Full Transcript

Baik ya, pada pagi hari ini kita akan sama-sama belajar tentang pengenalan sekolah minggu. Kenapa dikatakan pengenalan sekolah minggu? Karena memang hari ini adalah dasar-dasar ya, bagaimana kita mengetahui tentang pelayanan sekolah minggu sampai hal-hal administrasi yang perlu kita jalankan untuk s...

Baik ya, pada pagi hari ini kita akan sama-sama belajar tentang pengenalan sekolah minggu. Kenapa dikatakan pengenalan sekolah minggu? Karena memang hari ini adalah dasar-dasar ya, bagaimana kita mengetahui tentang pelayanan sekolah minggu sampai hal-hal administrasi yang perlu kita jalankan untuk supaya pelayanan sekolah minggu bisa berjalan dengan lancar dan dengan baik. Jadi kalau kami katakan ini, kalau bisa dikatakan ini baru step satu ya. Dan diharapkan nanti akan ada modul lainnya ya, untuk kelas-kelas sekolah minggu atau untuk pembelajaran sekolah minggu lainnya. Pengenalan sekolah minggu ini ada dibagi menjadi lima bagian ya. Jadi harap nanti juga diperhatikan, ini cuma kami ambilkan sedikit dari modul yang sudah kami buat. Nanti secara lengkap semua, kakak-kakak semua, bapak-bapak saudara sekalian bisa melihatnya di dalam modul yang nanti akan dibagikan ya. Untuk melengkapi diskusi kita pada pagi hari ini. Yang pertama ada tentang pengenalan. Pengenalan sekolah minggu, lalu yang kedua kita akan belajar tentang mengenal guru sekolah minggu. Yang ketiga kita akan fokus kepada mengenal anak-anak sekolah minggu. Lalu kita akan melihat apa maksudnya bahan pengajaran sekolah minggu. Dan yang terakhir adalah administrasi sekolah minggu. Yang pertama untuk pengenalan sekolah minggu, sama-sama kita akan belajar juga ada lima hal di sini ya. Kita akan lihat apa itu pengertian dari pelayanan sekolah minggu. Mungkin selama ini kita ikut sekolah minggu saja, tapi kita tidak pernah tahu banyak ya tentang pengertiannya apa, panggilannya gimana. Lalu juga pelayanan anak dalam Alkitab, apa yang Alkitab katakan tentang sekolah minggu, lalu sejarah dan perkembangan pelayanan sekolah minggu, lalu pelayanan sekolah minggu pada era digital, lalu fondasi pelayanan sekolah minggu. Yang pertama, mungkin banyak yang belum tahu ya, saya sendiri jadi guru sekolah minggu ya tahunya sekolah minggu itu adalah karena diadakan hari minggu makanya dinamakan sekolah minggu. Padahal sebenarnya istilah sekolah minggu ini sendiri itu sudah dicetuskan pertama kali itu di Inggris. Untuk menyebut satu program pendidikan rohani bagi anak-anak buruh yang saat itu bekerja, anak-anak masih kerja, tetapi mereka diajak untuk mengikuti kegiatan pada hari minggu. Jadi pertama kali disebut istilah sekolah minggu itu saat itu ya. Tapi sampai sekarang istilah sekolah minggu itu jadi istilah umum yang banyak digunakan oleh gereja Kristen bahkan di seluruh dunia. Nah definisinya sendiri dari sekolah minggu ini sendiri saat ini yang kita sudah sepakati bersama-sama. Ini adalah pelayanan gereja yang menyediakan pendidikan agama Kristen lalu juga memberikan pembinaan rohani khususnya untuk anak-anak. Dan secara umum di Indonesia ini ya konteksnya sekolah minggu itu biasanya diadakan pada hari minggu. Bisa sebelum ibadah ya, sebelum ibadah umum atau sesudah kebaktian umum ya. Berbeda-beda untuk setiap gereja. Nah lalu apa kaitannya nih pelayanan sekolah minggu dan gereja? Yang kita tahu adalah saat ini sekolah minggu adalah bagiannya. Terintegrasi ya dengan gereja. Sangat jarang kita lihat di gereja itu nggak ada sekolah minggunya. Lalu kita juga tahu ya gereja saya yakin Bapak Ibu Saudara sekalian kakak-kakak semua melihat bahwa gereja mengadakan sekolah minggu karena gereja mengetahui pentingnya peran anak-anak yaitu sebagai fondasi masa depan gereja. Lalu dari survei kita juga lihat ya sudah ada survei diadakan bahwa sebagian besar, bukan hanya separoh ya, sebagian besar dari aktivis gereja. Mungkin jadi gembala saat ini, mungkin yang jadi majelis-majelis ya, yang jadi guru sekolah minggu ya, aktivis di gereja. Sebagian besar adalah mereka yang dididik dalam sekolah minggu dan kita tidak bisa mengabaikan hal tersebut. Jadi memang sekolah minggu dan gereja sangat-sangat tidak bisa dipisahkan gitu. Kalau dalam Alkitab sendiri ya, segala sesuatu yang kita lakukan kan kita harus melihat kepada firman Tuhan. Dalam firman Tuhan pendidikan anak untuk mereka bisa mengenal Tuhan, mengenal alatnya. Alahnya itu sudah sangat diterapkan bahkan sejak jaman perjanjian lama. Kita sebagai guru-guru sekolah minggu atau pelayan anak, pendidik anak itu sangat akrab sekali dengan ulangan 6 ayat 4-7 gitu ya. Di dalam perjanjian lama itu orang Israel itu dituntut, diminta, diperintahkan untuk melakukan pembinaan rohani anaknya sepenuhnya dilakukan di dalam keluarga. Sepenuhnya dilakukan di dalam keluarga. Kalau sekarang kan, sekolah minggu deh jadi pusatnya. Tidak. Tidak ya. Sebelum ya, sebelum anak berusia 5 tahun, sepenuhnya itu dilakukan di dalam keluarga. Mau mereka bangun, tidur, duduk, makan, berdiri, semua harus membicarakan dan dikaitkan dengan Allah. Satu-satunya Allah. Lalu sebelum 5 tahun, orang tua sendiri yang mendidik anaknya untuk mengenal Allah Yahweh ini di Israel ya. Ketika masa pembuangan ke Babel, Tuhan menggerakkan Esra yang saat itu ya mengadakan satu kebangunan rohani yang sangat besar bagi bangsa Israel. Untuk mereka kembali kepada Taurat Tuhan. Untuk kembali mencintai firman Tuhan. Dan salah satu cara untuk mereka bisa terus memelihara, bagaimana mereka bisa terus dekat dengan Taurat Tuhan di pembuangan. Mereka juga sudah mendirikan sinagog ya. Lalu setiap orang tua wajib mengirimkan anak mereka yang sudah berusia 5 tahun ke atas untuk pergi ke sinagog. Supaya apa? Mereka dididik mahir dalam kitab Taurat. Dan setiap kelompok ya, setiap kelompok belajar anak itu maksimal 25 orang. Jadi sudah dibagi ke dalam kelompok. Kelompok kecil gitu ya. Nah, bagaimana dengan perjanjian baru? Dalam perjanjian baru, dikatakan bahwa ketika orang Yahudi kembali dari pembuangan, mereka meneruskan tradisi membuka sinagog itu ya. Mereka membuka kembali sinagog itu. Lalu di sana ya, anak-anak dididik terus menerus ya. Sampai masih melanjutkan tradisi dari perjanjian lama. Kita juga belajar dari Yesus. Yesus sendiri kan juga bahkan umur 12 tahun. Sudah bisa bertanya-jawab dengan ahli Taurat ya saat itu ya ketika umur 12 tahun. Dan kenapa Yesus bisa seperti itu ya? Jangan bilang, karena dia kan Tuhan, dia kan Allah gitu ya. Dia juga menerima pendidikan yang sama yang diterapkan, yang diperintahkan oleh Allah Bapak. Yaitu juga harus menerima pengajaran Taurat di sinagog ya. Tinggal umur 12 tahun dengan nikmat yang luar biasa dari Tuhan. Dia bisa tampil, cemerlang di hadapan para ahli Taurat. Dan ini terus berlanjut sampai masa para rasul dan gereja mula-mula. Kita bisa melihat contoh dari Timotius ya. Dikatakan bahwa dia dididik oleh Yunike dan Lois ya. Si Paulus selalu berkata kepada Timotius untuk terus tinggal dalam pengajaran yang diajarkan oleh neneknya dan juga ibunya. Lalu setelah berkembang ya, ternyata tempat mendidik anak tidak lagi harus di sinagog. Ya, karena sudah ada jemaat mula-mula. Dimanapun jemaat berkumpul, disitulah dikatakan ada gereja. Dan anak-anak sekarang bisa dididik di dalam gereja pada era gereja mula-mula. Dan perkembangannya mulai dari petugas. Perjanjian baru pada abad pertengahan, sayang sekali, gereja tidak lagi memelihara tradisi mendidik anak ya, secara rohani dengan ketat. Banyak terjadi penyelewen-penyelewenan sehingga anak-anak ya, pada abad pertengahan itu kehilangan. Kehilangan kesempatan untuk mereka mengenal Allah mereka. Tapi bersyukur karena pada masa reformasi, perkembangannya pada masa reformasi, ini menjadi satu gerakan yang sangat besar untuk mengembalikan gereja, mengembalikan umat percaya, termasuk anak-anak, untuk kembali kepada firman Tuhan. Dengan dibukanya kembali kelas-kelas katekismus, belajar tentang dasar-dasar iman Kristen. Semua anak-anak bahkan disitu dikatekisasi ya, supaya mereka bisa kembali kepada firman Tuhan. Dan saat itu ketat sekali juga. Yang bisa mendidik orang-orang untuk mengikuti katekisasi itu adalah hanya para pekerja gereja yang diizinkan untuk terlibat dalam pembinaan. Jadi dikembalikan lagi, walaupun zamannya berubah, terjadi jatuh bangun. Tetapi Tuhan tetap ingin dikembalikan lagi supaya anak-anak bisa dididik di dalam gereja, kembali kepada firman Tuhan dan bersyukur. Guru-guru sekolah minggu yang hadir pada pagi hari ini, semuanya juga dipakai Tuhan untuk membawa kembali anak-anak mengenal kebenaran firman Tuhan dan bertemu dengan, mengenal sang penciptanya, juru selamatnya. Mungkin di sini banyak yang belum tahu sejarah pelayanan sekolah minggu, tapi saya harap sudah banyak yang tahu. Jadi sejarah pelayanan sekolah minggu ini terjadi sebenarnya dalam satu keadaan yang kurang baik waktu itu terjadi di Inggris. Pada abad 18 terjadi krisis ekonomi di Inggris, dan itu juga sekaligus terjadi revolusi industri di sana. Anak-anak, mereka yang dalam krisis ekonomi, tidak mampu bahkan untuk makan pun, mereka sangat sulit, orang tuanya. Mereka pun terpaksa berhenti bersekolah, dan mereka memilih bekerja sebagai guru, karena revolusi industri di Inggris juga membuka banyak sekali industri-industri, sehingga membutuhkan banyak sekali pekerjaan, bekerja termasuk anak-anak mereka boleh bekerja di dalam pabrik-pabrik tersebut. Ada seorang wartawan, seorang wartawan ini namanya Robert Reikes, ini Pak Robert ini, dia meliput tentang anak-anak yang bekerja tersebut, dan melihat keadaan anak-anak saat itu, hatinya sangat tergerak oleh belas kasihan. Kenapa? Anak-anak ini, mereka bekerja Senin sampai Sabtu. Mereka ada yang harus pergi dari desanya untuk datang ke kota, karena mereka tidak punya tempat yang tetap untuk mereka tinggal. Banyak yang menggelandang, tapi mereka tetap bekerja. Lalu setelah itu, hari Minggu, mereka ngapain? Hari Minggu karena pabriknya tutup, mereka menghabiskan uangnya untuk bersenang-senang dan hidup sembarangan. Termasuk apa? Mereka minum minuman keras, melakukan perbuatan-perbuatan yang pada usia mereka, pada umur mereka seharusnya itu mereka tidak mengenal hal-hal seperti itu. Sehingga Robert terpanggil, Robert tergerak, ya. Untuk membawa anak-anak ini bisa mengenal hidup yang lebih baik, ya. Dan terutama bisa mengenal firman Tuhan. Lalu, ya, dia satu persatu mengajak anak-anak itu untuk berkumpul. Ya, kita kumpul ya hari Minggu, ya. Kan nggak apa-apa ini ya, mau nggak? Satu persatu dibawa, satu persatu dibawa. Dan dia punya teman yang bernama Ibu Meredith, ya. Menyediakan dapurnya untuk membawa anak-anak itu datang ke dapurnya. Di sana, mereka tidak hanya dibawa. Diberikan makanan, ya. Tetapi mereka diajarkan sopan santun. Diajarkan bagaimana hidup bersih, ya. Anak-anak itu dari pabrik itu mereka jarang mandi, ya. Ibu saudara, kakak-kakak semua. Mereka tuh bau, ya. Karena apa? Mereka tuh, apa? Ya, namanya menggelandang, ya. Untuk mandi pun, bahkan untuk membersihkan diri pun mungkin tidak ada dana. Yang penting mereka bisa makan. Mereka bisa melakukan kesenangan-kesenangan yang mereka sukai, gitu ya. Selain itu, mereka juga di sana diajari membaca. Diajari menulis, ya. Ini bukan proses yang tidak mudah. Tetapi, dia lakukan bersama Pak Robert dan juga Ibu Meredith itu melakukannya secara tekun, ya. Dan mereka melihat satu kesempatan besar. Kami bisa mengajarkan Alkitab ini kepada anak-anak yang datang di sini, ya. Mereka lakukan itu dengan penuh kasih, ya. Setelah makan, belajar membaca, menulis. Duduk mendengarkan kisah-kisah dari Alkitab. Dan Tuhan menolong pelayanan ini. Berkembang saat itu di Inggris. Karena apa? Robert juga mengabarkan, mewartakan, mempublikasikan tentang kegiatan mereka. Dan akhirnya semakin banyak yang menolong. Semakin banyak sukarelawan juga yang datang untuk mengajarkan anak-anak ini. Dan ada dukungan pula dari John Wesley. Ini yang kita tahu pendiri, ya. Salah pendiri gereja metodis juga, ya. Gerakan Sekolah Minggu yang akhirnya dimulai di Inggris akhirnya menjelar ke berbagai tempat, ya. Di negara-negara Eropa lainnya dan ke Amerika. Dan dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara lainnya, dan dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara lainnya, dan dari para misionaris yang pergi melayani ke negara-negara lainnya, termasuk di Indonesia ini, ya. Akhirnya pelayanan anak melalui Sekolah Minggu juga hadir di Indonesia. Puji Tuhan. Ini, ya. Oke. Ya, itu perkembangan yang terjadi. Dan sampai hari ini terus berjalan dengan pertolongan Tuhan. Dan kita lihat, ya. Tidak hanya 1-2 anak Sekolah Minggu. Pak Robert ini sendiri bahkan bisa mengumpulkan sampai 250 ribu anak, ya. Yang bisa berkumpul saat itu membentuk satu persekutuan-persekutuan yang bisa berkumpul saat itu membentuk satu persekutuan-persekutuan Sekolah Minggu di Inggris saat itu. Sekarang, kita masuk pada era digital, ya. Bagaimana keadaan pelayanan Sekolah Minggu pada era digital saat ini? Yang kita tahu, pelayanan Sekolah Minggu saat ini telah berubah secara signifikan, terutama pada COVID-19. Ini memaksa banget gereja cari cara baru untuk melayani anak Sekolah Minggu, melayani remaja yang mereka adalah suku digital. Saya sendiri di gereja waktu itu ya, gereja saya, Sekolah Minggunya itu bener-bener onsite. Kalau menggunakan bahan-bahan digital itu ya, kita bawa alat-alat digital. alat-alat digital ke kelas sekolah minggu gitu ya. Tetapi kalau secara online kami nggak pernah. Tetapi akhirnya ya, karena pada masa COVID-19 itu, kami jadi punya konten-konten digital, kami jadi punya YouTube sekolah minggu, kami punya YouTube gereja ya, untuk memasukkan konten-konten digital di sana, dan anak-anak justru bisa lebih dekat. Karena apa? Ketika mereka masuk ke YouTube, mereka lihat gereja mereka ada di sana, itu ya. Mereka lihat, wah ini kakak-kakak sekolah minggu saya juga ada di dunia saya, ada di suku saya, begitu ya. Tetapi jangan lupa bapak-bapak saudara sekalian ya, kakak-kakak semua, ada tantangan. Ya, teknologi mungkin memang menolong kita untuk bisa mengajar, bisa masuk kepada anak-anak, tetapi jangan lupa, teknologi bisa mengubah ya, mengubah pola membesarkan dan mendidik anak. Kita harus belajar banyak cara baru untuk kita mendidik mereka. Dulu waktu saya masih sekolah minggu, saya ramai sedikit, cuma dilirik sama guru ya, cuma dilirik gini aja, kita udah takut, kita udah diem. Kalau sekarang, lirikan guru-guru itu seakan-akan tidak ada artinya, malah disangka main mata kali ya. Ada pendekatan-pendekatan khusus ya, untuk mengubah, untuk membesarkan dan mendidik anak-anak pada era digital. Kita harus bisa belajar lebih dinamis dan kreatif, karena apa? Teknologi itu adalah juga dinamis, teknologi itu juga mendorong kreativitas, jadi kita tidak bisa malas, harus belajar. Dan ada tantangan lain, yaitu distraksi dunia sekuler. Itu lebih menarik ya, kebanyakan lebih menarik secara digital dibandingkan hal-hal yang kita berikan di sekolah minggu. Jadi kita harus memacu diri, apa sih yang di dunia sekuler itu mereka tertarik sekali sehingga mereka meninggalkan atau tidak suka dengan sekolah minggu, kita lihat, kita pelajari dan minta pertolongan Tuhan supaya kita juga bisa menolong mereka. Bisa dekat, bisa relevan dengan gereja, bisa relevan dengan sekolah minggu ya, tanpa terdistraksi dengan hal-hal di dunia sana, di dunia luar yang bisa justru membawa mereka jauh dari firman Tuhan. Fondasi untuk ketika kita melakukan pelayanan sekolah minggu, kita harus tahu betul fondasinya. Jangan kita hanya aku jadi guru sekolah minggu karena apa? Oh, karena aku diajak. Karena sekolah minggu nggak ada orangnya, nggak ada yang mau ngajar di sana, atau kok kayaknya keren nih, kayaknya kan aku cinta anak-anak. Kadang-kadang itu alasan-alasan seperti itu yang membuat kita pertama kali menjadi guru sekolah minggu. No problem, alasan apapun. Tapi ketika kita sudah memutuskan untuk menjadi guru sekolah minggu, ketahuilah ada visi, ada misi, dan ada tujuan yang harus kita menjadi dasar dari pelayanan kita. Yang pertama, visi dari pelayanan sekolah minggu adalah kerinduan Allah untuk bersekutu dengan manusia, termasuk anak-anak. Anak-anak sejak dalam kandungan, sejak mereka ada di dalam kandungan, mereka itu sudah pasti hidupnya apa? Sudah pasti hidupnya kebinasan. Sehingga mereka harus kita bawa kepada Tuhan. Bertemu dengan juru selamatnya. Sehingga mereka bisa diselamatkan. Dan itu adalah kerinduan Allah. Untuk membawa anak-anak ini juga bisa bersekutu dengan dia. Yang kedua, misi dari pelayanan sekolah minggu adalah bawa anak-anak datang kepada Tuhan Yesus dengan cara apapun. Bawa mereka kepada Tuhan. Jangan kita menghalang-halangi mereka. Bentuk penghalangan itu bukan hanya di Alkitab, larang. Banyak sekali bentuk halangan yang secara kita nggak sadar, kita sedang menghalangi anak-anak datang kepada Tuhan. Sehingga misi sekolah minggu harus jelas. Membebaskan anak-anak datang kepada Tuhan Yesus. Sehingga anak-anak dapat menerima dia menjadi juru selamat pribadi. Ini tugas yang sebenarnya sangat-sangat banyak pergumulan. Butuh pergumulan dari para guru sekolah minggu. Lalu yang ketiga, tujuannya ngapain sih kita ngajar sekolah minggu? Untuk menghabiskan waktu. Supaya kita jadi aktif. Untuk menghabiskan waktu di gereja. Supaya kita nggak usah ikut ibadah minggu. Kita di sekolah minggu aja. Nah, tujuannya adalah apa? Kita harus punya hati Tuhan. Hati misi. Menjangkau domba-domba kecil. Yang pada era digital ini kita katakan mereka adalah suku digital. Untuk apa? Untuk mereka kita bawa kepada Kristus. Yang kedua, tujuannya adalah kita harus juga membina pertumbuhan rohani anak. Membimbing mereka. Menjadi gembala mereka. Membimbing mereka. Memelihara mereka. Memastikan kehidupan rohani mereka itu juga tercukupi. Terpelihara. Mereka bertumbuh secara rohani. Mengajak mereka mempelajari firman Tuhan. Kalau pada era digital ini untuk melakukan studi alkitab secara digital. Lalu yang ketiga adalah membangun kebersamaan di dalam gereja. Menolong mereka belajar artinya persekutuan sebagai tubuh Kristus. Jadi, kami harap ketika kita memutuskan menjadi seorang guru sekolah minggu, kita tahu betul alasannya. Kita tahu betul dasarnya. Kita tahu betul apa yang firman Tuhan katakan tentang itu. Sehingga kita bisa melakukan pelayanan sekolah minggu menjadi guru-guru sekolah minggu yang betul-betul dipakai Tuhan dengan luar biasa. Lalu, siapa sih guru sekolah minggu itu sebenarnya? Kita akan belajar dalam perjalanan kedua ini ya. Mengenal guru sekolah minggu. Dalam perjalanan kedua ada empat hal yang kita akan pelajari. Siapa sih itu guru sekolah minggu? Apa saja syaratnya? Apa kewajiban menjabat guru sekolah minggu dan meneladangi sang guru agung? Ini adalah dasar alkitab di mana yang akan menolong kita untuk melihat, memastikan kita memastikan mantap menjadi seorang guru. Di Yakobus 3.1 disitu dikatakan jangan banyak diantara kamu yang jadi guru karena kamu tahu bahwa yang mengajar akan dihakimi dengan ukuran yang lebih berat. Jadi, kalau sudah memutuskan jadi guru, pastikan ini ya. Jangan dikit-dikit nanti batu kilangan yang dikalungkan di leher kita. Jadi, pastikan menjadi guru kita akan dihakimi dengan ukurannya lebih berat. Kita harus punya integritas. Yang kedua, di 2 Timotius 2 ayat 24-25 disitu dikatakan ada prinsip-prinsip seorang pelayan Tuhan termasuk seorang guru sekolah minggu. Tidak suka bertengkar, harus seramah dengan semua orang, terampil mengajar, sabar, dan dengan lembut mengoreksi lawannya. Jangan kita malah suka jadi keladi dari segala kerusuhan yang ada di gereja. Memastikan kita punya hati yang tulus, hati yang lurus untuk kita bisa melayani Tuhan sebagai guru sekolah minggu. Lalu di 1 Timotius 3 ayat 10 dikatakan seorang pelayan Tuhan harus terlebih dahulu diuji. Dan jika terbukti tidak bercelah, baru mereka dapat melayani sebagai diakan. Dia akan disini baru mereka dapat melayani sebagai seorang guru sekolah minggu. Ujilah diri kita terlebih dahulu. Motivasi kita. Apa yang membuat saya ingin menjadi seorang guru sekolah minggu? Lalu yang ketiga, yang keempat adalah di Titus 1 ayat 7. Di situ ada syarat-syaratnya tidak bercelah, tidak sombong, tidak cepat marah, bukan pemabuk, tidak suka berkelahi, dan tidak serakah. Ini semua adalah kualifikasi seorang guru sekolah minggu pelayan Tuhan secara umum dan juga bagi seorang guru sekolah minggu berdasarkan firman Tuhan. Apakah berat? Ketika kita sudah memastikan panggilan kita di hadapan Tuhan, dan kita melihat apa yang dikatakan firman Tuhan, kita akan menjalannya dengan penuh sukacita karena kita tahu apa. Tuhan akan menolong kita. Pada era digital ini, bagaimana? Panggilan guru sekolah minggu pada era digital. Sebenarnya panggilan guru sekolah minggu pada era apapun sama. Apa? Di atas bahu guru sekolah minggu tergantung masa depan generasi penerus gereja. Generasi pemimpin pemimpin masa depan gereja. Dan saat ini mereka adalah generasi digital. Sehingga apa? Guru sekolah minggu harus mau memperlengkapi dirinya. Baik itu secara rohani, secara rohani itu sudah harus, dan juga kita dipanggil untuk relevan dengan generasi digital. Jangan kita memaksakan diri, udahlah saya mau ikut cara lama saja. Anak-anak biar ikutin cara saya. Harus menjadi relevan dengan mereka. Kristus, dia datang, dia dari surga, datang ke dunia menjadi sama dengan manusia untuk membawa manusia. Mengenal, bertemu, punya relasi dengan Allah. Kita sebagai guru sekolah minggu, turunlah menjadi relevan dengan generasi digital. Belajar cara-cara mereka. Supaya kita bisa membawa mereka mengenal Kristus. Guru sekolah minggu harus cerdas alkitab, cerdas digital untuk menonton anak-anak kepada kebenaran firman Tuhan dan jangan menyerah. Ini banyak guru sekolah minggu, aduh susah saya gak tek, aduh saya di pedalaman, gak ada teknologi dan sebagainya. Jangan menyerah. Perlengkapi diri kita secara digital. Ingatlah, roh kudus menolong kita. Apa sih syarat-syarat menjadi guru sekolah minggu? Wah ini banyak syaratnya nih. Ada delapan di sini. Guru sekolah minggu harus punya hati yang baru. Hati yang baru di sini maksudnya apa? Sudah lahir baru. Saya selalu katakan kepada guru-guru sekolah minggu saya ketika training. Kamu jadi guru sekolah minggu, pastikan. Kamu sudah terima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat atau belum? Secara pribadi, kalau kamu belum pernah menyatakan diri secara pribadi mengenal dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat, bagaimana kamu bisa membawa anak-anak untuk menyatakan imannya kepada Tuhan? Walaupun kedua, seorang guru sekolah minggu harus punya hati yang lapar. Selalu lapar dan haus akan kebenaran firman Tuhan. Menjadi satu kerinduannya untuk selalu menerus dikenyangkan dan dipuaskan dengan firman Tuhan. Karena apa? Itulah juga kita inginkan ada di dalam diri setiap anak-anak kita. Guru sekolah minggu harus punya hati yang taat. Taat sebagai hamba Tuhan, punya kerendahan hati untuk melakukan kehendak Tuhan. Itu harus memangkas banyak hal. Kesombongan kita, keegoisan kita untuk kita bisa melakukan kehendak Tuhan. Yang keempat, punya hati yang disiplin. Kadang kita merasa bosan mengajar. Kadang banyak masalah yang membuat kita aduh loyo, nggak mau ngajar sekolah minggu. Mungkin masalah-masalah sini sama. Tapi pastikan ketika engkau berkomitmen untuk menjadi seorang guru sekolah minggu, mengatakan, iya Tuhan saya mau jadi seorang guru sekolah minggu. Jangan goyah, jangan hanyut dalam rutinitas, konsisten, terus pelihara api itu ya. Api semangat pelayanan itu dan terus maju. Karena apa? Tuhan sudah berjanji. Dia menyertai kita. Milikilah hati yang mengasihi. Kasih Tuhan yang ada di dalam hati kita yang akan memampukan kita untuk mengasihi anak-anak sekolah minggu. Ada yang bilang gini, aduh susah mengasihi anak sekolah minggu. Kenapa? Mereka susah dibilangin. Mereka maunya ini, mereka maunya itu. Belum lagi misalnya, aduh kok kayaknya ini ya, ada anak yang sakit, ada anak yang ingusan. Wah ini orang tuanya mana? Diserahkan kepada guru sekolah minggu. Kasihilah mereka apa adanya. Berikan dirimu untuk menolong mereka apapun keadaannya ketika mereka berada di sekolah minggu bersama dengan engkau. Miliki hati yang beriman, terus bersandar kepada kekuatan dari Tuhan. Jangan bersandar kepada kekuatan kita sendiri. Punya hati yang mau diajar. Terus mau belajar pokok-pokok firman Tuhan. Rela dikritik, mau ditegur untuk kemajuan diri kita dan milikilah hati yang suci. Jangan biarkan hidup kita dikotori oleh kebiasaan-kebiasaan dan perbuatan-perbuatan yang mempermalukan Tuhan. Sekecil apapun. Dan ini adalah kewajiban yang ditutup dari seorang guru sekolah minggu. Pertama, harus kewajiban pertama yaitu mengajar untuk membawa anak-anak memiliki perubahan hidup yang kedua mengembalakan, punya hati yang berkorban untuk menyediakan makanan rohani bagi domba-dombanya. Yang ketiga, dia punya hati Bapak, membagikan hati dan hidupnya sebagai seorang Bapak yang mengasih anak-anaknya, menjadi teladan menjadi teladan bagi anak-anak. Jadi kita harus memperhatikan diri kita sendiri. Patut ya kita jadi teladan yang baik bagi murid-murid kita. Lalu berikutnya menginjili. Para murid harus mendengar injil supaya keselamatan sampai kepada jiwa mereka. Mendoakan murid-murid kita. Satu persatu sebut nama mereka. Sudah pernah belum? Setiap hari satu persatu sebut nama mereka. Muridnya seratus sebisa mungkin seratus nama itu juga sudah pernah engkau sebutkan dan engkau bawa kepada Bapak. Jangan sampai ada satupun yang ketinggalan. Karena setiap mereka membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Yang ketujuh, raih kesempatan. Manfaatkan setiap kesempatan untuk memberikan pengaruh kekal bagi setiap murid. Mungkin cuma perkataan sederhana. Mungkin cuma sentuhan ringan. Cuma tayang kepala atau genggaman tangan yang kita berikan kepada mereka. Tetapi itu adalah kesempatan besar yang tidak pernah kita tahu. Untuk memberi pengaruh kekal bagi murid-murid kita. Yang berikutnya yang sangat penting adalah ketika kita menjalankan panggilan kita sebagai seorang guru sekolah minggu. Telah danilah sang guru agung. Kita boleh punya guru sekolah minggu idola. Kita boleh punya pendeta yang kita sukai. Yang kita sukai cara mengajarnya, cara ngomongnya, perkarisma, dan sebagainya. Tapi jangan lupa, hanya satu yang harus kita teladani. Sang guru agung kita. Pertama, dia, Yesus punya panggilan yang jelas. Dia tahu panggilannya. Dia tahu tugasnya dari Bapak. Dia datang ke dunia ini untuk mengajar, membimbing, dan menonton manusia untuk mengenal Allah. Sama halnya dengan guru sekolah minggu. Yang kedua, Yesus menjalankan disiplin rohani. Dia punya hubungan yang intim, memelihara hubungan dengan Bapak di surga. Dan itu adalah kekuatan rohaninya untuk bertahan dalam kesulitan. Ini juga yang harus terus diperhatikan oleh para guru sekolah minggu. Kenapa banyak guru sekolah minggu yang lemah akhirnya mundur? Mungkin hubungannya yang dekat dengan Tuhan masih kurang terpelihara. Yang ketiga, Yesus menyebut anak-anak. Punya kasih yang besar. Milikilah kasih yang besar untuk dapat mengasih anak-anak tanpa pamrih. Tanpa pamrih. Jangan lihat orang tuanya. Jangan lihat latar belakangnya. Lihatlah mereka membutuhkan Kristus. Lalu yang berikutnya, Yesus itu juga kreatif. Yesus itu menggunakan beragam metode yang relevan dengan zamannya. Jadi guru sekolah minggu juga harus terus belajar agar skill-nya mengajar anak digital saat ini bisa relevan dengan metode-metode pada era digital ini. Sudah banyak banget ya seminar-seminar, training, bahan-bahan di internet yang bisa menolong kita untuk bisa relevan dengan era digital ini ketika mengajar anak-anak. Berikutnya, Yesus mengajar dengan penuh puasa. Bagaimana dia bisa mengajar dengan penuh puasa? Bagaimana guru sekolah minggu juga bisa mengajar dengan penuh puasa? Bergantunglah kepada karya roh kudus. Supaya apa? Apapun yang kita katakan, apapun yang kita sampaikan, roh kudus bekerja di dalamnya. Menolong anak-anak bisa memahami dan membawa perubahan hidup bagi setiap anak yang kita layan. Belajar tentang, bicara tentang anak-anak sekolah minggu. Mari sekarang kita kenal anak-anak sekolah minggu, anak-anak yang kita layan. Ya, ada empat bagian di dalam modul ini ya. Siapakah anak-anak itu? Mengapa anak-anak? Apa saja kebutuhan anak-anak dan pembagian usia anak? Siapa sih anak-anak itu ya? Yang pertama, ini penting harus kita selalu ingat. Anak itu adalah karunia Tuhan. Di dalam Masmur 127 ayat 3 dikatakan, anak-anak adalah milik pusaka Tuhan. Jadi ketika ada anak yang Tuhan berikan untuk kita layani, baik kita sebagai orang tua, baik kita sebagai guru, baik kita sebagai pelayan anak dimanapun. Setiap anak yang Tuhan berikan kepada kita, itu adalah berkat Tuhan. Yang diberikan kepada orang tua maupun kepada para guru. Itu milik pusaka Tuhan. Jadi jangan sembarangan memperlakukan anak-anakmu. Memperlakukan murid-muridmu. Yang kedua, anak adalah berharga di mata Tuhan. Kita sudah belajar dari Markus 10, Yesus menegur murid-muridnya karena mereka melarang, menghalang-halang anak-anak itu datang kepada Tuhan. Betapa berharganya anak-anak ini di mata Tuhan. Lebih berharga daripada protokoler murid-muridnya. Yesus menyambut mereka. Anak adalah manusia yang berdosa. Saya selalu berkata kepada murid-murid sekolah minggu saya, anak-anakku, ketika kamu ada di dalam kandungan ibumu, saat itulah jalanmu itu sudah pasti, anak-anakku, sudah pasti kamu menuju kepada kebinasaan. Sudah pasti kamu menuju kepada neraka. Kamu harus menerima Kristus sebagai Tuhan yang justru selamatmu untuk kamu bisa berada di dalam jalan kebenaranmu. Di dalam jalan keselamatanmu. Ingatlah. Anak-anak sekolah minggu yang kita layani, manusia yang berdosa dari lahir, dari garis keturunan Adam dan Hawa. Mungkin tapi jangan lupa, mereka berada di dalam kebinasaan. Kalau kita tidak melayani mereka dengan singgah-singgah. Itulah sebabnya anak adalah manusia yang juga memperoleh keselamatan. Mengapa kita melayani anak-anak? Kenapa harus melayani anak-anak? Karena apa? Masa anak-anak itu sering juga disebut sebagai periode emas dalam kehidupan itu atau golden age. Pada masa anak-anak, perkembangan otak fisik terjadi secara maksimal, perkembangan kepribadiannya juga. Sehingga masa anak-anak ini adalah masa yang sangat baik untuk kita memberikan pengajaran alkitab sebelum direbut oleh dunia. Yang lebih agresif dalam mengajarkan nilai-nilai yang salah. Jangan kalah agresif dengan dunia. Lakukan apapun untuk membawa anak-anak datang kepada Kristus. Pemerintah saja menangkap pentingnya periode emas. Di situ pemerintah mengatakan harus memenuhi kebutuhan gisi yang optimal dalam seribu hari. Supaya terjadi pertumbuhan otak yang maksimal. Dalam seribu hari, masa kehidupan mereka. Periode emas yang dikatakan oleh pemerintah kita. Gisi firman Tuhan. Berikan itu juga secara optimal kepada anak-anak kita sesuai dengan perkembangannya. Mengapa kita melayani anak-anak? Karena masa anak-anak itu adalah masa yang istimewa. Ini masa yang paling banyak diingat. Coba kita ingat-ingat ya. Saya itu masih ingat ketika saya di SD kelas 1. Masih ingat. Ketika di TK pun saya masih ingat. Saya masih ingat waktu itu kepala sekolah saya itu datang karena TK kecil ya. Kepala sekolah saya datang namanya Bu Naomi. Saya bahkan masih ingat ya. Datang di samping saya dan bilang Davidea. Karena nama saya Davidea ya. Davidea, kamu jangan suka cubit-cubit temenmu ya. Karena saya suka cubit temen saya. Itu saya masih ingat sampai sekarang. Padahal itu masa TK. Beberapa hal yang coba saya ingat ketika saya kuliah itu lebih sedikit membekas dibandingkan ketika masa kanak-kanak. Bahkan TK saya masih ingat. Ini memang masa yang paling banyak diingat. Jadi ini membekas paling lama dibanding masa umur lainnya. Jadi ajarkan hal-hal yang mereka harus ingat dengan baik ya. Nilai-nilai kekal harus ditanamkan. Itu yang akan mereka ingat seumur hidup mereka. Masa kanak-kanak ini adalah masa yang paling banyak belajar. Dunia anak penuh pengetahuan pengalaman baru untuk dipelajari. Sehingga biarkan anak-anak terpapar dengan firman Tuhan sebanyak mungkin. Dengan cara apapun. Lewat digital, lewat pengajaran di sekolah minggu, lewat kunjungan guru-guru sekolah minggu. Pastikan. Kita bisa kerjasama dengan orang tua di rumah. Supaya memastikan anak-anak ini menerima firman Tuhan sedari dini. Dan masa kanak-anak ini dalam masa pembentukan yang paling mudah. Mereka masih polos. Hatinya jujur. Belum banyak dicemari kebiasaan dosa. Saya nggak bilang mereka nggak berdosa ya. Mereka belum. Belum banyak dicemari kebiasaan atau perbuatan dosa. Kebiasaan-kebiasaan buruk masih belum terbentuk terlalu banyak. Jadi penting sekali menanamkan pengajaran firman Tuhan pada masa kanak-kanak. Supaya apa? Ketika masa dewasa hidupnya jauh lebih mudah dibentuk. Nah. Tantangan melayani pada anak era digital. Kenapa kita sekarang juga harus lebih lagi semangat melayani anak-anak. Karena era digital ini. Era digital ini banyak sekali anak-anak yang kita lihat kurang kasih sayang. Karena apa? Kasih sayang orang tua itu tergantikan dengan gadget. Kasih sayang orang tua itu tergantikan dengan fasilitas-fasilitas kemudian hidup yang mereka terima saat ini. Bahkan banyak ya yang saat ini mereka anak-anak jadi korban kekerasan. Di lingkungannya atau secara digital. Anak terpapar dengan pengaruh internet yang menyajikan paham dunia yang nggak sesuai firman Tuhan. Harus kita rebut ya. Dan sayang sekali. Di tengah semua keadaan darurat ini. Ini masih banyak gereja yang belum melihat betapa seriusnya pelayanan anak. Sering kali tuh gereja tuh hanya saya yakin ya di gerejanya kakak-kakak semua yang hadir pada pagi hari ini nggak ya. Semua melihat penting sekali pelayanan anak. Kadang hanya melihat tuh sebagai pelayanan sampingan. Tempat penitipan anak. Daripada ribut di gereja. Ya sekolah minggu aja gitu ya. Bahkan gereja kalau melihat anak itu lebih suka main dengan gadget daripada sekolah minggu dibiarin aja. Mereka juga udah memang susah. Mereka memang maunya HP. Lah kok kan? Lakukan sesuatu. Lakukan sesuatu. Bukan berarti terus kita melarang mereka nggak pegang HP ya. Enggak. Lakukan sesuatu supaya dengan gadgetnya, dengan teknologi kita juga bisa relevan dengan mereka. Lalu yang ketiga kita bisa melihat rencana Tuhan bagi anak-anak. Dari sejak perjanjian lama. Perintah untuk berkembang biak dan bertambah banyak itu adalah perintah Tuhan untuk memenuhi bumi. Tuhan pula yang membentuk manusia dalam kandungan. Ini berarti Tuhan yang merencanakan adanya lahirnya seorang anak di dunia ini. Lalu Tuhan juga berjanji akan memulihkan Israel dengan membentuk generasi-generasi baru. Generasi baru ini bukan diciptakan baru langsung gede gitu ya. Iya tentu saja dari kandungan dari dari kelahiran gitu ya. Generasi baru. Lalu dikatakan di Sakaria 833 Yerusalem baru akan penuh dengan anak-anak yang bermain di jalan. Ini satu perbuatan yang sangat indah. Anak-anak menggambarkan betapa Tuhan itu sangat menyukai ya kehadiran anak-anaknya. Anak sebenarnya gitu ya. Dan tapi jangan lupa di tengah semua itu anak-anak mewarisi dosa asal. Anak-anak akan menghadapi tahta pengadilan Allah. Sehingga anak-anak butuh keselamatan dari Tuhan. Tetapi bersyukur rencana baru bagi manusia termasuk anak-anak melalui kelahiran baru yang diberikan oleh Rekudus itu juga tersegih untuk anak-anak. Jika Tuhan sudah punya rencana yang begitu luar biasa lewat anak-anak dan dalam hidup anak-anak bagaimana rencana kita sebagai guru sekolah minggu atau sebagai orang tua Kristen terhadap anak-anak yang Tuhan percayakan kepada kita. Panggilan pembina anak dalam melayani anak. Tentu saja kita harus mengambil bagian secara aktif membentuk anak atau murid yang Tuhan percayakan kepada kita bahwa anak untuk mengenal penciptanya dan membina para penurus dan pemimpin generasi gereja yang akan datang. Apa saja ini kebutuhan anak-anak? Banyak nih ya disini dikatakan nanti bisa dipelajari lagi di model ya. Kebutuhan kasih dan perhatian. Kebutuhan rasa aman dan sejahtera. Rasa aman anak itu harus dipastikan bertumbuh dari rasa takut mereka akan alah. Jangan dari hal-hal lain, hal-hal mana. Lalu pastikan kebutuhan pendidikan dan pengajaran. Kebutuhan kebebasan untuk mengekspresikan diri. Kebutuhan rasa diterima dan dihargai dan kebutuhan akan kecerdasan digital. Kita harus membegali anak-anak dengan pengetahuan yang cukup tentang manfaat dan bahaya dunia digital. Ini hal-hal yang bisa kita lakukan untuk kita bisa memenuhi kebutuhan anak-anak gitu ya. Kita bisa mengunjungi rumah mereka, ngobrol, secara pribadi, perhatikan anak-anak gitu ya. Lalu berikan kegiatan-kegiatan sehingga murid itu bisa mengekspresikan dirinya. Kita bisa lebih mengenal mereka. Berikan perhatian khusus. Misalnya ketika ulang tahun kita doakan atau kita mereka lagi main gadget. Saya tuh suka nintip ke guru anak sekolah lagi main apaan gitu ya. Keliatannya kita kayak bobadah kita pengen ngerti ini main apaan ya. Ini bahaya gak ya. Lalu catat peristiwa-peristiwa khusus misalnya saat ini kita lihat si A sedang marah. Pada tanggal ini hari ini A sedang marah. Jadi kita bisa melihat pertumbuhan dan pertumbangan mereka. Ini pembagian-pembagian untuk usia anak. Untuk Batita ini ya di bawah 3 tahun ini masa yang sangat krusial karena ini adalah masa yang perkembangan apapun itu cukup pesat. Sangat pesat. Baik itu fisik, baik itu saraf. Ini sangat pesat sekali. Lalu di kelas Balita. Ini segala sesuatu ini segala sesuatu dianggap mainan. Apapun dianggap mainan di kelas Balita. Jadi sangat suka bermain. Lalu di kelas Pratama di umur 6-8 tahun ini tahap-tahap membutuhkan karakter. Sangat bergantung kepada orang dewasa. Mulai terpapar dengan teknologi walaupun mungkin belum punya gadget sendiri. Perlu kita dampingi dan kita awasi. Lalu kelas Madia perkembangan konektifnya membentuk identitas diri. Suka cenderung lebih aktif secara sosial juga. Jadi mereka butuh bimbingan baik secara akademis maupun sosialnya. Sudah mulai memegang gadget jadi perlu berikan pengertian dan batasan untuk para remaja yang sangat kentara adalah pertumbuhan fisik dan emosional yang berubah. Sangat-sangat berubah dari seorang anak menjadi seorang remaja. Suaranya pasti berubah. Cara pikirnya berubah. Dan mereka sedang mengembangkan identitas diri mereka. Jadi butuh dukungan dan pengertian dari orang tua dan guru sekolah minggu. Ini biasanya masa-masa pertarungan antara orang tua dan guru sekolah minggu. Jadi pasti kita akan banyak ribut dengan mereka. Akan banyak diskusi dengan mereka. Tapi pastikan kita terus dukung dan gampingi mereka untuk anak-anak para remaja. Nah, bahan-bahan pengajaran sekolah minggu sangat penting. Itu ya, kita bisa lihat apa sumber utama pengajaran, sumber pendukung pengajaran, dan bahan pembinaan guru sekolah minggu. Yang pasti alkitab itu harus menjadi sumber utama dan dasar dalam perdoman mengajar. Alkitab harus dipelajari secara sistematik kuasai inti pengajaran alkitab dan kalau guru sekolah minggu nggak punya pengetahuan cukup tentang alkitab, pasti akan sulit mengajarkan visi-visi firman Tuhan. Dan ingat, alkitab sekarang sudah dapat diakses dengan mudah, terutama secara digital. Jadi nggak ada alasan untuk tidak belajar alkitab. Karena Yasan Lebega Sabda sendiri yang adalah Yasan Studi Alkitab Digital menyediakan alkitab dalam berbagai bahasa dan versi. Itu ya, ada bahasa Indonesia, bahasa suku, versi-versi bahasa asli, dalam bahasa Inggris, bahkan ada dalam bahasa asing lainnya. Dan semua itu bisa diakses dengan beberapa cara. Dari software alkitab ada, dari situs alkitab ada, dan dari aplikasi-aplikasi alkitab Sabda Android. Nah, untuk ragam-ragam bahan seputar alkitab juga tersedia, dapat dipakai untuk mengajar. Itu ada dua ya, bahan cerita alkitab, lalu bahan tokoh alkitab. Untuk baca, dengar, nonton alkitab, itu ada namanya situs Badino. Baca, dengar, nonton alkitab bersama di badino.sabda.org. Lalu ada cerita.co, ini ada cerita bergambar, plus ada videonya. Ada 90 lebih cerita bergambar di sana dan animasinya. Lalu kita juga bisa belajar bahan-bahan tokoh alkitab, itu di situs alkitab Sabda ada, di situs Dio Christi ada, di situs Doa ada, dan di berbagai situs-situs lainnya. Untuk kurikulum alkitab, sebaiknya gereja itu membuat kurikulum sendiri, sebaiknya. Tapi memang banyak yang mungkin tidak memungkinkan untuk membuat sendiri. Banyak alasan, banyak faktor. Tapi puji Tuhan, karena sudah banyak juga yayasan yang Tuhan pakai untuk membuat kurikulum sekolah minggu. Seperti ada suara sekolah minggu, buku pintar sekolah minggu, ada children desiring, God, dan lain-lain. Apapun yang digunakan. Tapi ada catatannya. Pastikan bahan yang dipilih alkitabia punya dasar alkitab yang jelas. Oleh karena itu, guru sekolah minggu sebelum memilih kurikulum juga harus punya dasar firman Tuhan yang jelas di dalam dirinya. Dan Sabda sudah menyediakan beberapa bahan pendamping untuk mengajar sekolah minggu tadi ya. Ada Badino, ada kurikulum Yesus Mesias di mesias.sabda.org, ada bahan-bahan dari Kingston Indonesia, ini komik alkitab bergambar di komik.app, lalu banyak sekali bahan mengajar tersedia di situs PEPA, Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen di pepa.sabda.org. Sumber pendamping pengajaran yang pertama itu juga ada bahan studi alkitab. Ini sangat penting. Guru perlu punya bahan-bahan studi alkitab untuk menginterpretasikan dan mengajarkan fakta dan kebenaran alkitab secara tanggung jawab. Kami sudah punya alat-alat studi alkitab dari Sabda. Di software Sabda ada tutorialnya, di situs alkitab Sabda juga ada tutorialnya, aplikasi alkitab Android, dan juga SabdaBot. Nah, nanti di modul bisa diakses ya, bisa dilihat juga link-linknya, bisa diakses dari sana. Dan bahan-bahan studi alkitab yang guru sekolah minggu harus kuasai paling tidak ada pengantar alkitab untuk mengetahui latar belakang dan konteks dari setiap kitab. Ada kamus alkitab untuk belajar definisi kata-kata sulitnya, belajar tentang tokoh-tokoh atau tempat-tempat apapun keterangan yang kita perlukan di alkitab. Tafsiran alkitab perlu untuk kita bisa melihat catatan-catatan ayat dari para penafsir alkitab ya, apa yang mereka katakan, sehingga kita bisa membandingkan juga dengan studi alkitab atau penggalian sudah kita lakukan dan juga ada peta alkitab. Bahan-bahan teologi sistematika, pengajaran juga perlu sekali untuk dipelajari oleh guru sekolah minggu. Ada doktrin alkitab, doktrin Allah, doktrin manusia dan dosa. Dan semua ini itu sudah disediakan oleh Sabda sendiri. Di Sabda Ministry Learning Center. Seperti pagi ini kita ikut kelas PSM. Itu salah satu cara untuk kami mendukung para pelayan anak, Mbak-Mbak Tuhan, bahkan Jemaat Tuhan untuk belajar tentang teologi sistematika. Lalu berikutnya, untuk bahan pendamping sekolah minggu, jangan lupa kita harus lakukan ikut training supaya kita punya pengetahuan dasar tentang pelayanan sekolah minggu, kita terampil dalam mengajar dan mengolah kelas, dan kita punya kecerdasan digital. Nah, untuk training dan seminar pembinaan guru, Sabda sudah berikan juga banyak sekali materinya di live.sabda.org atau bisa ikuti di YouTube Sabda Alkitab. Oke. Nah, untuk bahan pembinaan guru sekolah minggu, itu bisa kita juga lakukan dalam kelas-kelas persiapan mengajar sekolah minggu. Kelas persiapan mengajar sekolah minggu ini minimal diadakan seminggu sekali. Guru yang akan bertugas hari minggunya harus datang untuk melakukan studi alkitab terkait bahan mengajar yang dilakukan. Ini masih jarang gereja yang melakukan. Tujuannya apa? Supaya guru lebih disiplin, punya waktu persiapan mengajar, dan memastikan guru mempersiapkan diri dengan bertanggung jawab. Dan dalam persiapan kelas sekolah minggu ini, guru sekolah minggu juga bisa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengajar dan melayani. Nah, ini yang terakhir. Wah, kayaknya saya sudah habiskan waktu. Untuk administrasi sekolah minggu, kita perlu belajar untuk kepengurusannya, program-programnya, perencanaan kelas sekolah minggu, dan administrasinya. Pengurus inti mungkin di setiap gereja bisa berbeda, tapi paling enggak ini secara dasar ya. Pengurus inti itu ada ketua sekretaris Bindahara, itu yang akan mengatur semua prasyonel dari sekolah minggu. Ya, rapat, laporan, pengembangan sekolah minggu, program-program. Lalu kalau misalnya ini gereja Anda ternyata besar sekali, anak sekolah minggunya juga banyak sekali, ya itu bisa dibagi beberapa departemen untuk sekolah minggu tentang kebaktian ada yang ngurus sendiri, konselik ada yang ngurus sendiri, dan sebagainya. Ini untuk lebih mengembangkan potensi para guru juga yang ada di gereja. Lalu kepengurusan ini perlu ada ketua kelas sekolah minggu. Ini beda dengan ketua sekolah minggu ya. Ketua kelas sekolah minggu ini maksudnya kelas indria penanggung jawabnya siapa, kelas media penanggung jawabnya siapa, gitu ya. Supaya bisa dikoordinir lebih kecil lagi, gitu ya. Bisa lebih terfokus lagi. Termasuk untuk menjatual guru-guru, mengatur jadwal kunjungan, dan sebagainya. Dan yang pasti adalah guru-guru sekolah minggu. Guru-guru sekolah minggu di sini adalah motor, kunci dalam sekolah minggu. Untuk program-program ibadah sekolah minggu, kita bisa kan ibadah rutin itu pasti harus selalu ada. Ibadah-ibadah khusus ya, perkenalkan anak-anak dengan hari-hari Raya Kristen dan lakukan kegiatan. Dalam setiap hari Raya Kristen, ada ibadah-ibadah khusus seperti retret, piknik, kebaktian padang, KKR, dan pastikan juga ada kegiatan guru. Guru sudah memberi, dia juga harus menerima. Menerima training, ada diskusi, ada rapat kerja, evaluasi, dan sebagainya. Dan pastikan anak-anak juga dibagi ke dalam kelas-kelas sekolah minggu yang tepat. Untuk kelas dengan anak-anak yang bervariasi dan cukup banyak, bisa dibagi menjadi kelas batita, balita, prakama, sampai praremaja. Tapi untuk gereja kecil, itu cukup 3 kelas saja, bisa kelas kecil 3-6 tahun, kelas madia, dan juga kelas besar. Ini untuk pembagian guru-guru kelas, dibagi berdasarkan guru yang ada, lakukan perekrutan, gitu ya. Lalu perlu rencanakan untuk kegiatan kelas dipikirkan dengan semua guru. Jangan hanya satu-satu. Nah ini administrasinya cukup banyak ya, nanti bisa dipelajari sendiri, harus ada pendataan guru dan anak, harus ada laporan data pribadi dan absensi guru, laporan kegiatan sekolah minggu, ada laporan keaktifan guru dan anak, laporan persembahan, kegiatan visitasi, inventarisasi saranan dan prasarana, semua harus tercatat dengan baik, supaya administrasi sekolah minggu juga berjalan dengan baik, gitu ya. Wow. Mengajar anak, mengajar dan mengurus sekolah minggu itu bukan sekadar kegiatan atau pelayanan dalam gereja. Tetapi itu adalah cara kita untuk apa? Memenuhi panggilan Tuhan, yaitu membiarkan anak-anak itu datang kepada kita, kepada Tuhan, jangan menghalang-halangi mereka, karena orang-orang seperti itulah, anak-anak inilah yang memiliki kerajaan Allah. Tetap semangat, kakak-kakak semua, sampai disini. Disini untuk presentasi materinya, maaf, saya mungkin pakai waktu terlalu banyak ya, tapi bersyukur, kiranya Tuhan menolong untuk mengikuti kelas sampai tuntas, sampai selesai, dan yuk kita berbagi semaksimal mungkin untuk setiap pelayanan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Amin. --- Batas Transcript --- Dari hitungan 3, 2, 1, kita akan admit all. Oke, selamat malam semuanya. Selamat datang di acara TAKBBS atau Temu Anggota Klub Baca Buku Sabda. Saya mengucapkan selamat datang bagi rakan-rakan semuanya. Terima kasih untuk rakan-rakan yang juga sudah boleh menyediakan diri untuk berpartisipasi dalam sharing buku. Jadi, setiap bulan selama sepanjang dari tahun kemarin, ini juga merupakan rutinitas dari Klub Baca Buku Sabda untuk mengadakan TAK, Temu Anggota KBBS. Dan di acaranya salah satunya adalah sharing buku. Buku-buku yang sudah dibaca dan akan disharingkan oleh rekan-rekan yang masing-masing boleh membaginya melalui TAKBBS ini. Oke, saya mengucapkan selamat datang. Dan selamat malam untuk rakan-rakan semuanya yang baru saja hadir. Saya mau menyapa nih rakan-rakan yang sudah on camera semua. Tadi juga sudah saya sapa. Ada Pak Adiel, selamat malam. Selamat malam. Selamat malam. Lalu juga Pak David Tobias. Selamat malam, Pak. Selamat malam, Pak Niko. Ya, super sekali ya. Oke, lalu juga ada di sebelah kiri saya ada Bu Okti. Halo, Bu Okti. Halo. Halo, selamat malam, Niko. Selamat malam, teman-teman. Selamat malam semuanya. Ada juga Kak Roma di sana. Halo. Selamat malam, Kak Roma. Halo. Halo, iya. Ada juga nih Pak Jofel Lasut. Halo, selamat malam, Pak Jofel. Gimana, sehat nih, Pak Jofel? Sehat, sehat. Oke, iya. Terima kasih. Kalau boleh tahu, sepertinya baru pertama kali ini, Kak, berjoin di TAKBBS, Pak Jofel. Iya, iya. Oke, iya, sepertinya iya. Oke, selamat bergabung dan selamat menikmati nanti sharing dari rekan-rekan kita, ya. Lalu juga selamat malam. Saya menyapa untuk Bu Lina Kusumawati. Halo, Bu Lina. Selamat malam. Selamat malam, Mas Nikos. Oke, sehat-sehat, Bu. Di sana, Bu. Sehat. Puji Tuhan. Semakin bertumbuh, nih. Oke. Oke, sip. Terima kasih. Lalu juga ada Bu Lili. Ini yang sangat rajin hadir di TAKBBS. Bu Lina dan Bu Lili. Selamat malam, Bu. Selamat malam, Pak Nikos. Selamat malam. Ada juga di sana, Kak Mei. Selamat malam. Saya juga menyapa nih, rekan-rekan Sabda juga. Mbak Mei, selamat malam. Selamat malam, Pak. Iya. Lalu juga ada Bu... Sebentar. Bu Dernita Manurung. Halo, selamat malam. Sepertinya tidak bisa bergabung di audio, ya. Ada juga Bu Muli. Bu Muli, ya, ini, ya. Selamat malam, Bu Muli. Iya, selamat malam, Pak Nikos. Oke, siap. Semangat sekali. Sudah siap, ya, Bu, ya. Untuk mendengarkan sharing dari rekan-rekan yang akan share bukunya. Bukan bukunya, sih. Maksudnya share buku yang sudah dibaca untuk malam hari ini. Iya, sudah siap, Pak. Iya, oke. Nah, tentunya juga rekan-rekan yang lain, yang juga baru bergabung. Ini saya melihat di waiting room juga ada beberapa yang baru saja masuk. Oke, sebentar. Ini ada Kak Domi Nuna. Halo, selamat malam. Domi Nuna. Apakah bisa join audio? Oke, sepertinya tidak bisa, ya. Oke, enggak apa-apa. Oke, selamat malam dan selamat menikmati nanti sharing dari rekan-rekan. Lalu juga ada Pak Efrit Jehadin. Sepertinya baru ini, ya. Selamat malam, Pak Efrit Jehadin. Selamat malam, Pak. Selamat malam, oke. Apakah ini baru pertama kali join KBPS, nih, Pak? Karena sepertinya... Ini baru pertama kali, Pak. Oke, oke. Siap, siap, siap. Sebelumnya, apakah pernah join acara Sabda yang lain? Mungkin ini dapatnya dari mana, gitu? Informasi tentang KBPS ini? Dari Instagram kemarin. Oh, dari Instagram. Oke, siap. Terima kasih, Pak. Oke, sudah join juga, ya. Sip. Tadi juga Bu Dernita sepertinya sudah on-cam, ya. Jadi saya mau sapa lagi, nih. Tadi sempat belum tersapa. Halo, Bu Dernita. Pak! Selamat malam, Pak. Ah, senyumnya itu. Indah sekali. Oke. Selamat menikmati. Ini nanti, ya, Bu, ya. Sharing dari rekan-rekan KBPS, ya, Bu, ya. Iya, Pak. Oke, terima kasih. Di sini, ya, tadi Bu Nita... Bu Dernita dan kita juga nge-chat, ya. Selamat malam, Pak. Dan selamat malam, rekan-rekan semuanya. Oke. Sudah 7.30 di tempat saya. Jadi, seperti biasa, kita akan mulai untuk TAKBPS atau Temu Anggota KBPS Klub Baca Buku Sabda. Oke, Mas Odi, mungkin kita bisa mulai untuk solid pertama. Ya, 26 April 2023 hari ini diadakan Temu Anggota Klub Baca Buku Sabda atau biasanya dikenal dengan TAKBPS. Temu Anggota, ya, untuk rekan-rekan semuanya. Seperti yang ada di foto, ada banyak sekali rekan-rekan yang boleh berkumpul di setiap TAKBPS, gitu, ya. Dan juga ada beberapa yang join di Baca Klub KBPS. Nah, setiap bulannya, ini masuk ke pertemuan ke-12, kalau saya tidak salah hitung, untuk TAKBPS sejak tahun lalu. Bulannya bulan April juga, kalau saya tidak salah. Oke, berikutnya, jadi di TAKBPS, ini saya tidak sendirian. Saya, bagi yang pertama kali hadir di TAKBPS, saya akan memperkenalkan diri dahulu. Saya, Nikos, saya akan menjadi host pada malam hari ini untuk acara ini sepanjang berjalannya acara TA. Lalu juga ada Mbak Okti, yang akan menjadi moderator, karena nanti akan ada sharing buku. Tentunya kita akan membutuhkan moderator. Nah, Mbak Okti akan jadi moderatornya. Lalu juga ada Mas Odi, yang akan jadi admin teknis, dan Mbak Mei, yang menjadi admin. Oke. Berikutnya, ini untuk agenda TA, jadi ini nanti akan dibuka dengan dua pembukaan, seperti biasa, lalu akan langsung ke sharing buku. Langsung ya, ke sharing buku dari tiga rekan TAKBPS kita, lalu juga nanti di setiap sharingnya akan ada sesitanya jawab, tenang aja. Jadi, kalau misalnya nanti masih penasaran, silakan bisa masuk ke sesitanya jawab ini untuk menanyakan hal-hal terkait buku yang disharingkan, dan nanti foto bersamanya akan di tengah, supaya semuanya masih ada di sini, tidak lift gitu ya. Lalu juga ada breaking news nanti di TAKBPS, di sesi berikutnya, dan kita akan tutup dengan doa penutup. Oke, dan karena ini juga, Apan, sudah pertemuan ke-12 atau mungkin sudah kurang lebih satu tahun mengadakan agenda TAKBPS ini, jadi akan ada sedikit evaluasi untuk TAKBPS ini. Oke, kita akan masuk ke sesi pertama, yaitu doa pembukaan. Saya boleh minta tolong dengan kasih Bu Lina Kusumawati untuk boleh mengimpin kita dalam doa pembukaan, Bu. Baik, makasih, Klaus. Mari, teman-teman, kita akan berdoa. Tuhan Yesus, kami sungguh bersyukur pada malam hari ini kami boleh kembali berkumpul dalam acara Temu Anggota TAKBPS. Tuhan, tolonglah setiap kami yang telah hadir pada malam hari ini. Tuhan, menolong supaya melalui pertemuan kami pada malam hari ini, kami boleh mendapatkan berkat dari sharing teman-teman tentang buku-buku yang mereka baca. Tuhan, menolong juga untuk teman-teman kami yang akan men-sharingkannya. Tuhan juga memberikan mereka kemampuan, memberikan mereka kesiapan, dan biarlah apa yang menjadi sharing mereka itu boleh menjadi berkat buat kami semua yang mendengarkan. Tuhan juga berkati jaringan kami. Tuhan menolong internet kami, dan Tuhan juga menolong juga untuk Bu Okti yang sebagai moderator. Akhirnya Tuhan juga memberikan hikmat kepadanya dalam memimpin acara sharing buku. Terima kasih ya Tuhan, kami serahkan semuanya ke dalam tanganmu. Tuhan yang akan menolong setiap kami, dan Tuhan yang akan memimpin acara kami malam hari ini. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin. Amin. Terima kasih Ibu Lina sudah memimpin kita dalam doa pembukaan. Berikutnya kita akan langsung ke sesi sharing buku. Pindah kedua, ini akan dipandu oleh Bu Okti sebagai moderator, dan ada tiga rekan kita yang akan sharingkan buku yang sudah dibaca dan sudah dirangkumkan gitu ya. Yang pertama ada Pak Roma, lalu juga yang berikutnya ada Pak Adil Stefanus, dan yang ketiga ada Pak David Tobias. Jadi tiga rekan ini yang akan membagikan bukunya. Lalu berikutnya, di setiap sharing buku akan ada tanya-jawab, jadi nanti akan dipandu oleh Bu Okti sebagai moderator, untuk sesi sharing dan juga tanya-jawabnya. Oke, waktu berikutnya akan saya serahkan ke Bu Okti untuk takeover dan memimpin dalam sharing buku sekaligus tanya-jawab, dan nanti akan ada satu kesimpulan dari Bu Okti sebagai moderator dari sharing buku ini. Oke, terima kasih. Silahkan Bu Okti. Baik. Terima kasih, Nikos. Halo, selamat malam teman-teman. Saya Okti, dan malam ini saya akan membantu teman-teman yang akan men-sharingkan bukunya pada acara TEA ASEAN, yang saya akan bebes pada malam ini dengan menjadi moderator. Seperti tadi sudah disebutkan Nikos, ada tiga orang. Kita akan mendapat banyak berkat malam ini, Bapak, Ibu, Saudara-saudara. Kita akan mendengarkan sharing dari tiga orang teman kita yang akan membawakan buku dengan tema yang berbeda-beda. Yang pertama ada Roma dengan buku berjudul Teologi Kucing dan Anjing. Yang kedua ada Pak Adil Stefanus yang akan membawakan buku berjudul The Twenty One Irrefutable Laws of Leadership karangan John Maxwell. Dan yang ketiga ada Pak David Tobias yang akan membawakan sharing buku berjudul Hashtag Struggles karya Craig Groeschel. Ya, teman-teman seperti biasa nanti kita akan mendengarkan masing-masing narasumber memberikan presentasi selama lima menit yang kemudian akan langsung di sambung dengan tanya-jawab. Karena itu silahkan rekan-rekan selama nanti teman-teman masih memberikan sharingnya teman-teman bisa memberikan pertanyaan atau tanggapan lewat live chat gitu ya. Nanti saya akan sampaikan ketika sesi tanya-jawab atau nanti ketika sesi tanya-jawab teman-teman juga bisa resen untuk bertanya secara langsung kepada narasumber. Gitu. Oke, tanpa lama-lama lagi kita akan mulai saja presentasi pertama malam ini yang akan dimulai oleh sodari Roma membawakan buku berjudul Teologi Kucing dan Anjing. Halo Roma, gimana? Sudah siap membawakan materinya? Siap, Kak. Oke. Lima menit ya, Roma. Saya nanti akan kasih timer. Jadi, silahkan Roma langsung memulai presentasinya. Kita kasih applause, teman-teman, kepada Roma. Oke. Baik. Silahkan, Roma. Oke, selamat malam, teman-teman. Ya, senang bisa bertemu lagi. Oke, malam ini saya akan sharing satu buku yang baru saja saya selesai baca, yaitu judulnya Teologi Kucing dan Anjing. Ya, menarik ya kalau dilihat dari judulnya. Dan buku ini sebenarnya subjudulnya punya dua nih, mengintrospeksi hubungan kita dengan Allah dan juga membuat kita semakin rindu nanti untuk selalu memuliakan dan menyenangkan Allah. Dan buku ini ditulis oleh Bob Sojourn dan juga Gerald Robinson. Oke, next. Sedikit info tentang buku ini. Halamannya ada 274 halaman. Jadi, sekali baca bisa langsung selesai ini dalam satu waktu. Terus jumlah babnya juga ada 16 dan lumayan ringan untuk dibaca. Jadi, walaupun judul depannya itu teologi gitu ya, tapi ketika kita baca, enak sekali untuk dibaca karena relevan sekali dan juga relate mungkin dengan kehidupan kita. Dan penerbitnya adalah Anvilin Glory, Indonesia, Bandung 2003. Oke, next. Sedikit info tentang penulisnya. Jadi, yang nulis buku ini ada dua orang. Yang pertama itu Bob, Pak Bob. Pak Bob ini adalah ketua Anvilin Glory. Jadi, Anvilin Glory ini sendiri adalah sebuah pelayanan yang bergerak untuk membangunkan gereja yang mungkin tidur gitu ya. Untuk membuka kesadaran tentang bagaimana seharusnya gereja itu memuliakan Allah gitu ya. Bukan hanya dalam sebagian bidang atau seperempat bidang, tapi untuk seluruh bidang kehidupan gitu. Makanya mereka punya gerakan ini dan pergi ke seluruh dunia untuk menjangkau gereja-gereja yang mungkin punya persepsi mengikut Kristus gitu. Tapi kadangkala tidak berpadaan kepada Tuhan gitu. Jadi, mereka punya gerakan pelayanan ini Anvilin Glory dan Pak Bob sendiri punya istri bernama Debbie. Dan saat ini mereka juga tinggal di Virginia dengan 4 anak. Dan penulis keduanya itu ada Gerald. Ini tuh wakil ketuanya. Jadi, Pak Bob itu ketua dan Pak Gerald ini wakil ketua dari Anvilin Glory. Dia juga seorang guru dari WTB atau Walk Through the Bible Ministry. Ini juga sebuah pelayanan dimana dia juga pergi ke seluruh dunia ya. Ke beberapa negara untuk mengadakan seminar terkait bidangnya. Dan saat ini juga dia pernah mengajari. 3 menit lagi ya, Roma. Oke, lanjut cepat. Oke, teman-teman. Mengapa saya tertarik memilih buku ini? Karena yang pertama saya suka memang buku-buku teologi. Dan ketika membaca ini ada istilah-istilah teologi yang ringan tetapi mendalam gitu. Jadi, nggak terlalu jelimat dan berat banget. Terus ternyata ketika membaca buku ini, sifat-sifat yang dikarenakan Tuhan pada kucing dan anjing ini kan ciptaan Tuhan juga ya. Seringkali ternyata mirip dengan... bagaimana kita menyikapi secara teologis ya. Dalam cara pandang kita, pola pikir kita, atau mungkin bagaimana kehidupan kita sebenarnya dengan Allah gitu. Digambarkan oleh kucing dan juga anjing. Dan ini juga akan mengevaluasi cara berpikir kita secara dalam. Khususnya untuk selalu punya cara pandang yang benar dihadapan Tuhan. Jadi ini alasan saya membeli buku. Hal-hal yang saya pelajari. Ini pelajaran penting yang saya dapatkan dari buku teologi kucing. Kucing dan anjing. Yang pertama kehidupan bukan tentang kita, melainkan tentang Allah. Rasa-rasanya kok kita nggak perlu ini dengan kehidupan kita ya. Nggak merasa penting dengan kehidupan kita. Tapi sebenarnya bukan itu maksud penulis gitu ya. Dia mau menekankan bahwa anjing atau kucing suka punya persepsi yang berbeda gitu ya. Anjing ketika merasa Tuhannya mempengasihinya, Tuhannya memberi makan, Tuhannya mengelus-ngelus dia, berarti anjing merasa bahwa dia pasti Allah gitu. Sedangkan kucing sebaliknya gitu, engkau mengelusku, engkau memberi aku makan, engkau membukakan aku pintu, berarti aku pasti Allah gitu. Jadi terletak perbedaannya di sini. Yang satu sangat egocentris sekali, sedangkan yang satu selalu menyerahkan kehidupannya kepada Allah gitu. Dan melihat Tuhannya itu sebagai Allah. Yang kedua, pelajaran penting yang saya dapat, menyadari sikap yang selama ini sering saya lakukan sebagai pengikut Tuhan. Pengikut Tuhan udah pasti dari Kristen, dari sejak lahir gitu. Setelah saya baca buku ini, baru benar-benar bisa evaluasi diri kemarin ya. Ternyata selama ini, dari perbedaan-perbedaan yang ditunjukkan oleh kucing dan anjing, kebanyakan saya masih menjadi apa ya, atau punya pola pikir dominan kucing sekali gitu. Nah, dan yang ketiga, segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan harus mengarahkan, saya harus kepada kemuliaan Allah, baik di tengah-tengah berkat maupun pada saat-saat yang sulit. Dan ini beberapa hal juga, teman-teman kalau mau membacanya, banyak berkat ya yang diberikan ya terkait bahaya-bahaya sebagai orang yang masih berkecimpung di dalam teologinya kucing gitu ya. Kadang-kadang nggak menerima yang namanya kesulitan. Kalau kesulitan terjadi itu berarti karena kutuk dari Allah gitu, bukan apa ya, ya itu karena perbuatanmu sendiri gitu. Jadi itu yang kucing katakan terkait apa ya, hanya menerima berkatlah intinya dari Allah, nggak mau menerima yang sakin, nggak mau menerima yang sulit. Oke, waktunya sudah hampir habis ya Roma, silahkan. Oke, menutup. Iya. Iya. Nah, menutupnya segala sesuatu, bukan kebanyakan ya, ini juga dikutip dari Roma sih, Kitab Roma gitu. Allah adalah dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia. Jadi segala sesuatu harus mengarahkan kita kembali kepada kemuliaan Allah, baik di tengah banyaknya berkat maupun keadaan sulit. Itu dari saya, terima kasih. Baik. Oke, terima kasih Roma. Kita beri applause dulu ya untuk Roma ya. Iya Wak, tidak mepek ya. Oke, ini teman-teman silahkan memberikan respon ataupun pertanyaannya, baik via kolom chat ataupun nanti bisa langsung. Tapi sembari menunggu teman-teman memberikan respon atau tanggapan, saya ada pertanyaan dulu nih Roma. Yang pertama, ini tadi menarik ya pakai analoginya kucing dan anjing. Nah, dalam buku itu sendiri dijelaskan nggak Roma? Kenapa penulis memilih kucing dan anjing gitu ya? Atau memakai analogi kucing dan anjing ini untuk menyampaikan tujuan atau maksudnya kepada pembaca? Jadi sebenarnya Pak Bob ini kan ketika tinggal di salah satu tempat di wilayah Amerika gitu, dia itu punya yang namanya anjing. Anjingnya itu namanya Jasmine. Dan kucingnya itu namanya Simba gitu ya. Nah, jadi mereka punya dua perliharaan ini, kucing dan anjing. Dan si Pak Bob ini selalu mengamati gitu tentang kedua hewan peliharaan ini. Dan ketika dia amati ternyata beda sekali gitu ya. Makanya tadi pelajaran yang saya dapatkan yang pertama, kalau kucing ketika di depan pintu gitu ya, dia ya mungkin saja ketika si Pak Bob membukakan pintu, dia nggak langsung keluar kayak gitu ya. Pasti melakukan banyak hal dulu baru akhirnya dia keluar gitu. Jadi kucing berpikiran, ah pintuku dibukakan ya oleh tuanku, aku dikasih makan ya oleh tuanku, dan lain sebagainya. Dan kucing ya itu ngerasa dirinya sebagai tuan gitu ya, dalam tanda kutip gitu ya. Melainkan anjing itu berbeda gitu. Jadi kedua perbedaan inilah yang membuat Pak Bob akhirnya menuliskan ini dari kedua analogi yang digamarkan sebagai kucing dan anjing, untuk melihat bagaimana sebenarnya sisi kehidupan kita secara kekristian gitu ya. Mulai dari cara, mungkin dari cara berdoa kita, dari cara menyembah kita, dari cara mau minta gitu. Seringkali mirip, tapi ternyata beda gitu. Karena satunya punya kecenderungan, aku, aku, aku, tapi satunya gimana ini berdampak untuk kemuliaan Tuhan. Oke baik, terima kasih Roma. Ya saya akan menyampaikan, ada pertanyaan ini sudah dari Pak Yusuf Babko. Pertanyaan beliau adalah, untuk memuliakan Allah, apa yang bisa dipelajari dari teologi kucing dan anjing? Bagaimana Roma? Bagaimana tanggapannya? Iya, kenapa tadi saya bilang buku ini sangat relate gitu ya. Karena kedua sifat ini, baik dari kucing maupun anjing itu punya, sebenarnya punya cara yang hampir mirip, tetapi berbeda gitu ya. Kucing juga kalau kita bilang, mereka memuji Tuhan nggak? Mereka memuji Tuhan. Mereka berdoa nggak? Mereka berdoa. Mereka melakukan kegiatan rohani. Mereka melakukan disiplin rohani. Tetapi itu tadi, pusatnya bukan kepada gimana Tuhan dimuliakan melalui kehidupan pribadi ikut. Kalau kucing, pengennya gimana aku dapat sesuatu gitu. Ketika aku berdoa nanti, apakah aku akan diberkati Tuhan? Apakah gerejaku akan semakin besar? Nah, kalau anjing berpikiran, ketika aku berdoa, bagaimana jiwa-jiwa ini bisa dijangkau? Bagaimana nanti, kalau meminta untuk gereja baru ya, atau gedung baru juga, ada salah satu, salah satu ilustrasi yang diberikan Pop Bob di buku ini. Kalau kucing berdoa, Tuhan berkati aku, supaya gerejaku semakin penuh, supaya jiwa-jiwanya banyak, supaya ini, ini, ini. Jadi, ya kecenderungan ke situ gitu. Tapi kalau anjing punya cara pikir yang berbeda, kami butuh gedung gereja, karena kami tahu di sini letaknya itu banyak jiwa yang bisa dijangkau, dan ini bisa melebarkan sayap misi gitu ya. Jadi, yang bisa saya pelajari, sekiranya bisa lah berubah pola pikir gitu ya, dari yang tadinya mungkin saya pengandu teologi kucing, itu bisa berubah hari ke sehari menjadi teologi anjing gitu, yang selalu memuliakan Allah dalam setiap kondisi. Bahkan ke alam saja pun, kita untuk sekedar menikmati gunung, atau menikmati melihat bunga, atau melihat akurium, itu harus berdampak untuk kerajaan Allah. Wah, bunga ini bagus, Tuhan ciptakan sedemikian rupa untuk bisa kembali dikemuliakan. Eh, kembali kepada Dia gitu. Jadi, apapun yang kita lihat dalam perspektif hidup, harus semata-mata kembali harus untuk Tuhan gitu, bukan untuk diri kita. Itu sih yang banyak banget saya pelajari. Baik, terima kasih Roma. Ini tadi ada tanggapan dari Pak David Tobias, katanya bukunya ada versi komik juga, bagus banget. Cat and Dog Theology. Nah, terus Bu Lily bertanya kan, mencari Tokopedia tapi belum ketemu, Pak David juga sudah menjawab, bukunya dicetak terbatas di Bandung oleh Kak Peter Hidayat. Oke. Baik, ini ada pertanyaan dari Tere, Roma. Dari penjelasan Kak Roma. Berarti ini hanya kiasan yang digunakan oleh penulisnya. Bukan berarti kita nggak boleh menyukai kucing kan ya? Hahaha. Deliteral saja. Jangan cinta kucing lagi, nggak. Sama sekali nggak. Karena kan ini dilihat tadi ya, dia berangkat dari bagaimana Pak Bob punya hewan peliharaan, dua peliharaan itu, dan dia menyayangi kedua hewan peliharaannya. Bukan masalah kita mau menyukai kucing atau anjing, terserah. Tapi ini cuma analogi gitu, berangkat dari apa yang dilihat dan apa yang dikerjakan oleh kucing maupun anjing dalam kehidupan mereka ketika melihat sesuatu gitu. Yang satu fokusnya kepada dirinya, yang satu berfokus kepada Tuhan. Itu sih. Jadi ini cuma analogi memang yang dipakai. Supaya kita punya, tadi pola pikir kita yang mungkin tadi, keliru itu bisa kembali, apa ya, kembali kepada Tuhan gitu sih. Oke. Terima kasih, Roma. Nah ini ada pertanyaan dari Pak David. Apakah di bukunya ada tips praktis parenting yang mengejarkan kebenaran teologi kucing dan anjing kepada anak-anak? Gimana, Roma? Kepada anak-anak? Iya. Aku pikir nggak secara ini sih. Langsung sih dijelaskan. Cuma banyak contoh gitu ya. Karena ini berangkat dari contoh-contoh kejadian baik Pak Bob maupun Pak Gerald gitu. Dalam kehidupan sehari-harinya, banyak sekali contoh-contoh tentang keluarga mereka. Misalnya satu waktu itu ya, di dalam buku diceritakan, Pak Bob itu sedang makan dengan istrinya gitu ya. Tidak bersama dengan anak-anaknya, karena udah jarang banget makan. Terus abis itu istrinya bilang, pelayananmu hebat, tapi kamu menyebalkan. Jadi istrinya bilang gitu, kamu itu menyebalkan. Kenapa ternyata? Karena Pak Bob selama ini fokusnya misi, misi, misi, misi, tapi keluarganya sendiri, ya itu menjadi mungkin nomor kesekian gitu. Kurang diperhatikan gitu. Jadi dari situ Pak Bob berpikir, oh iya ya, aku memang perlu menjangkau jiwa, aku perlu menginjilin, tapi keluarga aku sendiri tidak dimenangkan gitu. Keluarga aku sendiri mengalami berantakan, karena hanya fokusku ke orang-orang-orang, tapi keluarga aku sendiri kuabaikan gitu. Jadi ada beberapa contoh juga tentang bagaimana kehidupan Pak Bob maupun Pak Gerald dalam keluarga yang perlu, yang mereka evaluasi sendiri gitu. Ternyata, di sini pun mereka itu masih ya itu, fokus ke jiwa gitu, supaya jiwa ini enggak masuk neraka gitu ya. Jadi bisa dikatakan ini sebagai humanisme Kristen, tapi keluarganya sendiri diabaikan. Bukan diabaikan sih, cuma ya itu, kayak nomor kesekian gitu, akhirnya enggak diperhatikan lagi istrinya. Makanya istrinya sempat bilang, kamu memang bagus di memenangkan jiwa, tapi kamu menyebalkan itu tadi, karena enggak punya mungkin kualitas bersama keluarga untuk sama-sama menyenangkan ala gitu, untuk punya waktu bersama-sama bersekutu. Itu sih. Wow, terima kasih Kak Roma. Baik. Oke, terima kasih. Ini waktunya tinggal sekitar satu menit, Roma. Saya mungkin mau menanyakan satu pertanyaan terakhir ya. Menurut Roma sendiri, aplikasi praktis apa sih yang bisa dibagikan gitu dari buku ini yang kemudian juga bisa kita terapkan gitu dalam kehidupan kita sebagai orang percaya? Iya, aplikasi praktis yang pertama ya, kalau aku sendiri, dari aplikasi praktis, aku perlu cek lagi bagaimana hubunganku dengan ala. Dan setelah aku cek melalui buku ini, ternyata masih dominan kepada teologi kucing gitu. Kebanyakan tentang aku, bukan gimana ala disenangkan, gimana ala bersuka cita atas apa yang sudah aku lakukan gitu. Jadi yang kedua, aku juga berpikir bahwa ketika aku melepaskan egoku gitu, supaya ala bisa bekerja nyata melalui aku, itu kadang juga harus menghancurkan mimpiku. Harus menghancurkan, ya itu karena kan ego seseorang itu kan karena kebanyakan ini, pengen ini, ini, banyak banget ekspektasinya. Akhirnya hanya dia yang dipokuskan gitu. Padahal nggak sama sekali berguna untuk kerajaan ala gitu. Dan itu aku harus mau dibentuk itu. Mungkin itu juga menghancurkan mimpi, tapi Tuhan benar-benar bisa dimuliakan gitu melalui kehidupanku. Itu sih aplikasi praktis. Jadi satu hal yang dituliskan juga di buku ini, baik kita lagi ngasih popok untuk anak kita gitu kan, baik kita lagi menikmati bunga atau melihat aquarium, bahkan sedang berdoa dan lain sebagainya, dari hal-hal kecil pun itu semua harus punya mindset bagaimana ala disedangkan, disenangkan gitu. Baik ganti popok, nggak sekedar ganti popok biasanya, tapi aku ganti popok karena Tuhan ini anugerahkan anak bagiku, dan anak ini adalah Tuhan pakai nanti jadi kemuliaannya gitu. Jadi mau sedang ganti popok, mau sedang menikmati bunga, atau menikmati gunung, semua harus untuk kerajaan ala gitu. Wah itu sulit sih, bagiku sulit banget. Baik, terima kasih Roma. Kebetulan waktunya juga sudah habis, kita sudah melalui waktu 15 menit kesempatan untuk sharing buku yang pertama. Karena itu saya tutup saja, tanya jawab, diskusi tanya jawab kita sampai di sini. Nanti mungkin barangkali ada pertanyaan yang bisa dijawab Roma melalui kolom chat gitu ya, ada dari Bu Lina. Pesumawati. Tapi untuk sementara kita akan sudahi bagian dari Roma, dan kita akan lanjut kepada narasumber berikutnya. Baik, kita kasih applause lagi ke Roma, teman-teman. Thank you, teman-teman. Ya, oke. Baik, kita akan lanjut kepada ke Pak Adiel dengan presentasinya yang berjudul buku The 21 Irrefutable Laws of Leadership atau 21 Hukum Sejati dalam Kepemimpinan karangan John C. Maxwell. Pak Adiel gimana, sudah siap? Oke, sudah siap, Bu. Baik. 5 menit presentasi, Pak. Nanti setelah itu akan lanjut dengan tanya jawab. Oke, silakan Pak Adiel. Insya Allah untuk Bapak-Ibu semuanya yang datang dalam KPPS. Mohon maaf sebelumnya karena rumah tempat tinggal saya ini perumahan, jadi agak sedikit rame begitu ya. Oke, kita langsung aja ke topiknya. Kita akan belajar 3 buku mengenai judul bukunya, The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Jadi dalam bahasa Indonesia-nya adalah 21 hukum kepemimpinan yang sejati. Jadi buku ini adalah karangan John Calvin Maxwell. Jadi ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Dr. Andes Arvin Saputra, penerbitnya interaksara yang ada di Batam. Ini sudah diterjemahkan. Oke, sekilas kita akan lanjut ke profil. John Calvin Maxwell lahir pada tahun 1947. Adalah seorang pendeta dan pembicara dan penulis dari Amerika yang menulis banyak buku, terutama fokus pada kepemimpinan. Ada kurang lebih 40-an, 40 buku atau 20 buku lebih yang fokus orientasi kepada kepemimpinan. Salah satunya adalah judul bukunya termasuk The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Bukunya sudah dijual jutaan kopi. Beberapa masuk daftar. Ada daftar New York Times Best Seller. Ini sekilas tentang John Calvin Maxwell. Lanjut. Alasan saya memilih buku ini secara garis besar karena saya terhadap prioritas pada pengembalaan pada gereja lokal di daerah pedesaan Banyuwangi. Jadi ini merupakan hal yang sangat penting sekali bagi saya khususnya. Karena buku tentang kepemimpinan ini sangat luar biasa. Bisa yang pertama itu membantu saya untuk mengetahui seberapa besar kekuatan dan kapasitas kita khususnya saya sebagai pemimpin dalam mengembalakan domba-domba yang Tuhan percayakan. Yang berikutnya yang kedua dapat menolong saya sebagai pemimpin atau gembala menemukan tujuan dalam melaksanakan tugas kepemimpinan. Karena dalam orientasi pengembalaan di desa ini biasanya itu one man show. Biasanya sih. Nah jadi saya memang butuh sekali supaya kita bisa dalam pengembalaan ini bisa bekerja maksimal dalam tim. Jadi kita membutuhkan tim bukan one man show. Jadi tujuannya untuk menolong menemukan atau menemukan tujuan dalam melaksanakan tugas kepemimpinan. Yang berikutnya menjadikan tempat alasan ini menjadikan menjadikan saya sebagai pemimpin mengetahui dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan saya sebagai seorang pemimpin. Lanjut, itu alasannya. Manfaat. Jadi saya sudah mempelajari sedikit. Ya mungkin baca satu kali ya kan. Saya ulang-ulang saja. Tidak semuanya. Ada beberapa manfaat yang saya pelajari dari buku ini. Yang pertama saya dapat memahami kemampuan. Terutama kepemimpinan. Jadi di dalamnya adalah kemampuan mempengaruhi dunia. Baik dunia dalam hal. Tidaklah kecil maupun lebih besar lagi. Yang kedua, pengaruh dalam kepemimpinan adalah sarana kapasitas untuk mencapai hasil yang diharapkan. Jadi pengaruh itu adalah suatu sarana untuk mencapai hasil yang diharapkan. Yang ketiga, dari buku ini yang saya dapat adalah dapat menemukan fondasi sebagai seorang pemimpin yang kuat, yang kokoh. Hidup dalam integritas. Hidup dalam keaslian. Tidak dalam kemenafikan. Dan tetap disiplin. Nah ini manfaat yang saya pelajari dari buku ini. Yang terakhir, Bapak-Ibu. Untuk penutup. Karena buku ini ada 21 hukum. Ada 21. Kita tidak bisa mempelajari semuanya. Mungkin tidak ada orang yang benar-benar bisa melakukan 21 hukum yang tertulis dalam buku ini. Hukum tersebut. Dengan baik. Tetapi menjadi lebih baik di salah satu atau beberapa dari hukum-hukum tersebut akan membuat saya khususnya menjadi pemimpin yang lebih baik. Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati. Baik. Terima kasih Pak Adil. Kita kasih applause untuk Pak Adil. Ya. Oke. Kita akan langsung masuk sesi tanya-jawab 10 menit. Silahkan teman-teman untuk memberikan respon atau tanggapan dan pertanyaan via kolom chat ataupun bisa langsung untuk memberikan pertanyaan secara langsung. Nah, sebelum saya menanyakan satu pertanyaan dari Pak David nih, Pak. Saya mau tanya satu hal dari Pak Adil setelah membaca buku ini. Menurut Pak Adil sendiri, gaya kepemimpinan yang ideal menurut Bapak itu gimana? Gimana sih gitu terkait dengan buku yang tadi sudah Bapak baca atau Bapak bagikan? Kalau menurut saya kepemimpinan yang ideal, kalau menurut buku John Maxwell, jadi kepemimpinan yang ideal itu harus melakukan 21 hukum yang ada. Jadi salah satunya adalah seorang pemimpin itu memiliki sebuah pengaruh. Pengaruh ya, pengaruh yang baik. Memiliki sebuah karakter. Dan bisa menjadi navigator untuk komunitas yang dipimpinnya. Baik itu komunitas kecil, lembaga terkecil misalkan keluarga ataupun lembaga yang lebih besar lagi yang Tuhan percayakan. Jadi menurut saya adalah seorang pemimpin memiliki pengaruh. Yang kedua, memiliki integritas. Karakter yang kuat, baik kedisiplinan dan sebagainya. Dan yang ketiga adalah menjadi navigator. Menjadi penentu arah untuk jalannya ini. Sebuah komunitas yang kita pimpin. Baik, terima kasih Pak Adil. Ini ada pertanyaan dari Pak David dan Mikos yang mirip-mirip gitu ya. Saya akan bacakan dari 21 hukum kepemimpinan tersebut. Mana hukum yang paling berkesan untuk Pak Adil? Dan atau saat dibaca gitu ya, hukum-hukum ini, 21 hukum ini. Yang langsung menonjok Pak. Dan bagaimana pengalaman saat menerapkannya? Silahkan Pak. Oke, terima kasih. Jadi memang buku ini terbatas. Jadi saya juga belum bisa dapetin secara online juga. Tetapi kemarin saya juga sempat beli juga buku ini. Dan saya sempat pelajari. Sebenarnya dari 21 hukum ini memang semuanya memang sangat penting. Dan itu tidak bisa terpisahkan menurut John Maxwell. Tapi salah satu yang berkesan di saya itu yang terutama, yang terutama itu yang sebagai fondasi itu adalah seorang pemimpin harus memiliki sebuah pengaruh. Itu pasti. Sebagai contoh, salah satu contoh itu begini. Jadi seseorang kalau misalkan mau mencalonkan diri menjadi seorang pemimpin, misalkan kalau kita hubungkan dengan dunia politik, ya mohon maaf ya, dalam dunia politik, maka data statistik untuk kategori seorang pemimpin, yang pertama itu yang dinilai itu adalah sebuah pengaruhnya. Baik pengaruh istilahnya pengaruh yang sosial, pengaruh dalam kepolitikannya itu bagaimana, dan sebagainya. Nah, jadi kalau kita lihat elektabilitas seorang pemimpin itu, kalau kita lihat data statistiknya itu kan pasti pengaruh, sebuah pengaruh. Seberapa dia sudah mempengaruhi dunia, seberapa dia sudah bisa mempengaruhi Indonesia, elektabilitasnya itu kan sebuah pengaruh. Jadi kalau menurut saya sebagai wakil rakyat, mewakili rakyat maksudnya, wakil rakyat itu kalau kita melihat seorang sosok pemimpin yang fondasi penting itu adalah sebuah pengaruh. Yang jelas pasti pengaruh yang mengarah kepada hal yang positif. Hal-hal yang pernah dia buat itu pengaruhnya sampai sejauh mana. Jadi yang menurut saya Pak, ini adalah pengaruh yang penting Pak. Sebagai dasar, pengaruh. Terima kasih. Baik, terima kasih. Pengaruh atau dampak ya Pak yang dihasilkan dari pemimpinannya? Ya, pengaruh atau dampak. Oke. Baik Pak, ini ada pertanyaan dari Pak Yusuf Bako. Terkait buku ini aplikasi nyata dalam hal kepemimpinan apa yang Pak Adil terapkan dalam pelayanan? Pak Adil sendiri pelayanan kan ya Pak ya? Nah ini gimana nih Pak penerapan praktisnya? Silahkan Pak. Oke, ini untuk pertanyaannya. Jadi kalau saya ini dalam aplikasi sehari-hari, saya terjun dalam panggilan penggembalaan. Dan saya termasuk dalam organisasi saya termasuk penerita yang paling muda. Dan juga di dalam penggembalaan ini, saya ini juga gembala yang muda dibanding dengan jemaat yang Tuhan percayakan. Jadi jemaat yang Tuhan percayakan itu rata-rata ya sudah 50-60 ya kan. Minimal 45 lah. Minimal 45. Nah jadi saya ini paling muda. Hal yang pendasar dan juga apa yang menjadi tantangan dalam kehidupan saya, penerapan dalam sehari-hari itu seringkali jemaat ini meminta mereka itu satu diperhatikan. Jadi pemimpin itu pemimpin yang bisa memperhatikan. Perhatikan mereka. Jadi apapun yang pemimpin lakukan, kalau ada jemaat yang diperhatikan, dari semua segi sudah, dari segi sosial, dari segi, apa namanya, ekonomi dan sebagainya, itu kalau diperhatikan, itu sering. Yang pertama itu. Yang kedua penerapannya adalah dalam kepemimpinan yang saya jalankan. Yang kedua adalah pengorbanan. Jadi meskipun saya muda, kadang-kadang saya juga harus mengembalakan. Jadi kalau mengembalakan dalam bahasa Jawa itu mangku. Mangku jemaat. Mangku itu artinya menenangkan, mendudukan. Kalau mereka marah ya kita harus bisa mengelus-ngelus. Nah seperti itu ya. Meskipun mereka yang lebih cenderung lebih tua. Jadi saya ini cenderung untuk dituntut untuk bisa menenangkan mereka. Atau mangku gitu ya. Berkorban lah intinya. Berkorban supaya mereka ini bisa diperhatikan lah. Intinya seperti itu. Jadi yang pertama saya ulangi. Jadi yang pertama harus bisa memperhatikan jemaat. Yang kedua. Kita harus memiliki integritas. Meskipun saya masih muda. Tapi jemaat menuntut saya untuk saya itu lebih baik daripada mereka. Itu saja Pak. Baik. Terima kasih Pak. Saya pikir tadi jawaban Bapak ini juga menjawab pertanyaannya soal dari Roma gitu ya. Keahlian seorang pemimpin yang paling krusial. Jadi tadi Bapak sudah sebutkan pengaruh. Kemudian juga mengayomi jemaat. Kemudian juga ada tadi sebut integritas. Dan yang Bapak sebutkan barusan. Bapak sebutkan barusan gitu ya. Baik Pak. Oke. Terima kasih. Sembari menunggu pertanyaan lain. Saya juga tertarik sini Pak. Menurut Bapak. Kan ada beberapa hukum gitu ya. Jadi misalnya ada. Saya sempat baca sedikit gitu resensinya. Ada hukum pengaruh. Ada hukum proses. Ada hukum respect. Intuisi dan sebagainya. Nah. Kalau menurut Bapak itu yang paling sulit gitu Pak. Untuk diterapkan. Diterapkan dari 21 hukum itu tuh yang mana Pak? Dalam pelayanan Bapak. Ataupun dalam kehidupan Bapak sendiri gitu. Sebagai seorang pemimpin. Yang paling sulit menurut saya Bu. Mungkin kalau pengorbanan. Itu mungkin ya. Kita paksakan bisa ya. Atau. Kita bisa memberikan hukum penambahan. Hukum penambahan itu kita bisa. Apa. Istilahnya memprioritaskan jemaat. Untuk memberi apresiasi. Yaitu hukum penambahan. Atau hukum pemberdayaan. Itu mungkin bisa sedikit. Tidak memerlukan tantangan. Nah yang sangat menantang dalam kehidupan saya itu. Sebenarnya hukum navigator. Hukum navigasi. Bagaimana seorang pemimpin ini harus memiliki visi dan misi. Nah. Karena sifat manusia ini. Sifatnya cenderung fleksibel. Berubah-rubah. Kadang visi dan misi yang sudah kita tentukan itu berubah. Ya kadang seperti itu. Salah satunya misalkan kalau. Di meja kami. Salah satu navigator yang kita arahkan. Kepada visi-misi itu adalah. Bertumbuh di dalam kasih kepada Kristus. Dan bertumbuh dalam kasih terhadap sesama. Nah kadang-kadang implementasi. Atau praktek daripada visi itu sendiri. Untuk membawa jemaat untuk bertumbuh. Di dalam kasih itu kadang-kadang. Dengan jarak yang. Jemaat agak jauh-jauh gitu ya. Itu. Ya sedikit ada tantangan sih. Ada tantangan. Misalkan doa pagi. Karena jaraknya jauh bu sini. Minimal 7 kilo jemaat kita itu ya. Minimal 7 kilo. Ya gitu. Nah terus yang kedua. Tantangannya adalah ketika kita itu. Mengimplementasikan kepada sesama. Bertumbuh dalam kasih kepada sesama. Itu juga terkendala. Karena harus melatih jemaat. Jemaat yang. Punya sifat-sifat sosial gitu ya. Harus melatih dan sebagainya. Itu kadang-kadang ini. Untuk mengarahkan untuk menjadi navigator. Ini kadang-kadang susah. Karena banyak. Satu kita tuh. Mimpin satu orang satu pendapat. Ketika memimpin 100 orang 100 pendapat. Nah itu harus. Kita tuh harus bisa mengemas supaya. Tujuannya itu bisa tercapai. Nah itu kesulitan saya. Hukum navigator. Baik pak. Oke. Menarik sekali pak. Tapi sayang sekali waktunya sudah habis. 10 menit tanya Joel sudah habis. Jadi. Terima kasih untuk. Materi presentasinya dan juga. Panggapannya pak. Kita sudahi presentasi dan. Sharing buku dari bapak sampai disini. Kita berikan aplaus untuk pak Adil Stefanus. Terima kasih. Baik terima kasih pak. Oke. Selanjutnya kita akan. Beralih ke pak David. Ini pemateri terakhir gitu ya. Bapak ibu. Yang akan membawakan satu buku judul yang. Satu judul buku yang cukup menarik. Ada hashtag. Struggles. Karya penulisnya. Craig Groeschel ini agak susah nih namanya. Craig Groeschel. Mohon maaf kalau salah menyebutkan. Oke pak David. Gimana sudah siap? Siap. Baik. Kita akan berikan waktu. 5 menit untuk presentasi. Setelah itu akan disambung dengan tanya jawab. Oke silahkan pak. Salam sejahtera teman-teman semua. Pecinta buku. Nama saya David Tobias dari Semarang. Waktu yang lalu. Sekitar tahun 2017. Saya baca buku ini. Dan itu sangat jadi berkat. Judulnya itu Struggles. Kalau bahasa Indonesianya ini kabar baiknya. Ternyata ada bahasa Indonesianya juga. Tetap awalnya hashtag Struggles. Di bawahnya ada pergumulan-pergumulan. Dan ini tentang mengikut Yesus di dunia yang terpusat pada selfie. Dari judul bukunya sudah kelihatan banget ya. Ini sangat relevan sama dunia modern. Berhubungan sama teknologi, sama medsos. Dan penulisnya adalah Craig Groeschel. Tahun 2015. Terjemahannya itu tahun 2016 oleh Literatur Perkantas Jatim. Dan bagusnya buku ini itu ada sampelnya. Jadi kalau Bu Lili mau cari-cari mau baca juga sampelnya itu ada linknya di bawah bisa screenshot. Terus bisa lihat sekitar 40 halaman sampelnya. Jadi lumayan bisa dapat gambaran isi bukunya dari awal ya. Lalu ada 8 bab. 247 halaman. Lebih singkat dari yang teologi kucing anjing tadi ya. Baik. Penulisnya itu adalah Craig Groeschel. Ini adalah foto dia bersama istrinya. Kira-kira berapa usianya? Bapak Ibu udah yang tahu? Ini belum 60 ya. Sekitar kalau nggak salah 56. Tapi sudah punya 6 anak dan 4 cucu. Jadi sudah grandpa ini. Lalu pernyataan misinya waktu dia memulai gerejanya dari garasi rumahnya itu dia memimpin orang menjadi pengikut Kristus yang setia. Gerejanya sekarang udah sekitar 12 kota di Amerika ya. Dan gerejanya sangat high tech. Lalu kemudian juga orangnya banyak di maatnya. Dan inovatif dalam menggunakan teknologi untuk menyebarkan Injil. Waktu jaman belum Covid, dia dari tahun 2006 itu sudah online gerejanya. Jadi ada onlinenya, ada onsitenya. Jadi luar biasa maju. Dan aplikasi yang mungkin sebagian besar kita pakai juga ada di situ. U version ya. Oke. Jadi ini penulisnya itu sangat kompeten. Lalu alasan saya kenapa pilih buku ini, karena di zaman now teknologi dan medsos itu hampir jadi kebutuhan dasar manusia. Jadi ada pelajaran sekolah kan biasanya dulu. Kebutuhan dasar manusia apa? Sandang, pangan, papan gitu ya. Perumahan. Tapi jaman sekarang ditambah. Internet. Terus kuotanya juga ya. Listrik juga masuk di situ. Selain dari akhir gitu. Dan teknologi ini hampir nggak bisa dilepaskan dari kehidupan kita. Kalau dulu kita ketinggalan dompet, kita balik lagi. Mungkin sekarang ketinggalan dompet nggak apa-apa. Asal jangan ketinggalan HP. Karena uangnya ada di HP kan. Digital money ya. Lalu bukunya itu berisi penelitian terkini. Contoh-contoh nyata pergumulan medsos jaman sekarang dan hidup yang berpusat Kristus. Jadi itu saya sukanya sekali itu. Di dalamnya itu banyak penelitian-penelitian. Ada kuot-kuot dari yang Steve Jobs juga ada di situ kuotnya. Dan terutama ya ayat-ayat Alkitab itu banyak di dalamnya. Lalu kemudian uniknya ini bisa dijadikan materi pelayanan. Jadi berbeda dengan buku-buku yang lain. Ini ada video khotbahnya. Lalu ada transkripnya juga. Ada artworknya juga ya. Desain-desainnya udah ada disediakan juga. Bisa dicek di Open Life Church itu ya. Yang ada di bawah itu. Bisa di-screenshot. Dan kemudian bisa diambil. Kalau nggak salah ada sekitar 5 bagian ya. Dan itu dalam bahasa Inggris memang bisa diterjemahkan. Itu ada 8 bab. Ada 8 bab. Daftar isinya bisa dilihat di situ walaupun agak kecil. Dan kemudian prinsip-prinsip yang dibagikan di buku ini itu banyak. Tapi kita ambil 3 aja sekarang ya. Mungkin nanti bisa ditambah nanti waktu tanya-jawab. Kita bukan siapa kita karena siapa yang mengikuti kita. Biasanya ini ya. Follower kamu berapa di medsos, di Instagram, di Facebook, dan lain-lain. Makin banyak followernya, kita makin bangga biasanya seperti itu ya. Padahal seperti kata Kak Roma tadi, itu bukan kemuliaan Tuhan ya. Teologi anjing harusnya kan untuk memuliakan Tuhan. Nah kita adalah siapa kita karena kita mengikuti Yesus. Jadi nggak masalah followernya cuma 1 di medsos. Yang penting kita mengikuti Yesus. Itu yang pertama. Lalu yang kedua, peduli itu bukan menyukai postingan tapi mencintai seseorang. Ini praktis banget. Jadi ini soal like. Like dislike ya. Biasa ada di Youtube, ada di Instagram. Kita merasa waktu kita like statusnya orang, kita sudah mencintai dia. Padahal nggak sepenuhnya tepat. Karena kadang-kadang, jujur aja, waktu kita waktu kita buka Instagram, kita lihat foto, like, langsung scroll lagi kan? Like, scroll lagi gitu. Jadi bukan berarti yang begitu nggak penting, tapi ada yang lebih penting yaitu apa? Ketemu bareng, ngobrol bareng, telepon, dan lain-lain. Terus seperti uang, medsos adalah hamba yang baik tapi Tuhan yang jahat. Banyak yang kecanduan medsos. Menutupnya, ada satu ayat yang di buku itu juga ada. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Dari Yohanes 3 ayat 30, ini kutipan perkataan dari Yohanes Pembaptis. Dan sekali lagi, ini ditulis sama pendeta ya, Greg Grusel. Dan semuanya berkaitan dengan teknologi dan ayat-ayatnya sangat banyak di setiap halaman bukunya. Tuhan berkati, kauti, dan teman-teman. Baik, terima kasih. Kita berikan medsos untuk Pak David Tobias. Baik, teman-teman silahkan memberikan tanggapan, respon, ataupun pertanyaannya. Bisa secara langsung juga, nanti bisa resen jika ingin menyampaikan secara langsung. Oke, menarik sekali ini, Pak. Karena sangat relevan dengan keadaan zaman sekarang dimana medsos itu sangat mengemuka dalam berbagai bidang kehidupan. Nah, yang mau saya tanyakan, Pak. Dalam buku itu, apakah Greg Grusel aduh, susah banget saya menyebutkan namanya ya. Ini membahas mengenai pentingnya membatasi screen time. Kalau iya, apa yang alasan yang dia berikan gitu tentang hal tersebut gitu? Mengapa harus membatasi screen time? Ya, yang saya ingat banget dari buku itu, ada quote dari Steve Jobs. Dia bilang, kan ini Steve Jobs ini udah meninggal ya, sendiri Apple, dia meninggal karena cancer kalau nggak salah ya. Dan dia bilang, waktu terbesar dari manusia itu adalah waktu. Jadi waktu yang kita habiskan untuk screen time itu sebetulnya bisa kita habiskan bersama dengan orang-orang yang kita kasihi. Jadi untuk tahu siapa yang paling kita sayang itu adalah orang yang dengan siapa kita paling banyak menghabiskan waktu kita bukan online ya, offline, bareng-bareng, sebelahan gitu. Pergi bareng, ngobrol bareng, dan ketawa bareng gitu. Ya, baik. Jadi bukannya menjauhkan tapi harusnya mendekatkan yang jauh gitu ya. Tapi bukan yang dekat jadi jauh gitu ya Pak ya? Ya, dan ada penelitian di situ rata-rata orang satu hari itu screen timenya itu 7,5 jam. Wow, oke. Itu kalau digunakan untuk yang lain bisa lebih produktif mungkin ya Pak ya? Pasti. Oke. Baik Pak, ini ada pertanyaan menarik dari Roma dari delapan bab yang ada di buku tersebut. Mana yang paling struggle? Maksudnya hal yang mungkin paling membuat jadi pergumulan gitu khususnya buat anak-anak muda Pak. Bab satu. Langsung ya, di awal itu langsung comparing ya, membanding-bandingkan. Jadi semuanya dibanding-bandingin berapa like-nya, berapa follower-nya, terus pasang statusnya apa, makanannya modelnya di mana, di warteg atau di kafe atau mobilnya apa, tasnya apa, dan lain-lain ya. Itu yang temennya siapa aja yang ada di fotonya itu yang saya rasa paling banyak jadi pergumulan bukan hanya anak muda sebenarnya ya. Sampai ibu-ibu bapak-bapak mungkin seperti itu ya. Membanggakan cucu gitu kan, pasang statusnya, pasang di Instagram, dan lain-lain. Sebetulnya dari delapan itu semuanya relevan. Tapi mungkin yang paling pertama, dan gak heran dijadikan bab pertama juga itu, tentang membanding-bandingkan. Di situ, Craig Russell itu menyarankan supaya kita itu bisa mencukupkan diri. Ya. Itu yang jadi masalah buat anak muda yang istilahnya mereka jadi kena mental gitu ya, setelah lihat postingan di Instagram ataupun di berbagai platform media sosial gitu. Baik, Pak. Terima kasih. Ada satu hal yang saya penasaran nih, Pak, sembari menunggu pertanyaan dari teman-teman yang lain. Apakah dalam buku disebutkan tentang pelayanan gereja melalui medsos? Lalu jika iya, bagaimana gereja dapat mengukur efektivitas pelayanannya melalui media sosial tersebut? Dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pelayanan tersebut? Kalau secara khusus tentang gereja di sini gak ada. Maksudnya gak ada di sini gereja harus ngapain ya, ya sejauh yang saya ingat. Tapi yang ada itu, buku ini itu bisa dipakai untuk pelayanan di gereja. Bisa jadi materi komsel atau di kotbah, ini bisa berseri, dan lain-lain. Kalau Krik Grusul sendiri itu pakai untuk di ibadah ya, di kotbah. Ada satu seri kotbahnya di gereja. Jadi ini buku masih terus relevan gitu ya, bahkan dengan ada adanya, bahkan sekarang kan yang terbaru ada CGP, TEI dan segala macam. Ini masih tetap bisa relevan ya Pak ya bukunya ya? Sangat, sangat relevan. Baik. Oke. Ini ada pertanyaan dari Nikos nih Pak. Ada gak Pak, struggle yang lain yang Pak David lihat gitu yang belum disebutkan dalam buku gitu? Pergumulan yang lain yang mungkin belum disebutkan oleh penulis sih. Ya, maksudnya yang belum disebutkan oleh penulis. Ya, mungkin sebetulnya ada hal lain ada hal atau pergumulan lain gitu. Yang sebenarnya juga dirasakan oleh orang-orang yang udah terkena cengkrama media sosial ini tapi yang belum disebutkan dalam bukunya gitu, atau kurang disebutkan. Ya, kalau saya gak tau lagi ya. Apalagi yang kurang ya. Saya rasa delapan ini sudah bikin kita babak belur ya. Waktu baca buku ini, waduh, tertemplak sekali sampai akhirnya ya, ini pengalaman nyata. Saya sendiri, waktu baca buku ini saya praktek loh Kak Okti. Waktu itu saya masih punya medsos pribadi. Tapi sejak itu saya hapus Twitter, LinkedIn, Facebook, Instagram. Waktu itu semua saya hapus sesudah baca dan konsultasi sama istri juga. Dan saya sekarang memang punya Instagram ada, tapi bukan yang pribadi untuk pelayanan. Seperti itu. Karena ada satu ayat yang penting dari kolose itu dia sebutkan di situ apapun yang kamu post, kamu follow, kamu subscribe, kamu design, kamu upload, kamu tweet, lakukanlah itu semuanya untuk kemuliaan Tuhan. Nah itu yang kalau saya pasang foto saya sendiri, lagi ngapain, lagi pergi kemana, rasanya gimana ya, hati nurani saya udah gak bisa gak bisa ini ya, gak bisa apa ya, terharu saya ngomongnya. Gak layak lah. Biar Tuhan Yesus aja yang lebih banyak di ini ya, dilihat dari postingan-postingan kita. Di status-status kita. Seperti itu Kak Puji. Semoga jadi berkat. Ya itu tadi jawaban dari Pak David menjawab juga pertanyaan dari Tere secara gak langsung. Tere menanyakan apakah di buku tersebut dijelaskan tips bagaimana menggunakan Mesos untuk memuliakan Tuhan. Jadi ya itu tadi ya Pak ya. Menggunakan Mesos kita untuk menonjolkan pekerjaan Tuhan ataupun kebenaran Tuhan dibandingkan menonjolkan pribadi atau kehidupan kita sendiri. Betul. Ditambah juga dengan ini ya. Dengan keamanan ya. Dari dipasang filter, di PC, di laptop gitu. Kemudian juga batasi waktu juga ada di situ. Kemudian ada juga ngobrol dengan pasangan tentang bagaimana mengatasinya. Dan lain-lain. Ada banyak satu tips. Satu halaman khusus tentang tips yang praktis-praktis banget. Oke. Baik Pak. Ini ada pertanyaan dari Ibu Lina. Ayat apa yang paling berkesan yang tertulis di buku itu Pak? Pasti banyak ayat-ayat kan Pak. Tapi menurut Pak David sendiri yang paling berkesan itu apa Pak? Yang tertulis tadi di powerpoint Ibu Lina. Yang perkataan Yohanes Pembaptis, ya harus makin besar aku harus makin kecil. Seperti itu. Jadi tiap kali ada acara sabda, ada apakah Anda punya Instagram? Saya bilang nggak ada. Soalnya nggak ada yang punya pribadi gitu ya. Walaupun ada yang untuk yang pelayanan sih ada. Baik Pak. Oke. Tadi ada pertanyaan yang terbaru. Apakah ada teman-teman yang mau langsung bertanya sendiri kepada Pak David? Jika ada silahkan resen ya. Kita masih ada waktu sedikit. Nah ini dari Ibu Lili Pak. Apakah struggle di buku ini ada pertanyaan tentang media sosial atau ada juga struggle segala hal yang lain? Itu bisa dikembangkan memang. Ada satu bab khusus tentang yang ibadah ya. Jadi merebut kembali ibadah di dalam kehidupan kita. Jadi ibadahnya ini bukan berarti sekedar kebaktian hari Minggu, tapi hidup kita sehari-hari itu kan adalah ibadah. Nah, di tangan kita itu seringkali ada HP, seringkali medsos yang kita lihat lebih banyak dari Alkitab dan lain-lain. Jadi ada satu bab khusus itu membahas tentang itu. Merebut kembali ibadah di dalam kehidupan kita. Jadi bukan sekedar hanya medsos, tapi ada yang lain-lain juga bisa masuk di bab itu. Oke, baik Pak. Menarik sekali karena sangat relevan dengan kondisi dan situasi zaman sekarang. Tapi sayang sekali waktunya sudah habis, Pak. Jadi kita harus sudahi presentasi dari Pak David sekaligus tanya-jawabnya. Kita berikan aplaus kepada Pak David. Teman-teman. Ya, oke. Terima kasih kepada Todai Roma, kepada Pak Adil dan Pak David yang sudah memberikan presentasi terkait buku-buku yang sudah dibaca dan disharingkan pada malam ini. Ada beberapa hal yang saya catat gitu ya, tentang buku-buku tersebut yang bisa jadi kesimpulan buat kita semua malam ini. Yang pertama dari buku Teologi Kucing dan Anjing. Dari situ saya mengambil kesimpulan bahwa dalam hubungan kita dengan Allah, kita dapat menjadi kucing ataupun anjing. Dengan melihat perbedaan sikap dari keduanya, kita diajak untuk bersama-sama mengubah pemahaman tentang hubungan kita dengan Tuhan dari pemikiran engkau ataupun Tuhan ada untuk melayaniku menjadi aku ada untuk melayanimu. Atau melayani Tuhan. Selain itu dari buku Teologi Kucing dan Anjing kita juga bisa melihat bahwa meski penting untuk menjalani hidup dengan penuh keyakinan dan kerendahan hati tapi kita juga mesti memiliki kecerdasan dan keterbukaan terhadap kehadiran Allah di dalam hidup kita. Dari buku yang kedua yang dibawakan oleh Pak Adil Stefanus dari John C. Maxwell The 21 Irrefutable Laws of Leadership atau 21 hukum kepemimpinan sejati saya mengambil kesimpulan bahwa segala sesuatu itu dipengaruhi oleh kepemimpinan dan untuk menjadi pemimpin yang baik seseorang perlu mengacu pada 21 hukum kepemimpinan yang diletakkan oleh Maxwell. Di antaranya ada hukum pengaruh, ada hukum proses, ada respect, ada intuisi dan 17 hukum lainnya. Bagi mereka yang terpanggil untuk memimpin bagi mereka yang ingin memimpin dan bagi mereka yang sudah memimpin buku ini bisa memberikan panduan yang jelas dan praktis untuk memahami bagaimana mengembangkan keterampilan dalam kepemimpinannya agar dapat membawa perubahan positif dalam organisasi masyarakat dan keluarga atau orang-orang di sekitar mereka. Dan yang terakhir dari buku Hashtag Struggles yang dibawakan oleh Pak David Tobias saya mengambil kesimpulan sebagai berikut bahwa dunia digital saat ini telah banyak mengubah cara kita hidup. Banyak orang menjadi lebih berpusat pada diri sendiri menjadi individualis dan bahkan meninggalkan Kristus karena terikat pada cengkeraman media sosial. Buku ini menunjukkan betapa pentingnya mempertanyakan pengaruh teknologi dan media sosial dalam kehidupan kita dan pentingnya memperkuat hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Dan dengan berpegang pada kebenaran firman Tuhan, penulis mengajak kita untuk memegang kendali untuk terus mengikut Kristus di tengah dunia yang berpusat pada diri sendiri dan untuk tidak menyembah sesuatu yang tidak akan pernah memuaskan kita. Baik, kesimpulan tadi menutup sesi kita dalam presentasi tiga buku yang sudah dibagikan oleh Roma, Pak Adil, dan Pak David tadi. Karena itu terima kasih untuk teman-teman yang sudah memberikan pertanyaan sudah memberikan respon dan tanggapannya kita bertemu lagi dalam kesempatan yang mendatang. Dan saya akan serahkan acara kembali kepada Nikos. Silahkan Nikos, terima kasih. Terima kasih Mbak Okti sudah memandu kita dalam sharing buku dan juga tanya jawab tadi. Terima kasih juga untuk tiga rekan AKBPS yang sudah sharing buku, Kak Roma, Pak Adil, dan juga Pak David Tobias. Kiranya rekan-rekan semuanya juga bisa mendapatkan berkat dari apa yang sudah disharingkan oleh tiga rekan kita ya. Oke, kita akan masuk ke sesi berikutnya. Kita akan foto dulu ya. Jadi ini kita akan foto bersama dulu. Mas Odi mungkin bisa tolong kita untuk foto bersama. Silahkan dibuka dulu. Dibuka apa ya? Dibuka kameranya. Oke. Silahkan Mas Odi. Baik, rekan-rekan semua silahkan dinyalakan videonya. Siapkan tiga pose terbaik ya. Kita akan ambil tiga kali screenshot. Oke, semua sudah siap. Kita ambil tag yang pertama ya. Tiga, dua, satu. Ya, seka

Use Quizgecko on...
Browser
Browser