FIRE INSPECTION & SURVEYING TECHNIQUE PDF
Document Details
Uploaded by Deleted User
Tags
Related
- Fire Extinguisher Inspection and Maintenance PDF
- Las Vegas Fire & Rescue Truck Company Aerial Ladder Safety Belay Procedure PDF
- Hanover Fire EMS Procedures-Guidelines Manual PDF
- 11/3 Fire Prevention/Inspection Procedure PDF
- 12/1 Pre-Fire Planning PDF
- SFD.005.a Personal Protective Equipment Issuance & Maintenance PDF
Summary
This document provides an overview of fire inspection, surveying techniques, and fire safety principles, including API theory, classifications, and fire fighting methods. It details the steps in fire fighting and describes the different types of fire extinguishers. This document is aimed at professionals in the fire safety field.
Full Transcript
FIRE INSPECTION & SURVEYING TECHNIQUE Part 1 : Fire Inspection & Surveying Technique API adalah... A. Teori API Api adalah suatu proses oksidasi cepat dalam proses pembakaran kimiawi antara ketiga unsur yakni bahan/fuel yang dapat terbakar, panas/heat, dan oksigen/oxygen. Dimana proses...
FIRE INSPECTION & SURVEYING TECHNIQUE Part 1 : Fire Inspection & Surveying Technique API adalah... A. Teori API Api adalah suatu proses oksidasi cepat dalam proses pembakaran kimiawi antara ketiga unsur yakni bahan/fuel yang dapat terbakar, panas/heat, dan oksigen/oxygen. Dimana proses ini menghasilkan reaksi panas, bau, asap, dan cahaya terang. Proses pembakaran ketiga unsur ini dikenal dengan Segitiga Api (Fire Triangle), dan proses ini masih berupa pijar dan api kecil. Api adalah proses oksidasi cepat dari unsur rantai reaksi kimia (chemical chain reaction) bercampur dengan ketiga unsur lainnya yakni bahan/fuel yang dapat terbakar, panas/heat, dan oksigen/oxygen. Dimana proses ini dikenal dengan Piramida Api (Tetrahedron), Pencampuran keempat unsur ini dapat menjadi PEMBAKARAN. Proses Oksidasi yang lambat tidak termasuk Pembakaran tetapi Pengkaratan dan Pencernaan. API adalah... Rantai reaksi kimia tidak terjadi bila salah satu unsur segitiga api dihilangkan (bahan, oksigen atau panas tidak ada). API adalah... Heat adalah sumber panas yang menjadi faktor pemicu terjadinya Api pada suatu area tertentu, seperti contohnya arus pendek (electrical short circuit), puntung rokok, petir, las (welding) dan lain-lain. Fuel adalah bahan/material yang bila kena sumber panas tertentu terbakar dan dapat membuat api tetap menyala, menyebarkan api serta menjadikan api bertambah besar. Contoh fuel ini sangat banyak sekali seperti kayu, kertas, kain, plastic, dan lain- lain; jelasnya adalah semua material/bahan yang dapat/mudah terbakar. Oxygen atau udara adalah faktor terpenting dalam proses terjadinya api. Hal ini dikarenakan ketersediaan udara/oksigen tersebut tanpa batas. Chemical Chain Reaction atau Rantai Reaksi Kimia adalah peristiwa dimana ketiga unsur yang ada saling bereaksi secara kimiawi, sehingga proses ini tidak hanya menghasilkan pijar api tetapi pembakaran sempurna. Cepat atau lamanya proses ini tergantung dari flash point (titik nyala) bahan yang terbakar. cth : CH4 (metana) + O2 (Oksigen) + Panas Api (Kebakaran atau Ledakan) Untuk melihat sifat, unsur, dan flash point dari bahan tersebut kita dapat melihat dokumen bahan tersebut (MSDS/Material Safety Data Sheet). Tahapan API 1. Tahap Awal Penyalaan. Reaksi dari Piramida api (tetrahedron) terjadi. Oksigen, bahan dan panas tercukupi menjadi api Gejala yang timbul, api masih kecil dan sering tidak diketahui. 2. Tahap Pertumbuhan Api mulai berkembang sebagai fungsi bahan bakar. Udara yang masih cukup untuk mensuplai oksigen ke api. Jika bahan bakar masih banyak, api akan terus tumbuh, suhu udara akan makin tinggi. Upaya pemadaman dianjurkan selesai pada tahap ini, karena setelah flash over, api sangat sulit dikendalikan. 3. Tahap Flash Over Merupakan masa transisi antara pertumbuhan api dan pembakaran penuh. Proses berlangsung sangat cepat dan api sangat sulit dikendalikan, dicirikan dengan : - Suhu ruangan 300 – 600 celcius - Seluruh ruangan telah dipenuhi dengan asap. - Tekanan dan suhu ruangan makin besar, dan dapat perusak jendela kaca, api mulai mencari oksigen Bahan yang baru terbakar sebagian, secara mendadak serentak terbakar seluruhnya dan merupakan awal dari kebakaran total seluruh ruangan. 4. Tahap Pembakaran Penuh Terjadinya kebakaran, dimana api telah menyala pada seluruh objek/ kebakaran penuh. 5. Tahap Surut Bahan bakar / materi sudah mulai habis. Temperatur ruangan mulai turun. Tahapan API Klasifikasi Kebakaran Kelas A, Api yang berasal dari bahan/benda padat (kec. logam), jika terbakar meninggalkan arang dan abu. Contoh : kertas, kayu, tekstil, karet, plastik. Jenis pemadam yang cocok : Air (menyerap panas tinggi), Foam, Pasir, Dry Chemical, CO2 Kelas B : Api yang berasal dari kebakaran benda / bahan cair atau gas. Contoh : tiner, cat, minyak Jenis pemadam yang cocok : Foam, Dry Chemical , CO2, dan Halon Kelas C : Api yang berasal dari kebakaran dimana masih terdapat aliran listrik Contoh : Kabel listrik, panel listrik Power generator dsb Jenis pemadam yang cocok : CO2, Dry Chemical, Kelas D : Api yang berasal dari benda-benda logam yang dapat terbakar. Contoh : magnesium, titanium, potassium. Jenis pemadam yang cocok : pasir atau tanah, dry powder, dan serbuk sodium klorida. Kelas E : Api yang berasal dari reaksi dan penggunaan radioaktif tinggi. Contoh : Pembangkit listrik tenaga Nuklir Jenis pemadam yang cocok : Air (Pendingin reaktor alami) Kelas K : Api yang berasal dari aktivitas memasak di dapur (Kitchen). Contoh : Restoran, Rumah Makan, Dapur Rumah Tangga. Jenis pemadam yang cocok : Dry powder, Foam, dan CO2 Klasifikasi Kebakaran Klasifikasi kebakaran menurut PerMen: NO/PER/04/MEN/1980 hanya terdiri dari Kelas A,B,C,D. tetapi menurut NFPA (National Fire Protection Association) terdiri dari Kelas A,B,C,D,E,& K. PROSES PENYEBARAN API Figure (a) : Penyebaran panas melalui metode Konduksi Figure (b) : Penyebaran panas melalui metode Konveksi Figure (c) : Penyebaran panas melalui metode Radiasi TEKNIK PEMADAMAN API Metode Paling Umum dalam Pemadaman Api 1. Smothering (menyelimuti), teknik pemadaman dengan cara memisahkan bahan bakar (fuel) dengan udara (Oksigen), 2. Cooling (mendinginkan), teknik pemadaman dengan cara menyerap panas (heat) dari bahan bakar (fuel) yang terbakar, 3. Starvation (mengurangi atau memisahkan bahan bakar), teknik pemadaman dengan cara memutuskan persediaan bahan bakar (fuel), 4. Breaking chain reaction (merusak reaksi rantai kimia), teknik pemadaman dengan cara mengganggu atau merusak atau menghilangkan proses rantai reaksi kimia / rantai pembakaran. misalnya membatasi udara (oksigen) dalam proses rantai reaksi kimia. FIRE FIGHTING A FIRE FIGHTING AKTIF 1. Portabel Fire Extinghuiser (Tabung Pemadam Kebakaran) A. Empat Jenis APAR yang umum digunakan : CO2 (Carbon dioksida) Foam Dry chemical dan Dry Powder Halon (sudah dilarang sejak tahun 2007), pengganti NAF, HALOTRON, CLEAN AGENT & AF11/AFF36 B. Syarat Tabung Pemadam : Tabung dipasang dengan posisi yang mudah dilihat, dijangkau dan dilengkapi dengan tanda-tanda pemasangan. Pemasangan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran. Sesuai dengan kemampuan jangkauan, dimana untuk kelas A sekitar 22,7 m, kelas B sekitar 9,15 m, kelas C sesuai dengan tingkat resiko shortcircuit, kelas D sekitar 23 m, dan kelas K sekitar 9,15 m Dapat berfungsi dengan baik. Jarak pemasangan antara 1 sampai dengan 1,5 meter dari permukaan lantai, kecuali jenis CO2 dan Dry Chemical diatas 7,5 Kg dapat dipasang dibawah 15 cm dari lantai (Permen : NO/PER/04/MEN/1980) FIRE FIGHTING C. Pertimbangan pemilihan Tabung : Sesuai dengan jenis api Ukuran, intensitas, kecepatan gerak api Mudah digunakan Sehat, aman terhadap pemakai Mudah dirawat D. Perawatan Tabung : Pemeriksaan rutin sebanyak 3 kali per tabung, meliputi pemeriksaan rutin (6 bulan sekali), pemeriksaan berkala (12 bulan sekali), dan pemeriksaan terjadwal (sesuai tanggal pengisian dalam label tabung). Menjaga kebersihan tabung APAR. Melakukan pengetesan tekanan dan fungsi Tabung E. Peletakkan Tabung : Terpasang di dinding atau tiang bangunan, jarak pemasangan antara 1 sampai dengan 1,5 meter dari permukaan lantai, khusus untuk berat dibawah 7,5 Kg. Khusus jenis karbondioksida dapat terpasang 63oC (untuk ruangan panas) Smoke detector Gas detector Flame detector C. Penempatan Fire Detector Fire detector secara umum diletakkan pada atap atau bagian atas suatu ruangan, tetapi ada juga yang diletakkan pada dinding ruangan. Standard umum untuk jarak pemasangan Fire detector min 30 cm dari langit-langit, khusus untuk jenis Fix Temperature 30 m2 (untuk tinggi plafon 4 meter) atau 15 m2 (untuk tinggi plafon 4-8 meter), dan ROR 50 m2 (untuk tinggi plafon 4 meter) atau 30 m2 (untuk tinggi plafon 4-8 meter). FIRE FIGHTING 2. SISTEM EVAKUASI A. FIRE DOOR Persyaratan Fire Door: ❑ Berbahan metal baja ❑ Tahan dari api hingga 2 jam ❑ Terdapat tanda petunjuk “PINTU DARURAT - TUTUP KEMBALI” atau “EXIT” B. Petunjuk jalur evakuasi Persyaratan jalur evakuasi: ❑ Terdapat tanda petunjuk arah panah hijau atau “JALUR EVAKUASI” ❑ Dapat berpendar dalam gelap (glow in the dark) ❑ Terdapat lampu emergency C. Pressurized Fan (pengendali asap) Fungsi: ❑ Memiliki fungsi meniup angin yang memiliki aliran yang kuat untuk menghalau api merambat/masuk kedalam tangga darurat. ❑ Berada didalam tangga darurat, minimal terdapat 1 unit pressurized fan ❑ Terdiri dari kipas dalam untuk meniup udara bertekanan, pipa exhaust untuk mengalirkan udara bertekanan, dan kipas luar (ducting) untuk menghisap udara dari luar. ❑ Kapasitas dan kekuatan tekanan Pressurized Fan mengikuti luas tangga darurat FIRE FIGHTING D. TITIK KUMPUL (ASSEMBLY POINT) Persyaratan Fire Door: ❑ Diletakkan di area terbuka atau di luar bangunan utama ❑ Diletakkan pada area yang aman dari resiko kebakaran atau kejatuhan material ❑ Diberi papan petunjuk “MP” atau ”TITIK KUMPUL-ASSEMBLY POINT” atau gambar 2 orang ❑ Terdapat minimal 1 area khusus titik kumpul ❑ Dapat menampung banyak orang Pressure fan FIRE FIGHTING Tiga Tahapan Utama dalam Risk Assessment 1. Flammability Principles 2. Occupancies 3. Special Hazards , Flammability Principles Occupancies Special Hazards Construction Protection Management FIRE FIGHTING 1. Flammability Principles Hal pertama yang perlu diketahui oleh seorang Risk Manager ataupun Underwriter dalam menilai suatu risiko kebakaran (fire risk) adalah dengan mengetahui terlebih dahulu bagaimana terjadinya api. Berdasarkan teori dasar api, api akan timbul bila ada 3 unsur pokok, yaitu : Heat, Fuel dan Oxygen. Teori dasar api ini juga dikenal dengan istilah lain, yaitu Fire Triangle. Bila salah satu unsur dari ketiga unsur tersebut tidak tersedia atau dihilangkan, maka tidak akan mungkin timbul api. 2. Occupancies Occupancies atau okupasi adalah jenis-jenis penggunaan suatu tempat atau bangunan, seperti untuk rumah tinggal, pabrik kertas, pabrik kimia dan lain-lain. Terdapat 3 jenis okupasi: · Business Occupancies : Hotel, Kantor, dll · Industrial Occupancies : Pabrik Kertas, Pabrik Kimia, dll · Storage Occupancies : Gudang, dll FIRE FIGHTING 3. Special Hazards Karena setiap okupasi mempunyai kegiatan yang berbeda dan barang-barang yang digunakan juga berbeda, maka masing-masing okupasi mempunyai tingkat risiko yang berbeda pula. Perbedaan tingkat risiko ini disebut dengan Special Hazards. Special Hazards ini sangat dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu : Construction, Protection dan Management. 1. Construction Pembahasan masalah konstruksi (construction) ini lebih dititik beratkan kepada 3 (tiga) hal, yaitu : Building Material Building material ini sangat terkait dengan daya tahan terhadap api serta cepat lambatnya kemungkinan terjadinya penyebaran api (fire spreading). Apabila building material tersebut menggunakan beton bertulang (reinforced concrete), maka bangunan tersebut akan dapat menahan api setidaknya untuk 3 jam; sedangkan kalau building material terbuat dari kayu, maka bangunan tersebut akan mudah terbakar (mungkin hanya sekitar 10 menit saja). Fire Cut Off Bila salah satu ruangan dalam satu bangunan terbakar, maka diharapkan tidak akan menyebar ke ruangan lainnya. Untuk tidak menyebar diperlukan adanya ‘pemutus’ penyebaran api. Pemutus inilah yang disebut dengan Fire Cut Off, dan biasanya berbentruk tembok beton (concrete wall) atau juga pintu baja (Fire Door). FIRE FIGHTING Lay Out Separation Selain Fire Cut Off, ada faktor lain yang dapat menghambat penyebaran api pada objek pertanggungan, yaitu jarak antar bangunan (building separation). Semakin jauh jaraknya akan semakin kecil kemungkinan terjadi penyebaran api antar bangunan. 2. Protection Pembahasan masalah proteksi (protection) lebih difokuskan kepada masalah mengenai pencegahan api (fire prevention) pada objek pertanggungan yang resiko kebakarannya sedang dianalisa. Ada 3 (tiga) hal penting yang harus diperhatikan pada masalah proteksi ini, yaitu: Availability Adalah mengenai ketersediaan alat-alat pemadam api seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR – Portable Fire Extinguisher), Hydrant System, Sprinkler System, Fire Detection, dan lain-lain. Workability Ketersediaan alat-alat pemadam api (availability) saja dirasakan masih belum cukup untuk mengamankan suatu objek pertanggungan. Secara berkala alat-alat pemadam api tersebut diperiksa dan di-test (checking and test) sehingga akan dapat berfungsi dengan baik bilamana setiap saat dibutuhkan. Contoh: Pompa hydrant harus selalu pada posisi Auto sehingga bilamana dibutuhkan akan dapat langsung dioperasikan/digunakan. FIRE FIGHTING Reliability Disamping ketersediaan alat-alat pemadam (availability) dan berfungsinya alat-alat pemadam tersebut (workability), ada hal lain yang juga harus diperhatikan pada masalah proteksi ini, yaitu jenis alat pemadam yang tersedia dikaitkan dengan bahan atau material yang (mungkin) terbakar. Pastikan alat pemadam yang tersedia benar-benar dapat digunakan untuk pemadaman api pada bahan/material tersebut diatas. Ukuran keberhasilan reliability adalah ke-efektif-an alat pemadam api yang tersedia untuk memadamkan api/kebakaran yang mungkin terjadi. Contoh: Untuk memadamkan api/kebakaran yang terjadi di gudang kertas sebaiknya menggunakan air pada jumlah tertentu saja sehingga tidak akan merusak kertas lainnya yang tidak terbakar. Alat pemadam yang cocok untuk hal tersebut adalah sprinkler karena sistem kerja sprinkler memungkinkan untuk menyemprotkan air pada area tertentu (terbakar) saja. 3. Management Hal terakhir yang dapat mempengaruhi Special Hazards adalah Manajemen. Pembahasan manajemen disini diarahkan kepada hal-hal yang menyangkut kebijakan manajemen (management policy) dan/atau tingkah laku orang-orang yang mengelola dan/atau berkecimpung pada suatu okupasi tertentu. Terdapat beberapa kebijakan manajemen dan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dapat meningkatkan risiko kebakaran pada objek pertanggungan tertentu dan ada pula yang dapat mengurangi risiko kebakaran (fire risk) tersebut, diantaranya adalah : FIRE FIGHTING Housekeeping Kebijakan manajemen yang menyangkut kebersihan (housekeeping) akan sangat berpengaruh terhadap risiko kebakaran. Semakin bersih suatu objek pertanggungan maka risiko terjadinya kebakaran akan menjadi semakin kecil. Storage Practice Pengaturan penempatan barang (stock) akan sangat berpengaruh terhadap penyebaran api di saat kebakaran. Pembagian blok dalam suatu gudang, dimana antara blok yang satu dengan blok lainnya dipisahkan oleh jarak yang cukup, akan sangat mengurangi kemungkinan terjadinya, atau setidak memperlambat penyebaran api (fire spreading). Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran, penumpukan barang juga hendaknya tidak terlalu tinggi. Berilah jarak yang cukup antara bagian atas tumpukan dengan atap bangunan (sebaiknya sekitar 2 meter). Smoking Control Walaupun manajemen telah memberlakukan larangan merokok, tetapi seringkali larangan tersebut dilanggar. Kebiasaan merokok pada sebagian besar masyarakat, terutama laki-laki, sepertinya sudah mendarah-daging. Bila tidak dikontrol dengan baik, maka puntung rokok yang dihasilkan dari kebiasaan merokok bisa menjadi penyebab terjadinya suatu kebakaran, dan kemungkinan akan menimbulkan kerugian yang besar bagi perusahaan. FIRE FIGHTING Fire Cut Off atau Compartmentation adalah suatu metode yang digunakan untuk mengurangi penyebaran api serta memberikan waktu untuk usaha evakuasi. Compartmentation dalam bangunan diantaranya : Fire Wall adalah dinding yang dibuat dengan tujuan untuk mencegah api menyebar ke ruangan lain yang belum terbakar. Standar daya tahan Firewall terhadap api tidak rusak terbakar secara terus menerus selama 4 jam. Fire Barrier adalah dinding yang dibuat dengan tujuan untuk mencegah api menyebar ke ruangan lain yang belum terbakar. Standar daya tahan Firewall terhadap api tidak rusak terbakar secara terus menerus selama 30 menit. Fire Doors adalah pintu yang dibuat dengan tujuan untuk menahan/mencegah api menyebar ke ruangan lain yang belum terbakar, contoh : pintu darurat. Fire Stopping adalah suatu bahan atau material yang dipasangkan pada lubang atau sambungan kabel atau atau pipa yang berhubungan dengan ruang yang lain FIRE FIGHTING The following Probable Maximum Loss (PML) estimation is based on the calculation of the maximum loss that could possibly happen in an event of fire with all fire fighting equipment and external assistance were not considered, and therefore only stopped by impassable obstacles or by lack of combustible material. Aspek-Aspek yang mempengaruhi PML Konstruksi bangunan Stock atau barang-barang yang berada di dalam objek pertanggungan Surrounding risk dari objek pertanggungan Risiko yang mungkin timbul (biasanya berhubungan dengan proses produksi). Jarak antar bangunan Risk Management, (tim pemadam kebakaran internal perusahaan, prosedur antisipasi kebakaran, prosedur evakuasi) Kemampuan perusahaan untuk menjalankan usahanya normal kembali (menyangkut gangguan usaha) Cara membuat EML/PML Tentukan area/object yang mempunyai kemungkinan mengalami kerugian (EML/PML) terbesar berserta alasan memilih area/object tersebut (penentuan area/object berdasarkan point diatas). Buat skenario kronologis kejadian suatu kerugian yang mungkin timbul. Hitung perkiraan besarnya PML (dalam bentuk persentase). FIRE INSPECTION & SURVEYING TECHNIQUE Part 2 : Study Case Study Case 1 1. Surveyor mendapat permintaan survey property dari pihak marketing, dimana sebelum sudah diterima data dan informasi awal dari objek pertanggungan. Data dan informasi yang dimaksud, adalah: - Nama Tertanggung : PT Selalu Saya Senang - Okupasi : Gudang penyimpanan Thinner & Cat - Alamat Resiko : Pergudangan Indah Dadap, Jl Raya Perancis,Dadap, Tangerang - Coverage : PAR - Klaim 5 tahun terakhir : Tahun 2020, bangunan terkena dampak banjir dengan total kerugian sekitar Rp 200 Juta - Kelas Konstruksi : Kelas 1 (Dinding beton bertulang, rangka baja, dan atap dak) - Jumlah Lantai :1 - Luas Bangunan : 2500 m2 - Usia Bangunan : 8 tahun - Terdapat Kantor dan area penyimpanan stock didalam bangunan Pertanyaan : 1. Jelaskan langkah-langkah survey Fire 2. Bila melihat Histori Klaim, bahwa tertanggung mengalami banjir maka apa yang harus dilakukan oleh surveyor? 1. Langkah - langkah yang dilakukan didalam survey yakni a. Pengumpulan Data dan Informasi Perlu dilakukan pengumpulan data dan informasi yang akurat yang berasal dari pihak Tertanggung. pengumpulan dan dan informasi dapat dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan ke pihak tertanggung. Pertanyaan yang dibutuhkan, meliputi: 1. Data bangunan seperti, Luas Bangunan, Jumlah Lantai Bangunan, Usia Bangunan, Bahan Konstruksi bangunan (meliputi dinding, rangka, dan atap) 2. Penggunaan Bangunan 3. Denah bangunan 4. Instalasi listrik (meliputi Kapasitas listrik PLN, kapasitas listrik Genset, Jadwal Perawatan dan Pengecekan Instalasi Listrik, dan Penggunaan Listrik) 5. Proses Produksi (khusus Pabrik), diharapkan dilampirkan dalam bentuk “Flowchart” alur produksi. 6. Mesin Produksi (meliputi : Jenis Mesin, Tipe Mesin, Tahun Pembuatan, dan Jadwal Perawatan Mesin Produksi) 7. Mesin Utility, termasuk Genset, Boiler, Kompressor, dan termasuk mesin pendukung produksi (Meliputi : Kapasitas, Tipe Mesin, Tahun Pembuatan, Jadwal Perawatan, dan Pengujian mesin) b. Pengumpulan Gambar Pengumpulan gambar sangat perlu dilakukan karena dapat memberikan gambaran kondisi objek pertanggungan tanpa harus di survey langsung. Agar dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pihak Underwriting (tim Analis) maka perlu diperhatikan cara pengambilan gambar yang benar dan tepat. Ada 6 hal utama yang perlu diperhatikan dalam kegiatan survey, seperti : 1. Electrical Cables / Installation (Instalasi listrik) 2. Housekeeping (Kebersihan) 3. Machines (Kondisi Mesin-mesin) 4. Sources of Ignition (sumber api) 5. Fire Fighting Equipments (Alat pelindung dan pencegah kebakaran) 6. Number of stock and housekeeping of stock (jumlah dan penempatan stock) Agar tercapai ke 6 hal diatas maka pengambilan gambar perlu memperhatikan beberapa hal dibawah ini: A. Di Dalam Bangunan 1. Kondisi di dalam bangunan (terlihat seluruhnya) 2. Penempatan stock (bahan baku, barang jadi, dan letak mesin produksi) 3. Alur Produksi (dari bahan baku hingga menjadi barang jadi) 4. Jaringan Listrik (meliputi : Panel Listrik MCCB/MCB, Cubical, Transformator Internal, Capasitor Bank,Kondisi di sekitar panel listrik, Jaringan Kabel listrik, dan jarak tumpukan stok dengan lampu penerangan) Sambungan : 5. Alat Pelindung dan Pencegah Kebakaran (meliputi : Tabung APAR, sistem Hydrant, Fire Detektor, dan lain-lain), khusus untuk Tabung APAR yang diperhatikan Label Pengisian Ulang, Bar penunjuk tekanan, Kondisi body tabung, dan posisi penempatan tabung APAR. 6.Kondisi di dalam R. Utilities (R. Genset, R.Trafo, R. Cubical/Capasitor Bank, R. Server IT, R. Pompa, R. Workshop, dan lain-lain) 7. Tampak Kamera CCTV 8. Penempatan dan Proses pengolahan Limbah Produksi (bila ada) 9. Tanda Larangan Merokok 10. Kondisi di dalam bangunan sebelum dan setelah klaim (jika survey klaim) B. Di Luar Bangunan 1. Tampak depan bangunan utama 2. Tiang Penangkal Petir 3. Water Tank (meliputi water tank air bersih di rooftop dan Basement, water tank air untuk Firefighting) 4. Pompa air (meliputi Pompa distribusi, pompa booster, dan pompa air limbah) 5. Tiang Penangkal Petir 6. Area Merokok dan Kantin (jika ada) 7. Pos Security 8. Tampak lingkungan di luar bangunan utama 2. Pada tahun 2020 tertanggung mengalami klaim banjir atau objek pertanggungan terkena banjir. Melihat informasi ini maka surveyor melakukan beberapa hal, seperti : a. Mengumpulkan informasi kronologis saat terjadinya banjir secara visual atau dari BAP milik tertanggung b. Melakukan tanya jawab kepada PIC lapangan atau saksi mata, seperti : * Dampak apa saja yang diterima tertanggung setelah terjadi banjir? * Pasca banjir apa saja yang sudah dilakukan tertanggung agar lokasi resiko tidak terkena banjir atau mengurangi dampak dari banjir (Risk Improvement) c. Melakukan investigasi banjir di sekeliling lokasi. Untuk investigasi banjir ini dilakukan setelah melakukan kegiatan survey dan dilakukan tanpa sepengetahuan pihak tertanggung. Tujuan dari Investigasi banjir adalah untuk melihat resiko banjir di sekitar lokasi apakah tinggi, moderet, atau low. Selain itu untuk mendapatkan informasi akurat kronologis terjadinya banjir didalam lokasi. Untuk mendapatkan informasi dan informasi yang akurat tim surveyor melakukan 3 tahap proses pengumpulan informasi, seperti : Pengumpulan data dan informasi dari masyarakat sekitar Pengambilan gambar Penggunaan data pembanding dari pihak ketiga 1. Pengumpulan data dan informasi dari masyarakat sekitar Proses pengumpulan data dan informasi ini dapat dilakukan dengan cara mewawancarai masyarakat tanpa paksaan dan tidak boleh menimbulkan kecurigaan kepada masyarakat sekitar. Diharapkan jumlah masyarakat yang diwawancarai minimal 3 orang dengan latar belakang/pekerjaan yang berbeda. Didalam melakukan wawancara perlu diperhatikan beberapa hal dibawah ini: a. Disarankan pihak masyarakat/sumber informasi tidak mengetahui asal kita. Tujuannya menghindari orang tersebut memberi informasi salah karena ada hubungan dengan pihak tertanggung. b. Memberi kesan nyaman kepada masyarakat sebelum dan saat melakukan tanya jawab c. Tidak memaksa masyarakat/sumber informasi untuk menjawab d. Pertanyaan yang diberikan tidak bertele-tele dan memiliki tujuan utama yakni mengetahui informasi banjir Pertanyaan yang perlu ditanyakan ke pihak masyarakat sebagai sumber informasi, yakni : 1. Apakah sepanjang jalan raya pernah mengalami banjir? 2. Jika banjir, terakhir banjir di tahun berapa? 3. Apakah rutin disepanjang jalan raya terkena banjir? 4. Apa yang menyebabkan sepanjang jalan mengalami banjir? apakah karena air dari luapan saluran air atau air kiriman dari wilayah lain 5. Berapa rata-rata ketinggian banjir di sepanjang jalan raya? 6. Berapa lama waktu yang dibutuhkan air disepanjang lokasi surut? 7. Apakah air yang ada di jalan raya juga masuk kedalam bangunan di sepanjang jalan raya? 8. Apakah saluran air rutin dilakukan pengerukan? 1. Pengambilan Gambar Proses pengambilan gambar yang dilakukan diharapkan juga tanpa sepengetahuan pihak tertanggung tetapi tidak boleh menimbulkan kecurigaan kepada masyarakat sekitar. Objek - objek yang perlu diambil gambar oleh tim surveyor, seperti : a. Posisi bangunan dengan jalan raya (meliputi : posisi tanah di dalam lokasi pertanggungan dengan jalan raya, dan posisi tanah di dalam lokasi pertanggungan dengan bangunan utama. b. Tampak jalan raya didepan lokasi pertanggungan c. Kondisi saluran air disekitar lokasi pertanggungan (meliputi tampak aliran air mengalir atau tidak, bersih atau penuh dengan sampah, dan dimensi saluran air) d. Tampak bekas air sisa banjir (watermark) di dinding bangunan yang ada disekitar lokasi pertanggungan KESIMPULAN Setelah mendapatkan informasi dan data selanjutnya surveyor menyusun laporan survey dan membuat saran atau rekomendasi kepada pihak tertanggung. Tujuan pemberian saran atau rekomendasi ini adalah untuk membantu pihak tertanggung mengurangin resiko yang mungkin terjadi. Dengan demikian maka diharapkan tertanggung melakukan seluruh rekomendasi yang diberikan oleh surveyor. didalam rekomendasi ini terdapat 3 kategori batasan waktu pelaksanaan rekomendasi, seperti : A : Hal yang sangat penting dan memerlukan tindakan yang cepat (paling lama 3 bulan) B : Hal yang harus segera dilaksanakan (paling lama 6 bulan) C : Hal yang dapat dipertimbangkan di masa yang akan datang (paling lama 12 bulan) Untuk lokasi ini surveyor memberikan beberapa rekomendasi, berikut beberapa contoh rekomendasi yang umum diberikan ke pihak tertanggung, seperti : - Kategori :B Keterangan : Diperoleh informasi bahwa jumlah tabung APAR di dalam lokasi belum mencukupi Rekomendasi : Disarankan kepada tertanggung untuk segera menambah jumlah tabung APAR sesuai dengan luas bangunan, dimana untuk luas bangunan 250 m2 terdapat minimal 1 unit tabung APAR ukuran 7,5 Kg. Dan untuk luas bangunan tertanggung sekitar 2,500 m2 maka di dalam bangunan minimal terdapat 10 unit tabung APAR ul 7,5 Kg (2,500 / 250). - Kategori :A Keterangan : Diperoleh informasi bahwa tertanggung tidak memasang atau membuat tanda aturan larangan merokok Rekomendasi : Disarankan kepada tertanggung untuk memasang tanda larangan merokok yang permanen dan mudah dibaca oleh semua orang. Selain itu membuat aturan larangan merokok secara tegas di dalam bangunan. - Kategori :B Keterangan : Saat tinjau di dalam bangunan, terlihat tumpukan stok masih kurang rapi, ditumpuk terlalu tinggi, dan bersinggungan dengan panel atau boks listrik Rekomendasi : Diminta kepada tertanggung untuk segera merapikan seluruh tumpukan stock, ditumpuk di atas rak atau diatas pallet, dan diberi jarak 1-1,2 meter dari antara tumpukan dengan plafon atau dinding bangunan atau panel listrik - Kategori :B Keterangan : Dari informasi tertanggung mengalami resiko banjir Rekomendasi : Untuk mengurangi resiko banjir disarankan kepada tertanggung beberapa rekomendasi seperti : - menyediakan pompa air yang bertugas membuang air dari dalam lokasi. - Meninggikan lantai bangunan, untuk ketinggian diatas ketinggian banjir - Memasang benteng atau tanggul berbahan beton yang bertugas menahan air masuk kedalam lokasi atau kedalam bangunan - Membuat tim tanggap darurat banjir yang bertugas membuat mitigasi banjir, SOP penyelamatan aset perusahaan, dan perawatan pompa air banjir Study Case 2 Nama Tertanggung: Bapak A Risiko Pertanggungan: Jalan X No. 00 Polis: PAR Okupasi: Gudang (terdapat proses pengemasan makanan) Stok: - Plastik Makanan (dalam gudang) - Mobil (parkiran gudang) - Laptop (kantor di dalam gudang) Nilai Pertanggungan: Tertanggung meminta rekomendasi dari Asuransi Loss Record: Banjir pada tahun lalu Risiko berdampingan: Pabrik di sebelah kiri maupun kanan bangunan dan pasar di belakang Informasi tambahan: Tertanggung memiliki mezzanine yang berlantai kayu. Lampiran 1 Elevasi Mezanine Lampiran 2 Pasar Lokasi Pertanggungan Tanggapan Okupasi masih dapat dikategorikan sebagai gudang meskipun terdapat proses pengemasan makanan Untuk mobil dapat dijadikan sebagai stok apabila berada di risiko pertanggungan yaitu di Jalan X No. 00 (tidak berada di lokasi lain) sedangkan untuk laptop merupakan movable risk sehingga bila hanya menggunakan wording standar tidak dapat dijamin pada polis PAR Loss record terkait banjir sebaiknya dilihat riwayat pada tahun-tahun sebelumnya apakah berulang atau hanya sekali saja, selanjutnya perlu diketahui juga data-data sebagai berikut: Ketinggian air di jalan; Ketinggian air di dalam risiko pertanggungan; Elevasi bangunan terhadap jalan; Estimasi surut; Risk improvement baik yang sudah maupun yang belum dilakukan oleh Tertanggung; Risiko berdampingan dengan pabrik dan pasar sehingga sebaiknya mengacu pada ketentuan 2X tinggi bangunan risiko yang lebih tinggi (risiko pasar) Kelas konstruksi juga masih dapat digolongkan sebagai kelas 1 meskipun lantai mezzanine terbuat dari kayu (bangunan dalam) Thank You