Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

Komunikasi Efektif Dokter-Pasien

• Komunikasi efektif dokter-pasien dapat meningkatkan kemungkinan pasien untuk sembuh (Hipokrates, 400 SM).
• Komunikasi efektif dokter-pasien merupakan fungsi klinis utama dalam membangun hubungan (Ha, Anat, Longnecker, 2010).
• Komunikasi merupakan jantung dan seni kedokteran serta komponen esensial dari peran dokter.
• Penilaian masyarakat terhadap profesi dokter sangat tergantung pada pengalaman mereka dengan dokter pribadi mereka.
• Riset di Amerika (DiMatteo, 1998) menunjukkan bahwa komunikasi efektif mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan kenyamanan bagi pasien.
• Dokter membutuhkan data lengkap dan akurat tentang kondisi pasien sebelum menegakkan diagnosis, informasi ini lebih mudah didapatkan dari pasien melalui komunikasi yang efektif.
• Konsensus Toronto tentang Komunikasi Dokter Pasien (Michael Simpson dkk, 1991) menekankan pentingnya komunikasi dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan.

Risiko Komunikasi yang Tidak Efektif

• Kesalahan medis merupakan epidemi di Amerika Serikat, dengan 250.000 - 400.000 kematian per tahun (Carmack, 2010).
• Secara global, terjadi 98.000 kematian per tahun akibat kesalahan medis.
• Di Indonesia, data MKDKI (2006 – 2016) menunjukkan bahwa 59% pengaduan terkait masalah komunikasi.
• Prof Dr.dr. Firman Wirakusumah, SpOG (K) menekankan pentingnya komunikasi dalam menanggulangi malpraktik, dengan prinsip: Komunikasi-Komunikasi-Komunikasi.
• Levinson (1999) berpendapat bahwa tuntutan malpraktik dapat dicegah dengan komunikasi dokter-pasien yang adekuat.

Kompetensi Dokter

• SKDI Konsil Kedokteran Indonesia (2006) dan (2012) menetapkan 7 area kompetensi dokter, termasuk Komunikasi Efektif.
• Prof.Dr.Ir.Satryo Soemantri Brodjonegoro menekankan pentingnya 6 soft skills, selain hard skills, dalam pendidikan teknik internasional.
• Hard skills lebih mudah dipahami dan dipelajari dibandingkan soft skills.

Realitas Komunikasi Pelayanan Kesehatan

• Hubungan dokter-pasien tradisional tidak setara, dengan jarak sosial dan pendidikan yang jauh, serta dominan, paternalistik (ayah yang serba tahu).
• Dokter sering merasa pasien "tak perlu tahu apa-apa" tentang kondisinya.
• Waktu komunikasi dokter-pasien sering terbatas, terutama untuk dokter yang laris.
• Implikasi dari waktu terbatas adalah informasi yang tidak akurat dalam diagnosis dan tindakan medis.
• 75% orang tidak efektif dalam mendengarkan.
• 23% pasien punya kesempatan menuntaskan penjelasannya.
• 69% kunjungan pasien, dokter melakukan interupsi, mengarahkan pasien pada penyakit tertentu.
• Dokter rata-rata memotong pembicaraan pasien setelah 18 detik (Taylor, 1999), mungkin lebih besar di Indonesia karena paternalisme.

Survey Komunikasi Dokter-Pasien

• Survey Yale University School of Medicine (Douglas P. Dipertimbangkan) menunjukkan bahwa pasien mengharapkan:
  • Mendapat empati atas perasaan dan kekhawatiran mereka.
  • Dihormati privasinya (informasi rahasia).
  • Diberi waktu yang cukup.
  • Direspon dengan cepat.
  • Diberi dukungan emosional.
  • Keputusan mereka dihormati meski berbeda dengan pendapat dokter.

Pentingnya Mendengarkan

• Mendengarkan pasien dengan empati berarti mendengarkan dengan responsif terhadap fakta dan perasaan pasien, menunjukkan pemahaman/konfirmasi, tidak menginterupsi/mengasihani, dan menghindari emosi negatif.

Tips Komunikasi Efektif

• Dimensi Isi Pesan: Komunikasi harus sama makna.
• Dimensi Hubungan: Menciptakan hubungan yang baik dan saling percaya antara dokter dan pasien.

Tips Proses Interaksi

• Sharing: Perhatikan bahasa tubuh dan informasi yang dibutuhkan dan diinginkan pasien.
• Hindari perilaku yang tidak profesional dan dapat menyebabkan marahan karena ketidakpahaman.
• Data Hasil Penelitian: Peningkatan tuntutan malpraktik dan biaya pertanggungjawaban praktik kedokteran di Amerika Serikat menunjukkan pentingnya komunikasi efektif dalam mencegah kesalahan medis.

Tips Pahami Budaya

• Sistem Pengetahuan: Terdapat perbedaan pemahaman antara dokter, pasien, dan keluarga.
• Model Sistem:
  • Model Biomedis: Penjelasan penyakit berdasar sistem "pipa ledeng" atau "mesin."
  • Model Personalistik: Percaya pada kekuatan di luar diri (reliji).
  • Model Naturalistik: Percaya pada keseimbangan unsur dalam tubuh (misalnya: puasa).

Penggunaan Media Sosial

• Media Sosial dan Profesionalisme: Dokter dan mahasiswa kedokteran dapat berbagi informasi medis di media sosial, tetapi harus menjaga profesionalisme dan etika kedokteran.
• Berhati-hati dalam Berbagi: Hindari berbagi informasi apapun di media sosial yang tidak ingin anda lihat dipublikasikan di media massa.
• Mengelola Perbedaan Pendapat: Jaga kesopanan dalam diskusi di media sosial. Gunakan fakta-fakta untuk mengoreksi kesalahan interpretasi, abaikan pesan, atau berhenti mengikuti pengguna jika perlu.
• Hindari Penyampaian Saran Medis: Hindari memberikan saran medis di media sosial.
• Berhati-hati dengan Kasus Pasien: Berhati-hati ketika mendiskusikan kasus pasien di media sosial.

Peran Dokter

• Dokter adalah obat.
• Alat pengobatan yang paling kuat adalah diri dokter itu sendiri (Balint, 1964).

Pelajari bagaimana komunikasi yang baik antara dokter dan pasien dapat meningkatkan efek pengobatan. Dalam kuis ini, kita akan membahas pentingnya hubungan ini serta risiko yang muncul dari komunikasi yang tidak efektif. Temukan apa yang telah diteliti mengenai hal ini dan cara meningkatkan kualitas layanan kesehatan.