Cedera Sel dan Inflamasi

Tes untuk menentukan jenis infeksi, termasuk pemeriksaan leukositosis, peningkatan CRP, peningkatan laju endap darah, dan peningkatan protein plasma dan enzim sel dalam serum.

Hitung diferensial sel darah putih (jumlah setiap jenis sel darah putih) dapat membantu membedakan infeksi virus dari infeksi bakteri.

Pada peradangan hebat dan nekrosis, kerusakan jaringan terjadi, dan enzim serta isoenzim meningkat dalam darah untuk membantu menemukan lokasi sel nekrotik yang melepaskan enzim.

Peradangan yang berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Peradangan kronis dapat disebabkan oleh iritasi kronis akibat bakteri, kelainan imun jangka panjang, dan merokok.

Peradangan yang biasanya bersifat sementara dan tidak berlangsung lama.

Ulkus yang dalam akibat peradangan berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi seperti perforasi visera atau pembentukan jaringan parut.

Respon tubuh terhadap kerusakan jaringan, yang ditandai dengan kemerahan, panas, bengkak, nyeri, dan hilangnya fungsi.

Zat kimia yang dilepaskan dari sel mast dan trombosit, memicu respons peradangan, seperti histamine, serotonin, prostaglandin, leukotriena.

Pelebaran pembuluh darah, menyebabkan peningkatan aliran darah ke area yang meradang.

Proses sel darah putih (leukosit) melewati dinding kapiler untuk mencapai daerah peradangan.

Sel darah putih yang berperan dalam sistem imun, bertugas melawan infeksi dan membersihkan jaringan yang rusak.

Perbaikan jaringan terdiri dari regenerasi sel parenkim (sel diganti dengan sel serupa) atau penggantian oleh jaringan ikat (membentuk bekas luka permanen).

Proses penyembuhan setelah kerusakan jaringan minimal di mana sel pulih dan jaringan kembali normal dalam waktu singkat (misalnya sengatan matahari ringan).

Bentuk jaringan ikat yang terbentuk di sekeliling benda asing (misalnya serpihan) atau sebagai hasil respons imun.

Pengobatan peradangan menggunakan obat-obatan seperti asam asetilsalisilat (ASA), asetaminofen, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan prednison.

Metode dasar untuk mengobati peradangan: Istirahat, Es, Kompresi, dan Elevasi.

Membantu menyempitkan pembuluh darah, mengurangi edema dan nyeri.

Memperbaiki aliran cairan dari area yang rusak.

Respon terhadap cedera jaringan untuk mempertahankan struktur dan fungsi tubuh normal.

Kondisi yang menyebabkan penurunan massa tulang dan penghancuran struktur tulang kecil, membuat tulang rapuh dan mudah patah.

Suatu jenis demensia yang disebabkan oleh penumpukan protein Lewy bodies yang abnormal dalam neuron. Gejala meliputi fluktuasi kesadaran, halusinasi visual, dan gejala Parkinson.

Suatu jenis demensia yang disebabkan oleh degenerasi pada lobus frontal dan temporal otak, yang memengaruhi kepribadian, perilaku, dan bahasa.

Faktor yang meningkatkan risiko terkena osteoporosis, termasuk usia tua, hormon, genetika, etnis, kurang gerak, merokok, alkohol, obat-obatan, depresi, diet, dan nutrisi yang tidak baik.

Penurunan aktivitas osteoblast (pembentuk tulang), peningkatan aktivitas osteoklast (penghancur tulang), penurunan hormon estrogen dan testosteron, gangguan metabolisme kalsium dan vitamin D, gaya hidup buruk, imobilisasi, dan perubahan sirkulasi darah.

Faktor yang meningkatkan risiko seseorang terkena demensia, termasuk usia, genetik, gaya hidup, dan kondisi kesehatan lain.

Serangkaian gejala yang disebabkan oleh atrofi otak, yang mengarah pada degenerasi neuron di ganglia basal.

Penyakit neurologis progresif yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, memori, dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Penyakit progresif kronis pada sistem saraf pusat yang ditandai dengan kekakuan, tremor, bradikinesia (lambatnya gerakan), dan ketidakstabilan postural.

Pembentukan plak beta-amiloid, kusutan neurofibriler, atrofi otak, peradangan, dan stres oksidatif.

Bentuk paling umum dari artritis yang melibatkan degenerasi kartilago artikular dan perubahan pada tulang di bawahnya, seringkali menyebabkan nyeri sendi, kekakuan, dan keterbatasan gerak.

Proses kerusakan tulang rawan pada sendi yang menyebabkan osteoarthritis, dimulai dengan penipisan dan kerusakan tulang rawan akibat gesekan dan penuaan.

Proses pembersihan sel yang menghilangkan komponen yang rusak atau tidak berfungsi.

Gangguan proses autofagi yang menyebabkan penumpukan protein dan organel yang rusak.

Respon inflamasi berlebihan di otak, dipicu oleh penumpukan plak amiloid dan kusut neurofibril.

Kondisi yang meningkatkan peluang seseorang terkena penyakit Alzheimer.

Mutasi gen yang meningkatkan risiko Alzheimer secara signifikan.

Sindrom penurunan fungsi kognitif yang signifikan, memengaruhi ingatan, berpikir, dan aktivitas sehari-hari.

Penumpukan protein yang salah di otak, seperti plak beta-amiloid dan kusut neurofibril.

Sel saraf di otak rusak dan mati karena berbagai faktor.

Penurunan volume otak, menyebabkan penyusutan ukuran otak.

Demensia yang disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, seringkali akibat stroke.

Efek sitotoksik yang terjadi ketika virus secara langsung menyerang sel inang, menyebabkan kerusakan dan kematian sel.

Efek seluler yang terjadi ketika respons imun tubuh terhadap infeksi virus justru menyebabkan kerusakan sel.

Virus RNA biasanya membunuh sel dengan efek sitopatik langsung dengan mengganggu proses selular atau merusak integritas nukleus dan membran plasma.

Virus DNA biasanya membunuh sel dengan efek sitopatik tidak langsung dengan mengintegrasikan dirinya ke dalam genom sel dan menyebabkan produksi protein asing yang memicu respons imun.

Virus dapat membunuh sel melalui efek sitopatik langsung, dimana virus secara langsung menyerang dan merusak sel, atau efek sitopatik tidak langsung, dimana respons imun tubuh terhadap infeksi virus justru menyebabkan kerusakan sel.

Perubahan struktural dan fungsional yang disebabkan oleh patologi yang bermula dari kerusakan sel yang membentuk jaringan. Cedera ringan menyebabkan perubahan subletal yang reversibel, sementara cedera sedang atau berat menyebabkan perubahan mematikan yang ireversibel dan dapat menyebabkan kematian sel.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan cedera sel, termasuk kekurangan oksigen (iskemia), infeksi, reaksi imun, faktor genetik, nutrisi, dan agen fisik atau kimia.

Kurangnya pasokan darah ke jaringan atau organ yang tidak cukup untuk mempertahankan homeostasis sel dan fungsi metabolik. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan aliran darah atau peningkatan metabolisme jaringan melebihi kemampuan sistem vaskular arteri.

Kekurangan oksigen (hipoksia) atau ketiadaan oksigen (anoksia) menyebabkan hilangnya metabolisme aerobik, berujung pada penumpukan ion dan cairan di dalam sel. Akibatnya, sel membengkak dan fungsinya terganggu.

Kemampuan sel untuk mengatasi cedera tergantung pada kemampuannya menahan gangguan mekanisme homeostasis dan adaptasi. Kemampuan sel untuk kembali ke keadaan homeostasis ditentukan oleh mekanisme cedera, durasi cedera, dan keparahannya.

Penyembuhan yang terjadi setelah kerusakan jaringan minimal, di mana sel pulih dan jaringan kembali normal.

Perbaikan jaringan berfokus pada pemulihan struktur dan fungsi jaringan yang rusak, sementara peradangan adalah respons langsung terhadap cedera.

Cara tubuh manusia melindungi dirinya dari cedera atau infeksi, meliputi kulit, selaput lendir, sekresi tubuh, aktivitas seluler, dan pertahanan imun.

Pertahanan tubuh terluar yang terdiri dari kulit dan selaput lendir untuk mencegah masuknya bakteri dan zat berbahaya.

Meliputi fagositosis dan peradangan, membantu melawan infeksi dan memperbaiki jaringan.

Proses di mana neutrofil dan makrofag menelan dan menghancurkan bakteri, puing-puing sel, dan benda asing.

Cairan yang dilepaskan ke area cedera atau infeksi, berisi sel darah putih dan protein untuk melawan infeksi dan memperbaiki jaringan.

Zat yang melindungi sel yang tidak terinfeksi dari virus.

Sistem kekebalan tubuh, menghasilkan antibodi dan limfosit sensitif setelah terpapar zat asing.

Sistem pertahanan tubuh yang bekerja melawan berbagai penyakit, meliputi pertahanan pertama, kedua, dan ketiga.

Pembengkakkan jaringan, yang disebabkan oleh penumpukan protein dan cairan di ruang interstitial.

Eksudat tebal dan lengket dengan kandungan sel dan fibrin yang tinggi, yang meningkatkan risiko pembentukan jaringan parut.

Eksudat berwarna kuning kehijauan tebal, mengandung banyak leukosit, debris sel, dan mikroorganisme. Menunjukkan infeksi bakteri.

Meningkatnya suhu tubuh akibat pelepasan pirogen dari sel darah putih atau makrofag.

Rasa tidak enak badan, lemah, lelah, dan lesu yang umum terjadi pada peradangan.

Tes diagnostik untuk infeksi membantu menentukan jenis infeksi, tetapi tidak penyebab atau lokasinya. Tes-tes ini meliputi pemeriksaan leukositosis, peningkatan CRP, peningkatan laju endap darah, dan peningkatan protein plasma serta enzim sel dalam serum. Tes-tes ini membantu memantau pasien selama perjalanan infeksi.

Hitung diferensial (perbandingan setiap jenis sel darah putih) membantu membedakan infeksi virus dari infeksi bakteri.

Saat terjadi radang hebat dan nekrosis, jaringan rusak dan enzim serta isoenzim meningkat dalam darah. Hal ini membantu zat-zat ini menemukan lokasi sel nekrotik yang telah melepaskan enzim ke dalam darah dan cairan jaringan.

Jika nekrosis meluas, dapat menyebabkan ulkus, erosi jaringan, atau kematian jaringan. Infeksi dapat berkembang di jaringan yang meradang karena mikroorganisme lebih mudah menembus jaringan yang rusak dan pasokan darahnya terganggu.

Exudat radang merupakan medium yang bagus bagi mikroorganisme untuk berkembang biak dan berkoloni.

Radang akut biasanya bersifat sementara dan tidak berlangsung lama. Radang kronis dapat berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Radang kronis dapat berkembang sebagai akibat proses radang aktif yang berulang atau berkembang secara progresif.

Radang kronis dapat berkembang dari iritasi kronis akibat bakteri, kelainan imun jangka panjang, dan merokok. Radang kronis memiliki periode-periode akut yang berulang.

Osteoblast adalah sel pembentuk tulang, sementara osteoklast adalah sel penghancur tulang. Pada osteoporosis, aktivitas osteoklast lebih aktif dibandingkan osteoblast, sehingga tulang menjadi lebih tipis dan lemah.

Protein abnormal yang terbentuk di antara sel-sel saraf (neuron) di otak. Plak ini menghalangi komunikasi antar neuron, mengganggu fungsi otak.

Protein tau yang mengalami perubahan abnormal dan membentuk benang-benang yang kusut di dalam sel saraf. Kusutan ini menyebabkan kerusakan pada sel saraf.

Penurunan jumlah neurotransmitter asetilkolin, yang penting untuk fungsi kognitif dan memori. Kekurangan ini menyebabkan gangguan komunikasi di otak.

Kerusakan pada mitokondria yang menghasilkan energi untuk sel. Kerusakan ini menyebabkan penurunan energi seluler dan kerusakan neuron.

Kondisi di mana cairan cerebrospinal (CSF) menumpuk di ventrikel otak karena sumbatan aliran CSF di ruang subarachnoid.

Meningitis, perdarahan intrakranial, cedera otak traumatis, dan kanker dapat menyebabkan hydrocephalus communicating.

Sakit kepala, gangguan penglihatan, penglihatan ganda, perubahan status mental, dan kejang.

Massa abnormal di dalam rongga tengkorak yang menekan jaringan otak dan meningkatkan tekanan intrakranial.

Perdarahan, infark, tumor, dan meningioma.

Kondisi di mana cairan cerebrospinal (CSF) menumpuk di dalam ventrikel, menyebabkan pembesaran ventrikel otak dan peningkatan tekanan intrakranial.

Tumor jinak yang terjadi di meninges, selaput pelindung otak dan sumsum tulang belakang.

Meningkatnya tekanan di dalam rongga tengkorak, yang dapat disebabkan oleh Lesi Desak Ruang atau sumbatan aliran cairan cerebrospinal.

Pembengkakkan jaringan otak, yang memperburuk kondisi peningkatan tekanan intrakranial.

Ukuran lesi dan kecepatan ekspansi.

Lapisan pelindung otak dan sumsum tulang belakang, terdiri dari dura mater, arachnoid, dan pia mater.

Cairan bening yang mengalir di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, berfungsi sebagai bantalan dan nutrisi.

Suatu kondisi di mana terjadi penumpukan CSF tanpa peningkatan tekanan, menyebabkan gejala seperti penurunan kognitif, inkontinensia, dan gangguan berjalan.

Suatu kondisi di mana aliran CSF terhambat, biasanya akibat penyumbatan di dalam saluran otak, menyebabkan peningkatan tekanan dan gejala neurologis.

Bagian dari sistem saraf pusat yang memanjang dari otak ke tulang belakang, berfungsi untuk mengirimkan sinyal saraf.

Bagian-bagian sumsum tulang belakang yang membesar untuk mengakomodasi saraf-saraf yang menuju bahu, lengan, panggul, dan kaki.

Ruang-ruang kosong di dalam otak yang terisi oleh cairan Cerebrospinal (CSF), berfungsi sebagai bantalan dan nutrisi.

Kondisi di mana pembuluh darah di otak bocor dan melepaskan cairan ke dalam jaringan otak, biasanya terjadi akibat cedera atau peradangan.

Suatu kondisi yang disebabkan oleh kompresi saraf medianus di dalam terowongan karpal di pergelangan tangan, menyebabkan nyeri, parestesia, mati rasa, dan kelemahan pada distribusi saraf medianus.

Suatu sindrom jebakan yang disebabkan oleh tekanan pada pleksus brakialis di beberapa titik antara segitiga interscalene dan batas inferior aksila, menyebabkan nyeri, kesemutan, mati rasa, dan kelemahan pada lengan.

Suatu kondisi klinis di mana saraf wajah (CN VII) terpengaruh secara unilateral, mengakibatkan hemiparesis wajah.

Sebuah kelompok otot yang dipersarafi oleh satu akar saraf tunggal.

Suatu keadaan di mana saraf rusak atau terganggu, menyebabkan berbagai gejala seperti nyeri, kesemutan, mati rasa, dan kelemahan.

Tekanan pada saraf yang mengganggu fungsi normal saraf, seperti pada Sindrom Terowongan Karpal.

Gejala neuropati bisa berupa nyeri, kesemutan, mati rasa, kelemahan, dan gangguan fungsi motorik dan sensorik.

Sebuah jaringan saraf yang bertanggung jawab untuk mengontrol gerakan dan sensasi pada bahu, lengan, dan tangan.

Penyebab Bell Palsy tidak diketahui secara pasti, tapi diduga terkait dengan infeksi virus, gangguan imun, atau pembengkakan saraf wajah.

Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh, seperti pada Bell Palsy.