Produktivitas Hutan dan Ketersediaan Nutrisi

Study Notes

Produktivitas hutan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi (hara). Ketersediaan nutrisi merupakan faktor lingkungan terpenting, bahkan lebih penting daripada radiasi matahari, suhu, dan air.
Biomassa hutan sebagian besar terdiri dari karbon, oksigen, dan hidrogen (95%), sisanya adalah hara esensial berupa unsur makro (N, P, S, K, Ca, Mg) dan unsur mikro (Mn, Fe, Cl, Cu, Zn, B, Mo).
Pengelolaan nutrisi hutan yang intensif bertujuan memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan efek negatif. Namun, pengelolaan ini harus mempertimbangkan proses ekologi dan kebijakan pengelolaan.
Pemanenan hutan, penyiapan lahan, dan kebakaran dapat menurunkan atau meningkatkan produktivitas hutan dalam jangka pendek hingga panjang. Kebijakan pengelolaan yang tidak tepat dapat menyebabkan hilangnya nutrisi hutan dalam jumlah besar.
Hubungan erat antara biomassa, nutrisi hutan, pupuk, dan biaya pengelolaan perlu diperhatikan.

Pedologi adalah ilmu yang mempelajari proses pembentukan tanah, faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survei tanah, dan pengamatan tanah di lapangan.
Tanah, secara tradisional, didefinisikan sebagai media alami untuk pertumbuhan tanaman di daratan.
Definisi modern menambahkan bahwa tanah adalah benda alam tersusun dari padatan (mineral dan organik), cairan, dan gas yang menempati permukaan daratan, memiliki ruang, dan dicirikan oleh lapisan yang berbeda dari bahan asalnya serta kemampuan mendukung tanaman berakar.

Ilmu tanah mempelajari tanah sebagai media hidup tumbuhan.
Edapologi mempelajari tanah terkait pertumbuhan tanaman.
Nutrisi hutan adalah elemen yang dibutuhkan pohon untuk menyelesaikan siklus hidupnya.

Produktivitas tanah adalah kemampuan tanah menghasilkan tanaman tertentu dengan sistem pengelolaan tertentu.
Produktivitas tanah merupakan perwujudan dari seluruh faktor yang mempengaruhi hasil tanaman, dan menyatukan konsep ekonomis dan watak tanah.
Tiga segi penyusunan konsep produktivitas tanah/lahan: masukan (sistem pengelolaan), keluaran (hasil tanaman), dan tipe tanah.
Perbandingan produktivitas tanah dapat dilihat dari peningkatan hasil pada masukan yang ditingkatkan, atau dari potensi keuntungan tanaman tertentu di tanah tersebut.

Tubuh tanah berfungsi sebagai media berjangkarnya akar tanaman, sumber hara dan air, serta pengendali lingkungan.

Perkembangan budi daya dimulai saat manusia mulai menanam, setelah masa berburu dan meramu nomaden.
Perkembangan budi daya pertanian diperkirakan dimulai di Mesopotamia (antara Sungai Tigris dan Eufrat) sekitar 2500 SM.
Kesuburan tanah di Mesopotamia, yang memungkinkan panen luar biasa, disebabkan oleh tanah aluvial yang subur akibat banjir dan sistem irigasi yang baik.
Theophrastus (300 SM) menjelaskan kesuburan tanah akibat endapan aluvial dari Sungai Tigris.