🎧 New: AI-Generated Podcasts Turn your study notes into engaging audio conversations. Learn more

KELOMPOK 4_MANAGING ETHICS AND SOCIAL RESONSIBILITY.pdf

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Full Transcript

MAKALAH MANAGING ETHICS AND SOCIAL RESPONSIBILITY Mata Kuliah : Dasar Manajemen Dosen Pengampu : Alvian Alvin Mubarok, S.M., M.B.A. Oleh Kelompok 4: Muhammad Hadziqunnuha 141240424 Na...

MAKALAH MANAGING ETHICS AND SOCIAL RESPONSIBILITY Mata Kuliah : Dasar Manajemen Dosen Pengampu : Alvian Alvin Mubarok, S.M., M.B.A. Oleh Kelompok 4: Muhammad Hadziqunnuha 141240424 Nadine Annisa Dewi 141240433 Niken Zaini Sukarti 141240450 Muhammad Adika Putra Athaya 141240422 Silfi Maulida Fadhilah 141240425 Albert Hebron 141240445 KELAS L PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2024 KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang berkat Rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Managing Ethich and Social Responsibility” dengan baik dan tepat waktu.Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Bapak Alvian Alvin Mubarok, S.M., M.B.A.,selaku dosen mata kuliah Dasar manajemen dan juga tim kelompok 4 yang telah membantu serta bekerjasama dalam menyelesaikan makalah ini.Di dalam makalah ini kami memaparkan semua yang berhubungan dengan definisi Etika manajemen dan tanggung jawab sosial.Penulis berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan makalah ini dan mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini.Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3 BAB I.............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1 A. Latar Belakang......................................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 2 C. Tujuan....................................................................................................................................... 2 BAB 2..............................................................................................................................................3 PEMBAHASAN............................................................................................................................. 3 A. Etika Manajerial....................................................................................................................... 3 B. Kerangka Kerja Untuk Pengambilan Kerangka Kerja Yang Etis........................................... 10 C. Manajer Individu dan Lingkungan Etis..................................................................................15 D. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan....................................................................................... 18 E. Mengelola Etika dan Tanggung Jawab Sosial........................................................................ 26 BAB 3............................................................................................................................................31 PENUTUP.....................................................................................................................................31 A. Kesimpulan.............................................................................................................................31 B. Saran....................................................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 32 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini etika manajemen sangat diperlukan karena etika manajemen merupakan kode prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku seseorang atau kelompok dalam hal apa yang benar atau salah. Dalam pengambilan keputusan tentu juga menggunakan etika manajemen didalamnya.Etika manajemen dalam diri seorang manajer akan berdampak pada Perusahaan atau bahkan kepada Masyarakat luas.Dimana etika manajemen yang baik tentu juga akan menimbulkan kepercayaan yang baik pula,apalagi dalam pengambilan keputusan. Etika manajemen dalam pemngambilan keputusan tentu akan menimbulkan banyak efek positif seperti peningkatan kinerja organisasi dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.Namun pada zaman sekarang ini banyak etika dalam manajemen yang dikesampingkan hanya untuk kepentingan pribadi atasan.Hal tersebut tentu tidak boleh menjadi budaya karena akan menimbulkan dampak dampak negatif seperti penurunan kepercayaan oleh karyawan hingga penurunan kinerjja pada organisasi sehingga akan menimbulkan lingkungan kerja yang tidak sehat Hal-hal tentang adanya etika,terutama pada etika manajemen sangat perlu dipelajari karena nantinya Pelajaran tentang etika manajemen itu sendiri akan digunakan untuk menjalankan perusahaan dimasa mendatang.Oleh karena itu generasi muda harus mengetaahui apa itu etika dalam perusahaan,dengan memiliki etika yang baik,tentunya generasi muda dapat menjadi pemimpin yang dapat memberikan rasa kepercayan oleh orang lain terhadap dirinya,sehingga generasi muda dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif didalam Perusahaan yang di pimpinnya. 1 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikaan diatas,maka diperoleh rumusan masaalah sebagai berikut. 1. Apa defnisi etika manajerial 2. Bagaimana pengambilan keputusan etis dalam kerja dilakukan 3. Apa yang dimaksud tanggung jawab sosial perusahaan 4. Apa yang dimaksud manajer individu dan pilihan etis 5. Bagaimana mengelola etika perusahaan dan tanggung jawab social C. Tujuan Dari rumusan masalah diatas dapat dicapai tujuan sebagai berikut. 1. Untuk mendeskripsikan etika manajerial 2. Untuk menjelaskan tentang pengambilan keputusan etis dalam kerja dilakukan 3. Untuk mendeskripsikan tanggung jawab sosial Perusahaan 4. Untuk mendeskripsikan manajer individu dan pilihan etis 5. Untuk menjelaskan tentang mengelola etika Perusahaan dan tanggung jawab sosial 2 BAB 2 PEMBAHASAN A. Etika Manajerial Etika sulit didefinisikan secara tepat. Secara umum, etika adalah kode prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku seseorang atau kelompok berkenaan dengan apa yang benar atau salah. Etika menetapkan standar tentang apa yang baik atau buruk dalam perilaku dan pengambilan keputusan. Masalah etika muncul dalam situasi ketika tindakan seseorang atau organisasi dapat merugikan atau menguntungkan orang lain. Etika dapat dipahami dengan lebih jelas jika dibandingkan dengan perilaku yang diatur oleh hukum dan pilihan bebas. Seperti yang diilustrasikan dalam Lampiran 4.1, perilaku manusia terbagi dalam tiga kategori. Yang pertama adalah hukum yang dikodifikasi, di mana nilai-nilai dan standar ditulis dalam sistem hukum dan dapat ditegakkan di pengadilan. Dalam bidang ini, pembuat undangundang menetapkan aturan yang harus diikuti oleh orang dan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Gambar 4.1 Cara, seperti memperoleh surat izin mengemudi, membayar pajak perusahaan, dan mematuhi hukum lokal, negara bagian, dan nasional lainnya. Misalnya, penipuan penerimaan mahasiswa baru yang diungkap oleh jaksa federal AS sebagian merupakan 3 kasus pelanggaran hukum. Mereka yang terlibat dalam skema tersebut menyuap pelatih dan pengawas ujian, memalsukan nilai ujian, dan membayar orang lain untuk mengikuti ujian masuk. Perilaku seperti penipuan dan penggelapan pajak jelas melanggar hukum. Domain pilihan bebas berada di ujung skala yang berlawanan dari hukum yang dimodifikasi, domain ini berkaitan dengan perilaku yang tidak diatur oleh hukum dan yang mana individu atau organisasi menikmati kebebasan penuh. Contohnya termasuk pilihan manajer tentang di mana membeli jas baru dan pilihan organisasi tentang salah satu dari dua pemasok yang memenuhi syarat untuk digunakan. Di antara domain-domain ini terdapat area etika. Domain ini tidak memiliki hukum khusus, namun memiliki standar perilaku berdasarkan prinsip dan nilai bersama tentang perilaku moral yang memandu individu atau perusahaan. Misalnya, Facebook tidak melanggar hukum karena menggunakan orang sebagai subjek uji yang tidak sadar dengan memanipulasi lebih dari setengah juta umpan berita orang untuk mengubah jumlah posting positif dan negatif yang mereka lihat sebagai bagian dari studi psikologis, atau layanan transportasi Uber memesan dan kemudian membatalkan lebih dari 5.000 perjalanan palsu untuk menyabotase pesaing utamanya, Lyft - namun tindakan ini tetap mencoreng reputasi perusahaan - perusahaan yang sukses ini. “Betapa pun disruptif atau inovatifnya bisnis Anda, tetap ada nilai-nilai etika yang mendasar yang harus diperhatikan oleh bisnis,” kata Chris MacDonald, salah satu editor Jurnal Etika Bisnis MacDonald dan yang lainnya mengatakan beberapa perusahaan di Silicon Valley sedang mendorong batasan etika, yang dapat menyebabkan pelanggan membawa bisnis mereka ke tempat lain. "Mungkin ada sesuatu setelah Facebook," kata MacDonald. Banyak manajer yang mendapat masalah karena mengadopsi pandangan yang disederhanakan bahwa keputusan diatur oleh hukum atau pilihan bebas. Pandangan ini membuat orang secara keliru berasumsi bahwa jika sesuatu tidak ilegal, maka itu pasti etis, seolah-olah tidak ada ranah ketiga.6Pilihan yang lebih baik adalah mengenali ranah etika dan menerima nilai-nilai moral sebagai kekuatan besar untuk kebaikan yang dapat mengatur perilaku baik di dalam maupun di luar organisasi. 4 1. Manajemen Etika Saat Ini Setiap dekade tampaknya mengalami banyaknya penjahat, tetapi meluasnya pelanggaran etika selama awal abad ke-21 sungguh mencengangkan. Dalam jajak pendapat Gallup yang berfokus pada persepsi pemimpin bisnis, hanya 15 persen responden yang menilai kejujuran dan standar etika pemimpin sebagai "tinggi" atau "sangat tinggi". Lebih dari 75 persen responden survei setuju dengan pernyataan bahwa kompas moral perusahaan-perusahaan di Amerika “menunjuk ke arah yang salah”; 69 persen mengatakan bahwa para eksekutif jarang mempertimbangkan kepentingan publik dalam mengambil keputusan; dan sebanyak 94 persen mengatakan bahwa para eksekutif mengambil keputusan terutama berdasarkan pada kemajuan karier mereka sendiri.Para eksekutif Wells Fargo terjerat skandal karena membuat keputusan yang merugikan perusahaan, seperti yang dijelaskan dalam fitur “Manajemen Setengah Matang”. Para manajer di perusahaan-perusahaan AS bukan satu-satunya yang mengalami pelanggaran etika. Para pemimpin bisnis di negara-negara seperti Jerman dan Jepang juga telah terguncang dalam beberapa tahun terakhir akibat skandal demi skandal yang menjadi berita utama.Volkswagen masih menderita akibat skandal yang mencuat ketika perusahaan itu diketahui memasang perangkat lunak pada kendaraan diesel yang dirancang untuk menipu uji emisi AS. Pada tahun 2019, jaksa penuntut Jerman mengajukan tuntutan terhadap manajer puncak saat ini dan mantan manajer puncak dengan tuduhan bahwa para eksekutif puncak sengaja menyembunyikan informasi dari pemegang saham pada bulan-bulan sebelum skandal emisi Volkswagen 2015 mencuat, dalam upaya untuk menopang harga saham perusahaan. Di Jepang, Kobe Steel mengakui bahwa perusahaan itu telah mengambil jalan pintas dan memalsukan spesifikasi kualitas pada produk selama beberapa dekade. Pada awal tahun 2018, CEO Hiroya Kawasaki mengundurkan diri untuk bertanggung jawab atas penipuan itu, dan perusahaan itu mengangkat tim kepemimpinan puncak yang baru. Sama seperti orang tua dan karyawan universitas yang terlibat dalam penipuan penerimaan mahasiswa baru, manajer dan organisasi mungkin terlibat dalam perilaku 5 tidak etis karena sejumlah alasan, seperti ego pribadi, keserakahan, atau tekanan untuk meningkatkan keuntungan atau tampak sukses. Namun, manajer memikul tanggung jawab yang sangat besar untuk menciptakan iklim etika dalam suatu organisasi dan dapat bertindak sebagai panutan untuk perilaku etis. Lampiran 4.2 merinci temuan dari satu studi yang meringkas berbagai perilaku etis menjadi empat cara utama yang dapat dilakukan manajer untuk mendorong terciptanya iklim di mana setiap orang berperilaku secara etis dan bertanggung jawab secara sosial. Manajer yang etis menunjukkan kejujuran dan integritas, mengomunikasikan dan menegakkan standar etika melalui perilaku mereka, bersikap adil dalam keputusan dan pembagian imbalan, serta menunjukkan kebaikan dan perhatian kepada orang lain. Sayangnya, dalam lingkungan bisnis saat ini, penekanan yang berlebihan pada menyenangkan pemegang saham dapat menyebabkan beberapa manajer berperilaku tidak etis terhadap pelanggan, karyawan, dan masyarakat luas. Manajer berada di bawah tekanan yang sangat besar untuk memenuhi tujuan penghasilan jangka pendek, dan beberapa bahkan menggunakan tipu muslihat akuntansi atau teknik lain untuk menunjukkan pengembalian yang memenuhi ekspektasi pasar daripada yang mencerminkan kinerja sebenarnya. Selain itu, sebagian besar rencana kompensasi eksekutif mencakup insentif berbasis saham yang besar, suatu praktik yang terkadang mendorong manajer untuk melakukan apa pun yang akan meningkatkan harga saham, bahkan jika itu merugikan perusahaan dalam jangka panjang. Ketika manajer "menjadi mangsa panggilan sirene nilai pemegang saham," semua pemangku kepentingan lainnya mungkin menderita.13 Kompensasi eksekutif telah menjadi isu yang hangat di Amerika Serikat. Pada tahun 2018, gaji rata-rata CEO di perusahaan besar AS adalah 278 kali lipat dari gaji rata-rata karyawan, menurut salah satu perkiraan.14Angka tersebut lebih rendah dari angka tertinggi yang dicapai pada awal tahun 2000-an, tetapi sangat kontras dengan praktik pada masa lalu: Pada tahun 1989, gaji CEO hanya sekitar 58 kali lipat gaji pekerja rata-rata. Sebagai bagian dari undang-undang reformasi keuangan Dodd-Frank, Securities and Exchange Commission (SEC) menyetujui peraturan yang mengharuskan perusahaan publik untuk mengungkapkan bagaimana Gaji CEO sebanding dengan gaji rata-rata karyawan di seluruh dunia. "Bagi perusahaan mana pun, angka ini akan sangat besar," kata Steven Seelig, penasihat regulasi senior untuk firma konsultan kompensasi eksekutif Towers Watson. Pertanyaan tentang apakah merupakan hal yang 6 etis dan bertanggung jawab secara sosial bagi para manajer untuk memperoleh penghasilan dalam jumlah besar dibandingkan dengan karyawan lain menjadi perhatian yang semakin meningkat, dan secara umum, pelanggaran etika yang meluas dalam dekade terakhir telah menempatkan para manajer di bawah pengawasan yang semakin ketat. Gambar 4.2 2. Kasus Bisnis untuk Etika dan Tanggung Jawab Tentu saja, hubungan etika dan tanggung jawab sosial terhadap kinerja keuangan suatu organisasi menjadi perhatian para manajer dan akademisi manajemen dan telah menghasilkan perdebatan yang hidup. Ratusan penelitian telah dilakukan untuk menentukan apakah peningkatan respons etika dan sosial meningkatkan atau menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini memberikan hasil yang bervariasi, tetapi 7 secara umum menemukan hubungan positif antara perilaku etika dan tanggung jawab sosial dengan kinerja keuangan perusahaan. Misalnya, sebuah studi menemukan bahwa 100 perusahaan global teratas yang telah membuat komitmen untukkeberlanjutan, yang memasukkan masalah lingkungan dan sosial ke dalam semua keputusan mereka, memiliki pertumbuhan penjualan, laba atas aset, laba, dan arus kas dari operasi yang jauh lebih tinggi setidaknya di beberapa area bisnis. Filosofi keberlanjutan dibahas kemudian dalam bab ini. Tinjauan lain tentang kinerja keuangan perusahaanperusahaan besar AS yang dianggap sebagai "warga korporat terbaik" menemukan bahwa mereka menikmati reputasi yang unggul dan kinerja keuangan yang unggul. Walaupun hasil penelitian ini tidak menjadi bukti yang meyakinkan, namun hasil tersebut memberikan indikasi bahwa penggunaan sumber daya untuk etika dan tanggung jawab sosial tidak merugikan Perusahaan teknologi. Manajer yang cerdik juga mempertimbangkan faktor nonfinansial yang menciptakan nilai. Misalnya, para peneliti menemukan bahwa orang lebih suka bekerja di perusahaan yang menunjukkan etika dan tanggung jawab sosial yang tinggi; dengan demikian, organisasi ini dapat menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas tinggi. Pelanggan juga memperhatikan. Sebuah studi oleh Walker Research menunjukkan bahwa, jika harga dan kualitas sama, dua pertiga pelanggan akan beralih merek untuk berbisnis dengan perusahaan yang beretika dan bertanggung jawab secara sosial. Serangkaian percobaan lain oleh Remi Trudel dan June Cotte dari Sekolah Bisnis Ivey, Universitas Western Ontario menemukan bahwa konsumen bersedia membayar sedikit lebih banyak untuk produk yang diberi tahu telah dibuat menggunakan standar etika yang tinggi. Ada biaya tinggi yang terkait dengan pelanggaran etika. Pikirkan tentang Volkswagen, yang dijelaskan sebelumnya dalam bab ini. Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA) memerintahkan VW untuk menarik kembali hampir setengah juta kendaraan diesel, dan perusahaan telah membayar atau menyisihkan sekitar $33 miliar untuk denda, penalti, dan biaya hukum yang terkait dengan masalah tersebut. Harga saham perusahaan anjlok 30 persen dalam beberapa hari setelah tersiar berita bahwa VW telah menjual mobil yang sengaja memalsukan uji emisi. Consumer Reports menangguhkan peringkat "yang 8 direkomendasikan" pada model mesin diesel Jetta dan Passat VW, dan pelanggan yang mengira mereka membeli kendaraan ramah lingkungan merasa marah dan dikhianati. 3. Dilema Etika : Apa yang Akan Anda Lakukan? Menjadi etis selalu tentang membuat keputusan.dilema etikamuncul dalam situasi yang menyangkut benar atau salah ketika nilai-nilai saling bertentangan. Dalam kasus seperti itu, benar dan salah tidak dapat diidentifikasi dengan jelas. Masalah etika bisa sangat rumit, dan orang-orang mungkin memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang tindakan yang paling tepat atau tidak tepat secara etis terkait dengan suatu situasi. Pertimbangkan masalah pemindaian lingkungan. Perusahaan semakin banyak menggunakan media sosial untuk mempelajari lebih lanjut tentang pesaing mereka, bahkan ada yang sampai “berteman” dengan pelanggan atau karyawan pesaing dan memposting pertanyaan yang tampaknya tidak berbahaya untuk mengumpulkan informasi yang dapat memberi mereka keunggulan kompetitif. Undang-undang mengenai pengumpulan informasi tidaklah jelas, dan begitu pula pendapat mengenai etika taktik semacam itu. Sementara sebagian orang menganggap bahwa segala bentuk mata-mata perusahaan adalah salah, sebagian lainnya menganggapnya sebagai cara yang dapat diterima untuk mempelajari tentang pesaing. Individu yang harus membuat pilihan etis dalam suatu organisasi adalahagen moral. Berikut ini adalah beberapa dilema yang mungkin dihadapi seorang manajer dalam suatu organisasi. Pikirkan tentang bagaimana Anda akan menanganinya: a. Sebagai eksekutif puncak di sebuah bank lokal kecil, Anda diminta untuk membuka rekening untuk perusahaan baru yang bergerak di industri ganja yang sedang berkembang. Anda telah membaca laporan tentang manfaat medis ganja, dan Anda tahu bahwa bank-bank di banyak negara bagian telah membuka pintu mereka untuk bisnis yang berhubungan dengan ganja. Namun, Anda juga tahu bahwa opini publik di daerah Anda sangat terbagi mengenai apakah keterlibatan dengan industri ganja itu etis atau tidak etis. b. Anda bekerja di perusahaan e-commerce grosir bisnis-ke-bisnis yang mengkhususkan diri dalam menjual berbagai bahan baku, produk, dan 9 perlengkapan ke perusahaan secara online. Perusahaan tersebut menggunakan algoritme yang dibuat oleh tim teknik untuk menunjukkan kepada pelanggan daftar produk yang paling relevan, terlaris, dan berperingkat tinggi saat mereka mencari di situs web. Atasan Anda, yang merasa tertekan oleh departemen pemasaran, telah meminta Anda untuk menyesuaikan algoritme sehingga merek produk perusahaan itu sendiri, beserta barang-barang lain yang lebih menguntungkan bagi perusahaan, muncul lebih dulu daripada barang-barang yang kurang menguntungkan. Di satu sisi, Anda merasa keputusan ini bertentangan dengan nilai-nilai objektivitas algoritme yang dinyatakan perusahaan, dan Anda khawatir hal itu dapat merugikan pelanggan dan banyak pemasok kecil yang berjualan melalui situs web Anda. Di sisi lain, Anda dapat mempertaruhkan pekerjaan Anda jika tidak menindaklanjutinya. c. Sebagai manajer penjualan untuk sebuah perusahaan farmasi besar, Anda diminta untuk mempromosikan obat baru yang harganya $2.500 per dosis. Anda telah membaca laporan yang mengatakan bahwa obat tersebut hanya 1 persen lebih efektif daripada obat alternatif yang harganya kurang dari $625 per dosis. Wakil presiden penjualan ingin Anda mempromosikan obat seharga $2.500 per dosis secara agresif. Ia mengingatkan Anda bahwa jika Anda tidak melakukannya, nyawa bisa hilang yang mungkin bisa diselamatkan dengan peningkatan 1 persen dalam efektivitas obat tersebut. B. Kerangka Kerja untuk Pengambilan Kerangka Kerja yang Etis Sebagian besar dilema etika melibatkan konflik antara kebutuhan bagian dan keseluruhan—individu versus organisasi, atau organisasi versus masyarakat secara keseluruhan. Misalnya, haruskah sebuah perusahaan meneliti posting media sosial kandidat pekerjaan atau karyawan, yang mungkin menguntungkan organisasi secara keseluruhan tetapi mengurangi kebebasan individu karyawan? Atau Haruskah produk yang gagal memenuhi standar ketat Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) diekspor ke negara lain yang standar pemerintahnya lebih rendah, sehingga menguntungkan perusahaan tetapi berpotensi merugikan warga dunia? Terkadang keputusan etis menimbulkan konflik antara dua kelompok. Misalnya, haruskah potensi masalah 10 kesehatan lokal yang diakibatkan oleh limbah perusahaan didahulukan daripada lapangan pekerjaan yang diciptakan perusahaan sebagai pemberi kerja utama di kota tersebut? Para manajer yang dihadapkan dengan pilihan etika yang sulit seperti ini sering kali mendapatkan manfaat dari strategi normatif—yang didasarkan pada norma dan nilai— untuk memandu pengambilan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai guna memandu pengambilan keputusan etika. Lima pendekatan yang relevan bagi para manajer adalah pendekatan utilitarian, pendekatan individualisme, pendekatan hak moral, pendekatan keadilan, dan pendekatan praktis. 1. Pendekatan Utilitarian Pendekatan utilitarian, yang dianut oleh filsuf abad ke-19 Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, berpendapat bahwa perilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Berdasarkan pendekatan ini, seorang pembuat keputusan diharapkan mempertimbangkan dampak setiap alternatif keputusan pada semua pihak dan memilih salah satu yang mengoptimalkan manfaat bagi jumlah orang terbanyak. Bahasa Indonesia: Setelah dokter di Italia mencari nasihat etika tentang penjatahan layanan medis selama pandemi COVID-19, pendekatan utilitarian muncul sebagai dasar untuk mengalokasikan tempat tidur ICU dan ventilator. Dokter disarankan untuk memaksimalkan kesehatan secara keseluruhan dengan mengarahkan perawatan kepada orang-orang yang paling diuntungkan darinya. Satu ventilator akan diberikan kepada seseorang yang lebih mungkin untuk bertahan hidup daripada seseorang yang kurang mungkin untuk bertahan hidup, dan kedua kepada seseorang dengan harapan hidup yang jauh lebih panjang. Arahan ini sebagian didasarkan pada studi tahun 2019 yang melibatkan kelompok fokus tentang cara menjatah perawatan. Kelompok-kelompok tersebut lebih suka mengarahkan sumber daya kepada mereka yang memiliki peluang bertahan hidup terbesar dan rentang hidup terpanjang yang tersisa, yang mencerminkan 11 pendekatan utilitarian atau menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa tanpa mempertimbangkan uang, ras, etnis, atau pengaruh politik. 2. Pendekatan Individualisme pendekatan individualismeberpendapat bahwa suatu tindakan bersifat moral apabila tindakan tersebut mengutamakan kepentingan jangka panjang individu.34Secara teori, dengan setiap orang mengejar pengarahan diri sendiri, kebaikan yang lebih besar pada akhirnya tercapai karena orang belajar untuk mengakomodasi satu sama lain demi kepentingan jangka panjang mereka sendiri. Individualisme diyakini mengarah pada kejujuran dan integritas karena hal itu paling baik dalam jangka panjang. Berbohong dan menipu demi kepentingan pribadi yang langsung hanya menyebabkan rekan bisnis berbohong dan menipu sebagai balasannya. Jadi, para pendukung pendekatan ini mengatakan, individualisme pada akhirnya mengarah pada perilaku terhadap orang lain yang sesuai dengan standar perilaku yang diinginkan orang terhadap diri mereka sendiri.35Akan tetapi, karena individualisme mudah disalahartikan sebagai dukungan terhadap keuntungan pribadi sesaat, ia tidak populer dalam masyarakat yang sangat terorganisasi dan berorientasi pada kelompok saat ini. 3. Pendekatan Hak Moral Pendekatan hak moralmenegaskan bahwa manusia memiliki hak dan kebebasan fundamental yang tidak dapat diambil oleh keputusan individu. Dengan demikian, keputusan yang benar secara etis adalah keputusan yang paling baik menjaga hak- hak mereka yang terdampak olehnya. Untuk membuat keputusan yang etis, manajer perlu menghindari campur tangan terhadap hak-hak fundamental orang lain, seperti hak privasi, hak persetujuan bebas, atau hak kebebasan berbicara. Melakukan perawatan eksperimental pada pasien trauma yang tidak sadar, misalnya, dapat ditafsirkan sebagai pelanggaran hak atas persetujuan bebas. Keputusan untuk memantau aktivitas karyawan di luar pekerjaan melanggar hak privasi. Hak kebebasan berbicara akan mendukung whistleblower (atau pencari 12 hati nurani) yang menarik perhatian pada tindakan ilegal atau tidak pantas dalam suatu perusahaan. 4. Pendekatan Keadilan Pendekatan keadilanberpendapat bahwa keputusan moral harus didasarkan pada standar keadilan, kewajaran, dan ketidakberpihakan. Tiga jenis keadilan menjadi perhatian para manajer.Keadilan distributive mensyaratkan bahwa perlakuan yang berbeda terhadap orang tidak boleh didasarkan pada karakteristik yang sewenang-wenang. Misalnya, pria dan wanita tidak boleh menerima gaji yang berbeda jika mereka memiliki kualifikasi yang sama dan melakukan pekerjaan yang sama. Keadilan procedural mensyaratkan agar peraturan dilaksanakan secara adil. Peraturan harus dinyatakan dengan jelas dan ditegakkan secara konsisten dan tidak memihak. Keadilan kompensasi berpendapat bahwa individu harus diberi kompensasi atas biaya cedera mereka oleh pihak yang bertanggung jawab. Pendekatan keadilan paling dekat dengan pemikiran yang mendasari ranah hukum dalam Lampiran 4.1 karena mengasumsikan bahwa keadilan diterapkan melalui aturan dan regulasi. Manajer diharapkan untuk menentukan atribut-atribut yang dapat digunakan untuk menerima perlakuan yang berbeda terhadap karyawan. Coffee of Grace telah mengambil pendekatan bisnis untuk membantu menciptakan keadilan yang lebih besar bagi petani kopi, seperti yang dijelaskan dalam fitur “Resep untuk Sukses”. 5. Pendekatan Praktis Pendekatan yang dibahas sejauh ini bertujuan untuk menentukan apa yang “benar” atau baik dalam pengertian moral. Namun, seperti yang disebutkan sebelumnya, isu etika seringkali tidak jelas, dan ketidaksepakatan mungkin timbul mengenai apa pilihan etika.pendekatan praktismenghindari perdebatan tentang apa yang benar, baik, atau adil dan mendasarkan keputusan pada standar profesi 13 dan masyarakat luas yang berlaku, dengan mempertimbangkan kepentingan semua pemangku kepentingan. Tindakan Paula Reid, manajer yang memicu skandal prostitusi Dinas Rahasia AS dengan melaporkan pelanggaran yang dilakukan agen di Cartagena, Kolombia, sebagian besar didasarkan pada pendekatan praktis. Reid bertindak cepat ketika menerima laporan tentang gangguan di hotel tempat para agen yang tengah mempersiapkan kunjungan Presiden Barack Obama ke Cartagena menginap. Berdasarkan informasi dari manajer hotel, Reid dengan cepat mengumpulkan belasan agen, memerintahkan mereka keluar dari negara itu, dan memberi tahu atasannya bahwa ia telah menemukan bukti "pelanggaran berat". Bagi Reid, pertanyaannya bukanlah apakah secara moral salah untuk menyewa pelacur, khususnya di negara yang melegalkan prostitusi di beberapa wilayah. Bagi Reid, tindakan para agen tersebut telah merusak reputasi lembaga dan merusak kemampuannya untuk memenuhi misi perlindungan dan investigasinya. Intinya adalah bahwa kunjungan ke klub tari telanjang, minum-minuman keras, dan membayar pelacur bukanlah perilaku yang dapat diterima oleh agen Dinas Rahasia yang bertugas melindungi presiden Amerika Serikat. Dengan pendekatan praktis, suatu keputusan akan dianggap etis jika dianggap dapat diterima oleh komunitas profesional, manajer tidak akan ragu untuk mempublikasikannya di berita malam, dan seseorang biasanya akan merasa nyaman menjelaskan keputusan itu kepada keluarga dan teman. Dengan menggunakan pendekatan praktis, manajer dapat menggabungkan unsur-unsur pendekatan utilitarian, hak moral, dan keadilan dalam pemikiran dan pengambilan keputusan mereka. Misalnya, seorang pakar etika bisnis menyarankan agar manajer dapat mengajukan lima pertanyaan berikut kepada diri mereka sendiri untuk membantu menyelesaikan dilema etika. Perhatikan bahwa pertanyaan- pertanyaan ini mencakup berbagai pendekatan yang dibahas sebelumnya. 1) Apa keuntungan bagi saya? 2) Keputusan manakah yang akan membawa kebaikan terbesar bagi jumlah orang terbanyak? 3) Aturan, kebijakan, atau norma sosial apa yang berlaku? 14 4) Apa kewajiban saya terhadap orang lain? 5) Apa dampak jangka panjang bagi saya dan pemangku kepentingan utama? C. Manajer Individu dan Lingkungan Etis Penelitian telah menemukan bahwa faktor organisasi seperti budaya perusahaan yang tidak etis dan tekanan dari atasan dan rekan kerja dapat mendorong karyawan untuk berperilaku tidak etis. Selain itu, ketika orang mengalami tekanan organisasi untuk menentang apa yang mereka anggap benar, mereka biasanya menjadi frustrasi dan kelelahan secara emosional. Namun, faktor pribadi juga memengaruhi kemampuan manajer untuk membuat keputusan etis. Individu pasti membawa kepribadian dan sifat perilaku spesifik mereka ke dalam pekerjaan. Kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar belakang agama semuanya membentuk sistem nilai manajer. Karakteristik kepribadian tertentu, seperti kekuatan ego, kepercayaan diri, dan rasa kemandirian yang kuat, dapat memungkinkan manajer untuk membuat lebih banyak pilihan etis meskipun ada tekanan dari luar dan risiko pribadi. 1. Tahapan Perkembangan Moral Salah satu faktor pribadi yang penting adalah tahap perkembangan moral. Versi sederhana dari satu model pengembangan moral pribadi ditunjukkan pada Gambar 4.3. Pada tingkat prakonvensional, individu peduli dengan penghargaan dan hukuman eksternal dan mematuhi otoritas untuk menghindari konsekuensi pribadi yang merugikan. Dalam konteks organisasi, tingkat ini dapat dikaitkan dengan manajer yang menggunakan gaya kepemimpinan otokratis atau koersif, dengan karyawan yang berorientasi pada penyelesaian tugas tertentu yang dapat diandalkan. 15 Pada tingkat kedua, disebut tingkat konvensional, orang belajar untuk menyesuaikan diri dengan harapan perilaku baik sebagaimana yang ditetapkan oleh rekan kerja, keluarga, teman, dan masyarakat. Memenuhi kewajiban sosial dan interpersonal adalah penting. Kolaborasi kelompok kerja adalah cara yang lebih disukai untuk mencapai tujuan organisasi, dan manajer menggunakan gaya kepemimpinan yang mendorong hubungan interpersonal dan kerja sama. Pada pascakonvensional, atau berprinsip, Pada tingkat ini, individu dipandu oleh seperangkat nilai internal yang didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan universal dan bahkan akan melanggar aturan atau hukum yang melanggar prinsip- prinsip ini. Nilai-nilai internal menjadi lebih penting daripada harapan orang- orang penting lainnya. Misalnya, Paula Reid, manajer Secret Service yang dijelaskan di bagian sebelumnya, bertindak meskipun ada kemungkinan reaksi keras internal karena ia percaya bahwa tindakan agen tersebut telah merusak reputasi lembaga dan merusak kemampuannya untuk memenuhi misinya. CEO Microsoft Satya Nadella saat ini bertindak sebagai pemimpin yang berprinsip dalam industri teknologi. “Kita perlu bertanya pada diri sendiri bukan hanya apa yang dapat dilakukan komputer tetapi apa yang seharusnya dilakukan komputer,” kata Nadella. Nadella adalah seorang advokat yang lantang untuk melindungi privasi pengguna dan menetapkan pedoman etika untuk teknologi baru seperti kecerdasan buatan. Penelitian menunjukkan bahwa manajer pada tahap perkembangan moral yang lebih tinggi memiliki pengaruh terhadap pengikut mereka. Sebagian besar manajer beroperasi pada tingkat konvensional, yang berarti bahwa pemikiran dan perilaku etis mereka sangat dipengaruhi oleh atasan dan kolega mereka dalam organisasi atau industri. Hanya sekitar 20 persen orang dewasa Amerika yang mencapai tahap perkembangan moral pascakonvensional. Orang-orang pada tingkat ini mampu bertindak secara independen dan etis tanpa memandang ekspektasi dari orang lain di dalam atau di luar organisasi. Yang lebih penting, satu studi menemukan bahwa pemimpin dengan tingkat penalaran moral yang tinggi menonjol sebagai panutan etika yang perilaku dan komunikasinya menarik perhatian pengikut. 16 Gambar 4.3 2. Memberi Versus Menerima Ketika manajer beroperasi dari tingkat pengembangan yang lebih tinggi, mereka dapat menggunakan bentuk kepemimpinan pelayan, dengan berfokus pada kebutuhan pengikut dan mendorong orang lain untuk berpikir sendiri. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang akan bekerja lebih keras dan lebih efektif untuk orang yang mengutamakan kepentingan dan kebutuhan orang lain di atas kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri. Organisasi dengan budaya memberi, di mana orang saling membantu, berbagi informasi, dan berkolaborasi, juga cenderung lebih efektif. Sebuah studi oleh psikolog Harvard tentang tim di Sistem intelijen AS menemukan bahwa satu- satunya prediktor terbesar dari efektivitas sebuah tim adalah jumlah bantuan dan dukungan yang diberikan anggota satu sama lain. Penelitian lain telah menemukan bahwa perilaku memberi dan membantu memengaruhi efektivitas dalam berbagai organisasi seperti perusahaan farmasi, bank, pabrik kertas, dan restoran. Adam Grant, seorang psikolog organisasi di Wharton School, University of Pennsylvania, telah mengamati dan mempelajari perbedaan antara "pemberi" dan "penerima" sejak ia menjadi mahasiswa sarjana. Ia menegaskan bahwa perubahan dalam masyarakat dan organisasi membuat pengorbanan diri demi tujuan yang lebih besar menjadi karakteristik yang semakin bermanfaat. Grant mengatakan 17 bahwa, di masa lalu, para penerima (orang-orang yang mengutamakan kepentingan mereka sendiri) dapat naik ke puncak dengan mengabaikan para pemberi, tetapi hal itu berubah seiring dengan perubahan sifat pekerjaan. Banyak perusahaan, seperti Berkshire Hathaway, Robert W. Baird & Company, dan IDEO, sekarang memiliki kebijakan resmi yang melarang perekrutan orang yang bertindak seperti penerima.Marc Benioff membuat keputusan sadar untuk membangun budaya memberi di Salesforce. “Ketika saya memulai Salesforce... saya katakan bahwa kami akan menginvestasikan 1 persen dari ekuitas, produk, dan waktu kami ke sebuah yayasan dan menciptakan budaya layanan di dalam perusahaan kami.” Pada hari pertama seorang karyawan di Salesforce, pagi hari dihabiskan untuk menunjukkan kantor kepada karyawan baru dan memperkenalkan rekan kerja. “Kemudian kami mengajak mereka keluar dan mereka melakukan layanan di sore hari,” kata Benioff. “Mereka akan pergi ke tempat penampungan tunawisma atau mereka akan pergi ke rumah sakit atau pergi ke sekolah umum. Ini adalah bagian inti dari budaya kami.” Pergeseran ke arah mengagumi dan memberi penghargaan kepada pemberi daripada penerima dapat membawa perubahan positif yang signifikan dalam organisasi. Kategori sederhanapemberiDanpengambilmembantu orang memahami bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi atau mengurangi budaya etika suatu organisasi. D. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi ledakan minat terhadap konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam satu pengertian, konsep tanggung jawab sosial, seperti etika, mudah dipahami: Ini berarti membedakan yang benar dari yang salah dan melakukan yang benar. Ini berarti menjadi warga perusahaan yang baik. Definisi formaltanggung jawab sosial perusahaan (CSR)adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan berkontribusi pada kesejahteraan dan kepentingan masyarakat, bukan hanya organisasi. Dalam pendekatan CSR terkini, perusahaan kini dapat dinilai dan diukur kinerjanya berdasarkan dimensi lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Daftar periksa dan kartu skor terperinci tersedia untuk 18 perusahaan di sebagian besar sektor dan industri. Skor ESG dapat berkisar dari 0 hingga 100 pada item-item seperti berikut: a. Lingkungan (misalnya, penggunaan air, pengelolaan bahan bakar) b. Modal sosial (misalnya, privasi pelanggan, pengembangan masyarakat) c. Modal manusia (misalnya, peluang keberagaman, kompensasi dan tunjangan) d. Inovasi bisnis (misalnya, nilai sosial produk, kualitas dan keamanan) e. Kepemimpinan dan tata kelola (misalnya, etika bisnis, kompensasi eksekutif) Di BHP (sebelumnya BHP Billiton), 15 persen insentif jangka pendek eksekutif sekarang didasarkan pada pencapaian tujuan terkait ESG. BHP, salah satu perusahaan pertambangan terbesar di dunia, merestrukturisasi kompensasi eksekutif untuk melindungi lisensinya dalam memproduksi komoditas utama seperti aluminium, tembaga, besi, dan batu bara. Perusahaan mengembangkan sistem penilaian yang seimbang untuk metrik ESG-nya, yang mencakup kematian, insiden lingkungan, dampak hak asasi manusia, serta kesehatan lingkungan dan pekerjaan. Para pemimpin perusahaan mengatakan bahwa menghubungkan penghargaan dengan kinerja ESG telah memberikan dampak yang signifikan terhadap hasil perusahaan. Misalnya, konsumsi energi menurun sebesar 16 persen selama enam tahun dan BHP mencatat tingkat cedera terendah dalam lebih dari satu dekade. Namun, manajer sering kali harus mempertimbangkan trade-off yang ada antara kinerja keuangan perusahaan dan kinerjanya pada dimensi-dimensi ESG. Meningkatkan salah satu mungkin melibatkan biaya untuk yang lain. Memasang peralatan energi surya yang mahal baik untuk lingkungan, misalnya, tetapi mungkin buruk untuk intinya. Para manajer puncak mungkin harus belajar bagaimana mengalokasikan sumber daya selain dari kontribusi langsung terhadap laba agar dapat mencapai tujuan ESG dan melayani pemangku kepentingan yang lebih luas. 1. Tujuan Baru Bagi Perusahaan : Para Pamangku Perusahaan Salah satu alasan sulitnya memahami dan menerapkan CSR adalah karena para manajer harus menghadapi pertanyaan, “Tanggung jawab kepada siapa?” 19 Setengah abad yang lalu, ekonom pemenang Hadiah Nobel Milton Friedman menulis: “Hanya ada satu dan hanya satu tanggung jawab sosial bisnis,” yaitu “terlibat dalam kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keuntungannya. ”Pandangan itu berlaku selama bertahun-tahun. Namun, seperti yang dikatakan pendiri Salesforce Marc Benioff, "Ada pergeseran yang sedang terjadi. Ketika saya kuliah di USC, yang terpenting adalah memaksimalkan nilai bagi pemegang saham. Namun, kita sedang bergerak menuju dunia pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan adalah setiap kelompok atau orang di dalam atau di luar organisasi yang memiliki beberapa jenis investasi atau kepentingan dalam kinerja organisasi dan dipengaruhi oleh tindakan organisasi (karyawan, pelanggan, pemegang saham, dan sebagainya). Setiap pemangku kepentingan memiliki kriteria responsivitas yang berbeda karena memiliki kepentingan yang berbeda dalam organisasi. Misalnya, para pemimpin di Airbnb baru-baru ini merumuskan visi baru bagi perusahaan dengan mengidentifikasi para pemangku kepentingannya sebagai tamu, tuan rumah, masyarakat, karyawan, dan pemegang saham, serta membuat komitmen untuk "memberikan manfaat bagi semua pemangku kepentingan dalam jangka panjang." Perusahaan akan mengaitkan bonus manajer dengan kinerja pada sasaran sosial termasuk keselamatan dan keberlanjutan, memiliki komite pemangku kepentingan di dewan direksi, dan menyelenggarakan hari pemangku kepentingan untuk melaporkan kemajuan. Yang penting, para pemimpin di perusahaan-perusahaan terbesar di Amerika juga beralih ke pandangan yang lebih luas, seperti yang terungkap dalam “Pernyataan tentang Tujuan Perusahaan” baru oleh Business Roundtable (BRT), asosiasi yang mewakili banyak CEO paling berkuasa di Amerika Serikat. Pada tahun 1997, ketika pertama kali merilis pernyataan resmi tentang tujuan perusahaan, BRT mengidentifikasi nilai pemegang saham sebagai tujuan utama. Namun, kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, banyaknya skandal etika, dan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap bisnis besar telah mendorong pemikiran anggota BRT ke arah tujuan perusahaan yang berfokus pada karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat selain pemegang saham. Pada akhir tahun 2019, BRT merilis pernyataan baru, yang ditandatangani oleh 181 CEO, yang menguraikan 20 standar terkini untuk tanggung jawab sosial perusahaan yang berfokus pada lima pemangku kepentingan utama, seperti yang diilustrasikan dalam Lampiran 4.4. Pemegang saham disebutkan dalam pernyataan BRT hanya setelah kata-kata yang menyerukan penciptaan “nilai bagiPelanggan” dan “berinvestasi dikaryawan,” termasuk mendorong “keberagaman dan inklusi,” “berurusan secara adil dan etis denganpemasok,” dan “mendukung Komunitas di mana kami bekerja”, termasuk “melindungi lingkungan.” Pandemi COVID-19 baru-baru ini berpotensi memperkuat gagasan bahwa semua pemangku kepentingan, bukan hanya pemegang saham, harus mendapatkan keuntungan dari laba perusahaan. Pemerintah telah mengalokasikan triliunan dolar untuk membantu bisnis dan warga negara mengatasi kerusakan ekonomi akibat pandemi. Perusahaan besar diharapkan melakukan lebih dari sekadar memaksimalkan laba pemegang saham selama pemulihan. Bank-bank Eropa, misalnya, menunda miliaran dolar dalam bentuk dividen kepada pemegang saham untuk menggunakan lebih banyak aset untuk gaji karyawan dan pinjaman nasabah yang dibutuhkan. Tindakan baru yang seimbang dapat mengurangi model lama yang mengutamakan maksimalisasi keuntungan dan menegakkan visi BRT tentang lima pemangku kepentingan yang setara. 21 Gambar 4.4 Ada juga minat yang meningkat terhadap teknik yang disebutpemetaan pemangku kepentingan, yang menyediakan cara sistematis untuk mengidentifikasi harapan, kebutuhan, kepentingan, dan kekuatan relatif berbagai pemangku kepentingan, yang dapat berubah seiring waktu.59Pemetaan pemangku kepentingan membantu manajer mengidentifikasi atau memprioritaskan pemangku kepentingan utama yang terkait dengan isu atau proyek tertentu. Semua organisasi memengaruhi dan dipengaruhi oleh lima kelompok pemangku kepentingan yang diilustrasikan dalam Lampiran 4.4. Investor dan pemegang saham, karyawan, pelanggan, dan pemasok dianggap sebagai pemangku kepentingan utama, yang tanpanya organisasi tidak dapat bertahan hidup. Ketika kelompok pemangku kepentingan utama mana pun menjadi sangat tidak puas, kelangsungan hidup organisasi terancam.60Kepentingan investor, pemegang saham, dan pemasok dilayani oleh efisiensi manajerial—yaitu, penggunaan sumber daya untuk meraih laba. Pelanggan peduli dengan keputusan tentang kualitas, keamanan, dan ketersediaan barang dan jasa. Karyawan mengharapkan kepuasan kerja, gaji yang memadai, dan pengawasan yang baik. Satu perusahaan yang selalu menempatkan nilai tinggi pada semua pemangku kepentingan adalah The Container Store. Salah satu pendiri Kip Tindell mengatakan ia ingin membangun jenis perusahaan yang berbeda, tempat karyawan diperlakukan dengan baik dan dibayar dengan baik dan bisnis dijalankan untuk menguntungkan semua pemangku kepentingan. Tindell mengganti nama Hari Valentine menjadi "Hari Kami Mencintai Karyawan Kami." Para manajer membawa hadiah dan cokelat dan memberi tahu karyawan betapa mereka dihargai. Tindell percaya penting untuk mengakui upaya karyawan karena membuat mereka lebih bahagia dan lebih puas dan membangun keluarga dan komunitas yang lebih baik dan lebih kuat. "Saya senang menghasilkan uang untuk diri saya sendiri dan orang-orang di sekitar saya," kata Tindell. "Saya tidak 22 mengatakan ini adalah satu-satunya cara untuk menghasilkan uang. Saya mengatakan ini adalah cara terbaik. Pemangku kepentingan penting lainnya adalah masyarakat luas tempat perusahaan beroperasi. Memenuhi kebutuhannya memerlukan penghormatan terhadap tanggung jawab hukum, pengembangan dampak sosial yang positif, dan perlindungan lingkungan. Perusahaan, misalnya, harus beroperasi dalam batasan undang-undang keselamatan, persyaratan perlindungan lingkungan, peraturan antimonopoli, undang-undang antisuap, dan undang-undang serta peraturan lainnya di sektor pemerintah. Sektor pemangku kepentingan masyarakat mencakup pemerintah daerah, lingkungan alam, dan kualitas hidup yang disediakan untuk penduduk. Hindustan Unilever, misalnya, menggunakan sistem distribusi langsung ke rumah untuk produk-produk kebersihannya di beberapa wilayah India, di mana perempuan dari rumah tangga berpendapatan rendah di desa-desa yang berpenduduk kurang dari 2.000 orang diberikan pinjaman mikro dan pelatihan untuk memulai usaha kecil mereka sendiri. Sistem ini menguntungkan masyarakat dengan memberikan keterampilan dan peluang kepada perempuan yang terkadang melipatgandakan pendapatan rumah tangga mereka, serta dengan mengurangi penyebaran penyakit dengan membawa produk- produk kebersihan ke daerah-daerah terpencil. 2. Gerakan Hijau Gerakan hijau adalah kelompok dengan kepentingan khusus yang sangat penting saat ini, dan banyak perusahaan yang menganut filosofi hijau. Dalam beberapa decade terakhir, para manajer dari perusahaan local maupun perusahaan raksasa telah “bersikap ramah lingkungan” untuk melestarikan lingkungan. Bahkan satu survey membuktikan bahwa 90% masyarakat amerika setuju isu dan masalah "hijau" yang penting, dan 82% berpendapat bahwa bisnis harus menerapkan praktik yang ramah lingkungan. Hal ini membuat para perusahaan berlomba-lomba untuk membuktian bahwa mereka dapat memberikan dampak baik kepada lingkungan, ini bertujuan untuk menarik konsumen dan mempengaruhi penilaian lingkungan kerja mereka. Tetapi ditemukan indikasi lain 23 dalam praktik bisnis ramah lingkungan ini,hal tersebut yaitu Greenwashing. Greenwashing sendiri adalah kondisi dimana suatu perusahaan mencoba menggambarkan dirinya lebih peduli lingkungan daripada keadaan sebenarnya. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah Volkswagen, yang dijelaskan sebelumnya dalam bab ini, yang mempromosikan mobilnya sebagai yang terdepan dalam tren energi bersih bahkan saat memasang perangkat lunak yang dirancang untuk mengelabui uji emisi pada mesin "diesel bersih"-nya. Meskipun sebagian besar perusahaan tidak bertindak sejauh VW, praktik greenwashing telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir karena perusahaan mencoba memanfaatkan minat publik terhadap gerakan hijau. 3. Keberlanjutan dan Triple Bottom line Keberlanjutan merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kekayaan dengan tanggung jawab lingkungan dan pengelolaan sosial, sehingga memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan saat ini dan masa mendatang sambil melestarikan lingkungan dan masyarakat sehingga generasi mendatang juga dapat memenuhi kebutuhan mereka. Para manajer dalam organisasi yang menganut keberlanjutan mengukur keberhasilan mereka dalam hal tiga hal utama yakni poin yang termuat dalam Triple bottom line. Sedangkan Triple bottom line sendiri yakni hal yang mengacu pada pengukuran kinerja sosial suatu organisasi, kinerja lingkungannya, dan kinerja keuangannya. seperti yang diilustrasikan dalam Lampiran 4.5. Ini kadangkadang disebut tiga P: People, Planet, dan Profit. 24 Gambar 4.5 Bagian People dari triple bottom line melihat seberapa besar tanggung jawab sosial organisasi dalam hal praktik ketenagakerjaan yang adil, keberagaman, hubungan dengan pemasok, perlakuan terhadap karyawan, kontribusi terhadap masyarakat, dan sebagainya. Aspek Planet mengukur komitmen organisasi terhadap keberlanjutan lingkungan. Sedangkan aspek profit tentu saja melihat laba organisasi, laba finansial. Berdasarkan prinsip bahwa apa yang Anda ukur adalah apa yang Anda perjuangkan dan capai, menggunakan pendekatan triple-bottom- line untuk mengukur kinerja memastikan bahwa manajer memperhitungkan faktor sosial dan lingkungan daripada mengejar laba secara membabi buta tanpa mempedulikan biaya bagi masyarakat dan lingkungan alam. 4. Perusahaan yang bermanfaat dan B lab Saat ini, sebuah organisasi dapat dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan sesuatu yang bernilai finansial yang juga memiliki dampak sosial yang positif. Perusahaan semacam itu yang secara sah didirikan untuk manfaat sosial dapat dibentuk dengan dua cara: melalui pendirian langsung di negara bagian yang mengakui perusahaan manfaat sebagai badan hukum, atau melalui sertifikasi oleh B Lab, sebuah organisasi nirlaba yang mengkhususkan diri dalam audit dampak sosial eksternal. Perusahaan yang memberikan manfaat sendiri adalah organisasi 25 nirlaba yang memiliki tujuan nyata untuk menciptakan dampak positif pada masyarakat. Yang mengharuskan untuk mempertimbangkan dampak keputusan terhadap karyawan, komunitas, dan lingkungan serta pemegang saham dan secara sukarela menjunjung standar akuntabilitas dan transparansi yang tinggi. Salah satu pendukung terkuat undang-undang korporasi yang memberikan manfaat adalah B Lab, sebuah organisasi nirlaba yang didirikan pada tahun 2006 oleh tiga orang teman yang memiliki pengalaman luas dalam dunia bisnis dan meyakini bahwa "kepentingan bisnis dan masyarakat tidak lagi selaras”.B Lab memiliki kerangka kerja nonhukumnya sendiri untuk mensertifikasi bisnis sebagai Korporasi B. Menjadi Korporasi B Bersertifikat berarti perusahaan memenuhi standar tertinggi B Lab terkait kinerja sosial dan lingkungan secara keseluruhan yang terverifikasi, transparansi publik, dan akuntabilitas hukum. Perusahaan dapat berbadan hukum sebagai perusahaan yang memberikan manfaat tanpa harus mendapatkan sertifikasi B Lab, tetapi banyak yang memilih untuk melakukan keduanya untuk mencerminkan komitmen tinggi mereka terhadap kinerja lingkungan dan sosial. Misalnya, menurut salah satu pendiri B Lab, penilaian dan verifikasi kinerja sosial dan lingkungan mereka oleh organisasi nirlaba independen dan menjadikan kinerja yang diverifikasi tersebut transparan membantu perusahaan menghindari greenwashing yang tidak disengaja, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Lebih dari 1.400 perusahaan telah disertifikasi sebagai Korporasi B. E. Mengelola Etika Perusahaan dan Tanggung Jawab Sosial Seorang pakar etika pernah berkata, “ Manajemen bertanggung jawab untuk menciptakan dan mempertahankan kondisiyang memungkinkan orang berperilaku baik”. para manajer dapat mengambil pendekatan yang berorientasi pada nilai dan pendekatan yang berorientasi pada struktur untuk menciptakan dan mendukung organisasi yang beretika. Seperti yang diilustrasikan pada gambar 4.6. 26 1. Pendekatan Berorientasi Nilai Pendekatan yang berorientasi pada nilai secara langsung menargetkan keinginan internal individu untuk bersikap etis. Berkaitan dengan nilai-nilai pribadi karyawan akan membawa nilai-nilai individu dan organisasi ke dalam keselarasan. Memastikan keputusan dan praktik berlandaskan pada nilai-nilai etika yang kuat membantu menciptakan budaya etika di seluruh organisasi. Salah satu langkah terpenting yang dapat diambil manajer adalah mempraktikkan kepemimpinan yang etis.Kepemimpinan yang etis sendiri artinya, para manajer adalah teladan kejujuran dan kepercayaan, berlaku adil dalam berurusan dengan karyawan serta pelanggan, dan berperilaku etis baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Selain itu, para manajer dapat bersikap proaktif dalam memengaruhi karyawan untuk mewujudkan dan mencerminkan nilai-nilai etika.Mendorong kesukarelaan karyawan merupakan salah satu cara yang digunakan beberapa perusahaan terkemuka untuk memperkuat landasan etika dan tanggung jawab sosial karyawan. Kesukarelaan mengacu pada pemberian waktu dan keterampilan secara aktif kepada sukarelawan atau organisasi amal. Perusahaan-perusahaan seperti Google, Accenture, Mattel, FedEx, dan Goldman Sachs memberikan waktu libur kepada karyawan untuk kegiatan sukarela atau mensponsori acara "hari pengabdian" di mana karyawan menyediakan waktu untuk organisasi amal. Fitur "Sunny Side Up" menggambarkan kesukarelaan karyawan sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan. Menghubungkan kegiatan sukarela karyawan dengan strategi CSR juga memperkuat reputasi organisasi sebagai perusahaan yang beretika. 27 Gambar 4.6 Para manajer juga dapat menerapkan mekanisme organisasi untuk membantu karyawan dan perusahaan tetap berpegang pada etika. Salah satu mekanisme utama adalah kode Etik yaitu berupa pernyataan formal tentang nilai-nilai perusahaan terkait etika dan isu sosial. Pernyataan ini mengomunikasikan kepada karyawan apa yang diperjuangkan perusahaan. Kode etik cenderung ada dalam dua jenis: pernyataan berbasis prinsip dan pernyataan berbasis kebijakan. Pernyataan berbasis prinsip dirancang untuk memengaruhi budaya perusahaan mereka mendefinisikan nilai-nilai fundamental dan mengandung bahasa umum tentang tanggung jawab perusahaan, kualitas produk, dan perlakuan terhadap karyawan. Pernyataan berbasis kebijakansecara umum menguraikan prosedur yang akan digunakan dalam situasi etika tertentu. Situasi ini meliputi praktik pemasaran, konflik kepentingan, ketaatan pada hukum, informasi kepemilikan, hadiah politik, dan kesempatan yang sama.Memiliki kode etik yang kuat tidak menjamin bahwa perusahaan tidak akan mengalami masalah etika atau ditantang oleh pemangku kepentingan terkait isu etika. Kode etik itu sendiri tidak banyak 28 memengaruhi dan memastikan perilaku etis di antara karyawan dan manajer, untuk itu di bentuklah Komite etik dalam suatu perusahaan. Komite etik sendiri adalah sekelompok eksekutif (dan terkadang karyawan tingkat bawah juga) yang ditunjuk untuk mengawasi etika perusahaan. Komite tersebut memberikan keputusan tentang masalah etika yang dipertanyakan dan bertanggung jawab untuk mendisiplinkan para pelanggar. 2. Pendekatan Berorientasi Struktur Para manajer juga menerapkan berbagai struktur etika untuk mendorong dan mendukung perilaku etis. Misalnya, banyak perusahaan mendirikan kantor etika dengan staf penuh waktu untuk memastikan bahwa standar etika merupakan bagian integral dari operasi perusahaan, yang memberikan masukan pada laporan kinerja dan insentif karyawan. Kantor-kantor ini dipimpin oleh seorang kepala petugas etika yang mengawasi semua aspek etika dan kepatuhan hukum, termasuk menetapkan dan mengomunikasikan standar secara luas, menyelenggarakan program pelatihan etika, menangani pengecualian atau masalah, dan memberi nasihat kepada manajer senior tentang aspek etika dan kepatuhan dalam mengambil keputusan. 3. Pelaporan Pelanggaran Pengungkapan karyawan atas praktik korup, ilegal, tidak etis, atau tidak sah apa pun di pihak pemberi kerja disebut pengungkapan rahasia. Pelapor pelanggaran sering melaporkan pelanggaran kepada pihak luar, seperti badan regulasi, senator, atau wartawan surat kabar. Beberapa perusahaan telah menerapkan program inovatif dan hotline rahasia untuk mendorong dan mendukung pengungkapan pelanggaran internal. Namun, agar praktik ini menjadi perlindungan etika yang efektif, perusahaan harus memandang pengungkapan pelanggaran sebagai manfaat bagi perusahaan dan melakukan upaya khusus untuk mendorong dan melindungi pelapor pelanggaran karena masih banyak nya manajer yang memandang pelapor pelanggaran sebagai karyawan yang tidak puas dan bukan pemain tim yang baik. Namun, untuk mempertahankan standar etika yang tinggi, organisasi membutuhkan orang yang bersedia menunjukkan kesalahan. Manajer dapat dilatih untuk memandang pengungkapan pelanggaran 29 sebagai manfaat,bukan ancaman, dan sistem dapat disiapkan untuk melindungi karyawan yang melaporkan aktivitas ilegal atau tidak etis. 30 BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Etika adalah seperangkat prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku individu atau kelompok mengenai apa yang dianggap benar atau salah. Etika berhubungan erat dengan proses pengambilan keputusan, di mana banyak manajer menghadapi dilema etika yang sulit untuk dipecahkan. Dilema etika biasanya melibatkan benturan kepentingan antara berbagai kelompok atau antara kebutuhan individu dan kebutuhan organisasi. Manajer dapat memanfaatkan berbagai pendekatan yang didasarkan pada norma dan nilai untuk membantu mereka membuat keputusan etis. Mereka juga bisa menggunakan pendekatan yang fokus pada nilai-nilai maupun yang berorientasi pada struktur untuk membangun organisasi yang etis. Faktor-faktor seperti karakteristik kepribadian, pengaruh keluarga, latar belakang agama, dan faktor lainnya dapat mempengaruhi kemampuan manajer dalam membuat pilihan etis. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merujuk pada kewajiban manajer dalam organisasi untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan meningkatkan kesejahteraan serta kepentingan masyarakat dan organisasi. Pemetaan pemangku kepentingan menawarkan cara sistematis untuk mengenali harapan, kebutuhan, kepentingan, dan kekuatan relatif dari berbagai pemangku kepentingan. B. Saran Demi mencapai sebuah keberhasilan, perusahaan harus mengintegrasikan pendidikan etika dalam pelatihan karyawan dan manajer. Di dalam manajemen perlu merumuskan dan mengkomunikasikan kebijakan (CSR) yang jelas, mencakup tanggung jawab terhadap semua pemangku kepentingan termasuk karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Melakukan pemetaan pemangku kepentingan secara sistematis untuk memahami harapan dan kebutuhan mereka dapat membantu perusahaan dalam merumuskan strategi (CSR) yang lebih efektif dan relevan. Sebaiknya, perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap inisiatif (CSR) dan melaporkan hasilnya kepada publik. Tidak hanya meningkatkan kredibilitas tetapi juga memungkinkan perbaikan berkelanjutan dalam praktik etis dan sosial. Dukungan aktif dari manajemen puncak sangat penting untuk memastikan bahwa (CSR) menjadi bagian dari integral dari strategi bisnis keseluruhan, bukan hanya sekedar kegiatan tambahan 31 DAFTAR PUSTAKA Richard L. Daft, Dorothy Marcic. 2022. "Understanding Management”. Cengage Learning.52-78 32

Use Quizgecko on...
Browser
Browser