Buku Ajar Jatidiri UNSOED 2023 PDF

Summary

Buku Ajar Jatidiri UNSOED 2023 membahas tentang pendidikan karakter, manusia dan kepribadian, sejarah, visi, dan misi UNSOED, nilai kejuangan, pengelolaan diri, wawasan kebangsaan, etika, dan pendidikan anti-korupsi. Buku ini ditujukan untuk membantu mahasiswa memahami materi kuliah Jatidiri.

Full Transcript

JATIDIRI UNSOED Oleh: Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P., Dr. Tri Rachmanto Prihambodo, S.Pt., M.Si., Dr. dr. Wahyu Siswandari, SpPK, MSiMed., Siti Nurchasanah, S.P., M.Si., Prof. Dr. Hibnu...

JATIDIRI UNSOED Oleh: Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P., Dr. Tri Rachmanto Prihambodo, S.Pt., M.Si., Dr. dr. Wahyu Siswandari, SpPK, MSiMed., Siti Nurchasanah, S.P., M.Si., Prof. Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.Hum., Danang Nur Cahyo, S.Pt., M.Sc., Dra. Rin Rostikawati, M.Si., Ulul Huda, M.Si., Prof. Dr. Ir. Nur Prihatiningsih, M.S., Ari Dwi Nurasih, S.Si, M.Biotech., Dra. Ani Widyastuti, M.Sc., Annistia Rahmadian Ulfah, S.Si., M.Si., Dr. Ir. Bambang Hartoyo, M.Si., IPU., Asep Iskandar, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom., Dra. Eva Vaulina Yulistia Delsy, M.Si., Indra Jati Kusuma, S.Pd., M.Or., Dr. Ir. Krismiwati Muatip, M.Si. IPU., Rifki Ahda Sumantri, S.Pd.I., M.Pd.I., Dra. Dijan Rahajuni, M.Si., Munasib, S.Pd.I., M.Pd.I., Kristianto Setiawan, S.S., M.A., Muhammad Syaiful Aliim, ST., MT., apt. dr. Fajar Wahyu Pribadi, M.Sc., Triyadi Hendra Wijaya, S. Farm., Msi., Dr. Juwarno, M.P., Ir. Yogi Ramadhani, S.T., M.Eng. Penerbit Universitas Jenderal Soedirman 2023 Buku Ajar JATIDIRI UNSOED @2023 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Cetakan Kesatu, Mei 2023 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Penulis: Dr. Ir. Heru Adi Djatmiko, M.P., Dr. Tri Rachmanto Prihambodo, S.Pt., M.Si., Dr. dr. Wahyu Siswandari, SpPK, MSiMed., Siti Nurchasanah, S.P., M.Si., Prof. Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.Hum., Danang Nur Cahyo, S.Pt., M.Sc., Dra. Rin Rostikawati, M.Si., Ulul Huda, M.Si., Prof. Dr. Ir. Nur Prihatiningsih, M.S., Ari Dwi Nurasih, S.Si, M.Biotech., Dra. Ani Widyastuti, M.Sc., Annistia Rahmadian Ulfah, S.Si., M.Si., Dr. Ir. Bambang Hartoyo, M.Si., IPU., Asep Iskandar, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom., Dra. Eva Vaulina Yulistia Delsy, M.Si., Indra Jati Kusuma, S.Pd., M.Or., Dr. Ir. Krismiwati Muatip, M.Si. IPU., Rifki Ahda Sumantri, S.Pd.I., M.Pd.I., Dra. Dijan Rahajuni, M.Si., Munasib, S.Pd.I., M.Pd.I., Kristianto Setiawan, S.S., M.A., Muhammad Syaiful Aliim, ST., MT., apt. dr. Fajar Wahyu Pribadi, M.Sc., Triyadi Hendra Wijaya, S. Farm., Msi., Dr. Juwarno, M.P., Ir. Yogi Ramadhani, S.T., M.Eng. Editor Isi: Prof. Ir. Totok Agung Dwi Haryanto, M.P., PhD. Editor Bahasa: Dra. Roch Widjatini, M.Si. Diterbitkan oleh: UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Gd. BPU Percetakan dan Penerbitan Telp. (0281) 626070 Email: [email protected] viii + 202 hal, 15,5 x 23 cm ISBN: 978-623-465-118-8 Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari penerbit, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, photoprint, microfilm dan sebagainya. PRAKATA Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Swt, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis mampu menyelesaikan buku ajar Jatidiri Unsoed. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk membantu mahasiswa dalam menguasai materi kuliah Jatidiri Unsoed pada Universitas Jenderal Soedirman sehingga kompetensi mata kuliah lebih mudah dicapai dan pada akhirnya mampu menunjang profil lulusan sebagai sarjana Universitas Jenderal Soedirman. Dalam buku ini akan dibahas tentang pendidikan karakter, manusia dan kepribadian, sejarah, visi, dan misi unsoed, nilai kejuangan Panglima Jenderal Soedirman, pengelolaan diri, wawasan kebangsaan, etika, tatakrama, dan peprgaulan mahasiswa, kesadaran hokum, dan pendidikan anti-korupsi. Penulis berusaha menyajikan dalam bahasa yang mudah dipahami. Buku ini masih jauh dari sempurna dan lengkap. Oleh karena itu perbaikan terus dilakukan. Penulis iii DAFTAR ISI PRAKATA iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii BAB I. PENDIDIKAN KARAKTER 1 1.1 Kompetensi 1 1.2 Pendahuluan 1 1.3 Pengertian Pendidikan Karakter 2 1.4 Karakter dan Kepemimpinan 5 1.5 Penguatan Karakter Bangsa Indonesia Abad 21 11 1.6 Contoh Soal dan Kisi-Kisi Jawaban 13 DAFTAR PUSTAKA 15 BAB II. MANUSIA DAN KEPRIBADIAN 17 2.1 Kompetensi 17 2.2 Pendahuluan 17 2.3 Manusia 19 2.4 Kepribadian 21 2.5 Tahapan Perkembangan Kepribadian 25 2.6 Ciri-Ciri Kepribadian yang Sehat 28 2.7 Permasalahan dalam Dinamika Kepribadian 29 2.8 Mekanisme Pertahanan Diri dalam Permasalahan 30 2.9 Contoh Soal dan Kisi-kisi Jawaban 33 DAFTAR PUSTAKA 35 BAB III. SEJARAH, VISI, DAN MISI UNSOED 37 3.1 Kompetensi 37 3.2 Pendahuluan 37 3.3 Sejarah dan Perkembangan Universitas Jenderal Soedirman 38 3.4 Kondisi dan Potensi 46 v 3.5 Visi Universitas Jenderal Soedirman 55 3.6 Misi Universitas Jenderal Soedirman 56 3.7 Tujuan Universitas Jenderal Soedirman 56 3.8 Sasaran Pengembangan 57 3.9 Contoh Soal dan Kisi-Kisi Jawaban 57 DAFTAR PUSTAKA 59 BAB IV. NILAI KEJUANGAN PANGLIMA JENDERAL SOEDIRMAN 61 4.1. Kompetensi 61 4.2. Pendahuluan 61 4.3. Peranan Mahasiswa 63 4.4. Biografi Panglima Besar Jenderal Soedirman 66 4.5 Nilai Kejuangan dan Kebesaran Jiwa Panglima Besar Jenderal Soedirman 72 4.6 Contoh Soal dan Kisi-Kisi Jawaban 79 DAFTAR PUSTAKA 81 BAB V. PENGELOLAAN DIRI 83 5.1 Kompetensi 83 5.2 Pendahuluan 83 5.3 Aspek Pengelolaan Diri (Self- Management) 84 5.4 Contoh Soal dan Kisi-Kisi Jawaban 95 DAFTAR PUSTAKA 97 BAB VI. WAWASAN KEBANGSAAN 100 6.1 Kompetensi 100 6.2 Pendahuluan 100 6.3 Definisi Wawasan Kebangsaan 101 6.4 Peningkatan Kualitas Pengamalan Wawasan Kebangsaan 106 6.5 Dimensi Wawasan Kebangsaan 109 6.6 Wawasan Kebangsaan di Era Modern 114 6.7 Contoh Soal dan Kisi-Kisi Jawaban 117 DAFTAR PUSTAKA 119 BAB VII ETIKA, TATAKRAMA, DAN PERGAULAN MAHASISWA 120 7.1 Kompetensi 120 7.2 Pendahuluan 120 7.3 Etika 121 vi Buku Ajar – Jatidiri Unsoed 7.4 Tata Krama 129 7.5 Pergaulan Mahasiswa 130 7.6 Contoh Soal dan Kisi-kisi Jawaban 140 DAFTAR PUSTAKA 141 BAB VIII. KESADARAN HUKUM 143 8.1 Kompetensi 143 8.2 Pendahuluan 143 8.3 Definisi, Ciri, Tujuan dan Fungsi Hukum 144 8.4 Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial 147 8.5 Manusia dan Masyarakat 148 8.6 Kesadaran Hukum 154 8.7 Penegak Hukum 157 8.8 Contoh Soal dan Kisi-kisi Jawaban 161 DAFTAR PUSTAKA 162 BAB IX. PENDIDIKAN ANTI KORUPSI 164 9.1 Kompetensi 164 9.2 Pendahuluan 164 9.3 Pengertian Korupsi 165 9.4 Faktor Penyebab Korupsi 167 9.5 Dampak Masif Korupsi 172 9.6 Nilai dan Prinsip Anti-korupsi 173 9.7 Upaya Pemberantasan Korupsi 179 9.8 Lembaga-Lembaga Anti Korupsi di Indonesia 182 9.9 Peran Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi 184 9.10 Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi 185 9.11 Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi 187 9.12 Contoh Soal dan Kisi-Kisi Jawaban 191 DAFTAR PUSTAKA 193 GLOSARIUM 195 INDEKS 201 vii DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Daftar Program Studi Sarjana dan Diploma di Universitas Jenderal Soedirman sampai dengan tahun 2014 43 Tabel 3.2. Daftar Program Pascasarjana di Universitas Jenderal Soedirman sampai dengan tahun 2014 45 Tabel 3.3. Pusat Penelitian LPPM Unsoed 48 viii Buku Ajar – Jatidiri Unsoed BAB I. PENDIDIKAN KARAKTER 1.1 Kompetensi Pendidikan karakter merupakan tahapan fundamental dalam membentuk jati diri seseorang. Pembentukan karakter memiliki pola metode pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran, karena pembentukan karakter dimulai dengan menciptakan habit sebagai proses pembelajaran. Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan pengetahuan (kognitif). Pendidikan karakter juga mengajarkan sikap yang baik (afektif). Lebih jauh lagi, Pendidikan karakter juga mengajarkan bagaimana berperilaku yang baik dan mulia (psikomotorik). 1.2 Pendahuluan Pendidikan karakter merupakan salah satu isu utama pendidikan di Indonesia sehingga ia ditempatkan pada posisi yang sentral dan diberikan alokasi yang lama dan kontinyu dalam proses pembelajaran. Bahkan pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud telah merumuskan kurikulum berbasis karakter dan mencanangkan- nya sebagai gerakan nasional. Pendidikan karakter memiliki urgensi dalam meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara terpadu dan utuh. Dengan menerapkan konsep pendidikan karakter, harapannya peserta didik menginternalisasi dan mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Akan tetapi berdasarkan beberapa survei, terdapat indikasi hilangnya nilai-nilai luhur yang melekat pada bangsa kita seperti kejujuran, kebersamaan, kesantunan, teposliro, gotong royong dan karakter baik lainnya. Oleh karena itu penting kiranya dalam tulisan ini akan dibahas tentang pendidikan karakater dan kepemimpinan, sebagai media dalam menanamkan dan menguatkan nilai pendidikan karakter bagi mahasiswa yang notabenenya agen of change, generasi penerus bangsa, dan pemimpin masa depan. Dengan perkembangan jaman tentunya banyak tantangan muncul dalam pembentukan karakter yang luhur. Semakin maju teknologi saat ini semakin kuat pengaruh kebudayaan yang tidak sejalan dengan kebudayaan Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya usaha untuk mempertahankan nilai-nilai luhur budaya baik Indonesia. 1.3 Pengertian Pendidikan Karakter Pendidikan karakter terambil dari dua kata yang memiliki makna yang berbeda, yaitu pendidikan dan karakter. Pendidikan adalah proses transformasi sikap dan tingkah laku individu atau masyarakat dalam upaya mendewasakan manusia melalui proses pembelajaran. Sedangkan pengertian pendidikan menurut Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 ialah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun karakter adalah sesuatu yang terlihat, yang terdiri atas sifat-sifat baik sebagai bentuk perilaku ahklak mulia yang sesuai dengan moral. Ia dapat dikatakan sebagai bentuk perilaku konkrit atau perilaku yang telah diimplementasikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Perilaku yang tercermin dengan memperlihatkan sifat-sifat mulia sebagai ciri moral dinamakan dengan karakter. Karakter juga menunjukkan identitas diri atau jati 2 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed diri yang melekat pada masyarakat, bangsa, dan negara, yang memiliki sifat terbuka dalam menghadapi perubahan, dan memilah- milah secara kritis. Pendidikan karakter sendiri bergerak mulai dari knowing menuju doing atau acting. Menurut Kilpatrick, salah satu faktor penyebab ketidakmampuan seseorang dalam berperilaku baik meskipun ia telah mempunyai pengetahuan terkait kebaikan (moral knowing) ialah karena dia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan (moral doing). Berpijak dari pemikiran ini maka kesuksesan pendidikan karakter sangat tergantung pada ada tidaknya knowing, loving, dan doing atau acting dalam penyelenggaraan pendidikan karakter. Pengetahuan tentang kebaikan (moral knowing) merupakan aspek pertama yang mempunyai enam unsur. Pertama kesadaran moral (moral awareness). Kedua pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values). Ketiga penentuan sudut pandang (perspective taking). Keempat logika moral (moral reasoning). Kelima keberanian dalam mengambil keputusan (decision making). Keenam pengenalan diri (self knowledge). Keenam unsur tersebut harus diajarkan kepada peserta didik untuk mengisi ranah kognitif mereka secara komprehensif. Cinta terhadap kebaikan (moral loving) adalah bentuk penguatan ranah emosi peserta didik untuk menjadi insan yang berkarakter. Penguatan ini terkait dengan bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yang mencakup kesadaran akan jati diri, percaya diri, kepekaan terhadap orang lain, cinta kebenaran, pengendalian diri, dan kerendahan hati. Setelah dua aspek tersebut terbentuk, maka moral acting sebagai outcome akan dengan mudah muncul dalam diri peserta didik. Ada pendapat lain yang menegaskan bahwa karakter ialah tabiat atau kebiasaan yang langsung dikendalikan otak. Oleh karena itu maka ketiga tahapan di atas perlu disuguhkan kepada peserta didik melalui cara yang rasional, logis, dan demokratis sehingga perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter bukan lagi sebuah kamuflase. Pendidikan Karakter 3 Pendidikan karakter dapat disamakan dengan pendidikan budi pekerti yang termasuk pada pendidikan afektif. Pendidikan budi pekerti merupakan pendidikan watak, pendidikan kepribadian, dan pendidikan akhlak. Pendidikan budi pekerti merepresentasikan sebuah upaya dalam menanamkan nilai-nilai luhur dan mulia pada jiwa setiap insan. Esensi dari pendidikan karakter ialah mengembangkan potensi peserta didik sebagai pembelajar yang baik (good knower) yang selalu terikat dalam berfikir (fikir), merasakan (dzikir) dan bertindak (fi’il) terhadap nilai-nilai kebaikan. Untuk efiktivitas dalam implementasi pendidikan karakter hendaknya memperhatikan tiga pendekatan. Pertama, pendekatan berbasis kelas. Pendekatan ini biasanya diwujudkan dalam bentuk integrasi kurikulum dan pembelajaran. Kedua, pendekatan kultur sekolah. Ia menunjukkan pola interaksi komunitas madrasah yang berdasarkan aturan, moral, dan etika yang berlaku di sekolah. Ketiga, pendekatan komunitas. Ia merepresentasikan interaksi keseharian peserta didik dengan keluarga dan masyarakat yang menjaga nilai moral. Setidaknya ada dua paradigma dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, memandang bahwa pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya sempit (narrow scope to moral education). Pada paradigma ini telah disepakati adanya karakter tertentu yang hanya tinggal ditanamkan pada peserta didik. Kedua, memandang pendidikan dari perspektif pemahaman isu-isu moral yang luas. Paradigma ini berpendapat bahwa pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi, memposisikan peserta didik sebagai aktor utama dalam pengembangan karakter. Adapun metodologi dalam pendidikan karakter dapat dilaksanakan mengikuti tradisi pendidikan agama Islam, yaitu melalui metode syari’at, hakikat tarikat, dan makrifat. Metode syari’at dapat digunakan bagi anak-anak dengan cara pembiasaan terhadap norma-norma umum masyarakat. Metode hakikat tarikat digunakan untuk menanamkan pengertian kepada anak agar mengetahui dan menyadari konsep tentang segala kebaikan dan keburukan serta bagaimana menyikapinya. Sedangkan metode 4 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed makrifat digunakan untuk melatih diri dalam melaksanakan kebaikan walaupun mengalami kesukaran atau berat dalam melakukannya. 1.4 Karakter dan Kepemimpinan Seorang pemimpin biasanya memiliki sifat, watak, kebiasaan, dan karakter tersendiri yang khas dan unik sehingga perilaku dan gaya kepemimpinannya berbeda dengan pemimpin lainnya. Gaya (style) hidupnya tersebut akan mewarnai tingkahlaku dan model kepemimpinannya. Kepemimpinan adalah kekuatan aspirasional, power of spirit, dan kekuatan moral kreatif yang dapat mempengaruhi semua anggota dalam mengubah perilaku, sehingga mereka sejalan dengan aspirasi dan visi sang pemimpin. Oleh karena itu, seharusnya seorang pemimpin mencerminkan figur yang dapat menjadi suritauladan bagi yang dipimpinnya. Menurut Kemendiknas, untuk menjadi pemimpin yang dapat menjadi contoh dan teladan, setidaknya ia memiliki delapan belas nilai karakter dalam model kepemimpinannya. Pertama religius. Ia merupakan sikap dan perilaku yang taat dalam menjalankan norma agama yang dipeluknya, bertoleransi dan hidup rukun dengan pemeluk agama lainnya. Kedua jujur. Sikap ini didasarkan pada upaya menjadikan pribadinya sebagai orang yang bisa dipercaya baik dalam ucapan dan perbuatan. Ketiga toleransi. Ia merupakan sikap menghormati dan menghargai akan adanya perbedaan agama, suku, ras, etnis, sikap, pendapat, dan tindakan orang lain yang tidak sama dengan dirinya. Keempat disiplin, yaitu tindakan yang mencerminkan tingkah laku yang tertib dan patuh terhadap berbagai peraturan. Kelima kerja keras. Kerja keras didasari atas kemauan yang kuat. Dari kemauan akan memunculkan asosiasi dengan ketekunan, tekad yang bulat, pendirian, keteguhan, keberanian, kekuatan, pengendalian diri, daya tahan, pantang mundur dan tujuan yang jelas. Keenam kreatif, yakni berpikir dan menjalankan sesuatu dalam rangka menghasilkan cara atau hasil yang baru. Ketujuh mandiri. Ia merepresentasikan sikap yang tidak tergantung kepada individu Pendidikan Karakter 5 lainnya dalam melaksanakan tugasnya. Kedelapan demokratis, merupakan metode berfikir, bersikap, dan berperilaku yang menilai sama antara hak dan kewajiban dirinya dengan hak dan kewajiban orang lain. Kesembilan rasa ingin tahu. Ia menunjukkan sikap dan perilaku yang selalu berusaha untuk mengetahui lebih dalam, luas, komprehensif dan holistik dari suatu objek yang dikaji, dilihat, maupun didengar. Kesepuluh semangat kebangsaan. Ia mencerminkan tentang metode berpikir dan wawasan yang memposisikan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan individu dan golongan. Kesebelas cinta tanah air, adalah perasaan yang timbul dari hati sanubari sesorang warga negara untuk mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan. Ia juga dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, politik dan sebagainya sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri. Kedua belas menghargai prestasi. Ia adalah sikap akan pengakuan dan penghormatan atas keberhasilan orang lain. Dari sikap ini akan memotivasi dirinya untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama manusia. Ketiga belas bersahabat atau komunikatif. Ia menunjukkan kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide dan hasil pemikiran kepada orang lain dalam bergaul. Keempat belas cinta damai. Ia merupakan perilaku yang membuat setiap orang merasakan ketenangan dan keamanan yang muncul dalam dirinya melalui kepribadian yang cinta damai, harmonis, toleransi, saling menghormati, dan hubungan sejajar pada setiap individu dan kelompoknya sehingga dapat terhindar dari berbagai gangguan, pertengkaran, kekerasan, dan konflik. Kelima belas gemar membaca, yaitu kebiasaan seseorang dalam mengalokasikan waktu untuk membaca berbagai literatur yang mendatangkan kebaikan baginya. Keenam belas peduli lingkungan, ialah sikap dan perilaku yang selalu berusaha mencegah munculnya 6 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed kerusakan lingkungan dan mengembangkan berbagai upaya dalam memperbaiki kerusakan alam. Ketujuh belas peduli sosial. Ia merupakan sikap dan perilaku yang selalu ingin memberi pertolongan kepada orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Kedelapan belas tanggung jawab, yaitu sikap dan tindakan seseorang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan maupun Tuhannya. Tanggung jawab juga merepresentasikan pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian di sini mengandung maksud perbuatan baik yang berupa pikiran maupun tenaga sebagai perwujudan dari rasa cinta, kasih sayang, kesetiaan, norma, atau ikatan dari semua itu yang dilaksanakan secara ikhlas. Dengan mengimplementasikan delapan belas karakter di atas, niscaya seorang pemimpin dapat memunculkan terobosan dari bentuk atau model kepemimpinan, selain dari tipe kepemimpinan yang sudah masyhur dalam teori kepemimpinan yang telah ada. Sifat-sifat kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantoro meliputi 3 hal, yaitu sebagai berikut. 1. Ing ngarso sung tulodo Di muka harus memberi tauladan. Bahwa seorang pemimpin harus melalui sikapnya dan perbuatannya menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan bagi orang yang dipimpinnya. Misalnya sebagai pimpinan harus memberikan contoh disiplin, giat bekerja, korek segala tindakannya. 2. Ing madyo mangun karso Di tengah membangun prakarsa. Bahwa seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya. Misalnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi organisasinya, pimpinan memberi kesempatan bawahannya memberikan masukan, saran dan pendapatnya. 3. Tut wuri handayani Mengikuti dari belakang dengan berwibawa. Bahwa seorang pemimpin harus mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan di depan dan berani Pendidikan Karakter 7 bertanggung jawab. Misalnya pimpinan memberi kesempatan sepenuhnya kepada bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya atau memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya dalam unit kerjanya. Secara diam-diam pimpinan memantaunya dan mengawasinya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Jadi pimpinan tetap bertanggung jawab. Tipe-tipe kepemimpinan menurut George R. Terry sebagai salah satu pengembang ilmu manajemen adalah sebagai berikut. 1. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership) Seorang manajer dalam melaksanakan tindakannya selalu dilakukan dengan cara kontak pribadi. Instruksi disampaikan secara oral ataupun langsung pribadi disampaikan oleh manajer yang bersangkutan. Tipe kepemimpinan ini sering dianut oleh perusahaan kecil karena kompleksitas bawahan maupun kegiatannya sangatlah kecil. Akibatnya, pelaksanaannya selain mudah juga sangat efektif dan memang biasa dilakukan tanpa mengalami prosedural yang berbelit. 2. Kepemimpinan Nonpribadi (Nonpersonal Leadership) Segala peraturan dan kebijakan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahannya atau menggunakan media nonpribadi, baik rencana, instruksi, maupun program penyeliaannya. Pada tipe ini, program pendelegasian kekuasaan sangatlah berperan dan harus diaplikasikan. 3. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership) Manajer yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara sungguh-sungguh, teliti, dan cermat. Manajer bekerja menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan ketat. Meskipun agak kaku dan segala instruksinya harus dipatuhi oleh para bawahan, para bawahan tidak berhak mengomentarinya karena manajer beranggapan bahwa dialah yang bertindak sebagai pengemudi yang akan bertanggung jawab atas segala kompleksitas organisasi. 8 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed 4. Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership) Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan bahwa ia merupakan bagian integral yang sama sebagai elemen perusahaan dan secara bersamaan seluruh elemen tersebut bertanggung jawab terhadap perusahaan. Oleh karena itu, agar seluruh bawahan merasa turut bertanggung jawab maka mereka harus berpartisipasi dalam setiap aktivitas perencanaan, evaluasi dan penyeliaan. Setiap individu merupakan potensi yang berharga dalam usaha mencapai tujuan. 5. Kepemimpinan Paternalistik (Paternalistic Leadership) Dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan antara manajer dengan perusahaan. Tujuannya adalah untuk melindungi dan memberikan arah, tindakan dan perilaku ibarat peran seorang bapak kepada anaknya. 6. Kepemimpinan Menurut Bakat (Indigenous Leadership) Muncul dari kelompok informal yang didapatkan dari pelatihan meskipun tidak langsung. Dengan adanya sistem persaingan, dapat menimbulkan perbedaan pendapat yang seru dari kelompok yang bersangkutan. Biasanya akan muncul pemimpin yang memiliki kelemahan diantara mereka yang ada dalam kelompok tersebut menurut keahliannya di mana ia terlibat di dalamnya. Pada situasi ini, peran bakat sangat menonjol, sebagai dampak pembawaan sejak lahir dan mungkin disebabkan adanya faktor keturunan. Di bawah ini akan di bahas mengenai gaya-gaya kepemimpinan, gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Gaya Kepemimpinan Otokratik Gaya ini mengutamakan pelaksanaan tugas untuk tercapainya tujuan sehingga kurang perhatian terhadap hubungan-hubungan manusia. Dalam hal ini, pemimpin cenderung menentukan kebijakan untuk anggota, menginstruksikan tugas, menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan, mengendalikan pelaksanaan tugas dan interaksi dengan dan antara anggota Pendidikan Karakter 9 secara ketat, kurang memberikan kebebasan untuk memulai tugas-tugas anggota, kurang memberikan pujian terhadap prestasi bawahan. 2. Gaya Kepemimpinan Direktif Ini merupakan gaya yang mengutamakan pencapaian tujuan, tetapi mulai memberi perhatian terhadap hubungan manusia. Dalam hal ini pemimpin mengutamakan pemberian pedoman dan petunjuk kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan serta memberitahukan mengenai apa yang diharapkan dari mereka. 3. Gaya Kepemimpinan Konsultatif Merupakan gaya yang mengutamakan perhatian pada pelaksanaan tugas dan cukup besar perhatian terhadap penciptaan hubungan dengan sesama anggota secara akrab dan harmonis. Oleh sebab itu dalam melakukan aktivitasnya pemimpin melakukan konsultasi dengan anggota baik secara individu maupun kelompok. 4. Gaya Kepemimpinan Partisipatif Merupakan gaya yang di samping menekankan pada pelaksanaan tugas, juga memberi perhatian yang besar dalam menciptakan hubungan dengan dan sesama anggota. Pemimpin gaya partisipatif berunding dengan bawahan dan memberi peluang kepada bawahan untuk memberi masukan berupa saran dan gagasan sebelum mengambil keputusan atau mempengaruhi keputusan yang telah dan akan dibuat. Pemimpin melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Ia harus menyiapkan rencana, strategi, kebijakan, mengadakan koordinasi, memberikan pengarahan, mengambil keputusan, mengadakan pengawasan dan lain sebagainya. Untuk melakukan semua tugas tersebut, ia harus mengusahakan seluruh anggota organisasi itu dapat digerakkan untuk mencapai tujuan tertentu. Tugas pokok kepemimpinan meliputi hal hal berikut. 1. Menyatupadukan orang-orang yang berbeda-beda motivasinya itu dengan motivasi yang sama. 2. Mengusahakan suatu kelompok dinamis secara sadar. 10 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed 3. Menciptakan suatu lingkungan di mana terdapat integrasi antara individu dan kelompok dengan organisasinya. 4. Memberikan inspirasi dan mendorong anggota-anggotanya bekerja seefektif mungkin. 5. Menumbuhkan kesadaran lingkungan yang senantiasa mengalami perubahan (dinamis) dan mengusahakan agar orang-orang yang dipimpinnya itu dapat menyesuaikan dengan perubahan situasi. 1.5 Penguatan Karakter Bangsa Indonesia Abad 21 Pendidikan karakter terus berkembang dari tahun ke tahun. Perkembangan ini dipengaruhi oleh berbagai macam hal salah satunya adalah perkembangan teknologi. Dengan masuknya abad 21 tentunya pendidikan karakter menghadapi berbagai macam tantangan salah satunya adalah pergeseran karakter. Pembentukan karakter seseorang merupakan perubahan kebiasaan yang membutuhkan peran komunitas masyarakat yang mendukung dalam pengembangan karakter. Salah satu komunitas masyarakat pendukungnya adalah sekolah dimana selama proses pendidikan yang dihadapi seseorang adalah proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstrakurikuler dan kerjasama setiap komponen pendukung di lingkungan sekolah selama pengembangan karakter. Kementerian pendidikan dan kebudayaan pada tahun 2017 mencanangkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan menghasilkan lima nilai utama pengembangan karakter yang saling terkait satu dengan yang lain sehingga menjadi prioritas yaitu religious, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Hal ini juga sejalan dengan pengembangan karakter yang dimiliki Panglima Besar Jenderal Soedirman. Nilai juang yang dimiliki oleh panglima besar Jenderal Soedirman dapat diamat , dipelajari, dimengerti, dan dipahami dan semuanya telah diterima oleh masyarakat seperti sifat religius dimana Pangsar Jenderal Soedirman merupakan pemimpin dengan iman dan taqwa yang kuat, sifat pendidik yang mendasarkan pada kemampuan intelektualitas, sifat demokratis yang tetap menghormati perbedaan pendapat tanpa harus memaksakan Pendidikan Karakter 11 kehendak, dan berorientasi pada rakyat, dan sifat prajurit yang disiplin, tegas, ikhlas, dan rela berkorban, kuat, berpegang teguh pada prinsip dan cita-cita, pantang menyerah dalam berjuang, mengutamakan kepentingan yang lebih besar atau negara, dan menjunjung tinggi nama dan kehormatan negara dalam rangka menumbuhkan kesadaran bela negara. Pendidikan karakter atau pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak bertujuan mengembangkan seseorang untuk memiliki kemampuan memberikan keputusan baik dan buruk, menjaga dan mengamalkan yang baik dan menghindari yang buruk dan mengimplementasikan- nya setiap hari. Oleh karena itu pendidikan karakter erat dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekan di kehidupan sehari-hari. Karena terkait dengan “habit”, pembentukan karakter seseorang tidak dapat berdiri sendiri namun perlu didukung oleh sebuah agen yaitu communities of character seperti keluarga, sekolah, institusi keagamaan, media, pemerintah, dan semua pihak yang memiliki pengaruh pada generasi muda. Agen ini tentunya perlu memberikan suatu keteladanan, intervensi, dan pembiasaan yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu dan dilakukan dalam jangka panjang. Sebagai anak bangsa, kita semestinya memahami bahwa sumber pembelajaran Pendidikan karakter tidak sebatas referensi ilmiah yang ditulis oleh para pakar, ataupun kebijakan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan Pendidikan karakter. Bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang dalam membangun peradaban manusia dan terbukti pernah menjadi bangsa yang unggul di masa lalu. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit adalah sebagian contoh bukti keunggulan dan kejayaan bangsa Indonesia masa lalu. Nilai nilai luhur yang hidup di masyarakat dan menjadi dasar pembentukan karakter bangsa yang diyakini kebenarannya dan telah mampu mewujudkan dan mencapai keunggulan, oleh pendiri bangsa telah dirumuskan dan dikristalisasi dalam bentuk konsensus nasional, yaitu Pancasila, Undang-undang Negara Republik Indonesia 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bangsa Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang religious. 12 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed Berbagai agama hidup berdampingan dengan damai dan mengajarkan kemuliaan karakter yang sama. Bahkan, nabi Muhammad SAW mengatakan: tidaklah aku diutus melainkan untuk membangun karakter yang mulia. Negara menjamin kebebasan rakyatnya untuk memeluk agama dan melaksanakan ajarannya. Berbagai suku dan adat istiadat juga hidup berdampingan dan damai di negeri ini. Semangat dan nilai luhur yang terkandung dalam empat konsensus nasional, terkandung dalam ajaran agama, terpelihara dalam adat istiadat yang baik dalam kehidupan masyarakat Indonesia hendaknya bisa menjadi acuan dalam pendidikan karakter anak bangsa. 1.6 Contoh Soal dan Kisi-Kisi Jawaban Contoh Soal 1. Pendidikan karakter di abad 21 ini memiliki banyak tantangan salah satunya pergeseran karakter. Oleh karena itu apa yang perlu kita lakukan? 2. Sebutkan 3 sifat kepemimpinan menurut Ki Hajar Dewantara! 3. Sebutkan definisi karakter dalam konteks kekinian! 4. Jelaskan secara singkat tentang gaya-gaya kepemimpinan! 5. Jelaskan secara singkat tentang Ing madyo mangun karso Kisi-Kisi Jawaban 1. Pendidikan karakter adalah pendidikan nilai, watak, perilaku, moral dan budi pekerti. Oleh karena itu perlu adanya pembiasaan. Kita sebagai manusia masuk kedalam communities of character. Oleh karena itu tugas kita adalah memberikan keteladaan dengan memberikan pembelajaran yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu. 2. Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani 3. Sesuatu yang terlihat, yang terdiri atas sifat-sifat baik sebagai bentuk perilaku ahklak mulia yang sesuai dengan moral. Ia dapat dikatakan sebagai bentuk perilaku konkrit atau perilaku yang Pendidikan Karakter 13 telah diimplementasikan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral. 4. Ada 4 macam gaya Gaya kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut. a. Gaya Kepemimpinan Otokratik Gaya ini mengutamakan pelaksanaan tugas untuk tercapainya tujuan sehingga kurang perhatian terhadap hubungan-hubungan manusia. Dalam hal ini, pemimpin cenderung menentukan kebijakan untuk anggota, menginstruksikan tugas, menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan, mengendalikan pelaksanaan tugas dan interaksi dengan dan antara anggota secara ketat, kurang memberikan kebebasan untuk memulai tugas-tugas anggota, kurang memberikan pujian terhadap prestasi bawahan. b. Gaya Kepemimpinan Direktif Ini merupakan gaya yang mengutamakan pencapaian tujuan, tetapi mulai memberi perhatian terhadap hubungan manusia. Dalam hal ini pemimpin mengutamakan pemberian pedoman dan petunjuk kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan serta memberitahukan mengenai apa yang diharapkan dari mereka. c. Gaya Kepemimpinan Konsultatif Merupakan gaya yang mengutamakan perhatian pada pelaksanaan tugas dan cukup besar perhatian terhadap penciptaan hubungan dengan sesama anggota secara akrab dan harmonis. Oleh sebab itu dalam melakukan aktivitasnya pemimpin melakukan konsultasi dengan anggota baik secara individu maupun kelompok. d. Gaya Kepemimpinan Partisipatif Merupakan gaya yang di samping menekankan pada pelaksanaan tugas, juga memberi perhatian yang besar dalam menciptakan hubungan dengan dan sesama anggota. Pemimpin gaya partisipatif berunding dengan bawahan dan memberi peluang kepada bawahan untuk memberi masukan 14 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed berupa saran dan gagasan sebelum mengambil keputusan atau mempengaruhi keputusan yang telah dan akan dibuat. 5. Ing madyo mangun karso yaitu di tengah membangun prakarsa. Bahwa seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya. Misalnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi organisasinya, pimpinan memberi kesempatan bawahannya memberikan masukan, saran dan pendapatnya. DAFTAR PUSTAKA Chastanti, I., Gultom, M., & Sari, N. F.2019. Analisis penggunaan internet terhadap karakter bersahabat/komunikatif pada pembelajaran biologi. Jurnal Pelita Pendidikan, 7(4). Erviana, V. Y. 2021. Penanganan dekadensi moral melalui penerapan karakter cinta damai dan nasionalisme. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, 14(1), 1-9. IKHSAN, M. Alifudin. 2017. NILAI - NILAI CINTA TANAH AIR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, [S.l.], v. 2, n. 2, p. 108-114, dec. 2017. ISSN 2527-8495. Kosim, M. 2011. Urgensi pendidikan karakter. KARSA: Journal of Social and Islamic Culture, 84-92. Maimunah, M. 2014. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER. Al-Afkar: Jurnal Keislaman & Peradaban, 2(1). Mulyono, H2018. Kepemimpinan (Leadership) berbasis karakter dalam peningkatan kualitas pengelolaan perguruan tinggi. Jurnal Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora, 3(1), 290-297. Nunung Rustini, S. P.2020. penguatan-karakter-bangsa-sebagai- salah-satu-kompetensi-pembelajaran-abad-ke-21. Https://Bdkjakarta. Kemenag.Go.Id/. https://bdkjakarta.kemenag.go.id/berita/penguatan-karakter- Pendidikan Karakter 15 bangsa-sebagai-salah-satu-kompetensi-pembelajaran-abad-ke- 21 Priyatna, M.2017. Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 5(10). Silalahi, Ulbert. 1996. Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen. Bandung: Mandar Maju, 1996. Siswanto. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Syamsi, I.. 1994. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta. Wahidin, U.2017. Pendidikan karakter bagi remaja. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 2(03). Zaman, B.2019. Urgensi pendidikan karakter yang sesuai dengan falsafah bangsa indonesia. Al Ghazali, 2(1), 16-31. 16 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed BAB II. MANUSIA DAN KEPRIBADIAN 2.1 Kompetensi Setelah mengikuti pembelajaran mengenai manusia dan kepribadian, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hakekat dan kedudukan manusia dalam berperikehidupan secara mandiri, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Menjelaskan implementasi perikehidupannya sebagai generasi muda untuk mewujudkan cita-cita kehidupannya secara pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Menjelaskan berbagai deskripsi dan tipe kepribadian dalam upaya memahami pengembangan potensi diri dan menghadapi tantangan kehidupan secara pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 4. Menjelaskan penyebab munculnya perilaku bermasalah dalam dinamika kepribadian sebagai upaya preventif untuk mencetak pribadi manusia yang unggul secara pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 5. Menjelaskan upaya mekanisme pertahanan diri yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah agar menjadi pribadi yang kuat dan unggul secara pribadi untuk kepentingan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara 2.2 Pendahuluan Perkembangan kehidupan manusia saat ini semakin kompleks, hal tersebut karena adanya pertambahan penduduk, ketersediaan sumber daya alam yang terbatas dan semakin menurun kualitasnya, adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta globalisasi 17 dunia. Kondisi ini menyebabkan intensitas aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya semakin padat. Kepadatan aktivitas manusia dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya dapat menyebabkan berbagai hal seperti keinginan untuk menang sendiri, mementingkan diri sendiri, mengabaikan kepentingan dan hak orang lain dan bahkan dapat pula mengabaikan kepentingan diri sendiri, misalnya orang hanya memikirkan dan mengejar kepentingan hari ini atau kehidupan masa sekarang, mengabaikan kehidupan yang akan datang dan hanya memikirkan pemenuhan keinginan kebendaan saja. Sebagai mahkluk sosial, kehidupan manusia mempunyai interdepensi antar manusia. Namun, dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan dapat membuat manusia menjadi lupa diri, sehingga melakukan hal-hal yang berada di luar rasa kemanusiaannya, yang dapat mengganggu bahkan merugikan keamanan manusia lainnya yang pada akhirnya dapat menyebabkan ketidaknyamanan, kekacauan dan bahkan pertikaian antar manusia. Secara individu dalam diri manusia terdapat unsur jasmani dan rohani, dimana pemenuhan kedua unsur pembentuk hidup manusia itu perlu ada keseimbangan. Unsur jasmani memerlukan pemenuhan kebutuhan yang bersifat kebendaan dan unsur rohani memerlukan pemenuhan kebutuhan yang abstrak seperti rasa nyaman, aman, dan tentram, aktualisasi diri dan penghargaan; yang pada intinya setiap manusia menginginkan untuk dimanusiakan. Untuk dapat mewujudkan keseimbangan kedua unsur tersebut setiap manusia perlu memahami keberadaannya, potensinya dan lingkungannya. Tirtawati mengatakan bahwa manusia adalah mahkluk kompleks dan unik, kompleksitas dan keunikan manusia berbeda dengan mahkluk lain dan bahkan berbeda pula dengan sesama jenis manusia. Untuk dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia, para menulis tentang spikologi kepribadian dan perilaku seperti Sigmund Freud, B.F. Skinner dan Abraham Maslow telah berusaha mengupas berbagai hal tentang sisi kehidupan manusia namun belum sepenuhnya terwujud. Peningkatan kualitas kehidupan manusia tergantung pada peningkatan pemahaman manusia tentang manusia. 18 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed 2.3 Manusia Hidayat menyatakan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khalifah Allah fial-ard). Hal ini mengandung makna dalam kehidupan manusia mempunyai tugas utama untuk menyembah kepada penciptaNya, melestarikan apa-apa yang telah diberikanNya berupa bumi dan isinya untuk menjaga ketertiban kehidupan dan kemakmuran. Sedangkan, definisi manuasia menurut Adjisoedarmo adalah manusia merupakan makhluk yang berakal budi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, dalam rangka melaksanakan amanat dan penghambaan kepada Allah ta’ala. Manusia adalah bentuk penciptaan tuhan yang paling sempurna, yang telah diberikan potensi untuk memilih cara hidup yang baik, untuk selanjutnya akan berakibat kepada kesejahteraan perikehidupan di dunia dan di akhirat nanti setelah melalui tahapan alam fana dan alam kubur. Dari dua contoh mengenai pemahaman manusia, membawa konsekuensi dan tanggung jawab kita sebagai mahkluk untuk selalu mengakui keberadaan Sang Maha Pencipta beserta dengan segenap kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab untuk menjaga ketertiban kehidupan diri kita sendiri, masyarakat, bangsa dan negara dan dunia serta mengusahakan kemakmuran dengan mengelola bumi dan seisinya. Dalam pengelolaan bumi dan seisinya, kita juga harus ingat bahwa dalam proses kehidupan manusia itu tumbuh dan berkembang dari generasi ke generasi, yang mana dalam setiap generasi membutuhkan jaminan ketersediaan kebutuhan hidup yang bergantung pada alam, bumi dan seisinya. Oleh karena itu dalam pemanfaatan alam, bumi dan seisinya, setiap generasi harus memperhatikan pemanfaatan, pembangunan dan pengembangan yang berkesinambungan. Pemanfaatan, pembangunan dan pengembangan yang berkesinambungan, artinya bahwa pemanfaatan sumber alam dan seisinya pada saat sekarang jangan Manusia dan Kepribadian 19 sampai menimbulkan kerugian pada generasi yang akan dating. Dengan demikian, dalam setiap pemanfaatan sumber alam harus disertai dengan upaya pembangunan dan pengembangannya. Kamudian apabila kita merujuk pada keberadaan manusia, keberadaan manusia di muka bumi dilalui dengan proses yang panjang; dari tidak ada menjadi ada dan kemudian tiada. Tahap ketiadaan manusia ditinjau dari berbagai macam spiritualitas menyatakan bahwa setelah ketiadaan manusia akan menuju kepada kehidupan baru yaitu kehidupan setelah kehidupan di dunia. Dalam kehidupan setelah kehidupan, baik ditinjau dari sudut agama dunia atau agama langit, menyatakan bahwa bentuk kehidupan baru yang akan dialami manusia adalah sebagai balasan dan konsekuensi dari cerminan kehidupan ataupun tingkah laku dan perbuatannya di dalam kehidupan dunia. Oleh karena itu, apabila manusia menghendaki kehidupan yang baik kelak maka dia harus berusaha melakukan hal-hal yang baik bagi dirinya dan masyarakatnya, hal ini karena disamping sebagai mahkluk pribadi manusia juga merupakan makhluk sosial. Dalam upaya mempertahankan kehidupannya di dunia dan memenuhi kebutuhan hidup manusia harus berinteraksi dengan manusia lainnya dan tidak dapat berdiri sendiri, itulah sebabnya manusia disebut juga sebagai mahkluk sosial. Merujuk pada proses keberadaan manusia, apabila kita amati maka proses kejadian manusia bermula dari rasa sayang dan cinta, kemudian pertemuan sperma dan ovum dalam rahim wanita, terpilihnya sperma yang terbaik, rasa bersyukur, iklas dan senang, penjagaan perkembangan janin dalam rahim selama proses kehamilan, kepedulian dari berbagai pihak, kelahiran calon manusia baru, pemeliharaan serta pengasuhan calon manusia baru. Dari berbagai tahap proses kejadian manusia dapat kita cermati bahwa dalam setiap tahapannya semua mengandung nilai-nilai kebaikan, yakni rasa saying dan cinta antar manusia yang berlainan jenis, kejujuran, keiklasan, semangat, kerja sama dan saling kepedulian. Nilai-nilai kebaikan itulah yang menjadi benih calon manusia untuk menapaki kehidupan selanjutnya, ibarat tanaman, tanaman akan tumbuh subur dan berbuah baik apabila benihnya baik, jika dibarengi dengan perawatan, pemeliharaan dan kondisi lingkungan 20 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed yang sesuai dan baik. Selanjutnya kita mencermati dari proses perkembangan janin yang ada dalam rahim seorang ibu sampai dengan menjadi calon manusia baru disitu terdapat adanya nilai ketergantungan, kebaikan, semangat dan pantang menyerah untuk selalu berusaha hidup dari mulai janin sampai menjadi manusia. Di sisi lain adalah merupakan suatu proses yang menakjubkan dari pemberian hidup itu, yaitu ada kekuatan lain yang kita yakini berasal dari yang maha hidup, seperti bergerak, bernafas, dan berakal pikir. Dalam proses selanjutnya, setelah calon manusia yang baru lahir, dia mulai menapaki kehidupan barunya. Harapan orang tua pada setiap anaknya yang baru lahir adalah hal-hal yang baik dan kelak anaknya akan menjadi baik pula dapat hidup, dan dapat mencukupi semua kebutuhannya. Biasanya pengharapan ini diwujudkan melalui pemberian nama yang mengandung arti baik. Melalui proses pemeliharaan dan mengasuhan awal, untuk selanjutnya bersosialisasi dengan manusia-manusia lain, dengan lingkungan dengan berbagai pola dan kondisi. Dalam proses sosialisasi ini kemudian manusia menentukan polanya sendiri- sendiri sesuai dengan pemahaman tentang diri dan potensinya adaptasi dengan kondisi lingkungannya, dengan kata lain manusia akan berusaha menjalani kehidupan sesuai dengan tujuan hidupnya, bersosialisasi dan berkolaborasi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tujuan hidupnya. 2.4 Kepribadian Kata kepribadian atau personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu: prosopon atau persona yang dalam bahasa Indonesia berarti topeng. Definisi kepribadian dirumuskan secara berbeda-beda oleh para ahli, berdasarkan teori dan paradigma yang mereka yakini. Berikut adalah beberapa definisi kepribadian. Schultz & Schultz Personaliti adalah tingkah laku yang ditunjukkan kepada lingkungan sosial dan kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh orang lain. Dengan demikian, kepribadian Manusia dan Kepribadian 21 adalah merupakan tingkah laku manusia yang diperlihatkan kepada orang lain sesuai dengan keinginan orang yang bersangkutan dan mendapat penilaian dari orang lain. Gordon W. W Allport Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Krech dan Crutchfield Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus Adolf Heuken Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Semua ini telah ditata dalam caranya yang khas di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana dikehendakinya Manusia sebagai pribadi dengan keunikannya dan sebagai mahkluk sosial setiap saat melakukan pergerakan sesuai dengan perkembangan, keinginan dan kondisinya. Kepribadian mendasari atau menjadi penyebab kemunculan perilaku individual, yang bersumber dari dalam diri dan pengalaman. Proses bergerak yang berulang akan membentuk kekhasan perilaku yang membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Ada berbagai tipe kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli seperti Hippocrates dan Galenus, C.G Jung, Gerart Heymans, dan juga Eduard Spranger. Tipe kepribadian menurut Hippocrates dan Galenus adalah sebagai berikut: Sanguinis Tipe kepribadian ini ditandai dengan sifat yang hangat, bersemangat, lincah, meluap-luap, dan individu yang menyenangkan. Orang dengan kepribadian sanguinis merupakan orang yang sangat 22 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed ramah terhadap orang lain, sehingga mereka akan dianggap sebagai orang yang ekstrovert. Seseorang dengan kepribadian ini lebih mudah terpengaruh, serta pikiran dan perasaan yang meledak-ledak. Koleris Orang dengan kepribadian koleris pada umunya tampak lebih hangat, aktif, pasif, serba cepat, berkeinginan keras, dan cukup independen. Mereka cenderung bersifat tegas dan memiliki pendirian keras. Mereka mudah membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki kepribadian ini cenderung mempengaruhi lingkungan dengan pendapat dan gagasannya, tujuan, rencana, dan juga ambisinya. Melankolis Orang melankolis cenderung lebih suka berkorban, tipe perfeksionis, analisis, dan memiliki sifat emosi yang cukup sensitive dan biasanya menikmati keindahan karya seni. Akan tetapi jika mereka sedang murung, bisa menjadi seseorang yang antagonis. Phlegmatis Tipe phlegmatis biasanya terlihat cukup tenang, gampangan, tidak merasa terganggu dengan orang lain, dan hampir tidak pernah marah. Tipe ini memiliki sifat mudah bergaul, bagi tipe ini hidup adalah sebuah kegembiraan. Mereka jarang terhasut dengan apapun yang ada di sekitarnya. Berbagai kepribadian tersebut tidaklah mudah untuk dipahamai. Menurut Hidayat untuk memahami kepribadian seseorang dapat dijelaskan melalui tiga hal sebagai berikut. 1. Deskripsi kepribadian Yaitu penggambaran kepribadian seseorang dengan cara membandingkannya dengan orang lain dengan melihat ciri-ciri yang ada pada orang yang bersangkutan. 2. Dinamika kepribadian Yaitu dengan memahami cara seseorang menyesuaikan diri dengan situasi kehidupan sebagai akibat dari pengaruh budaya dan ataupun terhadap proses pemikiran. Manusia dan Kepribadian 23 3. Perkembangan kepribadian Yaitu dengan memperhatikan bagaimana refleksi pengaruh faktor biologis dan pengalaman masa kanak-kanak; bagaimana kepribadian berubah sepanjang hidup seseorang, mulai masa anak-anak sampai dewasa. Perkembangan kepribadian yang baik pada seseorang akan memudahkannya dalam pengambilan keputusan yang benar dan bersosialisasi dengan orang lain yang pada akhirnya akan membukakannya jalan menuju pada apa yang diinginkan atau dicita-citakan. Sigmund Freud (1856-1939), seorang ahli neurologi dan dokter psikiatri di Wina, berhasil mengembangkan teori psikoanalisis dan kepribadian melalui uji cobanya dalam mengobati pasien yang menderita masalah emosional yaitu dengan cara memeriksa fenomena yang telah terjadi pada pasien tersebut dan merekomendasikan pasiennya untuk melakukan retropektif atau memeriksa pengalaman masa lalu dengan kata lain melakukan instrospeksi. Menurut teori psikoanalisis, Freud menyatakan bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh masa lalu, perilaku dan permasalahan yang muncul pada setiap individu merupakan implikasi proses yang terjadi sebelumnya terutama pada umur 1 sampai dengan 5 tahun. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan generasi muda sebagai penerus bangsa untuk memahami pentingnya memberikan pemahaman dan pendidikan yang baik kepada kepada anak-anak. Lebih lanjut Freud membagi kepribadian ke dalam 3 tingkatan, yaitu kesadaran (conscious), prasadar (preconscious) dan ketidak sadaran (unconscious). Kesadaran berkaitan dengan makna dalam kehidupan sehari-hari, didalamnya termasuk sensasi dan pengalaman, di mana kita menyadari setiap peristiwa yang kita alami. Kesadaran merupakan bagian kehidupan mental atau lapisan jiwa individu. Kehidupan mental ini memiliki kesadaran penuh. Schultz & Schultz menjelaskan kepribadian manusia seperti puzzle yang dapat sangat acak. Menemukan kebenaran 24 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed harus dilalui melalui proses mulai dari pengenalan, pemikiran, bertahap, berulang dan pembiasaan. Pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.  Faktor genetik  Faktor lingkungan  Faktor belajar  Faktor pengasuhan orang tua  Faktor perkembangan  Faktor kesadaran  Faktor ketidaksadaran 2.5 Tahapan Perkembangan Kepribadian Freud melalui teori psikoanalisis membagi kepribadian ke dalam 3 tingkatan, yaitu kesadaran (conscious), prasadar (preconscious) dan ketidaksadaran (unconscious), dengan asumsi determinisme psikis dan asumsi motivasi tak sadar. Asumsi determinisme psikis menyatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, dan hal tersebut semuanya sudah ditentukan secara alami dam asumsi motivasi tak sadar menyatakan bahwa sebagian besar tingkah laku individu ditentukan oleh motif tak sadar. Selanjutnya teori psikoanalisis kepribadian dari Freud ini dikembangkan oleh Eric Erikson yang menyatakan bahwa adanya faktor lingkungan-kultural mayarakat juga akan membentuk kepribadian yang cocok dengan kebutuhan dan nilai budaya yang ada. Ada tahapan-tahapan kehidupan dimana masing-masing tahap, berkembang sesuai waktu, karakteristik dan ruang tertentu dalam perjalanan hidup. Berikut ini adalah tahapan-tahapan menurut Eric Erikson. 1. Infancy (oral-sensory mode) Pada tahapan ini, bayi akan “memasukkan” makanan dan informasi secara sensoris. Bayi akan belajar untuk trust atau mistrust pada dunia luar/orang lain. Hubungan interpersonal yang paling penting adalah dengan pengasuh utama mereka (ibu). Jika terlalu banyak trust, maka akan Manusia dan Kepribadian 25 membuat menjadi pribadi yang naïf dan rentan dengan tipu daya dunia. Namun jika terlalu sedikit trust, maka akan membuat menjadi pribadi yang mudah frustasi, marah, permusuhan, sinis atau depresi. 2. Early childhood (anal-urethral muscular mode) Pada masa ini, anak-anak belajar mengembangkan sense of control terhadap lingkungan interpersonal mereka seperti halnya mengontrol diri mereka. Akan ada kontradiksi seperti pemberontakan keras kepala dan kepatuhan, ekspresi diri impulsive dan penyimpangan kompulsif, bekerjasama dengan kasih dan perlawanan dengan kebencian. Jika dapat mengendalikan diri (autonomy) dan banyak “will”, maka anak-anak akan belajar percaya diri dan dunianya akan tetap utuh ketika akan mengalami krisis psikososial ringan. Namun jika tidak dapat mengendalikan dan sedikit “will”, maka akan timbul rasa shame dan doubt yang kuat sehingga membuat anak-anak kekurangan tujuan dan kekurangan percaya diri. 3. Play Age (genital-locomotor age) Pada fase ini, anak-anak memiliki ketertarikan untuk bergerak dengan mudah, berlari, melompat, memanjat dan bermain yang menunjukkan inisiatif dan imaginasi. Jika inisiatif tanpa diberikan kekangan akan mengarah pada kekacauan dan lemahnya prinsip-prinsip moral. Namun jika terlalu banyak kekangan/larangan, maka akan menimbulkan rasa bersalah sebagai elemen yang dominan dan menjadi pribadi kompulsif secara moral dan terkekang. 4. School Age (Latency) Pada usia ini, rasa ingin tahu semakin besar dan berjuang demi kompetensi keterampilan-ketrampilan baru yang dituntut oleh lingkungan social. Ketika mereka bekerja dan bermain untuk memperoleh hal tersebut, akan mulai terbentuk gambaran tnetang diri mereka sebagai kompeten dan inkompeten. Jika mereka belajar melakukan dengan baik, maka akan berkembang perasaan industry atau produktif. 26 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed Namun jika gagal, maka akan muncul pribadi dengan persaaan inferiority. 5. Adolescence (ego identity) Periode ini adalah periode dari pubertas menjadi dewasa awal dimana menjadi puncak dalam menemukan siapa diri mereka dan siapa yang bukan diri mereka. Jika dapat mengembangkan rasio pas antara indentitas dan kebingungan identitas, maka akan menjadi pribadi yang memliliki keyakinan atas prinsip-prinsip ideology, memiliki kemampuan secara bebas memutuskan bagaimana seharusnya berperilaku, memiliki kepercayaan pada kelompok sebaya dan orang dewasa yang memberi nasehat dan memiliki kepercayaan atas pilihan terhadap pekerjaan yang sesuai. 6. Young Adult (Intimacy) Fase ini adalah fase untuk membangun intimacy yang merupakan kemampuan mencapurkan identitas dirinya dengan orang lain tanpa rasa takut kehilangan. Intimacy yang matang tampak dalam kemampuan dan keinginan berbagi trust dimana akan melibatkan pengorbanan, kompromi, dan komitmen dalam suatu hubungan secara seimbang. Jika gagal di fase ini, maka akan menjadi pribadi exclusivity dengan ketidakmampuan untuk bekerjasama, berkompetisi dan berkompromi. 7. Adulthood Pada fase ini adalah tahap kematangan intimacy tahap sebelumnya. Kualitas yang muncul adalah generativity atau stagnation. Jika generativity yang ada, maka akan menjadi pribadi yang dapat membangun dan mengarahkan generasi berikutnya, termasuk melahirkan ana-anak, menghasilkan sesuatu dalam pekerjaan, dan menciptakan hal-hal baru dan ide-ide yang berkontribusi untuk membangun dunia yang lebih baik. Namun jika stagnation yang muncul, maka akan menjadi pribadi dengan produktivitas dan kreativitas yang cacat dimana hanya berfokus ke dalam diri mereka sendiri Manusia dan Kepribadian 27 atau foku pada terlalu menyenangkan diri sendiri (self- indulgent) dan bahkan memiliki keyakinan bahawa kelompok orang lain lebih rendah daripada dirinya. 8. Old Age Tahap perkembangan ini adalah tahapan terakhir sekitar 60 tahun hingga meninggal. Pada fase ini, mereka dapat tetap produktif dan kreatif dengan merawat cucu- cucunya sebagai anggota masyarakat yang lebih muda. Pribadi yang muncul bias menyenangkan, menggembirakan, ajaib atau pribadi muram, deperesi dan putus asa. Wisdom akan muncul sebagai suatu perasaan kepenuhan (wholeness) dan koheren meskipun kekuatan fisik dan intelektualitas menurun. Antitesis dari wisdom adalah pribadi dengan disclain (perasaan telah berakhir, bingung dan tak berdaya). 2.6 Ciri-Ciri Kepribadian yang Sehat Maslow menjelaskan bahwa pribadi seseorang yang dianggap ideal atau pribadi yang sehat (self actualized) yaitu pribadi yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 1. Ia mampu melihat secara jelas, ia tidak melihat kehidupan sebagaimana diinginkan dan tidak begitu emosional. 2. Memiliki pandangan yang lebih jelas mengenai apa yang benar dan apa yang salah, selanjutnya dapat meramalkan masa depan. 3. Memiliki kerendahan hati yang memberinya kemampuan untuk mendengarkan orang lain, tanpa idea yang telah terbentuk terlebih dahulu atau tanpa pratanggapan. 4. Persepsinya tidak begitu dipalsukan oleh kecemasan, ketakutan, harapan-harapan, atau optimisme yang palsu. Yakni mengenali keadaan sebagaimana adanya, kesadaran tanpa keinginan. Hal ini memungkinkan adanya toleransi yang besar. 5. Ia mengabdi kepada pekerjaan, tugas dan jabatan. 6. Ia kreatif yang fleksibel, spontan, berani dan terbuka. Diyakini bahwa semua orang mampu melakukan kreatifitas yang lebih 28 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed baik dari apa yang pada saat itu dikerjakan. Seorang genius dilahirkan dengan bakat kreatifitas yang lebih besar. 7. Ia mengalami konflik diri dalam derajat yang lebih ringan, hingga kekacauan untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk tidak terlalu berat. 8. Ia seorang yang egois untuk orang lain atau dengan kata lain ia dapat memperoleh rasa senang ketika dapat menolong orang lain. 9. Ia memiliki respek yang sehat untuk diri sendiri, yang didasarkan atas pengetahuan bahwa dirinya adalah mampu untuk melakukan sesuatu. 10. Ia bebas dari pengaruh orang lain, tetapi sekaligus dapat menyukai orang lain. 11. Ia memiliki kebebasan psikologik. 12. Ia memiliki kecenderungan untuk mengalami pengalaman puncak atau pengalaman mistik, suatu ciri dari manusia yang telah mengaktualisasi diri. Kira-kira merupakan pengalaman religius, adanya integrasi antara subyektif dengan obyektif, antara yang ilmiah dan yang religius dan mistik. 2.7 Permasalahan dalam Dinamika Kepribadian Permasalahan dapat timbul dari tiap tahapan perkembangan kepribadian. Konflik yang belum diselesaikan di satu tahap, maka akan mengakibatkan hambatan pada perkembangan kepribadian tahap berikutnya, dan berpotensi menyebabkan perilaku bermasalah. Perilaku bermasalah dalam dinamika kepribadian menurut Gestalt terjadi karena ketidakmampuan mengatasi masalah sehingga memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran dan perkembangan pribadi yang terhambat. Berikut ini adalah hal-hal yang dapat menjadi penyebab munculnya perilaku bermasalah dalam kepribadian manusia. 1. Kurangnya kontak dengan lingkungan, jadi pribadi yang kaku dan memutus hubungan dengan orang lain dan lingkungan Manusia dan Kepribadian 29 2. Confluence, yaitu terlalu banyak memasukkan nilai-nilai lingkungan dalam dirinya sehingga kehilangan identitas diri dan terlalu dikontrol oleh lingkungan. 3. Unfinished Business, yaitu saat kebutuhan tidak terpenuhi, perasaan tidak terekspresikan, dan situasi yang belum selesai sehingga akan mengganggu perhatian (bahkan muncul dalam mimpi) 4. Fragmentasi, yaitu saat mencoba untuk menemukan atau menolak kebutuhan. 5. Topdog/underdog, yaitu saat mengalami perpecahan dalam kepribadian tentang apa yang “harus” dilakukan (topdog) dan apa yang “inginkan” (underdog) 6. Polaritas/dikotomi, yaitu saat bingung dan tidak dapat berkata-kata (speecheless) saat terjadi dikotomi seperti antara tubuh dan pikiran (body and mind), diri dan lingkungan (self- external world), emosi dan kenyataan (emotion reality), dan sebagainya. 2.8 Mekanisme Pertahanan Diri dalam Permasalahan Perkembangan atau dinamika kepribadian dapat terjadi karena menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan, dapat berasal dari proses pertumbuhan fisiologis, frustasi, konflik dan ancaman. Kalau seseorang dihadapkan kepada sumber tegangan (satu atau beberapa sumber tegangan) maka dalam dirinya akan timbul rasa tidak aman, tidak enak atau timbul tegangan. Di dalam menghadapi kenyataan hidup, sering individu dihadapkan kepada situasi yang penuh dengan pertentangan sehingga tidak sempat melihat dan menerima secara realistis tentang kesulitan yang ada. Akibatnya seseorang dapat mengalami perasaan- perasaan sebagai berikut. 1. Adanya perasan tidak mampu, sehingga menggangu cara berfikir dalam menghadapi permasalahan sehari-hari. Semuanya dirasakan mencemaskan dan mengancam. 30 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed 2. Ada kecenderungan selalu menghindari hal-hal yang menimbulkan stres sehingga sifatnya defensif dan tidak berani menghadapi kesulitan dan takut bertanggung jawab. 3. Tidak memiliki pandangan yang obyektif terhadap sesuatu kesukaran, karena sifat pribadinya yang kaku, kurang mampu melihat kemungkinan yang lain yang mungkin lebih cocok dan dapat dilakukan. 4. Sifatnya egosentris yang dapat menghambat hubungan antara yang baik dengan orang lain. 5. Merasa bersalah setiap kali gagal menghadapi kesulitan, sehingga selalu merasa tidak puas dan tidak senang. 6. Saat individu menghadapi permasalahan atau ketegangan atau situasi pertentangan maka individu tidak tinggal diam, tetapi akan berusaha untuk mengurangi atau menghilangkan tegangan dengan berbagai cara. Berbagai mekanisme untuk mengatasi tegangan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut. 1. Identifikasi. Individu akan bertingkah laku seperti orang lain. Seringkali seseorang yang menghadapi tegangan, dia berbuat seperti ayahnya atau gurunya atau temannya untuk mengurangi rasa tidak enaknya. 2. Penggantian obyek. Seringkali dorongan yang timbul tidak dapat dipuaskan dengan obyek yang tersedia, karena alasan obyektif (benda yang dimaksud tak ada) atau karena alasan moral (cara pemuasannya tidak sesuai dengan moral yang ada di masyarakat). Dalam hal begini individu berusaha mencari obyek pengganti. 3. Proyeksi. Secara tidak sadar menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada obyek di luar dirinya, sehingga sifat-sifat batin sendiri itu dihayati atau diamati sebagai sifat orang lain. Sering terjadi seseorang yang membenci orang lain dihayati seolah- olah orang lain yang membencinya. Sebab membenci orang lain suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma masyarakat. 4. Fiksasi. Kondisi berhenti pada suatu fase perkembangan tertentu yang seharusnya sudah ditinggalkannya, karena Manusia dan Kepribadian 31 melangkah ke fase yang lebih lanjut akan menimbulkan kecemasan atau tidak enak. Misalnya pemuda yang takut berkencan dengan gadis pujaannya karena takut kehilangan kasih sayang ibunya. 5. Regresi. Kondisi kembali pada fase yang telah pernah ditinggalkan, karena menghadapi situasi yang dihayatinya mengandung bahaya. Misalnya seseorang yang dibina dan diarahkan menjadi disiplin tiba-tiba menjadi seenaknya kembali kesikap semula gara-gara pindah kos yang kondisinya sangat berbeda dengan tempat semula. 6. Rasionalisasi. Adalah tanggapan sikap yang rasional kepada sesuatu kejadian. Misalnya seorang mahasiswa yang terlambat masuk ruang kuliah langsung memberitahukan alasan keterlambatannya, karena berhenti menambalkan ban sepeda motornya yang tertusuk paku, dengan demikian dia merasa aman dari amarah dosen. 7. Transkulpasi. Adalah upaya mengkambing hitamkan orang lain, walaupun sebetulnya diri sendiri yang berbuat kesalahan Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan terdiri dari berbagai macam. Di bawah ini adalah 7 macam mekanisme pertahanan ego yang pada umum dijumpai. 1. Represi, yaitu mekanisme yang dilakukan ego untuk meredakan kecemasan dengan cara menekan dorongan- dorongan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam ketidak sadaran. 2. Sublimasi, adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif das Es yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima, dan bahkan dihargai oleh masyarakat. 3. Proyeksi, adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain. 4. Displacement, adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya dibanding individu semula. 32 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed 5. Rasionalisasi, menunjuk kepada upaya individu memutarbalikkan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, melalui dalih tertentu yang seakan-akan masuk akal. Rasionalisasi sering dibedakan menjadi dua: sour grape technique dan sweet orange technique. 6. Pembentukan reaksi, adalah upaya mengatasi kecemasan karena individu memiliki dorongan yang bertentangan dengan norma, dengan cara berbuat sebaliknya. 7. Regresi, adalah upaya mengatasi kecemasan dengan bertingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya Dari uraian di atas nampak jelas betapa pentingnya kepribadian yang baik dalam membangun hubungan kita dengan orang lain kaitannya dengan keberhasilan dan kesuksesan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tanggung jawab kita adalah bagaimana membangun diri kita menjadi manusia yang berkepribadian luhur dan mulia sehingga memberi kemanfaatan yang lebih banyak bagi alam semesta. 2.9 Contoh Soal dan Kisi-kisi Jawaban Contoh soal 1. Jelaskan arti dari manusia! 2. Jelaskan arti kepribadian 4. Jelaskan cara cara untuk mengurangi atau menghilangkan rasa tegang antara lain regresi. Jelaskan arti dan cara regresi tersebut 5. Jelaskan pribadi ideal atau sehat menurut Maslow. 6. Sebutkan factor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Kisi-kisi jawaban 1. Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khalifah Allah fial-ard). 2. Kepribadian atau personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu: prosopon atau persona yang dalam Manusia dan Kepribadian 33 bahasa Indonesia berarti topeng. Salah satu definisi kepribadian adalah tingkah laku manusia yang diperlihatkan kepada orang lain sesuai dengan keinginan orang yang bersangkutan dan mendapat penilaian dari orang lain. 3. Regresi adalah kondisi kembali pada fase yang telah pernah ditinggalkan, karena menghadapi situasi yang dihayatinya mengandung bahaya. Misalnya seseorang yang dibina dan diarahkan menjadi disiplin tiba-tiba menjadi seenaknya kembali kesikap semula gara-gara pindah kos yang kondisinya sangat berbeda dengan tempat semula. 4. Pribadi seseorang yang dianggap ideal atau pribadi yang sehat (self actualized) yaitu pribadi yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut. a. Ia mampu melihat secara jelas, ia tidak melihat kehidupan sebagaimana diinginkan dan tidak begitu emosional. b. Memiliki pandangan yang lebih jelas mengenai apa yang benar dan apa yang salah, selanjutnya dapat meramalkan masa depan. c. Memiliki kerendahan hati yang memberinya kemampuan untuk mendengarkan orang lain, tanpa idea yang telah terbentuk terlebih dahulu atau tanpa pratanggapan. d. Persepsinya tidak begitu dipalsukan oleh kecemasan, ketakutan, harapan-harapan, atau optimisme yang palsu. Yakni mengenali keadaan sebagaimana adanya, kesadaran tanpa keinginan. Hal ini memungkinkan adanya toleransi yang besar. e. Ia mengabdi kepada pekerjaan, tugas dan jabatan. f. Ia kreatif yang fleksibel, spontan, berani dan terbuka. Diyakini bahwa semua orang mampu melakukan kreatifitas yang lebih baik dari apa yang pada saat itu dikerjakan. Seorang genius dilahirkan dengan bakat kreatifitas yang lebih besar. g. Ia mengalami konflik diri dalam derajat yang lebih ringan, hingga kekacauan untuk melihat mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk tidak terlalu berat. 34 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed h. Ia seorang yang egois untuk orang lain atau dengan kata lain ia dapat memperoleh rasa senang ketika dapat menolong orang lain. i. Ia memiliki respek yang sehat untuk diri sendiri, yang didasarkan atas pengetahuan bahwa dirinya adalah mampu untuk melakukan sesuatu. j. Ia bebas dari pengaruh orang lain, tetapi sekaligus dapat menyukai orang lain. k. Ia memiliki kebebasan psikologik. l. Ia memiliki kecenderungan untuk mengalami pengalaman puncak atau pengalaman mistik, suatu ciri dari manusia yang telah mengaktualisasi diri. Kira-kira merupakan pengalaman religius, adanya integrasi antara subyektif dengan obyektif, antara yang ilmiah dan yang religius dan mistik. 5. Faktor-faktor yang memepengaruhi kepribadian adalah sebagai berikut. a. Faktor genetik b. Faktor lingkungan c. Faktor belajar d. Faktor pengasuhan orang tua e. Faktor perkembangan f. Faktor kesadaran g. Faktor ketidaksadaran DAFTAR PUSTAKA Adjisoedarmo, S., Misman, R., Yuwono, E., Aminudin, S., Pramono, E., Suprapto, H., Santoso, S., Nasihudin, A.A., Sumaryadi, M.Y., Trisasiwi, W., 2020, Pendidikan. Bloom, R. 2006. The Handbook of Gestalt Play Therapy: Practical Guidelines for Child Therapists. London: Jessica Kingsley Publishers. Burger, J.M. 2008. Personality. California: Michele Ordi Education and Learning Journal. 2020; 1(1): 40-49 Manusia dan Kepribadian 35 Feist, J & Feist, G. J. 2009. Theories of Personality. New York; Mc. Graw Hill Companies. Harahap, A.C.P. Pendidikan karakter. Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling. 2019; 9(1) Hidayat, A. Psikologi dan Kepribadian Manusia: Perspektif Al-Quran dan Pendidikan Islam. Spikologi dan Kepribadian Manusia menyatakan Perspektif Al- Qur’an dan Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian. 2017; 11(2): 467-486. Hidayat, D.R. 2015. Teori dan Aplikasi Teori Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Cetakan Kedua. Bogor. Ghalia Indonesia. Ja’far, S. Struktur Kepribadian Manusia Perspektif Psikologi dan Filsafat. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi. 2015; 2(2): 209 – 221 Karim, B.A. Teori Kepribadian dan Perbedaan Individu. Latner, J. 1986. The Gestalt Therapy. Highland, NY: Center for Gestalt Development. Pickren, W. E & Rutherford, A., 2010. A History of Modern Psychology in Context. John Wiley & Sons, Inc. Publication. Robinson, D. N., 1996. An Intellectual Histroty of Psychology. London: The University of Wisconsi Press. Suryabrata, S. 1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Tirtawati, A.A.R. Teori Kepribadian Manusia. Majalah Ilmiah Universitas Dwijendra Denpasar. 2014: 58-73. Wahono, M. Pendidikan karakter: suatu kebutuhan bagi mahasiswa di era milenial. Integralistik. 2018; 2. 36 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed BAB III. SEJARAH, VISI, DAN MISI UNSOED 3.1 Kompetensi Kompetensi yang diperoleh dari mempelajari materi sejarah, visi dan misi Unsoed antara lain adalah sebagai berikut. 1. Mahasiswa mampu menjelaskan sejarah, visi, dan misi Unsoed 2. Mahasiswa mampu berperan serta dalam mewujudkan tercapainya visi dan misi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) 3. Mahasiswa mampu ikut mengembangkan potensi Unsoed, sehingga akan memunculkan rasa kebanggaannya sebagai mahasiswa Unsoed. 3.2 Pendahuluan Jas Merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah adalah salah satu pernyataan dari presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno yang sampai dengan saat ini sering disampaikan sebagai pembukaan dalam pelajaran sejarah. Makna dari kalimat tersebut adalah sebagai bangsa yang besar harus bisa mengambil pelajaran dari guru-guru bangsa, tokoh, dan aktor sejarah yang telah terlebih dahulu berjuang untuk Indonesia. Konteks pembelajaran sejarah, visi, dan misi Universitas Jenderal Soedirman dalam perkuliahan Jatidiri Unsoed bertujuan untuk meningkatkan rasa kebanggaan dan semangat mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman dalam menjalani kehidupan akademiknya di berbagai Fakultas dalam Universitas Jenderal Soedirman. Mahasiswa yang mengenal dan bangga dengan almamaternya akan lebih bersungguh-sungguh dalam menggapai prestasi yang akan mengharumkan nama pribadi dan universitas. Seiring dengan baiknya prestasi Unsoed yang dicerminkan dari 37 prestasi mahasiswa, visi dan misi Unsoed akan tercapai dengan gemilang. Pendidikan karakter yang akan turut mendukung tercapainya Indonesia Emas 2045. 3.3 Sejarah dan Perkembangan Universitas Jenderal Soedirman Pesatnya perkembangan perguruan tinggi di Indonesia dimulai ketika Belanda melaksanakan politik etis di wilayah Hindia Belanda. Politik etis diterapkan di Indonesia pada kisaran akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah koloni Belanda dengan cara meningkatkan dan memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat. Secara resmi, kebijakan politik etis diumumkan oleh Conrad Theodor van Deventer selaku Menteri Kolonial Belanda pada tahun 1901. Fokus pada kebijakan tersebut adalah pengembangan sarana infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan pertanian di wilayah Hindia Belanda. Salah satu fasilitas pendidikan yang dikembangkan selama politik etis adalah perguruan-perguruan tinggi di beberapa perkotaan di Indonesia. Sebagai contoh, Universitas Indonesia yang merupakan perkembangan dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Vaksin, STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen), dan RHS (Rechtshoogeschool te Batavia), serta Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB) yang saat ini menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Selama era kolonial kedua perguruan tinggi tersebut banyak menghasilkan pejuang-pejuang yang berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan perguruan tinggi terus meningkat. Perjalanan perkembangan perguruan tinggi di Indonesia terus berlanjut walaupun jumlahnya masih terbatas di Indonesia hingga tahun 1960an, khususnya untuk perguruan tinggi negeri. Persebaran perguruan tinggi negeri pada era tersebut terbatas hanya terdapat di kota-kota besar Indonesia saja. Universitas dan perguruan tinggi tersebut antara lain Universitas Indonesia di wilayah Jakarta dan Depok, Institut Teknologi Bandung di Bandung, Universitas Gadjah 38 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed Mada di Yogyakarta, Institut Pertanian Bogor di Bogor, dan Universitas Diponegoro di Semarang. Kondisi tersebut menyebabkan orang tua yang berasal dari luar daerah tersebut, khususnya di wilayah Karesidenan Banyumas yang menginginkan anaknya memiliki pendidikan tinggi harus menyiapkan biaya lebih untuk pendidikan anaknya. Biaya tersebut tidak hanya biaya untuk perkuliahan, tetapi juga untuk biaya hidup di perantauan. Kebutuhan masyarakat tersebut menimbulkan keinginan masyarakat di wilayah Banyumas untuk mendirikan perguruan tinggi yang lebih mudah diakses oleh masyarakat Karesidenan Banyumas yang terdiri atas Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Sejalan dengan keinginan pembentukan perguruan tinggi di Karesidenan Banyumas, masyarakat juga berkeinginan untuk mendirikan Monumen Hidup sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada salah satu putra daerah Karesidenan Banyumas, Panglima Besar Jenderal Soedirman atas pengorbanan, jasa, dan dharma bhaktinya kepada bangsa dan negara Indonesia selama perang mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau juga merupakan Panglima pertama Tentara Nasional Indonesia yang pada saat itu masih Bernama Tentara Keamanan Rakyat. Harapan dan keinginan masyarakat Karesidenan Banyumas untuk mendirikan perguruan tinggi juga mendapatkan dukungan dari Tentara Angkatan Darat, karena masyarakat turut berjasa dalam membantu penumpasan gerombolan pemberontak dari Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di wilayah karesidenan Banyumas. Keinginan masyarakat Banyumas untuk mendirikan perguruan tinggi juga sebagai bukti tanggung jawab masyarakat dan turut serta dalam menggapai salah satu tujuan negara yang diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Berlatar belakang tersebut, selanjutnya dibentuklah organisasi Panitia Pendiri Perguruan Tinggi (PPPT) yang ke depannya bertransformasi menjadi Panitia Pendiri Universitas yang mengambil nama seorang tokoh putra bangsa asal banyumas, Panglima Besar Sejarah, Visi, dan Misi UNSOED 39 Jenderal Soedirman. Panitia Pendiri Universitas menggunakan nama Panitia Pendiri Universitas Jenderal Soedirman (PP Unsoed). Usaha yang tidak kenal lelah dari PP Unsoed dan Yayasan Pembina Unsoed menghasilkan buah manis yang melalui SK Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Indonesia (PTIP) No. 121 tanggal 20 September 1962 Fakultas pertama di Unsoed didirikan. Fakultas tersebut adalah Fakultas pertanian yang merupakan embrio berdirinya Unsoed di Purwokerto, yang pada awalnya berada di bawah naungan Universitas Diponegoro, Semarang. Atas Rahmat dan Karunia Tuhan Yang Maha Esa, dan atas usaha yang gigih dari para Pengurus Yayasan Pembina Unsoed dengan dukungan masyarakat, Angkatan Darat, maka dengan Surat Keputusan Presiden No. 195 tanggal 23 September 1963 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 153 tanggal 12 September 1963, lahirlah Universitas jenderal Soedirman pada 23 September 1963 di Kota Purwokerto. Universitas Jenderal Soedirman diresmikan oleh Menteri PTIP yaitu Prof. Dr. Ir. Tojib Hadiwidjaya, tepatnya pada Minggu, 17 November 1963 di rumah dinas Residen Banyumas. Fakultas Pertanian (FP) adalah fakultas pertama di Universitas Jenderal Soedirman, yang merupakan pelimpahan dari Universitas Diponegoro. Fakultas kedua dan ketiga yang didirikan Unsoed adalah Fakultas Biologi (FB) dan Fakultas Ekonomi (FE) yang didirikan kurang lebih satu tahun setelah Unsoed didirikan. Kedua fakultas tersebut didirikan pada tahun 1963/1964 dengan SK Menteri PTIP No. 127/1963 tanggal 9 September 1963. Landasan pendirian ketiga fakultas tersebut adalah hasil pemikiran strategis masyarakat Banyumas dengan mempertimbangkan potensi sumber daya di wilayah Banyumas. Wilayah Banyumas mempunyai potensi sumber daya alam pertanian yang besar, sehingga diperlukan ilmu pengetahuan untuk pengembangannya. Fakultas Pertanian diharapkan dapat mendukung potensi pertanian yang besar di Kabupaten Banyumas melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pertanian perlu didukukng oleh bidang ilmu lain yang terkait, oleh karena itu didirikanlah Fakultas Biologi untuk menyediakan sumber daya manusia yang mampu menguasai dasar-dasar ilmu pertanian yaitu 40 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed ilmu biologi. Tujuan akhir dari usaha pertanian adalah pengembangan wilayah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu Fakultas Ekonomi didirikan untuk mengarahkan pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam kegiatan meningkatkan akses ekonomi bagi masyarakat terhadap sumber daya yang dimilikinya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan. Fakultas Peternakan (FPt) selanjutnya didirikan berdasarkan SK Menteri PTIP No. 257 pada tanggal 3 Desember 1963 yang merupakan penyerahan dari fakultas Peternakan Universitas Islam Indonesia kepada Universitas Jenderal Soedirman. Latar belakang pendirian Fakultas Peternakan adalah Banyumas selain memiliki potensi pertanian yang besar juga memiliki potensi peternakan. Pengembangan potensi peternakan di wilayah Banyumas dinilai penting untuk dilakukan. Pengintegrasian bidang pertanian dan peternakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan dari pendirian Fakultas Peternakan Unsoed. Fakultas-fakultas baru selanjutnya terus didirikan, pada tahun ajaran 1981/1982 dan tahun 1984/1985 didirikan Fakultas Hukum (FH) berdasarkan SK Presiden No. 50/1982, tepatnya pada 7 September 1982. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) didirikan pada tanggal 17 Mei 1984 berdasarkan SK. Dirjen Dikti No. 29/DIKTI/Kep/1984. Tahun- tahun berikutnya didirikan beberapa program studi antara lain program Diploma tiga (D3) Administrasi Keuangan, Kesekretariatan, dan Akuntansi di bawah Fakultas Ekonomi. Program D3 Produksi Ternak Unggas dan Perah (PTUP) di bawah Fakultas Peternakan. Diploma tiga Bahasa Inggris di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis Bahasa. Program Studi D3 Pengelolaan Sumber Daya Perikanan di bawah naungan Fakultas Biologi. Program Studi D3 Perencanaan Sumber Daya Lahan di bawah Fakultas pertanian. Program studi D3 Bahasa Mandarin di bawah naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Terakhir Program Studi D3 Kesehatan Lingkungan. Pengembangan universitas melalui pendirian program studi terus dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas pendidikan. Program Sarjana (S1) Ekstensi Fakultas Hukum, S1 Ekstensi Administrasi Negara Fisip, dan Progran Studi Matematika Sejarah, Visi, dan Misi UNSOED 41 dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), antara lain S1 Kimia dan S1 Matematika pada tahun 1999/2000. Program Studi Ilmu Komunikasi juga dibentuk oleh FISIP pada tahun ajaran 1999/2000. Program Studi selanjutnya yang dibentuk oleh Unsoed antara lain Prodi Teknik Sipil dan Elektro, Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, dan Ilmu Kelautan, Prodi Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, Keperawatan, dan Farmasi, Prodi Sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia, Prodi Sarjana Bahasa dan Sastra Inggris, Prodi Teknik Pertanian, Hortikultura, Fisika, serta Prodi Teknik Geologi. Universitas Jenderal Soedirman juga menyelenggarakan Program Reguler dan Non Reguler berdasarkan SK Dirjen Dikti Nomor: 28/Dikti/Kept./2022 tanggal 5 Juni 2002. Pengembangan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, serta pengabdian kepada masyarakat) terus dilaksanakan oleh Unsoed melalui pembentukan- pembentukan program studi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga dapat memberikan kontribusi lebih dalam pembangunan bangsa dan negara. Pendirian fakultas baru, yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan (FKIK) dibentuk melalui penggabungan Program Pendidikan Dokter, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, dan Keperawatan berdasarkan SK Rektor No. Kept. 122/H23/OT/2007 pada tanggal 19 April 2007. Program Sarjana Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Program Sarjana Perikanan dan Kelautan digabung ke dalam satu fakultas, yaitu Fakultass Sains dan Teknik berdasarkan SK Rektor No. Kept. 239/H23/OT/2007 pada tanggal 4 Juli 2007. Pembentukan dua fakultas baru tersebut pada tahun 2007 menambah jumlah fakultas yang dinaungi oleh Unsoed menjadi 8 Fakultas. Setelahnya, pembentukan Jurusan Ilmu Budaya di FISIP dengan memasukkan Program Sarjana Bahasa dan Sastra, serta D3 Bahasa Inggris. Pengembangan Unsoed terus berlanjut untuk mengemban amanah masyarakat untuk pengembangan sumber daya manusia dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks). Tahun 2011 Unsoed sudah memiliki 11 prodi D3, 34 produ S1, dan 3 program profesi yang tersebar dalam 8 Fakultas. Unsoed juga memahami kebutuhan masyarakat untuk studi lanjut dengan 42 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed membuka 10 program magister antara lain Magister Ekonomi Manajemen, Magister Ekonomi Pembangunan, Magister Manajemen, Magister Administrasi Publik, Magister Ilmu Hukum, Magister Ilmu Lingkungan, Magister Ilmu Tanaman, Magister Sumber Daya Ternak, Magister Biologi, dan Magister Akuntansi. Program Studi di Unsoed selengkapnya dijelaskan pada Tabel 1 dan 2. Tahun 2014 Unsoed kembali melaksanakan reorganisasi. Berdasarkan SK Rektor No 1600/UN23/OT.01/2014 ditetapkanlah 6 Fakultas baru di bawah Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas tersebut antara lain Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan (Fikes), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Tabel 3.1. Daftar Program Studi Sarjana dan Diploma di Universitas Jenderal Soedirman sampai dengan tahun 2014 PROGRAM SARJANA (S1) REGULER KELOMPOK SAINS & 1. Agroteknologi (Akreditasi A) TEKNOLOGI (SAINTEK) 2. Agribisnis (Akreditasi A) 3. Teknologi Pangan (Akreditasi A) 4. Teknik Pertanian (Akreditasi A) 5. Biologi (Akreditasi A) 6. Peternakan (Akreditasi A) 7. Kedokteran (Akreditasi Baik Sekali) 8. Kedokteran Gigi (Akreditasi B) 9. Teknik Elektro (Akreditasi A) 10. Teknik Sipil (Akreditasi A) 11. Informatika (Akreditasi B) 12. Teknik Geologi (Akreditasi B) 13. Teknik Industri (Akreditasi C) 14. Farmasi (Akreditasi B) 15. Kesehatan Masyarakat (Akreditasi Unggul) 16. Keperawatan (Akreditasi A) Sejarah, Visi, dan Misi UNSOED 43 17. Ilmu Gizi (Akreditasi A) 18. Pendidikan Jasmani (Akreditasi A) 19. Kimia (Akreditasi A) 20. Matematika (Akreditasi A) 21. Fisika (Akreditasi B) 22. Manajemen Sumberdaya Perairan (Akreditasi A) 23. Akuakultur (Akreditasi A) 24. Ilmu Kelautan (Akreditasi A) KELOMPOK SOSIAL & 1. Manajemen (Akreditasi A) HUMANIORA (SOSHUM) 2. Ekonomi Pembangunan (Akreditasi A) 3. Akuntansi (Akreditasi A) 4. Pendidikan Ekonomi (Akreditasi B) 5. Hukum (Akreditasi A) 6. Sosiologi (Akreditasi A) 7. Administrasi Publik (Akreditasi A) 8. Ilmu Komunikasi (Akreditasi A) 9. Ilmu Politik (Akreditasi A) 10. Hubungan Internasional (Akreditasi A) 11. Sastra Inggris (Akreditasi A) 12. Sastra Indonesia (Akreditasi A) 13. Sastra Jepang (Akreditasi A) 14. Pendidikan Bahasa Indonesia (Akreditasi B) 15. Pendidikan Bahasa Inggris (Akreditasi B) PROGRAM SARJANA (S1) KELAS INTERNASIONAL KELOMPOK SAINS & 1. Biologi (Akreditasi A) TEKNOLOGI (SAINTEK) 2. Keperawatan (Akreditasi A) 44 Buku Ajar – Jatidiri Unsoed KELOMPOK SOSIAL & 1. Manajemen (Akreditasi A) HUMANIORA (SOSHUM) 2. Ekonomi Pembangunan (Akreditasi A) 3. Akuntansi (Akreditasi A) 4. Hukum (Akreditasi A) 5. Hubungan Internasional (Akreditasi A) PROGRAM DIPLOMA (D3/VOKASI) KELOMPOK SAINS & 1. Agribisnis (Akreditasi B) TEKNOLOGI (SAINTEK) 2. Perencanaan Sumber Daya Lahan (Akreditasi B) 3. Budi Daya Ikan (Akreditasi B) 4. Budi Daya Ternak (Akreditasi A) KELOMPOK SOSIAL & 1. Akuntansi (Akreditasi A) HUMANIORA (SOSHUM) 2. Bisnis Internasional (Akreditasi A) 3. Administrasi Bisnis (Akreditasi A) 4. Administrasi Perkantoran (Akreditasi B) 5. Bahasa Inggris (Akreditasi B) 6. Bahasa Mandarin (Akreditasi A) PROGRAM STUDI ALIH 1. Agroteknologi (Akreditasi A) JENJANG/ALIH PROGRAM 2. Agribisnis (Akreditasi A) 3. Peternakan (Akreditasi A) 4. Kesehatan Masyarakat (Akreditasi Unggul) 5. Keperawatan (Akreditasi A) 6. Gizi (Akreditasi A) Tabel 3.2. Daftar Program Pascasarjana di Universitas Jenderal Soedirman sampai dengan tahun 2014 Program Studi Profesi Profesi Dokter Profesi Dokter Gigi Profesi Ners Profesi Apoteker Profesi Akuntansi Sejarah, Visi, dan Misi UNSOED 45 Program Studi Magister Magister Ilmu Ling

Use Quizgecko on...
Browser
Browser