Document Details

StaunchSuccess

Uploaded by StaunchSuccess

SMA Negeri 1 Cibinong

Tags

anatomi kayu identifikasi kayu teknologi kayu kayu

Summary

Dokumen ini berisi informasi tentang sifat makroskopis kayu, termasuk struktur, warna, corak, bau, kekerasan, dan berat. Ada penjelasan lengkap mengenai pori-pori, parenkim, jari-jari, dan saluran interseluler kayu. Informasi tersebut cocok untuk studi lebih lanjut mengenai anatomi kayu.

Full Transcript

SNI 8491:2018 IDENTIFIKASI JENIS KAYU SECARA Pori Tata Lingkar: pori yang berukuran ▪ Parenkim kelompok baur MAKROSKOPIS besar dan pori berukuran kecil berp...

SNI 8491:2018 IDENTIFIKASI JENIS KAYU SECARA Pori Tata Lingkar: pori yang berukuran ▪ Parenkim kelompok baur MAKROSKOPIS besar dan pori berukuran kecil berpisah ▪ Parenkim bentuk pita (terminal dan inisial) secara sendiri-sendiri ▪ Parenkim Jala SIFAT MAKROSKOPIS KAYU 1. Struktur kayu: bidang lintang, radial dan tangensial yang dapat Contoh: Jati, Suren, Bungur, Sungkai ▪ Parenkim tangga diamati Iangsung dengan panca indera atau lup (kaca pembesar) Jari-jari: parenkim arah Radial (horisontal⎯berpangkal di hati, 10-12 kali bermuara di kambium) dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan 2. Sifat kasar (fisik) kayu: warna, corak/gambar, kesan raba, bau, Pori Tata Baur: pori yang berukuran hasil fotosintesa dan sebagai tempat mengolah lebih lanjut untuk kekerasan dan berat besar dan pori berukuran kecil berbaur keperluan pertumbuhan jaringan yang ada disekitarnya Bila kayu dalam keadaan segar bisa dibedakan dari baunya: secara acak ▪ Bau zat penyamak : Jati Contoh: Meranti, Nyatoh, Keruing, Saluran Interseluler: saluran diantara sel-sel kayu lainnya (pori, ▪ Bau Kamfer : Kapur Durian, Medang, Bayur, Cempaka, parenkim dan jari-jari) yang berfungsi sebagai saluran khusus⎯ ▪ Bau asam : Ulin Matoa, Mersawa, Merbau, Balau, Bakau, saluran damar pada Dipterocarpaceae dan saluran minyak pada Sindur (Sindora spp.): ▪ Bau Terpentin : Tusam Kempas, Kapur, Pulai, Jabon, Jeunjing ▪ Saluran interselular aksial (SIA, searah dengan sumbu batang) ▪ Bau Petai : Sengon − Deret tangensial pendek: Keruing (Dipterocarpus sp.) ▪ Bau Bawang Putih : Kulim Ukuran pori: − Deret tangensial panjang: Balau merah (Shorea sp.), Meranti ▪ Pori ukuran kecil : Ø 0,001 sampai 0,1 mm merah, meranti kuning, meranti putih (Shorea sp.), Kapur BIDANG ORIENTASI PENGAMATAN ▪ Pori ukuran sedang : Ø 0,1 sampai 0,2 mm (Dryobalanops sp.) ▪ Bidang Lintang: Bidang yang diperoleh dari memotong kayu tegak ▪ Pori ukuran besar : Ø > 0,2 mm ▪ Saluran interselular radial (SIR, searah dengan jari-jari): Meranti lurus sumbu batang merah/meranti batu (Shorea leprosula), meranti kuning (Shorea Isi Pori: acuminatissima/S.gibbosa) ▪ Bidang Radial: Bidang yang dibuat searah sumbu batang dan ▪ Tanpa isi, contoh: Kempas, Ramin ▪ Baur: Keruing (Dipterocarpus sp.), Mersawa (Anisoptera sp.) sejajar dengan jari-jari ▪ Bidang Tangensial: Bidang yang dibuat searah sumbu batang dan ▪ Tilosis yaitu isi pori berbentuk selaput tipis dan memantulkan memotong arah jari-jari cahaya bila kena sinar, contoh: Dahu, Bayur, Ebony PEMBAGIAN POHON ▪ Deposit yaitu isi pori berbentuk zat padat dengan warna tertentu, ▪ Pohon Kayu Gubal (Sapwood Trees): pohon yang seluruhnya contoh: Merbau, Ulin, Jati, Balau) terdiri atas kayu gubal. Contoh : Pulai ▪ Pohon Kayu Masak (Ripewood Trees): pohon dengan ekstraktif tak berwarna sehingga seolah-olah tidak ada kayu terasnya. Contoh: sengon ▪ Pohon Dengan Kayu Teras Semu: Terbentuk secara fakultatif, sehingga terdapat kayu teras semu yang letaknya kadang-kadang tidak teratur. Contoh: Kayu Timo PENGAMATAN CIRI ANATOMI MAKROSKOPIS Alat: ▪ Pisau (cutter) atau alat lainnya yang tajam; ▪ Kaca pembesar (lup) dengan perbesaran minimum 10 kali; ▪ Alat tulis; Parenkim: sel kayu berbentuk batu bata dengan arah vertikal sebagai ▪ Kartu identifikasi tempat menyimpan hasil fotosintesa dan saluran bahan makanan dan kebutuhan lainnya. Cara uji: Buat bidang pengamatan dengan cara menyayat contoh uji Parenkim paratrakeal: parenkim yang selalu berhubungan dengan pori, dibedakan: menggunakan pisau (cutter) atau alat lainnya yang tajam. Penyayatan ▪ Parenkim Sepihak dapat dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bidang yang ▪ Parenkim Selubung diinginkan. Setiap kali menyayat harus dilakukan dengan satu kali ▪ Aliform: tebal runcing, tebal tumpul, tebal tipis bersayap, gerakan. CIRI STRUKTUR ANATOMI KAYU bersambung Pori: sel kayu berbentuk tabung (saluran pembuluh) dengan arah Parenkim apotrakeal: parenkim yang tidak berhubungan dengan pori: vertikal (dari akar ke daun) dan berfungsi sebagai saluran bahan ▪ Parenkim garis tangensial pendek/panjang makan dan kebutuhan lainnya. ▪ Parenkim baur dan kelompok baur TEKNIK IDENTIFIKASI KAYU Mengamati sifat-sifat yang dimiliki kayu baik sifat umum/kasar atau sifat-sifat struktur anatomi makroskopisnya. Jika ciri umum belum mampu memberikan informasi jenis kayu, selanjutnya dilakukan pengamatan ciri anatomi makroskopis. Apabila ciri anatomi makroskopis juga tidak mampu, selanjutnya dilakukan dengan pengamatan ciri anatomi mikroskopis (menggunakan mikroskop). Persyaratan contoh uji: ▪ Diutamakan kayu teras; ▪ Bidang lintang contoh uji yang ciri-ciri anatominya masih terlihat. KELOMPOK KAYU BERDASARKAN BERAT JENIS ▪ Ringan, bila berat jenis kayu kurang dari 0.60 ▪ Sedang (agak berat), bila berat jenis antara 0.60⎯0.75 PENGGOLONGAN KAYU BERDASARKAN KADAR AIR ▪ Berat, bila berat jenis antara 0.75 – 0.90 ▪ Kayu jenuh jika pori-porinya sudah dipenuhi air ▪ Sangat berat, bila berat jenis lebih besar dari 0.90 ▪ Kayu basah jika kadar airnya melebihi 20−25% ▪ Terapung, bila berat jenis lebih kecil dari 1 ▪ Kayu kering udara jika kadar air dalam kayu setelah beberapa lama ▪ Melayang, bila berat jenis sama dengan 1 dibiarkan mengering di udara tidak banyak mengalami perubahan ▪ Tenggelam, bila berat jenis lebih besar dari 1 lagi (berkisar 15−18%) ▪ Kayu kering kamar dengan kadar air antara 8 - 10% ▪ Kayu kering tanur dengan kadar air 0−1% SIFAT UMUM KAYU Tanda Kerinyut: pada jenis-kayu tertentu seperti Kempas, Keranji, UKURAN JARI-JARI 1. Berasal dari pohon yang senantiasa vertikal. Merbau memiliki struktur kayu yang teratur terutama jari-jari dan sel-sel serabutnya sehingga pada permukaan bidang tangensialnya 2. Komposisi kimia kayu terdiri dari tiga komponen penting, yaitu menampilkan gambaran seperti keriput. selulosa, hemiselulosa dan lignin. 3. Bersifat anisotropis, artinya ada perbedaan sifat-sifat pada ketiga bidang orientasinya. 4. Bersifat higroskopis, artinya mempunyai kecenderungan menghisap atau mengeluarkan air. KLASIFIKASI KAYU ▪ Softwood (kayu lunak, kayu daun jarum) dari ordo coniferales subdivisio gymnospermae ▪ Hardwood (kayu keras, kayu daun lebar) dari kelas dicotil subdivisio angiospermamae MACAM-MACAM SERAT SEL PENYUSUN KAYU 1. Sel-sel penyalur (konduksi), seperti sel pori dan sel trakeid. FREKUENSI PORI 2. Sel-sel penguat (mekanik), seperti sel serabut dan sel trakeid. ▪ sangat jarang (jumlah per mm2 40) Mencolok SUSUNAN JARI-JARI PENAMPANG LINTANG POHON ▪ tersusun bertingkat (Dialium sp.) ▪ tanda kerinyut atau kesan lipatan pada permukaan tangensial (Dialium platysepalum dan Pentacea triptera).  Serat bergelombang:  Serat terpilin: terjadi POLA PENGGABUNGAN PORI serat yang menunjukkan pada batang pohon pola bergelombang yang terpuntir  Serat berpadu Kulit tersisip: akibat dari aktifitas kambium yang menyimpang dari pola umum, dimana kambium membentuk kulit ke arah dalam lalu kembali membuat jaringan kayu seperti biasanya. KUNCI DIKOTOMI KAYU Secara Makroskopis Tusam (Pinus sp.) I-A I-B Agatis (Agathis sp.) TANPA PORI DENGAN PORI Melur (Dacrydium sp.) Jati (Tectona sp.) Sungkai (Peronema sp.) II-A II-B Laban/Gofasa (Vitex sp.) TATA LINGKAR TATA BAUR Suren (Toona sp.) Sonokembang (Pterocarpus sp.) Mersawa (Anisoptera sp.) Sonokeling (Dalbergia sp.) Meranti Merah (Shorea sp.) Bungur (Lagerstroemia sp.) III-A III-B Meranti Putih (Shorea sp.) DENGAN SIA TANPA SIA Balau (Shorea sp.) Bangkirai (Dipterocarpus sp.) Merawan (Dipterocarpus sp.) IV-A IV-B Waru (Hibiscus sp.) PARENKIM SELUBUNG PARENKIM TANPA SELUBUNG V-A V-B Balangerang (Hopea sp.) PARENKIM PARA TRAKEAL PARENKIM TANPA SEPIHAK PARA TRAKEAL SEPIHAK Johar (Cassia sp.) Tualang (Koompassia sp.) Ulin (Eusideroxylon sp.) VI-A VI-B PARENKIM ALIFORM TANPA PARENKIM ALIFORM Merbau (Intsia sp.) Ramin (Gonystylus sp.) Kempas (Koompassia sp.) Terentang (Campnosperma sp.) Lasi (Adina sp.) Jeunjing (Paraserianthes sp.) VII-A VII-B PARENKIM TERSEBAR TANPA PARENKIM TERSEBAR Jabon (Anthocephalus sp.) Benuang (Octomeles sp.) Dahu (Dracontomelon sp.) Ketapang (Terminalia sp.) Durian (Durio sp.) Kelumpang (Sterculia sp.) VIII-A VIII-B Saninten (Castanopsis sp.) PARENKIM GARIS TANGENSIAL PARENKIM GARIS TANGENSIAL Kulim (Scorodocarpus sp.) PENDEK PANJANG Jelutung (Dyera sp.) IX-A IX-B PARENKIM GARIS TANGENSIAL PARENKIM GARIS TANGENSIAL PANJANG JARAK TERATUR PANJANG JARAK TAK TERATUR Pasang (Casuarina sp.) Bintangur (Callophyllum sp.) Perupuk (Lophopetalum sp.) Mahoni (Swietenia sp.) Nyatoh (Ganua sp.) Matoa (Pometia sp.) Bongin (Irvingia sp.) Bakau (Bruguera sp.) Eboni (Diospiros sp.) Renghas (Gluta sp.) Pulai (Alstonia sp.) Keranji (Dialium sp.) Cempaka (Elmerillia sp.)

Use Quizgecko on...
Browser
Browser