K18

Faktor Psikologis dan Gangguan Gastrointestinal

• Lucy Marturia Bangun menyampaikan materi faktor psikologis yang berhubungan dengan gangguan gastrointestinal.

Psikiatri Konsultasi-Liaison (CLP)

• Comorbiditas psikiatri sering terjadi pada gangguan gastrointestinal fungsional.
• Manajemen gangguan ini melibatkan kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi.
• CLP merupakan cabang psikiatri yang memberikan pelayanan psikiatri kepada pasien dengan kondisi medis umum yang mengalami gangguan kesehatan jiwa akibat kondisi medis mereka.
• CLP tidak hanya mencakup pelayanan medis, tetapi juga pendidikan dan penelitian.
• Pikiran, tubuh, interaksi keduanya, dan faktor psikologis merupakan satu kesatuan penting dalam perjalanan penyakit, termasuk memulai, perkembangan, dan eksaserbasi.
• Konflik dapat menyebabkan reaksi abnormal, di mana individu menunjukkan berbagai reaksi yang berbeda-beda, dan reaksi tertentu ditampilkan secara berlebihan.
• Konflik merupakan persaingan antara impuls dan keinginan yang bertentangan, menimbulkan ketegangan jiwa dan perasaan tidak nyaman.
• Selain komponen psikologis, gangguan fungsi badaniah atau organ juga terjadi karena manusia bereaksi secara holistik.
• Gangguan fungsi alat-alat tubuh dipengaruhi oleh susunan saraf vegetatif, yang dikenal sebagai gangguan psikosomatik atau psikologik.
• Gangguan ini memengaruhi alat-alat somatomotorik atau somatosensorik, atau disebut neurosa organ, di mana fungsi faaliah terganggu.
• Peran fisik dan organ sangat penting, tetapi peran psikis juga memegang peranan yang sama.
• Contohnya, penderita TBC paru umumnya lebih cepat sembuh jika tidak diasingkan dan dapat berinteraksi dengan keluarga mereka.

Kriteria Diagnosis (DSM-IV/V)

• Diagnosis Multi Aksial digunakan.
• Kondisi medis umum dicatat pada axis 3.
• Faktor psikologis secara merugikan dapat memengaruhi kondisi medis umum.
• Faktor psikologis dapat memengaruhi perjalanan kondisi medis umum, termasuk perkembangan, eksaserbasi, dan penyembuhan.
• Respons psikologis yang berhubungan dengan stres dapat mencetuskan atau memperburuk kondisi medis umum, dan sebaliknya.

Hubungan Pikiran dan Badan

• Faktor psikologis berperan dalam perkembangan semua penyakit, sebagai pencetus, memperberat, atau bahkan sebagai penyebab kekambuhan.
• Istilah "psikosomatis" dalam DSM IV diganti dengan faktor psikologis yang memengaruhi kondisi medis.
• Contoh diagnosis multi aksial: Axis 1 menunjukkan episode depresi dengan keluhan somatik, dan axis 3 menunjukkan ulkus atau gangguan fungsi liver.

Model Psikiatri

• Psikiatri mencakup aspek organo-biologis, psiko-edukasional, dan sosio-environmental.

Teori-teori Hubungan Psikologis dan Kondisi Gastrointestinal

• Faktor psikis dan emosi seperti kecemasan dan depresi dapat memengaruhi fungsi saluran cerna, mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, motilitas, dan vaskularisasi mukosa lambung, serta menurunkan ambang rangsang nyeri.
• Stres dapat memengaruhi psikologis seseorang, menyebabkan kegelisahan, kelesuan, depresi, kelelahan, kehilangan kesabaran, dan harga diri rendah.
• Dampak pada perilaku dapat berupa peningkatan konsumsi alkohol dan rokok, tidak nafsu makan, atau makan berlebihan.
• Teori Alexander menyatakan bahwa sekresi cairan lambung berlebihan merupakan simbol kesedihan, air mata, dan lapar akan kasih sayang.
• Cannon menyatakan bahwa suasana perasaan atau emosi dapat menyebabkan kelainan fisiologis pada sekresi, tonus otot, sirkulasi, dan fungsi lain di bawah saraf vegetatif, yang jika berlangsung lama dapat menimbulkan kelainan struktur yang ireversibel.
• Wolff mengamati reaksi lambung pada pasien gastrstomi, di mana terjadi prolaps sehingga mukosa lambung dapat dilihat dari luar.
• Emosi dan nafsu makan yang meningkat dapat menambah sekresi dan pergerakan lambung, sedangkan saat individu sedih, mukosa menjadi pucat dan terjadi hiposekresi.

Mekanisme Kecemasan dan Gangguan Gastrointestinal

• Kecemasan mengaktifkan hipotalamus dan sistem saraf otonom.
• Aktivasi sistem saraf simpatis meningkatkan katekolamin.
• Peningkatan asam lambung dan relaksasi otot polos dapat menyebabkan sindrom dispepsia.

Inflamasi dan Stres

• Stresor dapat memicu respons fisiologis stres (epinefrin/norepinefrin dan sekresi kortisol). Respons ini dapat berupa adaptif (confrontation coping) atau maladaptif (catastrophizing, ruminasi, ketidakberdayaan).
• Respons maladaptif dapat menyebabkan aktivasi berlebihan sumbu HPA, disfungsi kortisol, inflamasi, dan akhirnya nyeri atau depresi.
• Fase adaptif fisiologis individu memengaruhi apakah respons stres menjadi akut atau kronis.

Studi Fungsi GI dan Keadaan Emosional

• Kecemasan, depresi, dan kemarahan dapat menyebabkan perubahan pada sekresi GI, motilitas, dan warna.
• Interaksi antara korteks, sumbu hipotalamus, dan neurotransmitter memengaruhi fungsi GI.
• Peristiwa interpersonal juga dapat memengaruhi fungsi GI.
• Hiperfungsi GI dikaitkan dengan permusuhan, sedangkan hipofungsi dikaitkan dengan kesedihan.

Peptic Ulcer Disease

• Ulkus mukosa terjadi di lambung distal atau duodenum proksimal.
• Gejala meliputi nyeri epigastrium seperti perih atau terbakar, muncul 1-3 jam setelah makan, dan mereda dengan makanan atau antasida.
• Gejala lain termasuk mual, muntah, dispepsia, hematemesis, atau melena.
• Sekresi asam lambung berlebih dapat terjadi.
• Faktor psikologis dapat meningkatkan sekresi asam lambung, membentuk ulkus.
• Faktor psikososial dapat memengaruhi ekspresi klinis gejala, menurunkan respons imun, dan menyebabkan infeksi.
• Frustrasi kronis dapat menyebabkan ketergantungan dan konflik bawah sadar.

Kolitis Ulseratif

• Kolitis ulseratif dapat disebabkan diintimidasi saat masa kanak-kanak.
• ketergantungan dan merasakan konflik
• dari kebencian dan keinginan memaafkan
• dan kemarahan tertahan sebab ketakutan akan pembalasan.
• dapat menyebabkan kesedihan, depresif, pasif dan menggunakan simbiolik.
• Kolitis ulseratif menyebabkan inflamasi ulseratif pada kolon, disertai diare berdarah..
• Riwayat keluarga dan genetika berperan.
• Berhubungan dengan ileitis regional dan sindroma usus iritabel..
• Ciri kepribadian kompulsif (pembersih, tertib, rapi, tepat waktu, hiperintelektual, malu-malu dan terinhibisi ekspresi kemarahan).