Panduan Belajar Keterampilan Medik KIE 2020 PDF

Document Details

DashingFrancium

Uploaded by DashingFrancium

Universitas Mataram

2020

dr. Agustine Mahardika M.Kes.,Sp.KJ

Tags

medical skills communication information education medicine

Summary

This document is a guide for Medical Skills training, specifically for communication, information, and education (KIE) for medical students. It covers theory and application of communication skills. The guide includes a scenario of a doctor interacting with a patient who has discovered their partner is HIV positive. This scenario highlights the importance of good communication, informed consent, and professional medical ethics.

Full Transcript

Panduan Belajar KETERAMPILAN MEDIK Komunikasi Informasi dan Edukasi Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 1 Tahun 2020 Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Jalan Pendidikan 37 Mataram Telp. (0370) 6408...

Panduan Belajar KETERAMPILAN MEDIK Komunikasi Informasi dan Edukasi Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 1 Tahun 2020 Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Jalan Pendidikan 37 Mataram Telp. (0370) 640874 Panduan Belajar KETERAMPILAN MEDIK KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 1 Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Mataram Cetakan Pertama, Agustus 2020 Hak Cipta © dilindungi oleh Undang – Undang All right reserved Editor : dr. Agustine Mahardika M.Kes.,Sp.KJ Supervisor produksi : dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian PENYUSUN dr. Elly Rosila Wijaya, Pujiarohman, M.Si, Psikolog Sp.KJ, MM Bagian Ilmu Psikologi Bagian Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Jiwa,Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Universitas Mataram,Nusa NusaTenggara Barat Tenggara Barat dr. Emmy Amalia, Sp.KJ Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa,Fakultas Kedokteran Universitas Mataram,Nusa Tenggara Barat dr. Agustine Mahardika, M.Kes, Sp.KJ Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram,Nusa Tenggara Barat EDITOR dr. Agustine Mahardika, M.Kes, Sp.KJ Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa,Fakultas Kedokteran Universitas Mataram,Nusa Tenggara Barat Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian DAFTAR ISI Latihan Halaman Judul i Halaman Hak Cipta ii Contoh Kasus Halaman Kontributor iii Checklist Daftar Isi iv Umpan Balik Daftar Istilah & Singkatan v Daftar Pustaka Index Pendahuluan Kata Pengantar 1 Skenario 2 Tujuan Pembelajaran 3 Piramida Pembelajaran 4 Rencana Pembelajaran Alokasi Waktu 6 Tata Tertib 7 Materi Dasar Teori Komunikasi Informasi dan Edukasi Konseling Penyampaian Berita Buruk Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN Konseling Hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM PENDAHULUAN KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya atas terselesaikannya buku panduan belajar keterampilan medik KIE. Maksud dan tujuan diterbitkannya buku ini tidak lain guna menciptakan para lulusan dokter yang berkompeten dalam berbagai bidang terutama kompetensi dalam keterampilan komunikasi. Dalam buku ini termuat teori dan aplikasi dari keterampilan komunikasi Informasi dan Edukasi. Seperti diketahui bersama, Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mensyahkan standar kompetensi dokterIndonesia. Dalam 7 area kompetensi yang harus dimiliki oleh para lulusan dokter di Indonesia salah satu kompetensi yang wajib dimiliki adalah kompetensi keterampilan klinis. Untuk itu Fakultas Kedokteran Universitas Mataram mempunyai kewajiban dalam mencetak dokter yang sesuai standar sehingga nantinya dapat menjadi dokter yang tidak hanya cerdas dalam teori semata namun juga trampil dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua penulis, konsultan, dan rekan-rekan dosen yang telah bersedia meluangkan waktunya guna menyelesaikan buku ini. Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan saran untuk perbaikan buku ini sangat kami harapkan. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk dan perlindungan kepada kita semua didalam melaksanakan tugas serta menerima amal ibadah kita, Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb Mataram, Agustus 2020 Ketua Lab. Keterampilan Medik dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian SKENARIO Anda seorang dokter yang sedang bertugas di praktek umum. Datanglah seorang wanita berusia 35 tahun datang ke praktek umum anda. Anda memberi salam memperkenalkan diri, dan menanyakan keluhan. Pasien anda adalah seorang ibu rumah tangga datang untuk memeriksakan keadaan fisiknya. Satu minggu yang lalu, ia menemukan surat pemeriksaan dokter milik suaminya yang menyatakan bahwa suaminya positif mengidap HIV/AIDS. Melihat surat tersebut, ibu rumah tangga ini merasa khawatir tentang keadaan dirinya dan mencemaskan masa depan rumahtangga dan anak-anaknya. Ia bingung akan apa yang akan dilakukan untuk kehidupannya mendatang jika ia benar-benar juga menderita penyakit yang sama dengan suaminya. Anda sebagai Dokter mulai menganamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik kepada pasien tersebut. Anda juga melakukan konseling, memberikan penjelasan berita buruk dan edukasi kepada pasien dengan baik dan terampil. ! INGATLAH ! ▪ Harus selalu mendapatkan informed concent sebelum melakukan tindakan ▪ Menjaga perilaku profesional dan etika kedokteran ▪ Ketrampilan Komunikasi yang akan dibahas adalah Konseling dan Penyampaian Berita Buruk. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian TUJUAN PEMBELAJARAN TARGET KOMPETENSI1 Area Kompetensi : Komunikasi Efektif termasuk dari 9 area kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang dokter umum. DEFINISI AREA KOMPETENSI1 Kemampuan membangun hubungan, menggali informasi, menerima dan bertukar informasi, bernegosiasi serta persuasi secara verbal dan non-verbal; menunjukkan empati kepada pasien, anggota keluarga, masyarakat dan sejawat, dalam tatanan keragaman budaya lokal dan regional TUJUAN 1 1. Menguasai cara penyampaian informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk, informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun, baik dan benar. 2. Menerapkan keterampilan sosial dalam berhubungan dan berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian PIRAMIDA PEMBELAJARAN Kuliah Membaca Mendengar dan Melihat Demontrasi Diskusi Kelompok Mengajar orang lain – Aplikasi langsung Latihan Mandiri Gambar 1.Learning Pyramid2 ! INGAT ! ▪ Sesering mungkin latihan mandiri hingga dapat menguasai keterampilan dengan kompetensi tingkat 3 dan 4 Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian RENCANA PEMBELAJARAN ALOKASI WAKTU Tabel 2.1. Tabel Rencana Alokasi Waktu No. Isi Yang Ket. Terlibat 1. Pertemuan I → Demo instruktur Dosen - Menit 0-30 : dosen instruktur instruktur 3 x 50 melakukan penyamaan persepsi di dan menit ruang tramed mahasiswa - Menit 31-100 : pelaksanaan demo instruktur (durasi tergantung banyaknya materi) - Menit 101-150 : latihan terstruktur 2. Pertemuan II dan III → Latihan Mahasiswa terstruktur I dan II didampingi 100 - Mahasiswa melakukan role play dan dosen menit setelahnya wajib diberikan umpan instruktur balik oleh dosen instruktur 3. Pertemuan IV → Latihan mandiri Dosen 100 - Menit 0-50: mahasiswa melakukan instruktur menit sendiri dan - Menit 51-90: feedback review oleh mahasiswa dosen instruktur - Menit 91-100 : pelaksanaan post- test Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian TATA TERTIB 1. Peserta wajib hadir tepat waktu dalam setiap kegiatan keterampilan medik bila terlambat ≥ 15 menit peserta dilarang masuk. 2. Peserta harus berpakaian rapi dan sopan, dilarang memakai jeans, kaos oblong, rok mini, legging/celana ketat dan sandal. 3. Peserta wajib memakai jas laboratorium dan tanda pengenal sewaktu mengikuti kegiatan keterampilan medik. 4. Peserta dilarang coret-coret di manekin, tembok, dan meja. 5. Peserta dilarang membuat gaduh sewaktu kegiatan keterampilan medik berlangsung. 6. Peserta dilarang makan dan minum dalam kegiatan keterampilan medik. 7. Peserta wajib merapikan kembali alat-alat dan bahan- bahan yang telah digunakan. 8. Apabila peserta meminjam alat diharapkan dilakukan pengecekan terlebih dahulu dan alat kembali dalam keadaan seperti semula. 9. Apabila terdapat kerusakan dalam peakaian alat dan bahan, peserta wajib menggantinya. 10. Peserta dilarang memperbanyak buku dan ceklist keterampilan medik tanpa sepengetahuan laboratorium keterampilan medik. 11. Apabila berhalangan hadir segera menghubungi pengelola tramed untuk menyelesaikan administrasi. 12. Syarat mengikuti ujian tertulis dan evaluasi praktek keterampilan medik: Absensi kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan lembar kehadiran mahasiswa. Lembar kehadiran mahasiswa harus ditandatangani oleh dosen/instrukturyang bersangkutan. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 13. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercantum dalam tata tertib ini akan diatur kemudian. 14. Bila peserta melanggar tata tertib ini akan dikenai sanksi. ▪ Tidak ada tanggungan peminjaman alat. ▪ Tidak terdapat pelanggaran tata tertib keterampilan medik. ▪ Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian/evaluasi oleh koordinator keterampilan medik. Mataram, Agustus 2020 Ketua Lab Keterampilan Medik dr. Isna Kusuma Nintyastuti, Sp.M, M.Sc Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian MATERI DASAR TEORI KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI KOMUNIKASI Komunikasi terjadi secara konstan dan setiap individu memiliki peran tersendiri dalam hal komunikasi. Interaksi komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari seorang individu. Secara umum, komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut memahami apa yang dmaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi.2 Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa.3 Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan- kenyataan yang perlu diketahui oleh orang lain. Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi yang dituntut dari Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanankan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan baik terhadap individu, kelompok, ataupun masyarakat.3 Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian KOMUNIKASI EFEKTIF Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Dalam rangka tercapainya suatu komunikasi yang efektif diperlukan pemahaman mengenai pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan/verbal, non verbal), menjadi pendengar yang baik, mengenali penghambat proses komunikasi,pemilihan alat bantu penyampaian komunikasi yang tepat (channel dapat berupa foto, gambar, logo, simbol, tulisan), dan kemampuan mengenal ekspresi perasaan dan emosi.2 Terdapat lima keterampilan penting untuk meningkatkan kemampuan kita menyampaikan pesan secara efektif.5 1. Active Listening Mendengar aktif adalah proses yang tidak mudah, sebab seseorang yang mendengarkan harus mengerahkan segala daya pikir dan konsentrasinya, agar dapat membuat interpretasi Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian terhadap pesan yang diterima. Jadi dalam mendengar aktif, ada perpaduan antara indera pendengaran dengan pikiran. 2. Reflecting and Summarizing Merefleksikan dan membuat kesimpulan terhadap apa yang disampaikan orang lain adalah penting dalam berkomunikasi, selain untuk pemahaman diri si penerima informasi, hal tersebut juga bermanfaat sebagai sarana menganalisa diri pemberi informasi apakah pesan yang ia sampaikan sudah sesuai yang ia maksud, sehingga persamaan persepsi dapat terjadi. 3. Questioning Tujuan bertanya dalam proses komunikasi adalah untuk memperoleh informasi yang belum didapat atau dipahami, mengerti perasaan lawan bicara, menunjukkan perhatian, dan mendorong lawan untuk berkomunikasi lebih lanjut. Pertanyaan dapat terbuka maupun tertutup sesuai kebutuhan. 4. Responding Tujuan memberi respon dalam komunikasi adalah menunjukkan bahwa kita memperhatikan orang yang berkomunikasi dengan kita, dan membuat orang tersebut berkomunikasi lebih lanjut. Bentuk respon dapat verbal maupun non verbal, hal yang direspon dapat berupa isi atau materi komunikasi, atau Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian perasaan. Menunjukkan sikap empati adalah bentuk responding yang penting dalam komunikasi pasien-dokter. 5. Giving and Receiving Feedback Umpan balik penting untuk memastikan bahwa telah terdapat kesamaan persepsi antara pemberi pesan dengan penerima pesan dalam berkomunikasi. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER DAN PASIEN Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran/kedokteran gigi.2 Dalam setting kedokteran, komunikasi merupakan hal penting dalam menunjang kepuasan dari pasien. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat menunjang pelayanan kesehatan yang lebih baik. Dengan meningkatkan keterampilan komunikasi seorang dokter dapat membangun hubungan yang efektif antara dokter dan pasien. Tujuan utama dari komunikasi antara dokter dan pasien adalah menciptakan hubungan interpersonal yang baik antara dokter dan pasien, memfasilitasi pertukaran informasi yang efektif dan mendorong pasien untuk bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri.6 Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien berpotensi untuk membantu pasien agar dapat meregulasi emosinya dengan baik, memfasiltasi informasi medis secara menyeluruh Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian serta mempermudah dokter untuk mengidentifikasi kebutuhan, ekspektasi dan persepsi pasien. Pasien melaporkan bahwa komunikasi yang baik dengan dokter dapat meningkatkan kepuasan pasien tersebut serta kepercayaan untuk mengikuti saran dan terapi dari dokter yang bersangkutan.7 Keterampilan berkomunikasi melibatkan keterampilan mendengarkan dengan aktif, empati, dan penggunaan pertanyaan terbuka. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah.2 Dari sekian banyak tujuan komunikasi maka yang relevan dengan profesi dokter adalah: 2 1. Memfasilitasi terciptanya pencapaian tujuan kedua pihak (dokter dan pasien). 2. Membantu pengembangan rencana perawatan pasien bersama pasien, untuk kepentingan pasien dan atas dasar kemampuan pasien, termasuk kemampuan finansial. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 3. Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien. 4. Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit/masalah yang dihadapinya. 5. Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal yang telah disetujui pasien. Berdasarkan hasil penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter- pasien di antaranya: 2 1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis. 2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik. 3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis. 4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien adalah sebagai berikut: 2 1. Sikap profesional dokter. Sikap yang menunjukkan kemampuan dokter dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai peran dan fungsinya, mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, mampu menghadapi berbagai tipe pasien, serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain. Di dalam proses komunikasi dokter- pasien, sikap profesional penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif. 2. Pengumpulan informasi, yang di dalamnya terdapat proses anamnesis yang akurat, dan sesi penyampaian informasi. 3. Penyampaian informasi yang akurat. 4. Proses langkah-langkah komunikasi, yang terdiri dari salam, ajak bicara, menjelaskan, dan mengingatkan pasien. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Teknik Wawancara dengan dalam komunikasi dokter-pasien3 1. Kesan pertama sangatlah penting. Seorang dokter haruslah berpakaian rapi, memasuki ruangan praktek dengan tidak terburu- buru, tersenyum, membuat kontak mata, berbicara dalam bahasa yang baik, tenang dengan intonasi suara yang tepat. Semua perhatian dipusatkan kepada pasien. 2. Mulailah dengan menyapa, bisa dimulai dengan selamat pagi/siang/malam. Kemudian memperkenalkan diri Anda sebagai dokter yang akan merawat pasien. Dan panggillah pasien dengan Bapak/ Ibu/ Nona. Kemudian pastikan kembali bahwa nama pasien sudah benar. 3. Daripada memulai pertanyaan dengan menanyakan “Apa kabar” yang lebih berpotensi mengingatkan pasien dengan trauma yang mungkin dialami, lebih baik pergunakan “Selamat datang” sambil mempertahankan kontak mata dan mulai berjabat tangan (disesuaikan dengan budaya masing-masing tempat). 4. Posisikan tempat duduk Anda sekitar 0,6-1,2 m dari pasien. Posisi dokter dan pasien harus sejajar misalnya sama-sama duduk. 5. Mulailah bertanya dengan “Bagaimana saya bisa membantu Bapak hari ini?” atau “Bagaimana Ibu, adakah yang bisa saya Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian bantu?” Pertanyaan terbuka akan membuat pasien bercerita mengenai keluhan yang dialami. Meskipun sangat sulit, dokter mulai berbicara ketika pasien sudah selesai bercerita. Umumnya pasien akan bercerita rata-rata selama 2 menit untuk menceritakan keluhannya, dan rata-rata dokter mulai memotong ceita pasien pada detik ke 18-23. Hindari hal ini. Jika anda mendengar pasien bercerita dalam 2 menit maka ia akan menjelaskan 80% hal yang perlu Anda ketahui. 6. Tunjukkan bahasa non verbal dengan menganggukkan kepala, ekspresi wajah, kontak mata, dan pusatkan perhatian hanya pada pasien. Catatan sebaiknya ditulis selama jeda dalam percakapan. 7. Ketika pasien mulai menceritakan keluhannya contohnya “Saya datang ke sini karena bahu saya sakit”, sebaiknya kita merespon dengan “Baiklah, ceritakan kepada saya mengenai hal tersebut” dengan intonasi yang sesuai dan menunjukkan ketertarikan. Jika Anda mengatakan “Ceritakan kepada saya mengenai nyeri tersebut” maka terkesan Anda hanya tertarik dengan keluhan di salah satu bagian tubuh saja dan tidak tertarik dengan hal lainnya. 8. Hindari menggunakan kata tanya apa atau kenapa untuk memperoleh informasi tambahan. Tapi galilah dari cerita pasien Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian sebelumnya dengan menggunakan kalimat “Saya penasaran tentang.....” atau “Coba ceritakan lebih lanjut kepada saya mengenai. ” 9. Selalu berusaha ingin tahu lebih lanjut dengan menanyakan “Adakah hal lain yang ingin disampaikan?” 10. Terkadang diperlukan humor. Humor dapat merupakan metode penting untuk mencairkan suasana. Namun, Anda harus tetap berhati-hati, humor juga dapat menyebabkan kesalahpahaman. 11. Menunjukkan respon empati, misalnya secara verbal mengatakan “Sepertinya sangat nyeri ya, Pak”, atau secara non verbal dengan mengangguk-angguk saat pasien bercerita dan memberi tissue saat pasien menangis. Hati-hati terhadap sentuhan, sentuhan dapat dipersepsikan salah dan sangat bergantung pada norma dan budaya setempat yang berlaku. Jika perlu untuk melakukan sentuhan atau memeriksa bagian-bagian tertentu dari fisik pasien, selalu meminta ijin terlebih dahulu dan jelaskan alasan tindakan yang akan dilakukan. 12. Anda perlu merefleksikan pemahaman dari pasien dengan meringkas semua yang telah Anda dengar. Beberapa kalimat pasien juga perlu diucapkan kembali. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 13. Perasaan khawatir pasien perlu dinormalkan dengan mengatakan “Banyak orang yang merasakan hal yang sama”. Kalimat ini dapat sangat membantu. 14. Dokter harus menjelaskan sesuatu yang ia pikirkan atau ingin sampaikan dengan kata-kata yang jelas, hindari menggunakan bahasa kedokteran, dan lakukan secara refleks kepada pasien. 15. Normalnya, pasien akan melupakan setengah dari yang Anda sampaikan sesaat sebelum keluar dari ruangan praktek. Oleh karena itu, pamflet atau brosur dapat menjadi sumber informasi pendukung namun tetap saja tidak dapat menggantikan komunikasi efektif. 16. Tanyalah kepada pasien “Adakah pertanyaan yang ingin Anda sampaikan” atau “Adakah sesuatu yang Anda pikirkan?” 17. Setelah memberikan penjelasan kemungkinan diagnosis dan terapi, Anda perlu mendapatkan feedback, misalnya dengan bertanya “Bagaimana hal ini cocok dengan apa yang Anda pikirkan?”. Pertanyaan ini dapat menghindari kesalahpahaman dan dapat menunjukkan hal lain yang mungkin pasien ingin sampaikan. Pilihan terapi sebaiknya didiskusikan untuk menjelaskan mengenai keuntungan, antisipasi risiko dan sasaran yang ingin dicapai di kemudian hari sehingga pasien tetap dapat dikontrol. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 18. Usahakan lakukan pemeriksaan follow-up yang terencana untuk membantu pasien memonitor perkembangan penyakitnya. Pasien tetap memiliki tanggung jawab terhadap program terapi yang ia miliki. Tanyalah pasien “Seberapa penting menurut Bapak mengenai obat ini” atau “Seberapa besar Anda percaya bahwa Anda bisa melakukan hal ini” untuk mengetahui insight atau tilikan pasien. Anda sebaiknya menyimpulkan diagnosis, terapi dan prognosis sebelum mengakhiri komunikasi. Kemudian jangan lupa kembali meminta feedback untuk menjamin komunikasi yng efektif telah terjadi. Selanjutnya komunikasi dapat diakhiri. PENYAMPAIAN INFORMASI DAN EDUKASI Secara ringkas ada 6 (enam) hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu: 1. Materi informasi apa yang disampaikan a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit saat pemeriksaan). b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis. c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis, termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk menegakkan diagnosis. e. Diagnosis, jenis atau tipe. f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dankelebihan masing-masing cara). g. Prognosis. h. Dukungan (support) yang tersedia. 2. Siapa yang diberi informasi a. Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan. b. Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien. c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi sendiri secara langsung 3. Berapa banyak atau sejauh mana a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien. b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya. 4. Kapan menyampaikan informasi : Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 5. Di mana menyampaikannya a. Di ruang praktik dokter. b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat. c. Di ruang diskusi. d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter. 6. Bagaimana menyampaikannya a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos, faksimile, sms, internet. b. Persiapan meliputi: materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis sudah disepakati oleh tim); ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon; waktu yang cukup; mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh keluarga/orang yang ditunjuk; bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih dari satu orang). c. Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian d. Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian KONSELING & PENYAMPAIAN BERITA BURUK KONSELING Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari bahasa Latin yaitu counsilium, artinya “ bersama” atau “ bicara bersama”. Pengertian “bicara bersama-sama” dalam konteks ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seseorang atau beberapa klien (counselee). Dalam banyak literatur diuraikan konseling dalam bermacam-macam pengertian. Sebagian ahli memaknai konseling dengan menekankan pada pribadi klien, “Konseling berasal dari sementara yang lain menekankan pada pribadi konselor, serta berbagai definisi counsilium yang yang memiliki penekanan sendiri-sendiri. berarti bersama atau bicara bersama” Perbedaan-perbedaan penekanan ini terjadi karena setiap ahli memiliki latar belakang falsafah yang berbeda. Seperti Carl Roger, seorang psikolog humanistic memiliki pandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Sementara itu, Hackney dan Cormiew lebih memberikan penekanan Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian pada fungsi pihak yang terlibat. Mereka menekankan bahwa konselor adalah tenaga terlatih yang berkemauan untuk membantu klien. Satu sisi Pietrofesa mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seorang professional berusaha membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya, membuat keputusan dan pemecahan masalah. Sementara itu, Stefflre dan Grant menyusun pengertian yang cukup lengkap tentang konseling antara lain: a. Konseling sebagai proses Konseling tidak bisa dilakukan sesaat, berarti ada selang waktu tertentu yang diperlukan dalam hubungan konseling dan dalam menyelesaikan masalah yang dialami oleh klien. Oleh karena itu diperlukan beberapa kali pertemuan yang berkelanjutan. b. Konseling sebagai hubungan yang spesifik Hubungan yang dibangun selama proses konseling dapat membuat konseling itu berhasil, namun juga dapat membuat konseling itu gagal. Oleh karena itu, hubungan dalam proses konseling perlu dibangun dengan proses yang spesifik dan berbeda dengan pola hubungan sosial biasa sehingga diperlukan adanya keterbukaan, pemahaman, penghargaan secara positif tanpa syarat, dan penuh empati. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian c. Konseling adalah membantu klien Konseling adalah hubungan membantu (helping) dan bukan memberi (giving) atau mengambil alih pekerjaan orang lain. Membantu dengan memberi kepercayaan kepada klien untuk bertanggungjawab dan menyelesaikan segala masalah yang dihadapinya. d. Konseling untuk mencapai tujuan hidup Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya sehingga klien bisa dengan maksimal untuk mencapai tujuan hidupnya. Setelah mendapatkan pemahaman tentang konseling, selanjutnya kita akan belajar memahami konseling dari perspektif yang selama ini keliru dalam masyarakat, antara lain: 1. Konseling sebagai upaya memberikan nasihat Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Nasihat adalah gagasan seseorang untuk disampaikan kepada pihak lain dan dianjurkan untuk dilaksanakan karena dianggap bisa menyelesaikan masalah. Konseling tidak dimaksudkan untuk memberikan nasihat kepada klien karena konseling bertumpu pada tanggung jawab klien pada dirinya sendiri dan nasihat dapat membuat klien melepaskan tanggungjawabnya meskipun dirinya yang melakukan. 2. Konseling sebagai pemberian informasi. Pemberian informasi adakalanya ada dalam konseling namun konseling bukan sekedar memberikan informasi. Hubungan terapeutik merupakan bagian yang sangat penting dalam proses konseling. Proses pemberian informasi biasanya banyak diberikan di luar hubungan konseling yang biasanya disebut layanan kepenasihatan dan informasi. 3. Konseling menciptakan ketergantungan kepada konselor. Hubungan konseling harus diciptakan agar terjadi kemandirian pada diri klien, mulai dari proses eksplorasi diri, mencapai pemecahan masalah, menentukan keputusan, hingga melakukan keputusannya. Hubungan konseling harus dijadikan sebagai proses belajar untuk mengatasi masalah-masalah yang Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian lain di kemudian hari. Dengan demikian konseling diharapkan menghasilkan transfer belajar dan latihan bagi klien untuk mengatasi masalanya yang lain. 4. Konseling mempengaruhi klien Hubungan konseling tidak bermaksud mempengaruhi sikap, keyakinan dan tingkah laku klien dengan cara persuasif ataupun dengan cara-cara pemaksaan. Perubahan-perubahan dalam hal sikap, keyakinan maupun tingkah laku adalah kehendak klien sendiri untuk menyelesaikan masalahnya dan mencapai perkembangannya dengan tepat. Oleh karena itu, konseling memandang klien bukan sebagai objek yang perlu diubah tetapi sebagai subjek yang memiliki kemampuan mengubah dirinya dengan tujuan yang diharapkan. Tujuan konseling bukan semata- mata didasarkan atas kehendak konselor tetapi juga menjadi keinginan dan harapan klien. Konselor bukan mempengaruhi klien tetapi membantu klien menemukan sikap, keyakinan dan perilakunya untuk pertumbuhan diri sendiri. 5. Konseling harus netral nilai Hubungan konseling adalah hubungan terapi, yang sekaligus mengandung makna bahwa klien melakukan proses Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian belajar dan memecahkan masalahnya. Dalam hubungan terapi ini klien harus membuat keputusan dan rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya tempat klien melakukan interaksi. Konseling yang bebas nilai itu tidak mungkin terjadi, karena proses belajar itu sekaligus tercakup pengertian melakukan yang lebih baik dan lebih bertanggungjawab. 6. Konseling sama dengan interview Konseling diselenggarakan dengan interview, tetapi tidak sekedar sebuah interview. Interview secara umum berarti melakukan tanya jawab tentang persoalan yang dibicarakan. Dalam konseling, interview yang dilakukan harus diikuti oleh sikap-sikap khusus konselor dan justru memberikan kesempatan kepada klien untuk melakukan eksplorasi diri dan mencapai pemahaman terhadap dirinya.Interview konseling ini dilakukan sekaligus sebagai usaha terapi, yang tentu saja berbeda dengan interview yang biasanya lebih banyak bersifat menggali informasi. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Karakteristik Konseling memiliki karakteristik dinamika dan keunikan. Karakteristik tersebut antara lain adalah adanya afeksi, intensitas, pertumbuhan dan perubahan, privasi, dorongan dan kejujuran. a. Afeksi Hubungan dalam proses konseling lebih menekankan pada hubungan afektif daripada hubungan kognitif. Hubungan afektif akan tercermin sepanjang proses konseling termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan perasaan- perasaan subjektif klien. Hubungan yang penuh afeksi ini dapat mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan pada klien dan diharapkan hubungan konselor dan klien/pasien lebih produktif. b. Intensitas Hubungan dalam proses konseling dilakukan dengan penuh intensitas diharapkan dapat saling membuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa adanya hubungan yang intensitas hubungan konseling tidak akan mencapai pada tingkat yang diharapkan. c. Pertumbuhan dan perubahan Hubungan konseling bersifat dinamis. Hubungan konseling terus berkembang sebagaimana perubahandan pertumbuhan yang terus terjadi pada konselor dan klien. d. Privasi Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Pada prinsipnya dalam hubungan konseling adanya keterbukaan namun keterbukaan tersebut perlu tetap dijaga sehingga informasi apapun yang bersumber dari klien atau pasien tidak diperkenankan mengemukakan secara transparan kepada siapapun tanpa seijin klien atau pasien. e. Dorongan Konselor memberikan dorongan kepada klien atau pasien untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. f. Kejujuran Hubungan konseling didasarkan atas kejujuran dan keterbukaan, serta adanya komunikasi terarah. Aspek konselor dalam hubungan konseling Aspek diri konselor yang penting dalam hubungan konseling antara lain keahlian dan ketrampilan serta personal konselor. Poin di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Keahlian dan keterampilan Aspek keahlian dan ketrampilan yang dimiliki konselor merupakan salah satu alasan klien atau pasien mendatangi konselor. Klien atau pasien datang karena merasa konselor adalah pihak yang ahli karena konselor telah secara khusus dilatih untuk Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian menangani hal tersebut sehingga secara otomatis konselor memiliki dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Keahlian dan ketrampilan yang mutlak dalam proses konseling adalah komunikasi terapeutik.Dengan komunikasi “Komponen terapeutik yang terapeutik ini, konselor mampu meliputi hadirdalam percakapan, menanggapi klien yang menyatakan pikiran dan perasaanya sehingga klien tersebut mendengarkan merasa nyaman. Adapun komponen aktif dan empati” komunikasi terapeutik antara lain hadir dalam percakapan, mendengarkan aktif dan dapat berempati (lihat kembali keterampilan medik Komunikasi Interpersonal). b. Personal konselor Faktor personal konselor turut mempengaruhi efektifitas hubungan konseling selain pengetahuan dan ketrampilan profesional. Faktor personal konselor tidak hanya bertindak sebagai pribadi semata tetapi dapat dijadikan instrumen dalam meningkatkan kemampuan membantu kliennya. Adapun personal konselor yang diharapkan dimiliki meliputi: - Spontanitas - Kemauan membantu dan yakin - Konsentrasi akan kemampuan klien - Keterbukaan - Pengertian dan komitmen - Stabilitas emosi - Rasa kemanusiaan Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Tipe-tipe Konseling 1. Konseling krisis Merupakan konseling yang dilakukan untuk membantu seseorang yang berada pada situasi krisis. Krisis diartikan sebagai kondisi tidak menyenangkan dan berat yang dialami secara tiba- tiba, sehingga berpotensi membuat kondisi psikologis seseorang terganggu, misalnya: kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, bencana alam, dan lain-lain. Pada tipe ini konselor perlu banyak berperan aktif dalam intervensi sejak awal, karena klien harus segera mendapat bantuan. 2. Konseling fasilitatif Merupakan tipe konseling yang lebih banyak melibatkan peran aktif klien dalam rencana tindakan yang akan dilakukan, sementara konselor lebih berperan sebagai fasilitator dan pemberi edukasi atau informasi. Contohnya pada konseling keluarga berencana. 3. Konseling preventif Merupakan bentuk konseling yang bertujuan mendukung suatu program, untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan.Misalnya konseling bahaya penggunaan narkoba dan seks bebas. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 4. Konseling developmental Merupakan suatu proses berkelanjutan untuk membantu klien mencapai pertumbuhan pribadi yang positif. Memerlukan waktu yang terus menerus. Teknik Dasar Konseling 1. Terdapat perilaku attending Ini adalah kondisi dimana anda menunjukkan bahwa anda ada/hadir dan siap membantu. Contoh perilaku attending yang baik: - Kepala: menangguk-angguk - Ekspresi wajah: tenang, menatap lawan bicara, tersenyum - Posisi tubuh: condong kearah klien - Respon tubuh secara keseluruhan: mendengar aktif (lihat kembali keterampilan medik komunikasi interpersonal) 2. Mempunyai empati Empati adalah kemampuan menempatkan diri dalam pikiran dan perasaan klien, sehingga mampu memahami Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian mengapa klien bersikap seperti saat ini. Empati melibatkan komponen kognitif (memahami dan mengerti klien) dan komponen afektif (mampu merasakan apa yang dirasakan klien). Repon empati dapat membuat klien merasa lebih nyaman, tidak terancam, dan tidak takut mengekspresikan diri. 3. Mampu melakukan refleksi Refleksi adalah teknik memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya kepada klien. Terdapat 3 jenis refleksi: a. Refleksi perasaan, contohnya “tampaknya anda merasa terluka/sakit hati” b. Refleksi pikiran, contohnya “jadi menurut anda apa yang dilakukan ayah anda tersebut…” 4. Eksplorasi Eksplorasi adalah teknik menggali perasaan, pikiran, atau pengalaman klien lebih dalam.Dengan teknik ini, selain konselor dapat mendapat data yang lebih lengkap, klien juga merasa bebas untuk berbicara lebih lanjut. 5. Mampu menangkap pesan (paraphrasing) Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Menangkap pesan adalah teknik untuk menyatakan kembali kepada klien bahwa konselor memahami inti utama pembicaraan. 6. Teknik pertanyaan terbuka dan tertutup Pertanyaan terbuka berfungsi memancing klien agar mau bercerita lebih lanjut mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata mengapa atau apa sebabnya, tetapi lebih memilih kata-kata bagaimana, adakah, dapatkah anda ceritakan lebih lanjut. Dalam konseling, tidak selamanya perlu menggunakan pertanyaan terbuka.Pertanyaan tertutup juga dapat digunakan untuk menggali informasi yang sifatnya factual (misalnya identitas), menjernihkan atau memperjelas sesuatu, atau menghentikan pembicaraan klien yang menyimpang jauh. 7. Dorongan minimal Adalah suatu teknik untuk memberikan dorongan langsung yang singkat, terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya: ya? lalu? selanjutnya bagaimana? terus? 8. Interpretasi Adalah teknik mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian pandangan subyektif konselor, dengan tujuan memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan paham. 9. Mengarahkan (directing) Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan langsung klien untuk melakukan sesuatu. Contohnya: Bisakah anda memberi contoh pada saya, beberapa sikap suami yang menurut anda menyebalkan tersebut? 10. Memimpin dan Fokus Yaitu teknik mengarahkan dan membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan.Umumnya dalam suatu sesi konseling, klien dapat mengungkapkan sejumlah permasalahan yang sedang dihadapi.Oleh sebab itu penting bagi konselor untuk memimpin dan mengajak kembali ke pokok permasalahan. Contohnya: Baik, saat ini saya akan menggali masa kecil anda terlebih dahulu ya, nanti kita akan kembali lagi pada apa yang anda rasakan saat ini. 11. Konfrontasi Yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dan perbuatan atau bahasa tubuh, ide awal dan ide berikutnya, dan lain-lain.Teknik ini perlu dilakukan dengan hati-hati agar tidak ditangkap Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian sebagai menyalahkan klien.Tujuan dilakukan konfrontasi adalah membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi dalam dirinya. Contoh: Klien: “Saya baik-baik saja” (dengan suara rendah, wajah murung, posisi menunduk) Konselor: “Anda mengatakan baik-baik saja, tetapi saya melihat anda tampak sedih”. 12. Menjernihkan (clarifying) Yaitu teknik menjernihkan ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, atau agak meragukan.Tujuannya mengundang klien untuk menyampaikan pesannya dengan lebih jelas. 13. Memudahkan (facilitating) Yaitu teknik membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. 14. Diam Teknik diam dilakukan dengan cara tetap hadir (attending), paling lama 5-10 detik, dan berkomunikasi lebih pada perilaku non verbal. Tujuannya adalah menunggu klien yang sedang berpikir dan menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien dapat merasa lebih bebas bicara. 15. Ventilasi Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Ventilasi atau katarsis adalah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati sesukanya, sehingga setelah melakukannya, klien akan merasa lebih lega dan dapat lebih jernih melihat kembali masalahnya. Yang perlu dilakukan dokter saat ini adalah memberi respon empati, attending, dan tidak terlalu menginterupsi dulu. 16. Persuasi Adalah penjelasan yang masuk akal tentang sebab-sebab timbulnya gejala dan menanamkan keyakinan bahwa gejala dapat sembuh dengan menekankan pada perbaikan kondisi yang nyata, sehingga klien menjadi yakin bahwa keluhan atau gejalanya dapat sembuh. 17. Sugesti Secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada klien atau membangkitkan kepercayaannya bahwa gejala dapat sembuh.Konselor sendiri pada tahap ini sebaiknya juga yakin dan menunjukkan otoritas profesionalnya.Sugesti mirip dengan persuasi tetapi dilakukan dengan lebih mendalam. 18. Penjaminan kembali (reassurance) Memberi penjaminan melalui komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa klien Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian mampu berfungsi secara memadai. Dapat pula secara tegas dipaparkan kenyataan atau menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 19. Bimbingan Bimbingan adalah memberikan nasihat-nasihat yang praktis dan spesifik (khusus) yang berhubungan dengan masalah kesehatan klien agar ia lebih sanggup mengatasinya, misalnya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya. 20. Edukasi Adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan klien melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan memperbaiki perilaku ke arah yang lebih sehat. 21. Menyimpulkan Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang meliputi: kondisi klien saat ini, memantapkan rencana klien, menekankan pemahaman baru, dan rencana tindak lanjut terkait kondisi klien selanjutnya. Prosedur Pelaksanaan Konseling Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan konseling: 1. Mengawali pertemuan A. Mempersiapkan ruangan dan suasana yang nyaman B. Mempersiapkan klien C. Pembukaan Pada tahap pertama ini konselor memperkenalkan diri sekaligus memaparkan proses yang akan dilakukan, sehingga klien mempunyai gambaran terhadap proses terapi. Konselor dapat memberikan afirmasi dan penjaminan kembali (reassurance) untuk membina rapport dengan klien. Jika klien menyetujui proses yang akan dilakukan, konselor dapat melanjutkan konseling dengan mulai menggali identitas klien. 2. Tahap inti A. Menggali permasalahan utama yang dihadapi klien B. Menggali pemahaman klien tentang masalahnya tersebut C. Merefleksikan perasaan klien dan menormalisir perasaan tersebut D. Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah yang dimiliki Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian E. Mengenali barrier dan dampak strategi pemecahan masalah yang dimiliki klien tersebut F. Mendiskusikan alternatif strategi yang lebih baik dan outcome dari strategi tersebut 3. Menutup pertemuan A. Membuat kesimpulan dan rencana tindak lanjut terhadap kondisi dan permasalahan klien B. Menutup konseling LANGKAH PROSEDUR PERSIAPAN AWAL KONSELING a. Menata ruangan dan suasana yang nyaman dan tenang b. Mempersiapkan kesiapan pribadi baik dari segi pengetahuan, ketrampilan dan penampilan PEMBUKAAN 1 Mengucapkan salam pembuka dan memperkenalkan diri. Konsep : sudah cukup jelas Konselor : - “Selamat Pagi Bu, saya..... (Nama). Tugas saya adalah membantu ibu untuk mengetahui informasi yang tepat tentang apa yang ibu alami saat ini. Saya siap untuk membantu ibu” - Nada suara lebut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar: Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian - diam dan tersenyum kaku.... - wajah sedih dan tegang 2 Memberikan apresiasi terhadap kedatangan klien (affirming) Konsep: sudah cukup jelas Konselor : - “Saya senang sekali ibu datang kesini..” - “Terimakasih bu sudah datang ke pelayanan kami, tidak semua orang berani melakukan apa yang ibu lakukan saat ini” - Nada suara lembut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar: - diam dan tersenyum kaku.... - wajah sedih dan tegang 3 Memberi penentraman dengan menjaga kerahasiaan klien Konsep : sudah cukup jelas Konselor: - “Apa yang ibu ceritakan hari ini, akan kami jaga betul KERAHASIAANNYA sehingga cukup ibu dan saya yang tahu” - “Terimakasih ibu sudah datang kemari dan apa yang ibu sampaikan hari ini akan kami jaga kerahasiaannya.” - Nada suara lembut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar : - Diam dan tersenyum kaku ISI 4 Memperlihatkan sikap menghargai atau menghormati Konsep : sudah cukup jelas Konselor : kontak mata lembut dan badan condong ke arah pasien Pasien Standar : kontak mata Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 5 Menggali permasalahan utama yang dihadapi oleh klien Konsep: sudah cukup jelas Konselor : - “Jika boleh tahu, apa yang membawa ibu kesini?” - “Ada yang bisa saya bantu bu?” - “Apa yang bisa ibu ceritakan kepada kami?” a. Nada suara lebut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. b. Mendengarkan aktif (ekspresi wajah yang sesuai) c. Penuh penghargaan d. Tidak melakukan judgment Pasien Standar: - Menceritakan masalahnya sesuai skenario yang telah diberikan - Eks=presi wajah sedih - Nada suara lirih - Menitikkan air mata 6 Menggali pemahaman/persepsi klien (informasi) tentang masalah yang dialaminya tersebut Konsep : menggali persepsi-persepsi keliru klien dengan permasalahnnya Konselor : - “Dengan apa yang telah ibu ceritakan tadi, apa pikiran ibu tentang suami ibu sekarang?” - “Bagaimana pikiran ibu tentang masa depan anak-anak dan keluarga ibu?” - “Dengan masalah ini apa yang bisa terjadi ke depan menurut ibu?” a. Mendengarkan aktif b. Tidak menyela kata-kata klien c. Tidak melakukan judgment Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Pasien Standar : - “Suami saya..... ” - “Anak saya. ” - “Masa depan saya...... ” a. Ekpresi sedih b. Suara lirih c. Menitikkan air mata d. Ekpresi marah 7 Merefleksikan perasaan klien Konsep : a. Mampu mendeskripsikan perasaan klien b. Bersumber dari keprihatinan & belas kasih yg diekspresikan secara verbal & non verbal c. Membuat pasien merasa tidak terancam & tidak takut mengekspresikan diri Konselor : - “Jadi ibu merasa.... apakah betul begitu.....” - “Jadi ibu berpikir.... apakah betul begitu... ” 8 Mengidentifikasi cara pemecahan masalah yang telah dilakukan klien Konsep: sudah cukup jelas Konselor: a. “Dengan permasalahan ini, apa yang ada dalam benak ibu untuk menyelesaikannya? / Apa saja yang ibu pikirkan untuk menyelesaikan permasalahan ini?” b. “Tadi ibu mengatakan akan melakukan apa yang kira-kira bisa terjadi jika ibu melakukan hal tersebut (+/ -)” c. “Satu sisi ibu mengatakan ibu akan apa yang kira-kira bisa terjadi jika ibu melakukan hal tersebut (+/ -)” - Nada suara lembut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar : a.. “Saya akan...... tapi saya masih ragu” (sesekali menunduk, mengusap air mata, ekpresi sedih) b. “Saya akan...... tapi saya masih belum yakin” (sesekali menunduk, mengusap air mata, ekpresi sedih) 9 Mengenali hambatan dalam menerapkan cara pemecahan masalah yang telah dilakukan klien Konsep : halangan yang bisa muncul ketika pasien mengambil keputusan akan pemecahan masalah yang dilakukan Konselor : - “Tadi ibu mengatakan....apakah hal yang akan menghambat ibu untuk melakukan hal tersebut ?“ - Nada suara lebut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar : - “Saya ragu dengan keputusan saya ini. Sepertinya anak saya akan...... ” - “Suami saya akan........... ” 10 Menggali kemungkinan keberhasilan dari alternatif cara lain yang direncanakan 11 Konselor dapat merespon informasi yang diberikan oleh klien dengan paraphrasing dan reframing Konsep: Paraphrasing: menggali generalisasi yang dilakukan oleh klien dengan tidak menyatakan dan menyimpulkan sesuai dengan persepsi klien. Reframing: membingkai kembali konsep berpikir yang keliru dari klien dengan menyusun hal-hal yang menjadi masalah dalam bentuk Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian poin-poin dan menyusun kembali poin tersebut dalam bentuk skala dengan menujukkan video, film, dll (testing reality). Konselor : a. “Tadi ibu mengatakan...... jadi bisa saya katakan bahwa ibu berpikir bahwa.......” Paraprashing b. “Apa saja yang membuat ibu berpikir seperti itu ? satu...... dua..... yang ketiga. ” “apakah ibu pernah melihat bahwa ada orang yang tidak.....” (sebutkan kembali poin-poin yang telah dikatakan klien) reframing - Nada suara lebut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar a. “Iya ” (respon paraprashing) b. “Disebutkan satu-satu persepsi......,.......,........ iya ada yang tidak seperti apa yang saya katakan tadi.” PENUTUP 12 Merangkum proses konseling dan rencana tindak lanjut yang telah disepakati Konsep : sudaph cukup jelas Konselor : - “Dari apa yang tadi ibu katakan ibu akan melakukan....... namun ibu masih merasa ragu karena ” - Nada suara lebut, tersenyum, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar : - Mengangguk-angguk - “Iya betul dok” 13 Memperlihatkan empati 14 Tidak memberikan nasihat, saran atau sugesti berdasarkan Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian asumsi pribadi konselor 15 Tidak bersikap mengarahkan, mengatur atau mengontrol 16 Memberikan informasi dan edukasi secara singkat, jelas dan tepat apabila diperlukan 17 Menutup konseling dan membuat catatan konseling secara singkat dan jelas 19 Ucapan terimakasih dan salam penutup Gambar 3. Ilustrasi Konseling dan penyampaian berita buruk Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM PENYAMPAIAN BERITA BURUK Berita buruk adalah informasi negatif tentang situasi, masa depan, atau harapan seseorang; adanya ancaman terhadap kesejahteraan seseorang, adanya hal yang menuntut perubahan yang tidak menyenangkan dari kebiasaan sehari-hari. Beberapa situasi yang dapat dikategorikan sebagai berita buruk adalah sebagai berikut: 1. Diagnosis penyakit kronis atau penyakit terminal (positif HIV, kanker mulut rahim, dll) 2. Cacat atau hilangnya fungsi tubuh (impotensi, buta, dll) 3. Adanya kebutuhan perawatan atau pengobatan yang memberatkan / menyakitkan / mahal. Menyampaikan berita buruk sebenarnya bukan merupakan hal yang baru dalam dunia kedokteran, namun bagaimana sikap seorang dokter dalam menangani hal ini telah mengalami banyak perubahan besar dalam 30 tahun terakhir. Pergeseran tersebut diakibatkan karena saat ini otonomi pasien sudah jauh lebih besar, sehingga gaya paternalistik sudah tidak terlalu cocok lagi untuk digunakan. Hal tersebut disebabkan oleh peningkatan pengetahuan yang dimiliki pasien Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian beserta keluarga pasien. Gaya paternalistik merupakan konsep lama yang digunakan untuk menyampaikanberita buruk pada pasien (gaya ini masih umum dan masih banyak dipraktekkan sampaisaat ini). Yang mendasari gaya paternalistik adalah beberapa hal berikut ini: 1. Nasehat dari Hippocrates dalam mengabarkan berita buruk: “Sembunyikanlah beberapa hal dari pasien saat anda menjumpainya. Berikan saja perintah – perintah seperlunya dengan tetap tenang dan ramah…jangan ungkapkan kondisi pasien sekarang atau masa yang akan datang. Sebab bagi sebagian pasien, kondisi mereka akan semakin bertambah buruk bila mereka mengetahuikondisi tidak baik yang akan menimpa mereka“ 2. Kode Etik dari Asosiasi Medis Amerika (tahun 1847): Kehidupan orang sakit dapat dipersingkat tidak hanya oleh tindakan, tetapi juga oleh kata-kata ataupun perilaku dokter. Oleh karena itu merupakan sebuah tugas sucibagi para dokter untuk menjaga dirinya sendiri dengan hati-hati dalam hal ini, danuntuk menghindari segala sesuatu yang memiliki kecenderungan untuk membuatpasien putus asa dan tertekan semangatnya. Namun, pada dekade sekarang ini model paternalistik digantikan oleh model lain yang lebih menekankan otonomi pasien dan penjelasan secara lengkap / jelas. Pada model yang Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian baru ini pengungkapan diagnosis dan prognosis diberikan secara jujur, sertadiberikan pula pilihan – pilihan terapi atau penanganan yang dapat dipilih oleh pasien,sehingga dapat sesuai dengan keinginan dan nilai – nilai yang dianut pasien. Beberapapenelitian yang dilakukan terhadap pasien dengan penyakit-penyakit kronis atauterminal, menunjukkan bahwa sebagian besar pasien ingin mengetahui apa yang terjadipada dirinya dan apa yang bisa dilakukan terhadap penyakitnya. Komunikasi yangterbuka antara pasien dan dokter sangat penting untuk kelancaran terapi. Mengapa penting mengungkapkan berita buruk pada pasien? 1. Sebagian besar pasien memang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi pada dirinya 2. Sebagian besar pasien ingin mengetahui kemungkinan apa saja yang bisa terjadi pada dirinya, termasuk terapi yang bisa diperoleh, prognosis, dan efek samping terapi. 3. Ketika dokter menahan informasi dari seorang pasien, berarti dokter tersebut telah mengurangi otonomi dan hak pasien 4. Apabila akhirnya pasien mengetahui bahwa ada informasi yang tidak diberikan padanya, hilanglah rasa percayanya pada dokter. Kesulitan-kesulitan dalam menyampaikan berita buruk Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Ada beberapa hal yang sering dikeluhkan oleh seorang dokter dalam menyampaikan berita buruk pada pasien, misalnya sebagai berikut: 1. Bagaimana cara yang tepat untuk bisa jujur pada pasien tanpa mengurangi harapan mereka? 2. Bagaimana cara menghadapi dan menangani emosi pasien saat mereka mendengar berita buruk tentang dirinya? Apakah saya sanggup? 3. Kapan waktu yang tepat untuk menyampaikan berita buruk pada pasien? Bagaimana memilih metode komunikasi yang tepat bagi pasien sesuai latar belakang dan kepribadiannya? Sementara dari sudut pandang pasien, ada beberapa hal yang pasien anggap penting dalam penyampaian berita buruk terkait dirinya: 1. Dokter diharapkan memahami dan mengenali latar belakang pasien 2. Isi berita berupa informasi yang detil tentang penyakitnya 3. Dokter menyediakan waktu yang cukup, tidak terburu-buru, bersikap baik, dan berempati 4. Memperhatikan kapan dan dimana informasi diberikan 5. Cara penyampaian informasi hendaknya singkat, jelas, jujur, sehingga dapat dimengerti oleh pasien. Dalam penyampaian informasi ini hendaknya juga disertai support dan empati. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Menurut Robert Buckman, terdapat enam langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyampaikan berita buruk pada pasien, yang dikenal dengan strategi SPIKES : S: SETTING up the interview P: Assessing patiet’s PERCEPTION I: Obtaining patient’s INVITATION K: Giving KNOWLEDGE and Information E: Addressing patient’s EMOTION with EMPATHETIC responses S: Strategy dan SUMMARY Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian Secara garis besar, jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, protokol enam langkah penyampaian berita buruk tersebut adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Berupa menata kenyamanan tempat wawancara dan ruang yang ideal. Bila tidak memungkinkan, pemeriksa bisaduduk di samping tempat tidur pasien agar rileks dengan mengusahakan tidak ada pembatas antara pemeriksa dengan pasien. Dapat melibatkan orang lain yangmenjadi key person, atau yang dipilih sendiri oleh pasien. Berusahalah melihat pasien dengan penuh perhatian dan dengan kondisi tenang, dan mempertahankan kontak mata. 2. Mencari tahu sebanyak Pemeriksa berusaha mengetahui apa informasi yang telah pemahaman pasien tentang dimiliki pasien Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian situasi penyakitnya, apakah serius atau tidak, apa alasan dilakukan pemeriksaan tertentu. Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien supaya anda mulai dapat memahami. Terkadang pasien atau keluarga pasien mungkin tidak menjawab atau merespon pertanyaan, dan mungkin memang tidak ada gambaran sama sekali tentang penyakit mereka. Pada kasus - kasus seperti ini, teknik yang dapat digunakan untuk menstimulasi diskusi adalah menanyakan kembali tentang hal-hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, atau hasil tes yang telah dilakukan sebelumnya. 3. Mencari tahu sebanyak apa Ada pasien yang ingin informasi yang ingin mengetahui semua informasi, diketahui pasien semua masalah diagnosis, prognosis dan detail dari sakitnya, namun beberapa pasien Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian malah sebaliknya. Pasien berhak mendapatkan “hak untuk tahu dan hak untuk tidak tahu”. Pemeriksa harus mencoba mencari tahu keinginan pasien baik secara ekplisit dari perkataaan pasien atau dokter yang menanyakan 4. Berbagi informasi dan Penting untuk mempersiapkan pengetahuan segala data sebelum anda bertemu dengan pasien. Topikpada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi / penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apasaja yang bisa diperoleh oleh pasien dan keluarganya. Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikanuntuk berhenti menjelaskan (beri jeda di antara potongan – potongan informasi itu) untuk memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita jelaskan. Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam Bahasa Indonesia, dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian (jelaskan dengan lebih sederhana) 5. Menanggapi perasaan Merespon emosi pasien ketika pasien menyampaikan berita buruk adalah salah satu dari yang paling sulit dan menantang. Reaksi pasien bisa diam, tidak percaya, menangis, menolak atau marah. Jika reaksi pasien jelek seperti sedih, menarik diri atau syok, maka pemeriksa dapat memberikan support dengan melakukan respon yang empati, yang terdiri dari 4 tahap: 1. Perhatikan beberapa emosi pada pasien 2. Identifikasi emosi yang dialami pasien 3. Identifikasi alasan emosi pasien 4. Memberikan waktu kepada pasien untuk mengekspresikan perasaannya dan membiarkan pasien tahu bahwa pemeriksa memahami alasan emosi pasien, Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian dengan respon empati 6. Perencanaan dan tindak lanjut Mengetahui kesiapan pasien untuk mendiskusikan rencana terapi adalah sangat penting. Kemukakan pilihan terapi yang mungkin dan legal, lalu saling tukar pendapat tentang pilihan yang akan diambil. Pastikan tidak adanya salah pengertian dari diskusi tersebut untuk mencegah harapan yang berlebihan (ekpektasi yang tidak realistik) tentang tujuan terapi. Sebelum diskusi berakhir, dokter harus meringkas informasi dan memberikan kesempatan pada pasien untuk menyampaikan perasaannya dan kesempatan untuk bertanya. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian PERSIAPAAN AWAL PENYAMPAIAN BERITA BURUK a. Menata ruangan dan suasana yang nyaman dan tenan b. Mempersiapkan kesiapan pribadi baik dari segi pengetahuan, ketrampilan dan penampilan PEMBUKAAN 1 Mengucapkan salam pembuka dan mempersilahkan pasien Konsep : sudah cukup jelas Dokter : Selamat pagi. Silahkan duduk Bu (suara lembut) Pasien Standar : 1. Iya terimakasih (duduk) 2. Senyum dan duduk Wajah cemas (ada ketegangan di wajah, ekspresi sedih khususnya terihat di mata) dan duduk- Tas dipeluk erat 2 Duduk berhadapan dan melakukan kontak mata Konsep : sudah cukup jelas Dokter : menatap mata pasien, posisi badan condong ke pasien Pasien Standar : 1. Menunduk / Menatap mata konselor dengan mata sendu 2. Wajah cemas (ada ketegangan di wajah, ekspresi sedih khususnya terihat di mata) dan duduk- Tas dipeluk erat 3 Menganalisis kesiapan pasien apakah memungkinkan untuk menyampaikan hasil diagnosa dengan menanyakan perasaan pasien dan memberi waktu yang memadai untuk pasien untuk mempersiapkan diri Konsep : sudah cukup jelas Dokter : - Nada suara lembut, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), terjadi kontak mata, posisi badan condong ke pasien 1. Bagaimana kabar ibu hari ini? 2. Dari ekspresi ibu, saya meliat ibu terlihat cemas? Apa begitu bu? 3. Bagaimana perasaan ibu mengenai hasil pemeriksaan yang akan kita bahas hari ini? Pasien Standar: Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 1. Saya cemas memikirkan hasil pemeriksaannya dok.... 2. Iya dok, saya cemas (wajah tegang dan tas dipeluk erat) ISI 4 Menyampaikan diagnosis dengan lafal, isi yang jelas, dan bahasa yang mudah dipahami (meliputi penjelasan tentang diagnosis/gangguannya hingga prognosisnya) Konsep : sudah cukup jelas Dokter: 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah ibu lakukan selama ini maka dapat disimpulkan ibu menderita (Menggunakan bahasa medis dan dijelaskan dengan bahasa awam) – Nada suara lebut, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), terjadi kontak mata 2. Diam sejenak dan melihat ekspresi pasien setelah menyampaikan diagnosis Pasien Standar: 1. Memegang tas semakin erat 2. Wajah sedih 3. Terlihat air mata mengalir Konsep : sudah cukup jelas Dokter : 1. “Dari hasil diagnosis tersebut, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk kesehatan ibu seperti.......,........, ” dll – Nada suara lembut, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata. 2. “Melihat hasil atau diagnosis dan kondisi ibu saat ini maka kemungkinan kesehatan ibu.......” (berdasarkan prognosis sesuai ilmu pengetahuan yang ada) Pasien Standar : 1. “Apa yang bisa dilakukan dengan kondisi saya sekarang dok?” Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian (Nada suara lirih/sedih-kontak mata) 2. “Bagaimana kemungkinan saya sehat Bu?” (nada suara lirih dan kontak mata) 5 Memberikan kesempatan pada pasien untuk memberikan feedback, mengajukan pertanyaan dan mengutarakan keluhan Konsep : sudah cukup jelas Dokter: 1. Ada yang ingin ibu sampaikan? 2. Adakah yang ibu ingin ketahui lebih lanjut? – Nada suara lebut, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. Pasien Standar: 1. Bagaimana dengan biayanya dok? 2. Saya merasa takut dok 3. Saya ingin tetap hidup dok................ (ekspresi wajah sedih dan nada suara lirih). 6 Menyampaikan rencana terapi yang akan dilakukan dengan jelas dan terstruktur 7 Memperkuat keyakinan positif dan meminimalisir keyakinan negatif pasien terhadap hasil diagnosa tersebut Konsep : sudah cukup jelas Dokter : 1. Banyak kasus seperti yang ibu alami, banyak diantara mereka mengalami progres atau kemajuan yang bagus dengan pengobatan yang kami rencanakan. Mereka melakukan langkah-langkah seperti....... – Nada suara lebut, intonasi suara sesuai (ada penggalan kata), tetap menjaga kontak mata dan badan condong ke arah pasien. 2. Saat ini sesuai guideline pengobatan terbaru, pilihan terapi terbaik untuk kondisi ibu adalah seperti apa yang kami rencanakan ini. 3. Dari ekpresi ibu terlihat cemas dan takut, jika boleh tahu apa ketakutan ibu? Pasien Standar : 1. Saya cemas dok (ekspresi wajah sedih dan nada suara lirih). Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 3. Saya takut dok. Bagaimana jika ada efek sampingnya? (ekspresi wajah sedih dan nada suara lirih) Dokter : Efek samping pengobatan memang dapat terjadi. Namun karena ibu akan kontrol rutin, setiap kemungkinan terjadinya efek samping pengobatan akan kami pantau dan jika ada, akan kita evaluasi pengobatannya serta kami tangani efek sampingnya 8 Melakukan cross-check dan merespon informasi yang diberikan oleh pasien 9 Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas dan mudah dipahami oleh pasien 10 Memberikan informasi dan edukasi secara singkat, jelas, dan tepat apabila diperlukan 11 Memperlihatkan empati 12 Tidak memberikan nasihat, saran atau sugesti berdasarkan asumsi pribadi konselor 13 Tidak bersikap mengarahkan, mengatur atau mengontrol PENUTUP 14 Merangkum hasil penyampaian berita buruk dan rencana tindak lanjut 15 Ucapan terimakasih dan salam penutup PASCA KONSELING DAN PENYAMPAIAN BERITA BURUK Setelah konseling dan penyampaian berita buruk dilakukan maka perlu dilakukan sebuah proses edukasi terkait kasus atau penyakit yang dialami oleh klien/ pasien sehingga ditemukan pemahaman yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu perlu dilakukan proses ini sehingga membantu klien untuk memutuskan tindakan atau rencana tindak lanjut setelah proses konseling dengan tetap mengedepankan sikap sebagai seorang konselor. Edukasi ini bisa berupa edukasi tentang program Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian prevensi penyakit atau pemeliharaan kesehatan dan program intervensi atau penatalaksanaan untuk penyakit-penyakit yang dialami oleh klien / pasien sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian LATIHAN CONTOH KASUS Seorang dokter hari ini dijadwalkan untuk bertemu pasangan suami istri yang sebelumnya telah melakukan pemeriksaan terkait dengan kesuburan. Hal ini dilakukan oleh pasutri tersebut karena seteleah menikah 3 tahun, mereka tidak kunjung dikaruniai anak. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa, sang suami mengalami infertilitas sehingga kemungkinan untuk memiliki anak sangat kecil. 1. Lakukan Konseling kepada pasangan suami istri ini Seorang ibu berusia 50 tahun datang ke dokter untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan minggu lalu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien menderita penyakit Kencing Manis (diabetes melitus). Setelah mendengar diagnosis tersebut, pasien menunjukkan rasa khawatir dan cemas dengan komplikasi yang bisa muncul dan tidak yakin bisa melakukan proses pengobatan secara rutin. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian CHECKLIST A. Konseling Dilakuk Tidak Kurang an TAHAPAN Dilakuk Dilakuk Lengkap an an PEMBUKAAN 1 Mengucapkan salam pembuka dan memperkenalkan diri. 2 Menanyakan identitas klien 3 Memberikan apresiasi terhadap kedatangan klien (affirming) 4 Memberi penentraman dengan menjaga kerahasiaan klien ISI 5 Menggali permasalahan utama yang dihadapi oleh klien 6 Menggali pemahaman / persepsi klien (informasi) tentang masalah yang dialaminya tersebut 7 Merefleksikan perasaan klien 8 Mengidentifikasi cara pemecahan masalah yang telah dilakukan klien 9 Mengenali hambatan dalam menerapkan cara pemecahan masalah yang telah dilakukan tersebut Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 10 Membantu klien mengenali alternatif cara lain untuk pemecahan masalah yang lebih baik dan mampu laksana 11 Menggali kemungkinan keberhasilan dan alternatif cara lain yang direncanakan 12 Memberi kesempatan klien untuk bertanya, mengutaran keluhan, atau memberi feedback 13 Selama konseling, konselor dapat merespon informasi yang diberikan oleh klien dengan teknik konseling 14 Selama konseling, menggunakan bahasa yang sopan, ringkas, jelas dan mudah dipahami oleh klien 15 Selama konseling, konselor memperlihatkan empati (secara verbal dan non verbal) 16 Memberikan informasi dan edukasi secara singkat, jelas dan tepat apabila diperlukan PENUTUP 17 Menutup konseling dengan terlebih dahulu merangkum proses konseling dan rencana tindak lanjut yang telah disepakati 18 Ucapan terimakasih dan salam penutup Catatan : B. PENYAMPAIAN BERITA BURUK Tidak Kurang Dilakuk TAHAPAN Dilakuk Dilakuk an an an Lengkap Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian NO PEMBUKAAN 1 Mengucapkan salam pembuka dan mempersilahkan pasien 2 Duduk berhadapan, melakukan dan mempertahankan kontak mata 3 Menganalisis kesiapan pasien apakah memungkinkan untuk menyampaikan hasil diagnosa dengan menanyakan perasaan pasien dan memberi waktu yang memadai untuk pasien untuk mempersiapkan diri Catatan : ISI 4 Menyampaikan diagnosis dengan lafal, isi yang jelas, dan bahasa yang mudah dipahami (meliputi penjelasan tentang diagnosis/gangguannya hingga prognosisnya) 5 Memberikan kesempatan pada pasien untuk memberikan feedback, mengajukan pertanyaan, dan mengutarakan keluhan 6 Menyampaikan rencana terapi yang akan dilakukan dengan jelas dan terstruktur 7 Kembali memberi kesempatan pasien untuk bertanya, mengutarakan keluhan, atau memberi feedback 8 Memperkuat keyakinan positif dan meminimalisir keyakinan negatif pasien terhadap hasil diagnosis dan rencana terapi 9 Melakukan cross-check dan merespon informasi yang diberikan oleh pasien Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Medik Konseling & Penyampaian 10 Selama wawancara, menggunakan bahasa yang sopan, ringkas, dan mudah dipahami oleh pasien 11 Memberikan informasi dan edukasi secara singkat, jelas, dan tepat pada saat diperlukan 12 Menunjukkan empati (verbal maupun non verbal) 13 Menutup sesi dengan terlebih dahulu merangkum hasil wawancara dan rencana tindak lanjut 14 Ucapan terima kasih dan salam penutup Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan Keterampilan Medik Medik Konseling Konseling & Penyampaian & Penyampaian UMPAN BALIK Nama : Topik : No Mahasiswa : Pertemuan ke - : SARAN Observer: Nama : Topik : No Mahasiswa : Pertemuan ke - : SARAN Observer: Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM DAFTAR PUSTAKA 1. Konsil Kedokteran Indonesia. Standar Nasional Pendidikan Profesi Dokter Indonesia.Jakarta; 2019. 2. Ifanos. Pyramid learning. Eropa ; 2015. Available from : http://www.ifanos- concept.eu/downloads/capacity_development/inde x_eng.html 3. Konsil Kedokteran Indonesia. Komunikasi EfektifDokter-Pasien. Jakarta; 2006. 4. Soekidjo,Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta.2003 5. Elearn Training Company. Management Extra Effective Communication. First Edition. Elsevier: Oxford; 2007. Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM Keterampilan MedikMedik Keterampilan Konseling & Penyampaian Konseling & Penyampaian 6. Fong Na,Jenifer, Longneccker, Nancy. Doctor- Patient Communication: A Review. Spring; 10(1): 38–43.2010 7. Swastika Chandra, Masoud Mohammadnezhad and Paul Ward. Trust and Communication in a DoctorPatient Relationship: A Literature Review. Journal of Healthcare Communications. Vol.3 No.3:36.2018 8. Komalasari, G., Wahyuni, E, W., & Karsih. (2011). Teori Teknik dan Konseling. Jakarta. Indeks 9. Latipun. (2004). Psikologi Konseling : Edisi Ketiga. Malang. UMM Press. 10. Jones, R, N (2011). Teori dan Praktek Konseling dan Terapi : Edisi ke empat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar 11. Nevid, J, S., Rathus, S, A., & Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal. Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta. Erlangga. 12. Sunberg, N, D., Winebarger, A, A., & Taplin, J, R. (2007). Psikologi Klinis : Perkembangan Teori, Praktik dan Penelitian. Edisi ke empat. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM INDEKS A K Afeksi, 13 Ketahanan psikologis, 20 C klien, v, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 23, 24, Carl Roger, 9 25, 26, 29, 30, 32, 33, 34 coping, 20, 21 komunikasi terapeutik, 15 Cormiew, 9 konseling, 1, 2, 3, 9, 10, 11, 12, E 13, 14, 15, 17, 19, 21, 27, 30, 33, 34 Empati, 17 konselor, 9, 11, 12, 13, 14, 15, H 17, 18, 27, 29, 30, 32, 34 Hackney, 9 O I Optimisme, 21 Intensitas, 13 P Privasi, 14 Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

Use Quizgecko on...
Browser
Browser