Sindrom Kompresi Saraf Ekstremitas Bawah - Tarsal Tunnel Syndrome PDF
Document Details
Uploaded by SafeChupacabra6430
Universitas Bengkulu
dr. Iman Sp.S
Tags
Summary
Dokumen ini membahas tentang Sindrom Terowongan Tarsal (TTS), sebuah kondisi medis yang ditandai dengan neuropati yang timbul dari kompresi pada saraf tibialis posterior di dalam terowongan tarsal. Berbagai penyebab, gejala klinis, dan metode penunjang diagnosis dibahas dengan detail. Metode pengobatan konservatif dan bedah juga diulas.
Full Transcript
Sindrom Kompresi Saraf Ekstremitas Bawah -Tarsal Tunnel Syndrome by dr. Iman Sp.S Pendahuluan Tarsal Tunnel Syndrome ? Neuropati akibat kompresi saraf Gejala yang paling umum adalah rasa tibialis posterior...
Sindrom Kompresi Saraf Ekstremitas Bawah -Tarsal Tunnel Syndrome by dr. Iman Sp.S Pendahuluan Tarsal Tunnel Syndrome ? Neuropati akibat kompresi saraf Gejala yang paling umum adalah rasa tibialis posterior dan terbakar, kesemutan, atau keduanya, di cabang-cabangnya pada ruang telapak kaki, dan eksaserbasi gejala di fibro-osseus posterior dan inferior malam hari (Rodríguez-Merchan & terhadap maleolus medial (Obioha et Moracia-Ochagavia, 2021) al., 2022). Tinjauan Pustaka Tarsal Tunnel Syndrome (TTS) adalah neuropati yang timbul dari kompresi struktur terowongan tarsal (tarsal tunnel), khususnya saraf tibialis posterior Penyebab Ekstrinsik Penyebab Intrinsik Kelainan Biomekanik (vagus atau varus Tendinopati rearfoot) Kelainan Anatomi (koalisi tarsal, faset tengah) Fibrosis Perineural Pembentukan jaringan parut pasca operasi Osteofit Penyakit Sistemik Retinakulum hipertrofik Edema ekstremitas bawah Lesi yang menempati ruang tarsal tunnel Trauma pergelangan kaki, Sepatu yang tidak Insufisiensi arteri pas Tinjauan Pustaka Lesi Traumatik Space Occupying Lesion Kelainan Bentuk Kaki Setiap fraktur tulang di lesi yang menempati ruang Kegagalan dukungan sekitar pergelangan kaki menyebabkan peningkatan lengkung longitudinal dapat mengurangi luas tekanan, yang pada statis dan dinamis dapat penampang terowongan akhirnya akan mengakibatkan cedera menyebabkan kompresi traksi pada saraf di dalam terowongan Tinjauan Pustaka Anatomi Tinjauan Pustaka Anatomi Tinjauan Pustaka Patofisiologi Kompresi saraf tibialis Lipoma, eksostosis, kista, tumor, hipertrofi otot abductor hallucis aksesori, deformitas kaki, dan penyakit sistemik Gejala Klinis Tinjauan Pustaka Gejala Klinis Nyeri Nyeri pada tumit (aspek posteromedial tumit dan pergelangan kaki) Pertama kali di pagi hari atau saat bangun dari posisi bangun Nyeri saat berdiri atau berjalan dalam waktu lama Pembengkakan pada pergelangan kaki posteromedial Nyeri tekan saat palpasi di pergelangan kaki posteromedial Tanda Tinel Positif Tinjauan Pustaka Pemeriksaan Fisik dan Penunjang PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG Evaluasi Biomekanik kaki belakang dan pergelangan kaki Sinar-X, USG diagnostik, MRI Perkusi Saraf Tibialis (Tanda Tinel) Studi Neurofisiologis Dorsofleksi dan Eversi Elektromiografi Tinel Test perkusi nervus tibia posterior yang terletak pada pergelangan kaki bagian medial dan kaki dalam posisi dorsofleksi. Tinel sign positif jika terdapat nyeri atau rasa kesemutan pada telapak kaki dalam waktu 5-10 detik Dorsofleksi dan Eversi kaki berada pada posisi dorsofleksi dan eversi sehingga terjadi pemanjang pada metatarsophalangeal sendi (MTP), apabila postifi akan terasa nyeri pada bagian tumit. Tinjauan Pustaka Alur Diagnosis Tinjauan Pustaka Tatalaksana Konservatif Pengobatan Fisik dan Rehabilitasi Modifikasi Aktivitas Modifikasi aktivitas yang Krioterapi, sisipan pendukung, sepatu dikombinasikan dengan latihan ortotik, imobilisasi menggunakan mobilisasi progresif dianjurkan belat, ultrasonografi, iontoforesis, Obat Pereda Nyeri fonoforesis, Fisioterapi Analgesik oral (acetaminophen), obat Suntikan Kortikosteroid antiinflamasi nonsteroid (NSAID), Potensi risiko ruptur tendon obat untuk nyeri neuropatik (gabapentin, pregabalin, dan antidepresan trisiklik) obat topikal (lidocaine dan NSAID) Tinjauan Pustaka Tatalaksana Pembedahan Indikasi Tindakan Kegagalan perawatan Pelepasan reticulum fleksor dari konservatif perlekatan proksimal Identifikasi yang jelas tentang Pemotongan fasia profunda otot penyebab kompresi hallucis abduktor Terdapat lesi yang menempati ruang (Space Occupying Lesion) Tinjauan Pustaka Prognosis Prognosis TTS bervariasi. Responsnya umumnya baik pada pasien dengan etiologi yang dapat diidentifikasi, terutama jika didiagnosis pada tahap awal perjalanan penyakit. Pasien tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi dan yang tidak merespons terapi konservatif umumnya tidak membaik dengan intervensi bedah. Tanda Tinel yang positif merupakan prediktor kuat kesembuhan dari pembedahan Laporan Kasus Identitas Pasien dan Data Subjektif Nama : Ny. S Umur : 76 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Keluhan Utama : Pasien datang dengan hipoestesia, mati rasa, dan sensasi kesemutan yang tidak menentu pada area telapak kaki kanan hingga area telapak kaki bagian Tengah Keluhan Tambahan : Keluhan memburuk saat beraktivitas dan berkurang saat beristirahat Laporan Kasus Riwayat Penyakit Sekarang Seorang wanita berusia 74 tahun datang dengan hipoestesia, mati rasa, dan sensasi kesemutan yang tidak menentu pada area plantar di atas telapak kaki kanan hingga area telapak kaki bagian tengah. Meskipun ingatan masa kecilnya tidak jelas, ia ingat ibunya mengatakan kepadanya bahwa kondisi yang menyebabkan nanah dari sisi lateral area subtalar kanan telah disembuhkan saat ia masih kecil. Selain itu, bekas luka kecil terlihat di area ini. Ia pertama kali menyadari hipoestesia dan parestesia pada kaki kanan 6 tahun yang lalu, dan gejala-gejala ini parah di sepanjang aspek plantar lateral luka pada kaki. Gejala-gejala tersebut ringan saat istirahat dan meningkat selama aktivitas sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik awal, tanda Tinel positif di sepanjang aspek posteroinferior maleolus medial, tetapi tidak ada massa atau nyeri yang teraba. Laporan Kasus Diagnosis Diagnosis Klinis : Nyeri Plantar Pedis Diagnosis Topis : Kompresi pada Terowongan Tarsal (posterior tibia) Diagnosis Etiologi : Tarsal Tunnel Syndrome (TTS) Laporan Kasus Pemeriksaan Penunjang (Radiologi) Rontgent Kesan : Radiografi pergelangan kaki yang menunjukkan penyempitan ruang sendi subtalar dan perubahan tulang sklerotik dengan tanda C yang cacat dan tanda bungkuk. Laporan Kasus Pemeriksaan Penunjang (Radiologi) Kesan : Ruang sendi pada faset posterior medial menyempit, sklerotik, dan tidak teratur. Laporan Kasus Pemeriksaan Penunjang (Radiologi) CT Scan Kesan : Facet posterior medial tidak teratur, koalisi parsial, penyempitan, dan pembentukan kista subkortikal pada sendi subtalar posterior diamati menggunakan CT koronal oblik dan CT scan sagital Laporan Kasus Pemeriksaan Penunjang (Radiologi) MRI Kesan : Koalisi TC posterior abnormal yang menekan saraf tibia posterior diamati menggunakan MRI Laporan Kasus Pemeriksaan Penunjang EMG Elektromiografi dan studi kecepatan konduksi saraf dilakukan, dan temuannya sesuai dengan lesi yang tidak lengkap pada saraf plantar kanan, terutama saraf plantar lateral, di sekitar pergelangan kaki. Laporan Kasus Tatalaksana (Bedah) Indikasi bedah dengan diagnosis TTS dengan penyebab yang dapat ditunjukkan pada hasil MRI anestesi umum dengan pasien ditempatkan dalam posisi terlentang dengan torniket apnea kulit diiris sepanjang 6 cm di atas aspek medial pergelangan kaki kanan ketegangan saraf plantar lateral dilepaskan dengan diseksi jaringan lunak Laporan Kasus Tatalaksana (Bedah) Pembahasan Tanda Tinel Positif, namun tidak ada massa atau nyeri teraba Pemeriksaan CT Scan dan MRI yang menunjukan adanya penekanan pada saraf tibia posterior Indikasi tatalaksana bedah pada pasien sudah tepat karena adanya temuan pada pemeriksaan penunjang Membaiknya kondisi pasien baik 4 bulan, 8 bulan, hingga 1 tahun pasca operasi Pada pemeriksaan fisik awal, tanda Tinel pada pasien positif di sepanjang aspek posteroinferior maleolus medial, tetapi tidak ada massa atau nyeri yang teraba. Selain itu, didapatkan CT Scan dengan kesan facet posterior medial tidak teratur, koalisi parsial, penyempitan, dan pembentukan kista subkortikal pada sendi subtalar posterior yang diamati menggunakan CT koronal oblik dan CT scan sagital. Pemeriksaan penunjang berupa MRI turut dilakukan dengan kesan Koalisi TC posterior abnormal yang menekan saraf tibia posterior. Kompresi saraf tibialis atau salah satu cabangnya di dalam terowongan tarsal menyebabkan gejala terkait dengan TTS terjadi. Terapi awal dari Tarsal Tunnel Syndrome adalah Terapi yang bersifat konservatif. Beberapa pasien, manajemen konservatif tidak dapat mengurangi gejala sehingga diperlukan tindakan bedah. Selain itu, tindakan bedah dapat dilakukan apabila jelas terdapat lesi yang menyebabkan kompresi pada sistem persarafan. Pada kasus tersebut, manajemen bedah langsung dilakukan karena indikasi yang sudah terpenuhi yaitu pemeriksaan CT Scan dan MRI pasien, terdapat pembentukan koalisi talokalkaneal yang dapat menekan saraf tibialis posterior. Walaupun tindakan bedah hingga saat ini belum menjadi baku emas untuk tatalaksana TTS, namun didapatkan bahwa tindakan bedah lebih efektif daripada terapi konservatif yang ditawarkan. Kesimpulan Tarsal Tunnel Syndrome adalah neuropati akibat kompresi saraf tibialis posterior dan cabang cabangnya. Sampai saat ini, belum ada tes yang dapat mendiagnosa dengan pasti. Namun dengan adanya modalitas pemeriksaan penunjang, dapat membantu tenaga medis untuk menentukan tindakan yang dibutuhkan, baik berupa tatalaksana konservatif maupun tatalaksana bedah. Thank You