Diagnosis Lesi Ulseratif Rongga Mulut PDF

Document Details

CalmAntigorite532

Uploaded by CalmAntigorite532

Hasanuddin University

drg. Erni Marlina, Ph.D, Sp.PM, SubSp. Inf (K)

Tags

oral medicine diagnosis ulcerative lesions medical presentation

Summary

This document presents a lecture on oral medicine, specifically focusing on the diagnosis and differential diagnosis of ulcerative and vesicobullous lesions in the oral cavity. Topics covered include various causes such as trauma, viral infections, and hypersensitivity reactions. The presentation is geared towards diagnosing and managing oral ulcers.

Full Transcript

ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Diagnosis dan Diagnosis Banding Lesi Ulseratif dan Vesikobulosa pada Jaringan Lunak Rongga Mulut PRESENTASI OLEH : drg. Erni Marlina, Ph.D, Sp.PM, SubSp. Inf (K) ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Single Ulcers...

ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Diagnosis dan Diagnosis Banding Lesi Ulseratif dan Vesikobulosa pada Jaringan Lunak Rongga Mulut PRESENTASI OLEH : drg. Erni Marlina, Ph.D, Sp.PM, SubSp. Inf (K) ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Single Ulcers Lesi multiple Kronis 01 Cedera Trauma yang Menyebabkan 03 Pemphigus Ulserasi Soliter Pemphigus Vulgaris (PV) Granuloma Ulseratif Traumatik (Ulkus Paraneoplastic Pemphigus (PNP) Eosinofilik pada Lidah) subepithelial Bullous Disorders Infection ulcer Bullous Pemphigoid (BP) Mucous Membrane Pemphigoid Lesi multiple akut [MMP] 02 Herpes Simplex Virus Infections Linear IgA Disease (LAD) Varicella Zoster Virus (VZV) Epidermolysis Bullosa Aquisita Infection Cytomegalovirus (CMV) (EBA) Infection Epstein-Barr Virus Infection Coxsackievirus Infection Hand-Foot-and-Mouth Disease (HFM) Necrotizing Ulcerative Gingivitis and Periodontitis 04 Ulcer oral recurrent Erythema Multiforme Stevens-Johnson Syndrome Recurrent Aphthous (SJS) Stomatitis (RAS) Toxic Epidermal Necrolysis (TENs) Behçet’s Disease (Behçet Plasma Cell Stomatitis Syndrome Oral Hypersensitivity Reactions ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Cedera Trauma yang Menyebabkan Ulserasi Soliter Defenisi Penyebab paling umum ulcer Tunggal: trauma. Ulcer tunggal: trauma mekanis, termal, atau kimiawi di mukosa atau compromise vaskular Trauma mekanis/ fisik: cedera gigitan, maloklusi, protesa gigi yang tidak pas, menyikat gigi, tindikan (oral piercings) Cedera termal: mukosa palatal  menelan makanan dan minuman panas (seperti pizza atau kopi panas). iatrogenik dari cedera termal: instrumen gigi panas yang menyentuh mukosa Trauma kimiawi: Menghisap, mengunyah, atau kontak obat (aspirin atau bifosfonat oral), Obat kumur kandungan alkohol, hidrogen peroksida, atau fenol tinggi (terlalu sering atau tidak diencerkan) Kontak monomer metakrilat yang berkepanjangan pada mukosa: nekrosis mukosa. mukosa: bahan kimia yang digunakan dalam endodontik jika bahan kimia tersebut terdorong melewati apeks gigi ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Gambaran klinis muncul sebagai area nyeri tekan dan eritema yang berkembang Ulcer traumatik pada lidah Ulcer dari pizza panas pada menjadi ulser dalam beberapa lateral, penyembuhan mukosa palatal jam setelah cedera, irregular, berwarna putih keabuan ulcer akibat compromise vaskular seperti sialometaplasia nekrotikans dan lesi vaskulitis berlangsung selama berminggu- minggu dan berbulan-bulan. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan Diagnosis banding Tidak diperlukan : riwayat cedera jelas Menghindari cedera ulang: Karsinoma sel skuamosa pada lokasi tersebut. faktor penyebab Kultur diperlukan: tidak sembuh atau Steroid topikal timbul nanah, yang mengindikasikan infeksi bakteri sekunder Biopsi: ulkus tidak sembuh dalam beberapa minggu. Jika terjadi kebocoran tambalan endodontik dicurigai: Ro foto periapikal ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Traumatic Ulcerative Granuloma (Eosinophilic Ulcer of Tongue) Defenisi Epidemiologi Etiopatogenesis Kondisi ulseratif rongga mulut ini dianggap pada dua tahun ulseratif rongga mulut ini dianggap bersifat traumatis, pertama kehidupan, bersifat traumatis, meskipun kurang Lesi serupa terlihat pada lidah ventral pada dimana lesi dari 50% pasien mengingat riwayat bayi disebabkan oleh lidah yang menempel berhubungan dengan cedera pada gigi seri primer yang baru tumbuh, erupsi gigi primer. kondisi ulseratif akut atau kronis kondisi yang dikenal: penyakit Riga-Fede. pada orang dewasa lainnya yang tidak diobati dapat Pasien disautonomia familial dan kondisi pada dekade kelima menjadi dalam dan menembus. lainnya, seperti sindrom Riley-Day dan dan keenam sindrom Lesch-Nyhan, memiliki ketidakmampuan bawaan merasakan sakit, sering mengalami ulkus ulseratif dan nekrotik yang serupa karena tidak menyadari cedera yang ditimbulkan sendiri. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Gambaran klinis Anak-anak: ulcer lidah ventral anterior atau dorsal: erupsi gigi seri mandibula atau maksila Lidah: > sering posterior dan lateral. sekitar 60% kasus dewasa Ulcer tampak jelas, dengan eritema dan keratosis di sekitarnya ada selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan Ukuran 0,5 cm - sentimeter. Jaringan di sekitarnya biasanya: indurasi dan lesi yang sudah berlangsung lama sering kali mengalami tekanan Granuloma ulseratif traumatik pada Lokasi lain: mukosa bukal dan mukosa labial, dasar mulut, dan semua mukosa bukal, perhatikan penampilan lokasi di mana terdapat banyak musculus skeletal. ulkus yang tertekan dan keratosis di 5% bersifat multifokal, dan kekambuhan jarang terjadi. sekitarnya. Dalam beberapa kasus, lesi muncul sebagai massa polipoid yang ulserasi, berbentuk jamur di lidah lateral ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang Anamnesis cermat penting untuk menyingkirkan trauma yang Biopsi diperlukan: berkelanjutan pada lokasi tersebut, memastikan diagnosis klinis Steroid dan untuk menyingkirkan Debridemen keganasan atau kondisi Penggunaan nightguard pada gigi bawah: membantu lainnya mengurangi trauma pada malam hari akibat kebiasaan parafungsional ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infection ulcer Bacterial infection Syphilis Defenisi Epidemiologi sifilis disebabkan oleh Prevalensi global sifilis: Treponema pallidum, bakteri 0,5%.untuk pria, spirochete. Infeksi ini terutama wanita: antara 0,1% terjadi melalui hubungan hingga 1,6% seksual. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infection ulcer Bacterial infection Syphilis Gambaran klinis patch sifilis pada palatum durum sifilis primer infeksi sifilis aktif 3 tahap: primer, sekunder, dan tersier. Infeksi primer: bulan pertama: ulcer genital tanpa rasa sakit (chancre) di tempat inokulasi awal, limfadenopati sifilis sekunder: infeksi yang menyebar, bermanifestasi: ruam difus (telapak tangan dan telapak kaki), mulut: mucous patches sifilis tersier: jarang terjadi, menunjukkan infeksi kardiovaskular (aneurisma, regurgitasi aorta, penyakit oklusif ostial koroner. atau gumma sifilis Sifilis dapat ditularkan dari ibu terinfeksi ke anaknya selama kehamilan: sifilis Sifilis primer: ulserasi bibir kongenital  kelainan tulang, anemia berat, penyakit kuning, hepatomegali, bawah yang tidak teratur splenomegali, kebutaan, tuli, meningitis, atau ruam kulit. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infection ulcer Bacterial infection Syphilis Gambaran klinis ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infection ulcer Bacterial infection Syphilis Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan Diagnosis banding berdasarkan durasi dan tingkat Traumatic ulcer tes treponemal (TPHA) dan keparahan penyakit Angular cheilitis nontreponemal nontreponemal sifilis dini (> sering terkena: palatum, lidah, bibir, dan beberapa daerah di Amerika gingiva Utara, sedangkan kasus penyakit paru menyerupai tuberkulosis, sporadis telah dilaporkan di bermanifestasi dengan demam, pe BB, keringat Amerika Selatan, India, dan malam, dan batuk terus-menerus Afrika. Lesi kulit bisa soliter atau multipel dan tampak seperti plak papulopustular dan verukosa berbatas tegas dengan kerak bersisik. Ulserasi sentral dapat terjadi dan menyerupai pioderma gangrenosum. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infection ulcer Fungal infection Blastomycosis Penatalaksanaan Pemeriksaan Penunjang Diagnosisi banding Pengobatan pilihannya: itrakonazol Deteksi jamur lebih mudah Squamous cell carcinoma {misalnya, 200-400 mgfd selama3-6 dengan pewarnaan khusus TUberculous chancre bulan), atau flukonazol (misalnya, seperti PAS atau GMS. Kultur Syphilitic chancre 400-800 mg/hari).Vorikonazol juga juga dapat membantu dalam Other systemic fungal dapat digunakan. diagnosis. infections Dalam kasus > parah dan pada pasien dengan gangguan kekebalan, amfoterisin B parenteralliposomal diberikan sendiri atau dalam kombinasi dengan itrakonazol atau flukonazol. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Acute multiple lesion Keluarga virus Herpesviridae mengandung delapan virus berbeda yang patogen pada manusia Virus ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Herpes Virus Herpes (HSV) Defenisi Epidemiologi Terdiri dari 2 tipe: HSV1 dan HSV 2 HSV 1: merupakan pathogen virus virus α-herpes, adalah utama pada infeksi mulut,.Virus virus yang ada di mana- masuk melalui permukaan mukosa mana, dan 54% orang atau kulit, bereplikasi dengan cepat di dewasa berusia 14-49 neuron, dan biasanya menimbulkan tahun antara 2005-2014 infeksi laten di badan sel saraf. di Amerika Serikat Infeksi primer yang terjadi pada kontak awal dengan virus, sedangkan seropositif infeksi sekunder yaitu virus yang reaktif (HSV berulang) HSV-1 mengenai pinggang ke atas, HSV-2 mengenai pinggang ke bawah ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Herpes Virus Herpes (HSV) Manifestasi klinis Primary Herpetic Gingivostomatitis (PHGS) Sebagian besar infeksi HSV-1 primer bersifat subklinis dan umumnya terjadi pada anak-anak dan remaja gejala prodromal: demam, malaise. Gejala klinis: Rasa terbakar, nyeri, kesulitan makan, kehilangan nafsu makan beberapa hari setelah prodromal, eritema dan Diagnosis Banding: Herpangina, Drug-induced kelompok vesikel dan/atau ulcer muncul pada stomatitis, Erythema multiforme, Stevens-johnson mukosa keratin dari mukosa palatal. attached syndrome, Hand-foot-and-mouth disease, Acute gingiva and dorsum lidah, dan mukosa nonkeratin: necrotizing ulcerative gingivitis mukosa buccal and labial, ventral lidah, dan palatum lunak Vesikel menjadi ulcer ukuran 1-5 mm Gingiva sering eritematous, nyeri, kesulitan makan Infeksi HSV primer pada orang dewasa mengikuti pola yang sama Greenberg p.37 , color atlas of oral duisease 4td edition p158. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Herpes Virus Herpes (HSV) Infeksi rekurren oral HSV HSV rekurren pada bibir disebut herpes labialis berulang (RHL) dan terjadi pada 20 hingga 40% populasi dewasa muda prodrom gatal, kesemutan, atau terbakar sekitar 50% dari waktu, diikuti Diagnosis Banding RIH: Diagnosis banding Herpes secara berurutan oleh munculnya PHGS labialis: papula, vesikel, ulcer, krusta, dan nyeri Early herpes zoster Syphilitic chancre HSV intraoral recrudescent (RIH) terjadi Aphthous ulcers Traumatic erosions terutama pada mukosa keratin dari Hand-foot-and-mouth disease Impetigo mukosa palatal, attached gingiva, Streptococcal stomatitis dorsum lidah Primary and secondary syphilis Ulcer tunggal atau berkelompok 1 (chancre. syphilitic plaques) hingga 5 mm dengan batas eritema Traumatic erosions ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan Titer Imunoglobulin (Ig) M ↑ Self limiting disease (KIE, Bed Infeksi berulang: titer antibodi IgG ↑ rest) , isolasi mandiri Antalgesik antipiretik: demam Agen antivirus (acyclovir, famdclovir, valacyclovir) adalah Diagnosis Banding terapi lini pertama. Pengobatan harus dimulai selama 3 hingga 4 hari pertama setelah timbulnya gejala anak-anak: suspensi oral acyclovir d kortikosteroid Greenberg p.40 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Varicella Zoster Virus (VZV) Defenisi Epidemiologi Infeksi primer dengan VZV, sebuah α- tidak ada perbedaan berdasarkan usia, herpesvirus  varicell (chicken pox) ras, atau jenis kelamin mengenai infeksi ditularkan melalui tetesan atau kontak dekat oleh VZV dengan lesi (yaitu, ruam kulit cacar air), Lebih dari 90% populasi dunia terinfeksi biasanya timbul pada anak-anak prasekolah pada usia 15 tahun. virus ini lalu menjadi laten, biasanya di ganglia Insidensi HZI ↑ seiring bertambahnya usia akar dorsal atau ganglia saraf kranial dan tingkat penekanan imun. Reaktivasi menghasilkan infeksi herpes zoster Terdapat 1,5 hingga 3 kasus HZI per 1000 (HZI) disebut shingles subjek; ini meningkat menjadi 10 per 1000 Penularan: jalur pernapasan, dengan masa pada yang berusia di atas 75 tahun. masa inkubasi 2 sampai 3 minggu. pasien yang menjalani kemoterapi kanker, komplikasi lanjutan dari HZI: Postherpetic pada pasien yang sedang terapi obat neuralgia  neuropati yang diakibatkan oleh penekan imun kronis (seperti pasien yang cedera sistem saraf perifer dan pusat perifer yang telah menerima transplantasi organ), dan saraf pusat dan pada pasien dengan AIDS Greenberg p.41, contemporary p.988 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Gambaran klinis Chicken pox: prodromal: malaise, sakit kepala, faringitis, dan demam ringan. Dalam 2 hingga 3 hari ruam kulit makulopapular, eritematosa berkembang yang dengan cepat menjadi vesikel dan pustula yang pecah meninggalkan erosi Chicken pox: herald spot pada Varicella (chicken pox): vesikel kecil, ditutupi oleh krusta lateral ke mata dekat mid line pola musiman dengan wabah terjadi pada musim gugur Lesi mulut sering dan mendahului keterlibatan kulit, Manifestasi oral: vesikel kecil berwarna white-opaque pecah ulserasi, dikelilingi halo red pada palatum dan mukosa bukal. Greenberg p.41, c, ontemporary 988, color atkas of oral disase p. 164, Robert Lang lais p.187 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Gambaran klinis Pada infeksi VZV berulang: divisi oftalmik saraf trigeminal (V) adalah saraf kranial yang paling sering terkena (herpes zoster ophthalmicus); Keterlibatan saraf ini menyebabkan lesi pada kelopak mata atas, dahi, dan kulit kepala dengan V1; bagian tengah wajah dan bibir atas dengan V2; dan wajah bawah dan bibir bawah dengan V3 Lesi wajah herpes zoster lesi palatal herpes zoster demam, malaise, dan sakit kepala juga dapat terjadi.. yang melibatkan divisi yang melibatkan divisi etelah 2 hingga 4 hari, fase erupsi mengikuti, ditandai oleh ketiga saraf trigeminal. kedua saraf trigeminal makulopapula yang sdikelompokkan pada dasar eritematosa, yang dengan cepat membentuk vesikel dan dalam 2 sampai 3 hari berkembang menjadi pustula. Lesi baru terus muncul selama beberapa hari. Kelenjar getah bening regional Kelenjar getah bening regional biasanya lunak dan membesar. Distribusi lesi unilateral adalah ciri klinis yang paling khas dari herpes zoster Lesi mukosa hampir identik dengan lesi kulit. Greenberg p.41, contemporary 988, ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Penatalaksanan Pemeriksaan penunjang Chicken pox: simtomatik Chicken pox: berdasarkan riwayat Antipiretik klinis dan gambaran. Klinis Pruritus ruam: lokal calamine atau antihistamin oral. Mandi air Diagnosis herpes zoster orofasial hangat: natrium bikarbonat atau kalium permanganat juga dapat berdasarkan manifestasi klinis digunakan untuk meredakan gatal. Identifikasi DNA VZV dan konfirmasi Antivirus: valacyclovir, famciclovir, atau acyclovir serologis retrospektif infeksi VZV Vaksinasi antara 2 dan 6 tahun:i pencegahan (yaitu, peningkatan antibodi spesifik 4x Shingles/ HZI: penggunaan asiklovir (800 mg lima kali sehari), lipat atau lebih antara fase akut dan valacyclovir (1000 mg tiga kali sehari atau 1500 mg dua kali sehari), fase pemulihan Famciclovir (500 mg tiga kali sehari) selama 7 hari Pemeriksaan darah lengkap Terapi kombinasi dengan kortikosteroid selama neuralgia postherpetic : gabapentin, lidokain 5%, dan capsaicin topikal 0,025–0,8%, dan pengobatan lini kedua: antidepresan trisiklik dan kortikosteroid. Greenberg p.41, contemporary 988, ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Diagnosis banding Chicken pox: Shingles/ HZI: Primary herpetic gingivostomatitis Secondary herpetic Aphthous ulcers stomatitis Herpangina Varicella Hand-foot-and-mouth disease Erythema multiforme Drug eruption Herpangina Measles Greenberg p.41, contemporary 988, ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infeksi Citomegalovirus (CMV) Defenisi Epidemiologi CMV adalah virus β-herpes 50 hingga 100% dari populasi di seluruh CMV atau HHV-5 ciri-ciri sama dengan virus herpes lainnya: dunia dan 50% dari populasi AS telah infeksi primer-fase laten-reaktivas terpapar bayi baru lahir, pasien dengan AIDS, penerima transplantasi, dan pasien imunosupresi lainnya dengan AIDS berada pada peningkatan risiko untuk infeksi CMV. Ditularkan melalui cairan biologis (air liur, darah, air seni, air mani, air susu ibu, cairan vagina), jaringan transplantasi, dan tinja. Setelah infeksi primer, CMV dapat tetap dalam keadaan laten sepanjang hidup inang dan sangat jarang bergejala. Pengaktifan kembali hasil virus dalam infeksi berulang. Struktur yang > sering terlibat: jaringan limfoid, paru-paru, hati, saluran pencernaan, retina, kelenjar ludah dan sistem saraf pusat, terutama pada bayi baru lahir. Greenberg p.43, color atlas of oral disease p. 166 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infeksi Citomegalovirus (CMV) Gambaran Klinis Tanda dan gejala: demam, sakit tenggorokan, batuk, faringitis, malaise, mialgia, nyeri sendi, sakit perut, diare, limfadenopati, hepatosplenomegali, adenopati, dan iritasi meningeal. Kadang-kadang, makulopapular, erupsi kulit pruritik dan petechiae dapat terlihat. Selain itu, ulserasi Ulkus cytomegalovirus pada hairy Infeksi Cytomegalovirus. Ulcer atipikal genital dan perianal leukoplakia pada pasien dengan gingiva. infeksi CMV mucocutaneous (kebanyakan perianal) pada AIDS. pasien dengan human deficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) mukosa mulut : atypical ulcer, 0,5 hingga 1,0 cm sialadenitis yang nyeri pada kelenjar ludah minor dan mayor. Dalam kasus seperti itu, pembesaran kelenjar ludah utama dan xerostomia dapat terjadi Komplikasi: gangguan mata, pneumonia, miokarditis, gangguan gastrointestinal dan hematologis, keterlibatan SSP Greenberg p.43, color atlas of oral disease p. 166 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang Diagnosis banding Nyeri: anestesi topikal dan analgesik Kultur virus Infectious mononucleosis sistemik sesuai kebutuhan, dengan Teknik lain yang tersedia Herpes simplex modifikasi pola makan yang tepat dan termasuk PCR dan uji Traumatic ulcer hidrasi yang baik imunosorben terkait enzim Chancre Manajemen infeksi CMV aktif berada di {ELISA) Nonspecific oral ulceration bawah kewenangan spesialis penyakit Pemeriksaan histologis HIV disease menular ditandai dengan sel-sel besar Toxoplasmosis ganciclovir 5 mg/kg IV dua kali sehari, yang terinfeksi CMV yang valganciclovir (ester valine dan prodrug telah digambarkan sebagai oral ganciclovir dengan bioavailabilitas "owl eye-like“ patognomonik ganciclovir sekitar 10 kali lipat) 900 mg dua kali sehari, foscarnet, atau cidofovir. Greenberg p.43, color atlas of oral disease p. 166 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infection Epstein-Barr Virus Defenisi Mononukleosis Infeksius infeksi utama EBV dan muncul sekitar 5 minggu setelah Virus Epstein Barr (EBV) adalah virus herpes γ-1 infeksi virus. menimbulkan berbagai penyakit klinis: terjadi pada orang dewasa muda mononukleosis menular, oral hairy leukoplakia, Gambaran klinis mononukleosis menular: faringitis, dan sejumlah keganasan memengaruhi kepala pireksia, limfadenopati serviks, dan kemungkinan mual dan leher (terutama limfoma sel T pembunuh dan sakit perut karena hepatitis danhepatosplenomegali. alamiah ekstranodal (ENKTCL), beberapa ruam makulopapular merah muda yang lebih parah jika limfoma non-Hodgkin dan karsinoma nasofaring). pasien diberi antibiotik jenis ampisilin. Virus Epstein Barr ditularkan melalui air liur terjadi kelesuan yang mendalam yang mendominasi gejala klinis Terapi: pengurangan gejala yang menyakitkan. Kelesuan akan sembuh secara spontan, tetapi dalam beberapa minggu. Terapi antivirus biasanya tidak diperlukan, dan antibiotik atau kortikosteroid untuk faringiti satau edema faring biasanya tidak digunakan Greenberg ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Infection Epstein-Barr Virus Oral Hairy Leukoplakia (OHL) OHL: infeksi sekunder dari EBV bermanifestasi: bercak putih yang melekat, homogen, kadang-kadang seperti rambut, pada aspek lateral lidah dan kadang-kadang pada permukaan dorsal atau ventral pada individu gangguan kekebalan (misalnya, infeksi HIV yang tidak OHL terkait dengan terdiagnosis atau tidak diobati, imunosupresi iatrogenik, dan jarang terjadi kandidosis oral pada pada diabetes melitus atau sekunder akibat penggunaan inhaler pasien dengan infeksi HIV kortikosteroid) Lesi plak putih dan agak meninggi, yang tidak dapat dihilangkan Diagnosis OHL : pemeriksaan histopatologis jaringan lesi, yang akan menunjukkan hiperkeratosis, acanthosis, kemungkinan koilosit yang membengkak di s. spinosum, dan kurangnya infiltrat inflamasi yang menonjol di dermis Lesi sembuh dengan terapi antiretroviral. Prognosis: Pasien AIDS: masa hidup lebih pendek, Koinfeksi virus hepatitis B: keadaannya makin memburuk Contemporary p. 991 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Coxsackie virus Infection Defenisi dan Gambaran klinis Coxsackievirus (CV), virus asam ribonukleat (RNA): genus Enterovirus dan famili Picornaviridae Rongga mulut Infeksi CV 3 entitas penyakit: penyakit tangan- kaki-dan-mulut (HFMD), herpangina, dan faring limfonodular HFMD: menyerang bayi dan anak-anak berusia antara 3 dan 10 tahun. jenis virus Coxsackie, terutama A 16 dan, > jarang, AS, A9, dan AlO. Demam ringan, ruam berwarna merah dan makula vesikular. Masa inkubasi adalah dari 3-7 hari Lesi kulit: vesikel kecil dan keruh, berjumlah 1-50, dikelilingi lingkaran merah pada aspek lateral dan dorsal jari, kaki, telapak tangan, dan telapak kaki, lesi dapat muncul di bokong, lutut, dan ekstremitas Rongga mulut: vesikel berjumlah 5 hingga 30, pecah  ulcer dangkal, sedikit nyeri (diameter 2-6 mm), dikelilingi oleh halo eritema Greenberg, color atlas of oral disease ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Herpangina Defenisi, Gambaran klinis Herpangina: infeksi akut disebabkan virus Coxsackie kelompok A, tipe 1 hingga 6, 8, 1 0, dan 22 dan kadang- kadang jenis lainnya. insiden puncak selama musim panas dan musim gugur, > sering, anak-anak dan dewasa muda. demam mendadak, mulai dari 38 - 40"C, sakit kepala, disfagia, sakit tenggorokan, mual, dan malaise waktu 24-48 jam, peradangan akut pada mukosa mulut posterior dan orofaring banyak vesikel kecil, berdiameter 2-5 mm Vesikel menjadi konfluen dan segera pecah menjadi ulcer dangkal yang nyeri di langit-langit lunak dan uvula, amandel, pilar faucial, dinding faring posterior, dan, jarang, lidah posterior. Diagnosis didasarkan pada riwayat dan ciri klinis Greenberg, color atlas of oral disease ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Penatalaksanaan Diagnosis Banding perawatan suportif, dan membatasi Herpagina: Primary herpetic kontak dengan orang lain untuk gingivostomatitis, Herpetiform mencegah penyebaran infeksi aphthous ulcers, Hand-foot-and- Agen antivirus yang efektif untuk CV mouth disease. Streptococcal stomatitis and pharyngitis, Gonococcal stomatitis, Acute lymphonodular pharyngitis, Erythema multiforme Pemeriksaan penunjang HMFD: Herpangina, Herpetiform aphthous ulcers, Minor aphthous biasanya tidak perlu ulcers, Secondary herpetic Isolasi virus dari kultur lesi kulit stomatitis dan uji PCR adalah tes diagnostik laboratorium yang berguna dalam kasus yang meragukan. color atlas of oral disease p.170 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG) and Periodontitis (NUP) Defenisi NUG sebelumnya: gingivitis ulcerative nekrotik akut (ANUG), dan > parah, necrotizing ulcerative periodontitis (NUP) Selama Perang Dunia I, NUG: trench mouth NUG dan NUP memiliki hubungan yang kuat: penekanan kekebalan tubuh (terutama AIDS), merokok, stres, kebersihan mulut yang buruk, trauma lokal, dan pasokan makanan yang terkontaminasi. Diabetes menjadi faktor risiko Mikroba:Treponema, Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum, spesies Peptostreptococcus, Porphyromonas gingivalis, spesies Selenomonas, Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan Campylobacter NUG dan NUP menyebar cepat dari gingiva ke periodontium dan ke jaringan lunak  cancrum oris, noma, atau gangren orofacial Fusobacterium necrophorum berperan: NUP menjadi cancrum oris greenberg ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Necrotizing Ulcerative Gingivitis and Periodontitis Gambaran klinis NUG dan NUP dapat atau tidak dengan demam dan malaise limfadenopati submandibular biasanya ada NUG memiliki onset yang cepat dan akut. Gejala pertama: NUG dengan papila NUP dengan dengan saliva yang berlebihan, rasa logam, dan sensitivitas interdental yang lubang, osteonekrosis pada gingiva dan nyeri. d erythematous dengan ulserasi yang nekrotik, dan ulserasi. pasien dengan AIDS tersebar, biasanya pada papila interdental, marginal gingiv, pendarahan gingiva. Malodor, penumpukan plak gigi di sekitar gigi Pada pasien dengan AIDS, prevalensi NUP sangat memprediksi jumlah CD4 di bawah 200 sel / mm3. Dalam populasi ini; area ini dapat menyebabkan osteonekrosis atau nekrosis jaringan lunak tanpa pengobatan, tingkat kematian adalah 70 hingga 90% greenberg ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Necrotizing Ulcerative Gingivitis and Periodontitis Penatalaksanaan Diagnosis Banding Pemeriksaan penunjang perawatan suportif dan pengendalian Nyeri Perawatan definitif NUG dan NUP : PHGS Sekresi dari sulkus gingiva debridemen. Penggunaan kumur Gingivitides menumbuhkan flora campuran klorheksidin deskumatif tetapi khususnya akan positif Pasien dengan penyakit dan/atau gejala (disebabkan oleh dengan kultur atau PCR untuk sistemik lebih luas memerlukan antibiotik: lichen planus, spesies Treponema, Prevotella anaerob gram negatif, seperti β-laktam, pemphigoid selaput intermedia, Fusobacterium metronidazole,yang memiliki sedikit lendir, pemphigus nucleatum, dan bakteri lain aktivitas terhadap spirochetes vulgaris, dan reaksi Operasi periodontal mungkin diperlukan hipersensitivitas) untuk memperbaiki defek gingiva dan periodontal. Greenberg 47,48 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Erythema Multiforme, Stevens-Johnson Syndrome (SJS), TEN Defenisi Epidemiologi Eritema multiforme (EM): penyakit mukokutan akut, EM: berusia antara 20 dan 40 tahun, sembuh sendiri, inflamasi yang bermanifestasi pada dengan 20% terjadi pada anak-anak. kulit dan sering pada mukosa mulut, dan genitalia reaksi hipersensitivitas terhadap agen infeksius (mayoritas kasus HAEM, atau obat-obatan  DIEM EM minor jika keterlibatan kulit < 10% dan keterlibatan membran mukosa minimal atau tidak ada, EM mayor memiliki keterlibatan kulit yang > luas tetapi masih khas, dengan mukosa mulut dan membran mukosa lainnya yang terkena Greenberg 47,48 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Erythema Multiforme prodromal demam, malaise, sakit kepala, sakit tenggorokan, rinorea, dan batuk infeksi virus (HAEM) Lesi kulit makula merah yang menjadi papular, dimulai Diagnosis Banding: terutama di tangan dan bergerak sentripetal ke arah Stevens-johnson syndrome batang dalam distribusi simetris  lesi "target" atau Toxic epidermal necrolysis "iris". Kulit terasa gatal dan terbakar Primary herpetic oral: eritema dan erosi ringan hingga ulserasi nyeri gingivostomatitis Parah: kesulitan makan, minum, dan menelan. Systemic lupus erythematosus Keterlibatan bibir yang luas dengan peradangan, Pemphigus ulserasi, dan krusta Mucous membrane Kadar IgG dan IgM bukanlah tes yang dapat pemphigoid diandalkan. Pemeriksaan Histopathologis diindikasikan Kawasaki's disease Terapi: Steroid topical, steroid sistemik Recurrent aphthous ulcers HAEM: antivirus : terkait HSV berulang menggunakan 500 mg valacyclovir dua kali sehari atau 250 mg famciclovir 2x sehari EM yang tidak terkait HSV merespons dengan baik terhadap azatioprin (100–150 mg/hari) Greenberg 47,48 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Stevens-Johnson Syndrome (SJS), TEN Epidemiologi SJS dan nekrolisis epidermal toksik (TEN): merupakan kelainan Suku Han Cina: SJS/TEN akibat mukokutaneus nekrolitik berat yang langka yang diakibatkan oleh antikonvulsan aromatic seperti hipersensitivitas terhadap obat-obatan dan secara klinis dan karbamazepin, fenitoin, dan etiopatogenetik berbeda dari EM lamotrigine sangat terkait dengan Diagnosis SJS: keterlibatan permukaan tubuh < 10%, sindrom HLA-B*1502138 sementara HLA- tumpang tindih , SJS-TEN jika 10–30% permukaan tubuh terlibat B*5801 sangat terkait dengan TEN jika >30% terlibat.136,137 Angka kematian SJS dan TEN SJS/TEN yang terkait dengan masing-masing adalah 1–5% dan 25–35% allopurinol secara universal. SJS dan TEN: prodromal demam dan malaise serta erupsi makula, papula, lesi target atipikal, vesikel, dan bula yang meluas Obat pemicu yang paling umum termasuk allopurinol (paling umum), antikonvulsan, antibiotik, dan NSAID Permukaan mukosa mata, genitalia, dan mulut hampir selalu sangat terpengaruh oleh SJS/TEN, selalu dengan keterlibatan kulit Manifestasi oral yang khas: krusta hemoragik pada vermilion dan ulserasi luas serta eritema pada permukaan mukosa oral dan lainnya Greenberg 47,48 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Stevens-Johnson Syndrome (SJS), TEN Penatalaksanaan Perawatan pasien dengan Stevens-johnson: di unit perawatan intensif atau unit luka bakar oleh tim spesialis Perawatan suportif diindikasikan: pemeliharaan jalan napas dan stabilitas hemodinamik, penggantian cairan, dan koreksi elektrolit kortikosteroid sistemik, imunosupresan, thalidomide, tumor necrosis factor a (TNF-a) antagonistik, misalnya, inOiximab, etanercept, plasmapheresis, hemodialisis, dan pemberian parenteral lg pengobatan dengan imunoglobulin intravena (IVIg) sebanyak 1 gfkg/hari selama 3 hari berturut-turut (dosis total 3 gjkg) atau dosis total 4 gjkg selama 4 hari Diagnosis banding: Generalized bullous fixed drug eruption, Systemic lupus erythematosus , Pemphigus , Bullous pemphigoid , Sweet's syndrome , Graft-versus-host disease ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Plasma Cell Stomatitis (PCS) and Oral Hypersensitivity Reactions Defenisi PCS adalah reaksi hipersensitivitas, pertama kali akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, merupakan stomatitis kontak terhadap komponen permen karet kemungkinan disebabkan oleh kontaktan Komponen pasta gigi, permen mint, pembersih rumah tangga sekelompok kondisi yang memiliki manifestasi yang tidak menentu. Reaksi hipersensitivitas oral dapat terjadi dalam bentuk berikut: 1. Timbulnya ulcer akut seperti pada EM oral 2. Lesi retikulasi merah dan putih dari reaksi hipersensitivitas likenoid 3. Erupsi obat yang menetap 4. Erosi dan eritema yang nyata terutama pada gingiva dengan atau tanpa ulserasi yang disebut stomatitis sel plasma (PCS). 5. Pembengkakan bibir/angioedema 6. Sindrom alergi oral yang terutama muncul dengan gejala gatal dengan atau tanpa pembengkakan struktur mulut dan orofaring ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Plasma Cell Stomatitis (PCS) and Oral Hypersensitivity Reactions Gambaran klinis, penatalaksanaan PCS terjadi dalam beberapa hari setelah terpapar kontakta gejala terbatas pada rongga mulut.,dapat memengaruhi Ginivitis sel plasma hadir jaringan periorificial atau orofaring,  gejala saluran napas sebagai gingivitis deskumatif atas: suara serak, disfagia, dan obstruksi saluran napas ringan makula eritematosa terang di rongga mulut: gingiva marginal dan perlekatan, mukosa alveolar,i sulkus maksilaris dan mandibula, lidah, atau mukosa bukal Diagnosis banding Ulkus mungkin ada, ada pengelupasan epitel sloughing dan deskuamasi. Gingiva juga mungkin bengkak dan edema erythematous/erosive nyeri dan sensitivitas serta pendarahan pada gingiva saat lichen planus, autoimmune menyikat gigi. Cheilitis angular dengan bibir pecah-pecah dan vesiculobullous disorders: kering, atrofi mucous membrane Terapi: kontrol nyeri dan agen anti-inflamasi: Steroid topikal pemphigoid, pemphigus Gingivectomi mungkin diperlukan vulgaris. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Pemphigus Pemphigus Vulgaris (PV) Epidemiologi Defenisi Pemphigus  Pemphix  gelembung atau lepuhan orang dewasa di atas usia 60 Kelompok penyakit autoimun berpotensi mengancam nyawa dengan ciri khas tahun, kadang-kadang orang lepuhan epitel yang mempengaruhi permukaan kutan dan/atau mukosa dewasa muda. Lepuhan intraepitel,  vesikel atau bulla superfisial  ruptur  ulserasi Pemfigus mempengaruhi 3–15 Penyakit mukokutan dimediasi imun, dimediasi oleh auto-antibodi yang diarahkan pasien per juta penduduk per pada protein adhesi keratinosit (desmosom) yang menyebabkan akantolisis. tahun, > sering perempuan PV >> sering menyerang rongga mulut, autoantibodinya terutama ditujukan terhadap desmoglein 1 dan 3 (bentuk mukokutan) atau hanya 3 (bentuk mukosa). Etiopatogenesis Antibodi serum, terutama IgG (khususnya kelas IgG4) diarahkan terutama desmosom pada epitel skuamosa berlapis. Deposit imun antar sel (terutama IgG dan C3), dapat dideteksi secara intraepitel. Respon antigen-antibodi pada permukaan epitel mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin  kerusakan pada molekul adhesi sel epitel tipe cadherin desmosomal, khususnya Dsg 3 dan plakoglobin  hilangnya kontak sel-sel (akantolisis),  vesikulasi intraepitel ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Pemphigus Pemphigus Vulgaris (PV) Gambaran klinis Nikolsky sign (+) Permukaan mukosa yang terlibat: rongga mulut, konjungtiva, genitalia, saluran pernapasan bagian atas Lesi: bula berdinding tipis dan lembek pada membran mukosa atau kulit normal atau eritematosa Lepuh atau bula nyeri, berisi cairan muncul di mulut dan pecah dalam beberapa jam  ulcer dangkal irreguler Ulcer bertahan berminggu-minggu atau berbulan-bulan, tetapi lesi baru muncul kembali selama proses penyakit. ini dapat bertahan selama berbulan-bulan tanpa gangguan kesehatan yang nyata, tetapi lesi kulit, malaise, dan pe BB dapat terjadi pada tahap selanjutnya. Lesi ini pecah dan meninggalkan area yang sebagian terbuka dengan ukuran bervariasi yang membesar saat epitel terlepas dari pinggiran. Lesi kulit terlihat seperti erosi dan sembuh tanpa jaringan parut. Area kulit yeng terkena: batang tubuh, area tekanan, selangkangan, dan aksila Lesi: bula berdinding tipis dan lembek pada membran mukosa atau kulit normal atau eritematosa ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Gambaran hostopatologis Pemisahan sel, yang disebut akantolisis, terjadi di Pemphigus Pemphigus Vulgaris (PV) lapisan bawah s. spinosum Penatalaksanaan Sel basal tetap melekat pada membran basal dan diumpamakan sebagai ‘deretan batu nisan’/ row of First-line therapy: kortikosteroid tombstones Second-line therapy: Pertimbangkan untuk beralih ke Ruang intraepitel yang dihasilkan mengandung agen pengganti kortikosteroid: azathioprine atau neutrofil, eosinofil dan mengambang bebas mycophenolate mofetil atau rituximab sel epitel yang berbentuk bulat telur karena Third-line therapy: Pertimbangkan pilihan hilangnya perlekatan desmosomal dan reaksi berdasarkan penilaian kebutuhan pasien secara tonofilamen. individu konsensus MDT: Inti sel dapat membesar, sel epitel lepas ini disebut  Siklofosfamid sel Tzanck.  Imunoadsorpsi  Imunoglobulin intravena(IVIG)  MetotreksatPlasmaferesis atau pertukaran plasma Contemporary, greenberg ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Pemphigus Pemphigus Vulgaris (PV) Diagnosis Banding Pemeriksaan penunjang Prognosis Bullous pemphigoid Sedang, (lesi oral memiliki Dermatitis herpetiformis rekurensi tinggi) Erythema multiforme Familial benign pemphigus (Hailey-Hailey disease) Linear IgA dermatosis Pemphigus erythematosus Pemphigus foliaceous Pemphigus herpetiformis Drug-induced pemphigus vulgaris IgA pemphigus Paraneoplastic pemphigus Reference: Little, James W., Craig SM., Nelson LR. Little And Falace’s: Dental Management Of The Medically Compromised Pasien. Ninth Edition. Elsevier: St. Louis, Missouri.P. 1-18 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Paraneoplastic Pemphigus (PNP) Defenisi Epidemiologi PNP adalah penyakit lepuh parah yang Pemphigus paraneoplastik sebagian besar langka yang pertama kali dilaporkan pada pada pasien berusia 45-70 tahun, lima pasien pada tahun 1990 prevalensi yang sama pada kedua jenis Penyakit multiorgan yang terkait dengan kelamin. neoplasma dapat mendahului timbulnya penyakit, muncul bersamaan, atau setelahnya. Tumor yang mendasarinya paling Etiopatogenesis sering: limfoma non-Hodgkin diikuti: leukemia limfositik kronis, timoma, atau penyakit PNP mengembangkan autoantibodi IgG Castleman terhadap beberapa antigen (desmoglein 3, PNP juga disebut: sindrom multiorgan desmoglein 1, dan berbagai protein dari autoimun paraneoplastik (PAMS) famili plakin) Antibodi antidesmoglein, ‐desmocollin, dan ‐A2ML1, semuanya dapat berkontribusi pada induksi akantolisis, ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Paraneoplastic Pemphigus (PNP) Gambaran klinis Pasien PNP: lepuh dan eros pada: mukosa dan kulit lesi oral dan konjungtiva sering terjadi dan sering kali parah Lesi kulit menyerupai lesi inflamasi akibat reaksi obat, liken Lesi lidah yang luas pada planus, atau EM, serta lepuh yang terlihat pada pemfigus pasien dengan pemphigus Lesi pada telapak tangan dan telapak kaki menunjukkan paraneoplastik adanya PNP. Kulit kepala biasanya tidak terkena kasus parah: lesi menyerupai TEN dan melibatkan epitel pernapasan. Lesi oral: ulcer dan eritema meluas (panstomatitis) nyeri, inflamasi dan nekrotik, dengan erosi menutupi bibir, lidah, dan palatum lunak. Ciri khas Krusta hemoragik pada bibir lesi PNP berkembang berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Paraneoplastic Pemphigus (PNP) Penatalaksanaan Pemeriksaan Penunjang Diagnosis banding PNP sekunder akibat tumor lokal Histopatologi Pemphigus vulgaris seperti penyakit Castleman membaik ELISA, DIF, IF LP mukokutan melalui pembedahan Subepidermal blistering kombinasi prednison dan terapi obat disease imunosupresif membantu keparahan lesi kulit steroid topikal potensi tinggi, Prognosis takrolimus topikal, dan injeksi steroid Prognosis  buruk, tingkat intralesional mortalitas 90% Rituximab dan imunoglobulin 1. Infeksi dari kehilangan intravena kulit dan terapi PNP akibat limfoma prognosis buruk imunosupresif dan biasanya meninggal dalam waktu 2. Keganasan yang 2 tahun progresif 3. Bronchiolitis obliterans ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Bullous Pemphigoid (BP) Defenisi Epidemiologi Etiopatologi BP: penyakit kulit lepuh subepidermal Dewasa : >60 tahun Dikaitkan genetik dan lingkungan. BP autoimun yang paling umum. >> seeing Eropah tengah dikaitkan dengan alel kelas II ditandai dengan pengikatan BMZ Jenis kelamin setara DQB1*03:01 linier IgG dan C3 pada DIF. dilaporkan 2,4–21,7 kasus Disebabkan: pengikatan autoantibodi Mayoritas pasien akan memiliki lepuh baru per juta penduduk/tahun terhadap antigen spesifik yang kulit umum yang terkait dengan (Amber et al. 2017) ditemukan di daerah lamina lucida pruritus meningkat menjadi 42,8/juta membran dasar pada hemidesmosom Lesi oral jarang terjadi, tetapi penduduk Inggris sel basal epitel.: antigen pemfigoid biasanya ditemukan bulosa, BP 180 dan BP 230. Pengikatan antibodi terhadap antigen mengaktifkan leukosit dan komplemen, menyebabkan kerusakan lokal pada membran basement, mengakibatkan pembentukan vesikel di daerah subepite ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Bullous Pemphigoid (BP) Gambaran Klinis Pasien: ruam eritematosa gatal disertai urtikaria, di mana lepuh tegang terbentuk Lepuh muncul beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah BP mengakibatkan lepuh hemoragik pada pruritus awal. mukosa bukal. Lesi terlokalisasi di batang tubuh, pada kulit kepala, perut, lepuh kulit tegang ekstremitas, aksila, dan selangkangan Keterlibatan oral terjadi 10% - 20% pada mukosa bukal, palatum, lidah, atau bibir dan sembuh tanpa jaringan parut. Lesi oral lebih kecil, terbentuk lebih lambat, dan tidak terlalu nyeri dibandingkan lesi pada PV. Lesi oral secara klinis dan histologis tidak dapat dibedakan dari lesi oral pada pemfigoid membran mukosa, tetapi remisi dini pada lesi oral pada BP Gingivitis deskuamatif jika ada lebih menunjukkan bahwa pasien Erosi meluas pada memiliki MMP. palatum molle ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Bullous Pemphigoid (BP) Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang Diagnosis banding lesi lokal ringan: salep topikal dan/atau DIF, ELISA Pemphigus Vulgaris kortikosteroid intralesional Mucous membrane lesi parah: prednisolon sistemik, 0,5 hingga 1 pemphigoid mg/kg/hari biasanya penyakit dapat dikendalikan Linear IgA disease 2-3 minggu Pemphigoid gestationis Terapi lini kedua: azatioprin, siklofosfamid, asam Epidermolysis bullosa mikofenolat (My fortic 360 mg 4x sehari), dan acquisita Prognosis siklosporin, Dapat dikombinasi kortikosteroid Lichen planus, erosive sistemik. Prognosisnya biasanya baik type Tetrasiklin kombinasi dengan nikotinamida dan Pemfigoid bulosa biasanya Lupus erythematosus dapson merupakan alternatif terapi lini kedua sembuh secara spontan lainnya dalam beberapa bulan, plasmaferesis, IVIg dosis tinggi, dan yang namun dapat menetap hingga terbaru, antibodi monoklonal terhadap CD20 5 tahun (rituximab) ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Mucous Membrane Pemphigoid [MMP] Defenisi Epidemiologi Etiopatogenesis MMP: penyakit melepuh subepitel Usia rata-rata 55-65 tahun Lesi primer MMP terjadi ketika autoimun kronis langka terutama dan kira-kira 2x lebih umum autoantibodi IgG dan/atau IgA diarahkan mempengaruhi epitel skuamosa yaitu, pada wanita rasio 1,5- 2:1. terhadap antigen zona membran basal mulut, konjungtiva, saluran napas terutama pada pasien (BMZ)  menyebabkan respon inflamasi bagian atas, jaringan anogenital, dan Kaukasia, meskipun bersifat dengan pemisahan subepitel dan kulit universal. pembentukan vesikel  Antigen utama kasus masa kanak-kanak yang terlibat dalam patogenesis penyakit telah dilaporkan. termasuk epitop pada BP180 (domain NC16a proksimal membran seperti pada BP), serta epitop pada domain terminal C) dan laminin 332. Autoantigen lain yang diusulkan termasuk BP230, integrin a6b4, dan kolagen tipe 7 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Mucous Membrane Pemphigoid [MMP] Gambaran klinis Bermanifestasi: eritema pada gingiva yang menempel dengan atau tanpa lepuh dan Vesikel utuh pada mukosa Ulserasi ekstensif pada gingivitis deskumatif MMP bukal langit-langit keras dan lunak sedang=parah ulserasi. Lokasi intraoral meliputi gingiva, dan lengkungan anterior mukosa bukal, palatum), alveolar ridge, fauces pada MMP lidah, dan bibir bawah. Gingivitis deskuamatif Lesi bercak eritematosa atau lepuh yang kemudian berkembang menjadi erosi, lepuh utuh, atau ulcer dengan dasar kuning dan tepi yang jelas Lesi ocular: konjungtivitis kronis, tidak diobati dapat menyebabkan kebutaan terutama karena jaringan parut konjungtiva (menyebabkan entropion, symblepharon atau ankyloblepharon) MMP ocular dengan pemendekan forniks bawah dan pembentukan simblefaron (a), dan keratinisasi kornea yang menyebabkan kebutaan (b). ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Penatalaksanaan Mucous Membrane Pemphigoid [MMP] Gambaran histopatologis Mukosa dengan ciri-ciri pemfigoid ringan, dengan perpecahan subepitel pada tepi biopsi tempat trauma telah menyebabkan perpecahan. Pemisahan papila dermal dan pelestarian sel basal membantu membedakan dari pemisahan traumatis dan liken planus ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Mucous Membrane Pemphigoid [MMP] Pemeriksaan penunjang Diagnosis banding Pronosis pemeriksaan histologis dan immunostaining  Linear lgA disease Baik sangat penting untuk diagnosis. Spesimen Bullous pemphigoid biopsi insisional menunjukkan celah subepitel Pemphigus setelah pewarnaan dengan hematoksilin dan Pemphigoid gestationis eosin. Epidermolysis bullosa acquisita Mikroskop imunofluoresensi langsung (DIF) Dermatitis herpetiformis mendeteksi endapan pada zona membran Angina bullosa hemorrhagica basal epitel. Mikroskop imunofluoresensi Chronic ulcerative stomatitis tidak langsung (IIF) mendeteksi autoantibodi Bullous and erosive lichen pengikat zona membran basal epitel dalam planus serum. Erythema multiforme ELISA Systemic lupus erythematosus ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Linear IgA Disease (LAD) Defenisi Epidemiologi Etiopatogenesis beberapa kasus disebabkan obat LAD merupakan penyakit terjadi pada anak-anak di bawah (vankomisin, amiodarone, dan NSAID) atau lepuh autoimun usia 10 tahun terkait penyakit sistemik: keganasan subepitelial langka yang orang dewasa yang berusia lebih hematologi, kolitis ulseratif, penyakit jaringan ditandai dengan dari 60 tahun. ikat (dermatomyositis) pengendapan IgA yang Tidak ada kecenderungan ras Antigen target yang terkait dengan kasus LAD: dominan, bukan IgG, di atau gender domain ekto yang dilepaskan dari BP180, membran dasar. insiden 25–1,0/juta penduduk di antigen 120, atau 97kDa yang terdeteksi pada Eropa imunoblotting. Antigen ini terkait dengan HLA- B8, HLA-CW7, dan HLA DR3 ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Linear IgA Disease (LAD) Gambaran klinis Lesi kulit pada LAD ditandai dengan papula dan lepuh gatal melingkar, sehingga tampak seperti “cluster of jewels” anak-anak, kulit perut bagian bawah, genital, dan perineum terlibat, pada orang dewasa memengaruhi wajah, permukaan ekstensor, tangan, dan kak Keterlibatan mata: anak-anak dan dewasa secara klinis tidak dapat dibedakan dari lesi oral MMP, dengan lepuh dan erosi mukosa yang disertai dengan gingivitis deskuamatif diagnosis didasarkan gabungan ciri-ciri klinis IgA linier. Lepuh, erosi, dan bisul terlihat dengan histologi dan IF yang konsisten. Studi pada lidah punggung tengah (a), batas lateral imunoblotting dapat membantu mengidentifikasi lidah (b), dan kulit (c) antigen 120 atau 97 kDa yang dilepaskan ektodomain BP180. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Linear IgA Disease (LAD) Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan Histologi rutin menunjukkan pemisahan subepitel kortikosteroid topical: Obat sulfon yang mirip dengan MMP, tetapi studi DIF akan (dapson) adalah lini pertama, atau menunjukkan pengendapan IgA dan, kadang- sulfonamida (sulfapyridine) sebagai lini kadang, IgG dan C3. Neutrofil merupakan ciri yang kedua menonjol dalam lepuh. IIF biasanya negatif, tetapi Kasus yang lebih parah memerlukan ketika positif, akan menunjukkan antibodi IgA yang kombinasi kortikosteroid sistemik dan bersirkulasi terhadap antigen membran dasar. terapi obat imunosupresif seperti mikofenolat mofetil Pendekatan multidisiplin mungkin diperlukan jika penyakitnya bersifat mukokutan (a). Direct immunofluorescence typically shows linear IgA deposition; however, IgG, IgM, or C3 may additionally be detected (b) ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Linear IgA Disease (LAD) Diagnosis banding Dermatitis herpetiformis Bullous pemphigoid Mucous membrane pemphigoid Epidermolysis bullosa acquisita Erythema multiforme Stevens-johnson syndrome ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Epidermolysis Bullosa Acquisita (EBA) Defenisi Epidemiologi Etiopatogenesis EBA merupakan penyakit insiden 0,2 kasus baru Antibodi IgG dan terkadang IgA imunobulosa mukokutan kronik yang per juta dan per tahun menargetkan domain NC1 atau sangat langka dengan dua subtipe menyerang orang terkadang domain NC2 dari dominan: bentuk klasik, yang secara dewasa tanpa kolagen tipe VII, yang khas dikaitkan dengan jaringan parut kecenderungan gender membentuk fibril penahan di yang menonjol, dan bentuk inflamasi atau ras membran dasar. Kerusakan dan yang menyerupai BP. kehilangan mengakibatkan bula sub-basilar. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Epidermolysis Bullosa Acquisita (EBA) Gambaran Klinis muncul dengan lesi mukosa oral. Tipe klasik: lesi mekanobulosa lokasi yang rentan trauma seperti siku dan lutut biasanya lebih parah pada membran mukosa dan jaringan parut. Ulserasi oral yang luas: lokasi mana pun di mulut, melibatkan lidah dan menyebabkan ankiloglosia Bullae and ulcers on the lower lip (a), and ulceration of dan mikrostomia. Lokasi mukosa lain: esofagus, the side of tongue (b konjungtiva, dan laring tipe inflamasi dengan lesi kulit yang lebih luas, mukosa oral dapat terkena dengan ulserasi dan peradangan gingiva ringan. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Epidermolysis Bullosa Acquisita (EBA) Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang Diagnosis banding terapi tergantung pada luas dan Biopsi oral menunjukkan perpecahan Bullous pemphigoid keparahan lesi klinis.(sama MMP dan subepitel yang sering kali disertai Mucous membrane LAD) peradangan minimal pemphigoid dapson sering kali merupakan obat DIF biasanya menunjukkan IgG BMZ Porphyria cutanea tarda yang bermanfaat dan dapat linear dan C3 yang di area lepuh linear IgA disease dikombinasikan dengan kolkisin terlokalisasi di dasar perpecahan Pemphigus Kortikosteroid sistemik, obat Polanya bergerigi-u, MMP dan BP Systemic lupus imunosupresif, rituximab, atau yang bergerigi-n erythematosus imunoglobulin intravena mungkin ELISA: konfirmasi spesifisitas IgG Angina bullosa diperlukan untuk mengendalikan lesi hemorrhagica pada EBA yang parah dan meluas. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS Defenisi Epidemiologi RAS arau “canker sores,” : kelainan yang ditandai Insiden RAS berkisar antara 5% dan dengan ulcer berulang terbatas pada mukosa mulut 50% dan tergantung pada status sosial pada pasien tanpa tanda-tanda penyakit lainnya. ekonomi dan etnis pasien RAS dianggap sebagai diagnosis eksklusi karena Prevalensi RAS pada anak-anak telah defisiensi hematologi, gangguan imun, dan penyakit dilaporkan setinggi 40 dan dipengaruhi jaringan ikat dapat menyebabkan ulcers mirip aftosa oleh riwayat keluarga oral yang secara klinis mirip dengan RAS. individu yang orang tuanya memiliki Karakter klinis, RAS dibagi:ulcers minor, ulcer mayor, riwayat RAS berisiko lebih tinggi terkena dan ulcers herpetiform RAS dibandingkan dengan mereka yang memiliki riwayat keluarga negatif ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS Etiopatogenesis Gambaran klinis Etiologi RAS bersifat multifaktorial Lesi terbatas pada mukosa mulut, dimulai Faktor risiko dan trigger umum yang dengan rasa terbakar prodromal dari 2-48 jam terkait dengan RAS: faktor lokal sebelum ulcer muncul (misalnya, berhenti merokok dan papula putih kecil terbentuk, mengalami trauma), defek hematologi atau ulserasi, dan secara bertahap membesar imunologi, dan genetika. selama 48–72 jam berikutnya. RAS dianggap sebagai kondisi yang tidak ada tanda jaringan yang muncul dari dimediasi imun; namun kelainan vesikel yang pecah, yang membantu spesifik sistem imun belum membedakan RAS dari penyakit pemfigus dan teridentifikasi pemfigoid. Lesi individual berbentuk bulat hingga oval, simetris, dan dangkal Lesi multipel sering muncul, tetapi jumlah, ukuran, dan frekuensinya sangat bervariasil kasus parah, sebagian besar mukosa mulut ditutupi dengan ulcer yang dalam yang dapat menyatu, dan sangat menyakitkan, mengganggu bicara dan makan ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Recurrent Aphthous Stomatitis (RAS Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang Diagnosis banding disesuaikan dengan tingkat keparahan Tes laboratorium: ketika pasien lesi akut primer seperti penyakit tidak mengikuti pola RAS yang stomatitis virus, RIH atau steroid topikal didasarkan pada instruksi biasa; misalnya, ketika episode eritema multiforme yang baik dan kepatuhan pasien terkait RAS menjadi lebih parah, ulkus mulut dari HIV, penggunaan yang tepat Pasien dengan aftha minor yang penyakit jaringan ikat penggunaan klorheksadin atau tetrasiklin parah atau ulkus aphthous mayor seperti lupus topikal seperti doksisiklin, dapat harus mengetahui faktor-faktor eritematosus, keluhan digunakan sebagai obat kumur atau terkait yang diselidiki, termasuk gastrointestinal, lesi kulit, dioleskan langsung sebagai pasta pada penyakit jaringan ikat dan kelainan kelaminl lesi. hematologis steroid intralesional digunakan: lesi RAS mayor Penggunaan laser sebagai metode penghilang rasa sakit pasien dengan ulcer besar ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Behçet’s Disease (Behçet Syndrome) Defenisi Epidemiologi Etiopatogenesis Penyakit Behçet (BD) awalnya Insiden BD tertinggi di Asia Etiologi BD tidak diketahui. dideskripsikan oleh dokter kulit Turki Timur, Timur Tengah, dan Teori >> banyak diterima di balik Hulusi Behçet sebagai tiga gejala yang Mediterania Timur, khususnya patogenesisnya adalah stimulus meliputi ulkus oral berulang, ulkus genital Turki dan Jepang lingkungan menimbulkan respons berulang, dan keterlibatan mata orang dewasa muda berusia imun abnormal pada inang yang BD sebagai gangguan multisistem antara 25 dan 40 tahun, rentan secara genetik. Genotipe dengan banyak kemungkinan manifestasi. hubungan kuat antara HLA-B51 dikaitkan dengan BD, distribusi geografis antigen terutama pasien dengan bentuk leukosit manusia HLA-B51 dan penyakit yang parah di Asia prevalensi BD. BD merupakan penyakit perivaskulitis sistemik yang ditandai dengan hiperaktivitas neutrofil dengan peningkatan kemotaksis dan peningkatan sitokin proinflamasi IL- 8, IL-17, dan TNF-α. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Behçet’s Disease (Behçet Syndrome) Gambaran klinis Lesi mukokutan merupakan ciri khas BD Lesi kulit yang menyerupai eritema nodosum atau lesi papulopustular Lesi mirip Aphthous di mulut Lesi mata terdiri dari uveitis, vaskulitis retina, oklusi vaskular, pasien sindrom Behçet yang di atrofi optik, dan konjungtivitis.. lateral dorsum lidah Keterlibatan sistemik terjadi pada lebih dari separuh pasien: Artritis, sistem saraf pusat, tromboflebitis, ulserasi usus, trombosis vena, dan penyakit ginjal, jantung, dan paru-paru Ulcer mulut berulang muncul > dari 90%, lesi ini tidak dapat dibedakan baik secara klinis maupun histologis dari RAS ulcer >> sering pada mukosa labial, bukal, lidah, palatum lunak, dan orofaring Ulkus genital jarang menjadi ciri khas BD. Pada wanita, ulcer pada labia, mukosa vagina dan serviks. Pada pria:skrotum, Ulcer lidah pasien sindrom Behçet batang dan glans penis Ulcer di selangkangan, perineum, dan daerah perianal terlihat pada kedua jenis kelamin ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Behçet’s Disease (Behçet Syndrome) Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang Diagnosis banding Manajemen BD tergantung tingkat BD adalah diagnosis klinis berdasarkan SLE keparahan dan lokasi yang terlibat kriteria yang dijelaskan Intestinal bowel penggunaan agen topikal, Tes laboratorium digunakan untuk disease khususnya steroid. menyingkirkan penyakit lain, seperti Terapi sistemik dengan kolkisin, jaringan ikat (misalnya, lupus pentoksifilin, dan dapson ketika lesi eritematosus) dan penyakit hematologi mukokutan sering terjadi atau parah. yang menyebabkan neutropenia parah. Pasien dengan uveitis yang mengancam penglihatan, lesi vaskular, GI, atau ssp memerlukan terapi agresif dengan steroid sistemik, obat imunosupresif, interferon alfa, atau biologik anti- TNF ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Behçet’s Disease (Behçet Syndrome) Diagnosis Pasien dengan skor < 3 dianggap tidak memiliki BD. Skor 3 dianggap kemungkinan BD, dan skor ≥4 menunjukkan diagnosis definitif BD. ulcer oral, ulcer genital, dan lesi okular masing-masing mendapat dua poin dan manifestasi lainnya (lesi kulit, keterlibatan neurologis dan vaskular, dan uji patologi kulit positif) masing- masing mendapat satu poin. Jika pasien mendapat empat poin atau lebih, pasien didiagnosis dengan BD. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY Referensi 1. Farah CS, McCullough MJ, Balasubramanian R., Contemporary oral medicine.,2019., Springer Nature 2. Glick Michael.,Burket Oral Medicine, 13 Edition. People's Medical Publishing House USA, Shelton, Connecticut, 2015. 3. Langlais RP, Miller CS, Gehrig JS., 2017. Color atlas of common oral diseases. 4th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. 4. Laskaris George, Color Atlas of Oral Disease 4th Edition, 2017. ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University ORAL MEDICINE HASANUDDIN UNIVERSITY TERIMA KASIH! A TA S PE R H ATIAN A N DA ppdgspmuh [email protected] dent.unhas.ac.id/oral-medicine-specialist-study-program Dentistry-Hasanuddin University

Use Quizgecko on...
Browser
Browser