Sosok Panutan dan Sejarah Kedokteran

Sosok Panutan

• Sosok panutan adalah individu yang prestasi, perilaku, atau cara hidupnya ditiru oleh orang lain yang ingin mencapai level yang sama.
• Teori tentang sosok panutan dikembangkan oleh Robert Merton dan Albert Bandura.
• Bandura mengemukakan teori pembelajaran sosial (observasional).
• Merton berpendapat perilaku sosok panutan dianggap dapat diterima oleh orang yang meniru.
• Orang tua merupakan sosok panutan awal bagi anak-anak.
• Ciri-ciri sosok panutan: menginspirasi, memiliki nilai yang jelas, tidak mementingkan diri sendiri, berkomitmen pada tujuan.

Sejarah Kedokteran

• Sejarah kedokteran menunjukkan posisi unik dokter pada masa penjajahan.
• Dokter mampu mendiagnosis patologi kolonialisme.
• Kedokteran menghadirkan cara pandang baru bagi masyarakat Bumiputera.
• Masyarakat Bumiputera mendapat wawasan luas tentang penjajah dan non-penjajah.

Mengapa Sejarah Kedokteran Penting bagi Mahasiswa FK dan Dokter?

• Memahami evolusi penyakit dan terapi sepanjang sejarah.
• Menjawab pertanyaan tentang perubahan penyakit dan pengobatan dengan memperhatikan konteks historis (politik, ekonomi, dan sosial).
• Sejarah memberi perspektif tentang produksi dan sirkulasi pengetahuan, membantu dokter menoleransi ambiguitas dan mengambil keputusan dalam situasi pengetahuan yang tidak lengkap.
• Sejarah mengungkap kekuatan yang membentuk penilaian etika dan konsekuensinya.
• Sejarah memberikan wawasan tentang sifat dan penyebab penyakit, efikasi terapi, struktur institusi medis, dan dilema moral dalam praktik klinis.

Metode Pembelajaran Sejarah

• Membahas peristiwa sejarah dengan jelas dan menarik.
• Menonton film bertema sejarah.
• Analisis dokumen dan arsip.
• Kunjungan ke museum atau situs sejarah.
• Role playing.

Alasan Pentingnya Role Model

• Membantu menentukan tujuan hidup dan proses yang dibutuhkan untuk mencapainya.
• Menyediakan contoh nyata keberhasilan.
• Contoh tokoh panutan Islam: Para Nabi, Khalifaur rasyidin, para sahabat Nabi.

Trias Peran Dokter Indonesia

• Dokter Wahidin Sudirohusodo dan perintis kedokteran di Indonesia menunjukkan trias peran dokter: agent of treatment, agent of development, agent of change.
• Agent of change: merubah paradigma sakit menjadi sehat, cakrawala sempit menjadi luas, pola pikir destruktif menjadi konstruktif, mental teroris menjadi religius.
• Agent of development: membangun kolaborasi dengan profesi lain, bersinergi dengan pemerintah, dan bermitra dengan masyarakat untuk pembangunan bangsa.
• Agent of treatment: berkontribusi dalam penyehatan bangsa melalui tahap promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Kesimpulan

• Memahami sejarah kedokteran membantu memahami masa kini dan mengembangkan strategi untuk masa depan.
• Sejarah kedokteran menghubungkan berbagai profil medis yang tampak tidak berhubungan.
• Mengajarkan sejarah kedokteran membutuhkan kemampuan menganalisis aspek medis-historis dalam berbagai perspektif (etika, sosial-ekonomi, dan budaya).
• Ada beragam cara untuk memahami peran sejarah kedokteran, mulai dari tradisional hingga kontemporer.
• Fakta-fakta medis-historis membuka bidang penelitian baru dan evaluasi ulang terhadap subjek yang sama.

Soekiman Wirjosandjojo: Pencetus THR & Agent of Change

• Soekiman adalah tokoh yang berperan dalam kebijakan THR bagi pegawai negeri sipil (PNS).
• Soekiman adalah dokter internist, aktifis pergerakan nasional, Menteri, dan Perdana Menteri.
• Soekiman mendirikan poliklinik kesehatan mandiri dengan pelayanan yang ramah dan terjangkau.
• Soekiman aktif mengupayakan kesejahteraan buruh dengan berbagai peran di organisasi buruh.
• Soekiman berperan penting dalam pergerakan nasional, termasuk pembentukan organisasi, politik, dan kemerdekaan Indonesia.