membangun Mendesain Mengikuti Membangun Melengkapi Mengatasi Menentukan Mereplikasi Melakukan, Menunjukkan, Menggabungkan Mengelola Mengulangi Melaksanakan, Menyempurnakan Koordinat, Menciptakan Mematuhi Menerapkan Mengkalibrasi Mengintegrasikan Membangun Membedakan Mengawali Mengendalikan Beradaptasi Membuat Mempersiapkan Bereaksi Mempraktekkan Mengembangkan Mencipta Menirukan Mempersiapkan Memainkan Merumuskan, menghasilkan Menunjukkan Memprakarsai Mengerjakan Memodifikasi karya dll Menanggapi Membuat Memasang Mengoperasikan Mempertunjukkan Mencoba’ Membongkar Melakukan Menggunakan Memposisikan dll Merangkaikan Melaksananakan Menerapkan Menggabungkan Mengerjakan Dll. Mempolakan Menggunakan Dll. Memainkan Mengatasi Menyelesaikan dll. 12 Kata kerja operasional diperlukan oleh guru saat menyusun silabus dan RPP. Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. 13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pembelajaran dan penilaian dalam matematika merupakan dua aspek penting yang saling berkaitan untuk memastikan tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal. Penilaian adalah proses sistematis yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa memahami konsep-konsep matematika, sementara evaluasi fokus pada pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian tersebu. Dalam pembelajaran matematika, penting untuk mempertimbangkan potensi peserta didik berdasarkan berbagai domain, seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik. Taksonomi Bloom memberikan kerangka untuk memahami berbagai tingkatan keterampilan berpikir siswa mulai dari pengetahuan dasar hingga evaluasi. Ranah kognitif mengukur kemampuan berpikir dan pengetahuan siswa, ranah afektif menilai sikap dan nilai yang terkait dengan pembelajaran, sementara ranah psikomotorik menilai keterampilan fisik yang terkait dengan pengaplikasian materi yang dipelajari. Penilaian yang komprehensif. Melalui penggunaan kata kerja operasional dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, guru dapat lebih mudah merancang kegiatan belajar yang terstruktur dan menilai kemajuan siswa dengan lebih tepat. Evaluasi yang baik tidak hanya membantu meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan matematis B. Saran Demikian makalah yang dibuat ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabaila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada pemakalah. Apabila terdapat kesalahan dan kekurang pada makalah ini mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang luput dari salah dan khilaf. 14 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Arifudin, O. (2021). PENGARUH ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF, DAN PSIKOMOTOR TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK. In Jurnal Al-Amar (JAA) (Vol. 2, Issue 1). Journal on Education, Volume 06, No. 01, September-Desember 2023, hal. 4781- 4792 K A T A K E R J A O P E R A S I O N A L KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) EDISI REVISI TEORI BLOOM. (n.d.). menjabarkan, dan. (n.d.). Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia. Nafiati, D. A. (2021). Revisi taksonomi Bloom: Kognitif, afektif, dan psikomotorik. Humanika, 21(2), 151–172. https://doi.org/10.21831/hum.v21i2.29252 Revisi taksonomi Bloom: Kognitif, afektif, dan psikomotorik (Dewi Amaliah Nafiati) Rozak, P. (n.d.). EVALUASI AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN. Sitepu, S. V., Parulian Sijabat, O., Naibaho, T., & Simanjuntak, R. M. (2022). EVALUASI PSIKOMOTORIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS HYBRID LEARNING. Journal of Educational Learning and Innovation p, 2, 251–267. https://doi.org/10.46229/elia.v2i2 15

Tags

mathematics education evaluation Bloom's taxonomy educational assessment
Use Quizgecko on...
Browser
Browser