Panduan Praktikum Patologi Klinik Blok 2.1 PDF 2024

Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...

Document Details

ExultantZeugma

Uploaded by ExultantZeugma

Universitas Negeri Padang

2024

dr. Nomira Putri, Sp.PK dr. Maudy Oktarini Ezeddin, Sp. PK dr. Dianni Arma Wahyu Setia Ningsih, M.K.M drs. Astri Widya, MPd. Ked dr. Afriyeni Sri Ram, Sp. N dr. Ainil Mardiah, Sp. GK dr. Dede Agus?an, M. Biomed Dr. dr. Zuhrah Taufiqa, M. Biomed

Tags

pathology clinical practice medical guide medicine

Summary

A guide for clinical pathology practice, including detailed instructions, procedures, and information about practical anatomy.

Full Transcript

1 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK 2.1 TAHUN AJARAN 2024/2025 Tim Penyusun dan Editor dr. Nomira Putri, Sp.PK dr. Maudy Oktarini Ezeddin, Sp. PK dr. Dianni Arma Wahyu Se?a Ningsih, M.K.M dr. Astri Widya, MPd. Ked dr. Afriyeni Sri Ram, Sp. N dr. Ainil Mardiah, Sp. GK dr. Dede Agus?an, M....

1 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK BLOK 2.1 TAHUN AJARAN 2024/2025 Tim Penyusun dan Editor dr. Nomira Putri, Sp.PK dr. Maudy Oktarini Ezeddin, Sp. PK dr. Dianni Arma Wahyu Se?a Ningsih, M.K.M dr. Astri Widya, MPd. Ked dr. Afriyeni Sri Ram, Sp. N dr. Ainil Mardiah, Sp. GK dr. Dede Agus?an, M. Biomed Dr. dr. Zuhrah Taufiqa, M. Biomed Penerbit: UNP Press Alamat: Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Padang Jalan Batang Masang no 1 , BukiOnggi Telfon 08116954500 Email: [email protected] Website :hZps://\.unp.ac.id Copyright®2024 oleh Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Padang. Hak cipta dipegang oleh Medical Educa3on Unit Fakultas Kedokteran UNP Dilarang mengu?p, menyalin, mencetak dan memperbanyak isi buku dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penulis/penerbit. Dicetak di Padang 2 VISI DAN MISI PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG VISI Menghasilkan dokter yang bermartabat dan unggul terutama dalam manajemen risiko kesehatan bencana alam di ?ngkat nasional dan internasional. MISI 1. Menyelenggarakan sistem pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas untuk menghasilkan dokter yang bermartabat dan unggul terutama dalam manajemen risiko kesehatan bencana alam di tingkat nasional dan internasional. 2. Melaksanakan riset berbasis inovasi dan publikasi kesehatan global terutama terkait manajemen risiko kesehatan bencana alam. 3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dan menjadi ujung tombak dalam penanggulangan masalah kesehatan terutama dalam manajemen risiko kesehatan bencana alam. 4. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam pencegahan, penanggulangan, dan rehabilitasi masalah kesehatan terkait bencana alam. 5. Melaksanakan kerjasama lokal, nasional dan internasional di bidang kesehatan terutama terkait manajemen risiko kesehatan bencana alam. 3 LEMBAR PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah ini Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Padang menyatakan bahwa Buku Panduan Prak?kum Patologi Klinik yang disusun telah mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Padang dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan prak?kum patologi klinik pada pendidikan tahap akademik Program Studi Kedokteran FK UNP tahun 2024/2025. Judul Buku Panduan : Panduan Prak?kum Patologi Klinik Blok 2.1 Penyusun Buku Panduan : a. Ketua : dr Nomira Putri, Sp.PK b. Anggota : dr. Maudy Oktarini Ezeddin, Sp. PK dr. Dianni Arma Wahyu Se?a Ningsih, M.K.M Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mes?nya 4 KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Buku Panduan Prak?kum Patologi Klinik ini. Panduan ini digunakan untuk menunjang pelaksanaan ak?fivas Prak?kum Patologi Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Padang. Kehadiran panduan Prak?kum Patologi Klinik yang sangat sederhana ini diharapkan dapat membantu mahasiswa melaksanakan Prak?kum Patologi Klinik. Oleh karena itu, sebelum pelaksanaan prak?kum patologi klinik diharapkan kepada pengguna panduan prak?kum patologi klinik untuk memahami dengan baik isi panduan ini. Semoga seluruh niat baik kita, diterima oleh Allah SWT. Aamiiin. Terimakasih, kami sampaikan kepada ?m yang telah menyusun buku panduan ini dan para kontributor. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat dan dapat dipedomani agar ak?vitas pembelajaran blok berjalan dengan baik. Kami juga menyadari bahwa kemungkinan masih ada kekurangan dalam penyusunan, oleh karena itu kri?k dan saran yang membangun sangat kami perlukan. BukiOnggi, Juli 2024 Tim Penyusun 5 DAFTAR ISI TIM PENYUSUN BUKU PANDUAN PRAKTIKUM DAN KONTRIBUTOR 2 VISI DAN MISI PROGRAM STUDII KEDOKTERAN FK UNP 3 HALAMAN PENGESAHAN 4 KATA PENGANTAR 5 DAFTAR ISI 6 Topik Hitung Trombosit, CloTng Time dan Retraksi Bekuan Darah 9 Topik Leukimia (SDHT & ST) 17 Topik Hitung Eritrosit, Hitung Re[kulosit dan LED 29 6 INFORMASI UMUM No Topik Prak[kum Jumlah Kegiatan Lokasi Kegiatan Patologi Klinik 1 Hitung Trombosit, CloOng 2x50 menit Laboratorium Biomedik FK Time dan Retraksi Bekuan UNP Darah 2 Leukimia (SDHT & ST) 2x50 menit Laboratorium Biomedik FK UNP 3 Hitung Eritrosit, Hitung 2x50 menit Laboratorium Biomedik FK Re?kulosit dan LED UNP 1. Aturan Pelaksanaan Praktikum a. Aturan Umum 1) Menaati peraturan praktikum anatomi 2) Menjaga keselamatan diri dan lingkungan 3) Bekerja profesional b. Aturan Khusus (silakan diisi dengan aturan spesifik dari masing-masing departemen) 1) Hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan atau disepakati 2) Mahasiswa wajib mengenakan alat proteksi diri seper? handscoen, masker, dan baju prak?kum 3) Memakai baju prak?kum dengan rapi (dikancingkan) dan jilbab dimasukkan di dalam baju prak?kum 4) Tidak boleh menggunakan cincin, jam tangan, dan gelang saat praktikum 5) Kuku ?dak boleh panjang 6) Membawa alat tulis dan buku yang berhubungan dengan prak?kum. 7) Menjaga kebersihan labor (setelah selesai prak?kum ; masker, ?ssue dan handscoen yang telah digunakan dibuang ke tempat sampah yang telah disediakan) 8) Mencuci kembali peralatan labor yang telah digunakan seper? pinset dan pisau, kemudian meletakkan kembali pada tempat yang telah 7 disediakan 9) Mengembalikan dan menyusun kembali alat peraga/ alat laboratorium yang dipakai saat prak?kum 10) Masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap kerusakan/ kehilangan alat- alat prak?kum yang dipakai 11) Damar kehadiran prak?kum harus 100% (pengecualian bagi mahasiswa yang sakit dengan syarat menyertakan surat keterangan dari wakil dekan 1) 12) Alat elektronik seper? handphone atau gadget hanya boleh digunakan untuk kepen?ngan prak?kum 2. Waktu dan Lokasi Praktikum a. Waktu : sesuai jadwal prak?kum dalam panduan Blok 3. Ketentuan evaluasi Evaluasi praktikum anatomi terintegrasi dengan proses evaluasi pembelajaran blok dan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Minimal Kehadiran Praktikum (80%) 2. Bobot Evaluasi Ujian prak?kum (10%) 3. Bobot Evaluasi Ujian blok (70%) 4. Bobot Evaluasi Tutorial (20%) 8 Hitung Trombosit, Clotting Time dan Retraksi Bekuan Darah 1. Tujuan Pembelajaran : Tujuan Umum a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hitung trombosit, waktu pembukuandan retraksi bekuan Tujuan Khusus a. Mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan hitung trombosit secara manual / menggunakan kamar hitung Improved Neubauer untuk mengetahui jumlah trombosit per µL darah. b. mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan cloOng ?me dengan cara tabung (modifikasi Lee and White) dan dengan objek gelas c. mahasiswa diharapkan dapat melakukan pemeriksaan retraksi bekuan sebagai salah satu pemeriksaan penyaring adanya kelainan fungsi trombosit. 2. Pengantar Teori 2.1 Hitung Trombosit § PRINSIP PEMERIKSAAN a. Metode Langsung - Metode Rees Ecker Sel darah selain eritrosit dan trombosit akan lisis dengan penambahan reagensia Rees Ecker. Jumlah trombosit dihitung pada bilik hitung Improved Neubauer menggunakan mikroskop pada pembesaran 400x. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan mengalikan faktor perhitungan. - Metode Amonium Oksalat Sel darah selain trombosit akan lisis dengan penambahan reagensia Amonium Oksalat. Jumlah trombosit dihitung pada bilik hitung Improved Neubauer menggunakan mikroskop pada permbesaran 400x. Jumlah sel trombosit ditentukan dengan mengalikan faktor perhitungan. b. Metode Tidak Langsung Jumlah trombosit dihitung menggunakan sediaan apus darah tepi. § ALAT DAN BAHAN PEMERIKSAAN a. Metode Langsung 9 - Darah dengan an?koagulan EDTA - Pipet Thoma - Kamar hitung Improved Neubauer - Kaca penutup - Larutan Rees Ecker/amonium oxalat 1% - Mikroskop b. Metode Tidak Langsung - Kaca objek - Pipet Pasteur - Mikroskop § PROSEDUR PEMERIKSAAN a. Metode Langsung i. Membuat Pengenceran 1. Bilas pipet dengan mengisap cairan Rees Ecker sampai garis tanda “1” pada pipet Thoma 2. Darah diisap sampai tanda “0,5” dan encerkan dengan larutan pengencer sampai tanda 101. Trombosit harus dihitung dalam waktu 30 menit agar ?dak terjadi disintegrasi sel-sel trombosit. Homogenkan selama 3-5 menit jika menggunakan Rees Ecker dan selama 10-15 menit jika menggunakan Amonium Oksalat. ii. Mengisi Kamar Hitung 1. Siapkan dan bersihkan kamar hitung dan kaca penutup 2. Homogenkan dan buang cairan 3-4 tetes 3. Sentuhkan ujung pipet pada pinggir kaca penutup dengan sudut 300 4. Biarkan kamar hitung terisi dengan daya kapilaritas 5. Biarkan selama 2-3 menit iii. Menghitung Jumlah Trombosit Untuk hitung , dihitung semua trombosit di dalam seluruh bidang tengah (25 kotak sedang) dengan pembesaran 400x (Gambar 1). Trombosit akan tampak refrak?l dan mengkilat berwarna biru muda, lebih kecil dari eritrosit, berbentuk bulat, lonjong, atau koma bila menggunakan larutan Rees Ecker. Apabila menggunakan larutan Amonium Oksalat, trombosit tampak bulat dan berwarna lila terang. Trombosit dihitung mulai dari sudut kiri atas --> ke kanan --> ke bawah --> ke kiri -->kebawah --> ke kanan dst (Gambar 2). Sel di garis batas kiri dan atas dihitung sedangkan kanan dan bawah ?dak dihitung, tetapi dihitung untuk kotak selanjutnya. b. Metode Tidak Langsung Dibuat preparat sediaan apus darah tepi dengan pewarnaan Romanowsky. Letakkan sediaan apus pada meja mikroskop setelah kering dan pas?kan ?dak terdapat clumping (bekuan) pada sediaan apus menggunakan perbesaran 100x. Cari lapang pandang yang baik (sel-sel darah ?dak menggumpal dan ?dak saling berjauhan) menggunakan perbesaran 100x. Letakkan 1 tetes minyak imersi pada bagian lapang pandang lalu geser lensa objek?f ke perbesaran 1000x (lensa objek?f 100x) Trombosit dihitung dalam 10 lapangan pandang 10 § INTERPRETASI HASIL Pemeriksaan hitung trombosit dan pelaporannya : 1. Metode Langsung Jumlah sel trombosit/ μL darah = jumlah sel trombosit yang dihitung (N) X faktor (F) F = faktor pengenceran (P) Volume bilik hitung (V) Volume bilik hitung (V) : V = luas bilik hitung (L) X tinggi bilik hitung (T) V = (1 mm x 1 mm) X 0,1 mm = 0,1 mm3 Jika pengenceran 200 kali, maka faktor penghitungan adalah : F = 200 = 2.000 0,1 Sehingga jumlah sel trombosit yang dihitung pada kamar hitung /μL dikalikan dengan 2.000. 2. Metode Tidak Langsung Perhitungan perkiraan trombosit menggunakan rumus: 1. Rata-rata jumlah trombosit per lapangan pandang x 20.000 =.../mm3. 2. Rata-rata jumlah trombosit X total jumlah eritrosit 200 ( 200 adalah jumlah rata-rata eritrosit perlapangan pandang pada pasien dengan jumlah eritrosit normal) Nilai rujukan : 150.000 – 400.000/ µL 11 Gambar 1. Kamar Hitung Improved Neubauer Gambar 2. Cara Menghitung Trombosit pada Kamar Hitung Improved Neubauer Sumber Kesalahan pada Pemeriksaan Hitung Trombosit Metode Secara Langsung a. Pra Anali?k Persiapan sampel : - Perbandingan antara darah dengan an?koagulan ?dak sesuai - Tidak menghomogenkan dengan benar antara darah dengan antikoagulan - Pembendungan yang terlalu lama - Untuk darah kapiler ?dak boleh menekan-nekan jari - Sampel tertukar karena iden?tas sampel ?dak jelas - Persiapan alat tidak benar : Volume yang ?dak tepat karena pipet ?dak dikalibrasi Penggunaan kamar hitung yang kotor, basah dan ?dak menggunakan kaca penutup khusus b. Anali?k 1. Kesalahan Teknik : a. Volume darah, volume reagensia ?dak tepat b. Tidak terjadi percampuran yang homogen waktu darah diencerkan dengan larutan pengencer. c. Mengisi kamar hitung secara ?dak benar. 2. Kesalahan Iheren : 12 Kesalahan ini disebabkan jumlah sel yang dihitung dari kamar hitung terlalu sedikit. Sebaiknya jumlah sel yang dihitung minimal 100 untuk hitung lekosit dan 200 untuk hitung eritrosit. Kesalahan cara manual eritrosit 20% (11-30%), leukosit 15%, trombosit 15-25%. c. Pasca Analitik Kesalahan pada tahap ini sifatnya kesalahan administrasi Metode Secara Tidak Langsung Pra Analitik 1. Kaca objek yang kotor dan berlemak, dapat menyebabkan apusan darah yang dibuat menjadi ?dak rata dan berlubang, sehingga akan mengurangi daerah baca dan sebaran sel menjadi ?dak merata. 2. Penggunaan larutan pewarnaan melewa? masa kadarluarsa. 3. Pewarnaan yang ?dak disaring dapat menyebabkan adanya kotoran pada apusan 4. Hasil pewarnaan sel ?dak jelas karena pewarna yang ?dak maksimal mewarnai 5. Pembuatan sediaan apus yang ?dak memenuhi persyaratan Anali?k Pembacaan sediaan apus di mikroskop ?dak di coun3ng area Pasca Anali?k Kesalahan pada tahap ini sifatnya kesalahan administrasi § SIMPULAN Hitung trombosit secara manual dapat dilakukan dengan metode langsung dan ?dak langsung yaitu dengan menggunakan kamar hitung Improved Neubauer dan sediaan apus darah tepi. § DAFTAR PUSTAKA Bain BJ, Lewis SM, Bates I. Basic Haematological Techniques. In : Dacie and Lewis Prac?cal Haematology. 12th ed. Churchill Livingstone. Philadelphia 2017. 27-78. Gandasoebrata R, 2010. Hematologi. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Penerbit Dian Rakyat. P 54-6 Kemenkes RI. Pemeriksaan Hemostasis pada Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik Hemostasis. Ed. 1. 170-183. PDS PatKLIN. Sediaan Apus Darah Tepi pada Panduan Pemeriksaan Hematologi. 2016. Ed.1. Jakarta 41-87. Wirawan, Riadi. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Bagian Patologi Klinik FKUI, Jakarta, 2011 2.2 CLOTTING TIME 13 Masa pembekuan adalah pemeriksaan penyaring kelainan sistem intrinsik pembekuan darah dan pemantauan terapi heparin. § Alat dan Bahan Metode Modifikasi Lee and White a. Alat 1) Rak dan tabung reaksi 2) Spuit 5 mL 3) Kapas alkohol 4) Stopwatch 5) Vacutainer b. Bahan : darah vena Metode dengan objek gelas a. Alat : 1) Objek gelas 2) Lanset 3) Kapas alcohol 4) Stopwatch b. Bahan : darah kapiler/vena § Prosedur Pemeriksaan a. Metode Modifikasi Lee and White 1) Sediakan dalam rak 4 tabung berdiameter 7-8 mm 2) Lakukan pungsi vena dgn semprit 5 atau 10 ml. Pada saat darah kelihatan masuk ke dalam semprit jalankan stopwatch. Isaplah 5 ml darah 3) Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam ?ap tabung yang dimiringkan pada waktu diisi dgn darah. 4) Tiap 30 de?k tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah telah terjadi pembekuan. Tabung lain jangan sampai tergoyang. 5) Setelah darah dalam tabung pertama beku, periksalah tabung kedua ?ap 30de?k. Catatlah waktu ini. 6) Tindakan yang sama dilakukan pada tabung ke?ga dan keempat. Catatlah waktu tersebut. 7) Masa pembekuan darah adalah masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ke?ga dan keempat b. Metode dengan objek gelas 1) Siapkan objek gelas, lanset dan kapas alkohol 2) Bersihkan salah satu ujung jari ke?ga atau keempat dengan kapas alkohol dan biarkan sampai alkohol kering 3) Tusuklah dengan lanset sedalam 2 mm 4) Teteskan pada objek gelas sebanyak ?ga ??k 5) Darah pada ??k pertama diangkat dengan ujung lanset se?ap 30 de?k sampai terbentuk bekuan (terlihat benang-benang fibrin) 6) Dilanjutkan dengan ??k yg kedua dan ke?ga dengan cara yang sama 14 7) Waktu pembekuan adalah nilai rata-rata dari ??k kedua dan ke?ga bagi 2. § Interpretasi hasil a. metode modifikasi Lee and White : Nilai rujukan : 9-15 menit b. metode dengan objek gelas : Nilai rujukan : 2-6 menit § DAFTAR PUSTAKA Dacie JV, Lewis SM. Prac?cal Haematology. 7th ed. London, 2001. Gandasoebrata R,2017. Dacie and Lewis Prac?cal Haematology 12th Edi?on. China: Elseviere Wirawan, Riadi. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Bagian Patologi Klinik FKUI, Jakarta, 2011 2.3 Retraksi Bekuan Darah Pemeriksaan retraksi bekuan ini adalah pemeriksaan penyaring kelainan fungsi trombosit. Proses pembekuan darah pada keadaan normal akan mengalami retraksi dengan mengeluarkan serum. Retraksi bekuan terjadi jika terdapat interkasi antar trombosit, kadar fibrinogen dan kalsium. § ALAT DAN BAHAN PEMERIKSAAN a. tabung sentrifus kaca bergaris, 75 mm x 10 mm b. rak tabung reaksi c. lidi d. peralatan pungsi vena § PROSEDUR PEMERIKSAAN 1. Ambil darah kira-kira 5 mL dan masukkan dalam tabung sentrifus. Masukkan sebatang lidi ke dalam tabung tadi dan catat volume darahnya. 2. Biarkan pada suhu kamar selama 2-3 jam (atau semalaman dalam lemari es) 3. Lepaskan darah dengan ha?-ha? dari dinding tabung, miringkan tabung dan angkat bekuan dari tabung dengan mengangkat lidi. 4. Catat volume serum yang ada dalam tabung (bersama sel-sel yang masih ke?nggalan dalam tabung) dan sebutlah volume itu dengan % dari volume darah semula. § HASIL PEMERIKSAAN a. Jumlah serum yang dikeluarkan secara spontan dari bekuan: normal : 40% - 60% dari jumlah darah a. Abnormal : < 40% dari volume darah semula b. Konsistensi bekuan : a. Normal : kenyal b. Abnormal : lembek dan rapuh § INTERPRETASI HASIL a. Retraksi bekuan yang normal : 15 Tampak bekuan “merah yang terpisah” sempurna dan sebagian permukaannya menempel pada dinding tabung. Sedikit endapan eritrosit mungkin tampak di dasar tabung dengan konsistensi bekuan yang kenyal. b. Retraksi bekuan yang abnormal : Penyakit DIC (Disseminated Intravascular Coagula3on), hipofibrinogenemia, disfibrinogenemia, trombositopenia Glanzman. § SIMPULAN Retraksi bekuan ditentukan oleh jumlah dan fungsi trombosit, kadar fibrinogen, faktor- faktor lain dalam serum yang mendorong erjaadinya retraksi dan jenis permukaan yang bersentuhan dengan darah beku § DAFTAR PUSTAKA 1. Chairlan & Lestari E, 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan (Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory) Edisi 2. EGC. P 286-7. 2. Gandasoebrata R, 2010. Hematologi. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Penerbit Dian Rakyat. P 54-6 16 Leukimia (SDHT & SST) 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengiden?fikasi sel blast pada pemeriksaan sediaan hapus darah tepi dan sediaan sumsum tulang Tujuan Khusus Mahasiswa mampu membedakan sel blast seri limfoid dan mielosi?k pada sediaan hapus darah tepi dan sediaan sumsum tulang 2. Alat dan Bahan - Mikroskop - Sampel sediaan hapus darah tepi dan sumsum tulang yang telah diwarnai dengan pewarnaan Wright - Minyak emersi 3. Pengantar Teori Leukemia merupakan keganasan sel-sel darah. Leukemia terjadi akibat mutasi pada satu atau lebih gen yang mengatur pertumbuhan (proliferasi), survival, diferensiasi atau pematangan sel darah. Leukemia dapat terjadi pada semua jenis sel darah dan pada berbagai tahap perkembangan sel darah. Sumsum tulang merupakan tempat asal sel leukemia, sel tersebut selanjutnya dapat beredar di sirkulasi serta menginfiltrasi jaringan limfoid (limpa, hepar dan nodus limfoid) dan organ atau jaringan lainnya di tubuh. Berdasarkan lininya, leukemia dibagi menjadi dua lini, yaitu lini limfoid dan lini myeloid, sedangkan berdasarkan kematangan selnya leukemia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu leukemia akut (sel prekursor) dan leukemia kronik (sel matang). Leukemia akut mempunyai onset ?ba-?ba, berkembang dengan cepat dan dapat menimbulkan akibat yang fatal dalam hitungan minggu atau bulan jika ?dak dioba?. Jumlah leukosit bervariasi dan terdapat penumpukan sel prekursor lini tertentu pada sumsum tulang atau darah perifer. Leukemia kronik mempunyai onset bertahap, berkembang dengan lebih lambat dan pasien mempunyai ketahanan hidup lebih ?nggi dibandingkan dengan leukemia akut. Jumlah leukosit pada leukemia kronik biasanya meningkat, ditemukan proliferasi dan akumulasi sel muda dan sel matang dari lini tertentu. Sel hematopoie?k normal di sumsum tulang pada akhirnya akan digan?kan dengan sel leukemia pada semua kasus leukemia yang ?dak dioba?. Perdarahan akibat trombositopenia, demam akibat infeksi induced neutropenia dan lelah akibat anemia sering ditemukan pada kasus leukemia akut sebagai akibat perkembangan sel blas yang cepat di sumsum tulang. Gejala pada leukemia kronik biasanya ?dak spesifik dan bervariasi, beberapa pasien bahkan dapat ?dak mempunyai gejala. 1. Klasifikasi Leukemia Akut Berdasarkan French American Bri[sh (FAB) a. Leukemia Limfoblas[k Akut (LLA) LLA L1 Gambar LLA LI. Limfoblas berukuran kecil dan homogen, nukleoli ?dak jelas, sitoplasma sedikit. Limfoblas pada LLA LI berukuran kecil, kroma?n in? cukup homogen, bentuk in? teratur dengan nucleoli kecil dan ?dak mencolok / terlihat, jumlah sitoplasma sedikit, warna sitoplasma ?dak terlalu biru dan vakuola pada sitoplasma bisa ditemukan atau ?dak. 18 LLA L2 Gambar LLA L2. Ukuran limfoblas heterogen, in? berlekuk, nukleoli jelas, jumlah sitoplasma bervariasi. Limfoblas pada LLA L2 mempunyai karakteris?k ukuran besar, namun heterogen, kroma?n in? heterogen, bentuk in? ?dak teratur (terbelah atau berlekuk), nukleoli biasanya terlihat dengan ukuran besar, jumlah sitoplasma bervariasi, warna biru pada sitoplasma bervariasi dan vakuola pada sitoplasma bisa ditemukan atau ?dak. LLA L3 Gambar LLA L3. Limfoblas berukuran besar dan homogen, sitoplasma biru pekat dan ditemukan vakuola pada sitoplasma. Limfoblas pada LLA L3 mempunyai karakteris?k ukuran sedang sampai besar, namun homogen, kroma?n in? halus dan homogen, bentuk in? teratur (oval atau bulat), nukleoli 19 biasanya menonjol, jumlah sitoplasma sedang, warna biru pada sitoplasma kuat dan sering ditemuka vakuola pada sitoplasma. b. Leukemia Mieloblas[k Akut (LMA) 20 LMA M0 (LMA undifferen3ated) LMA M0 ditandai dengan jumlah mieloblas > 20%, agranuler, dan ?dak ditemukannya Auer rod. Gambar AML M0. Blas pada leukemia ini kurang mempunyai fitur myeloid, ?dak ditemukan pematangan sel LMA M1 (LMA dengan maturasi minimal) LMA M1mempunyai mieloblas > 90% dengan tanpa adanya buk? maturasi (90% dengan 10% promielosit, mielosit, metamielosit dan netrofil, Auer rod dapat ditemukan. Gambar LMA M2. LMA M3 (Leukemia promielosi[k akut) LMA M3 memiliki karakteris?k promielosit yang bizarre (dengan in? bilobus) >20% dengan granul kasar dan menonjol, Auer rod dapat ditemukan, kadang dapat ditemukan penumpukan Auer rod (sel Faggot). 22 Gambar MLA M3. LMA M4 (Leukemia mielomonosi[k akut) Leukemia jenis ini mempunyai mieloblas >20% dan monoblas >20%. Gambar AML M4 LMA M5 (Leukemia monosi[k akut) o LMA M5a (Leukemia monosi[k akut dengan diferensiasi jelek) Leukemia jenis ini mempunyai monoblas >80% 23 Gambar LMA M5a. o LMA M5b (Leukemia monosi[k akut dengan diferensiasi) Leukemia jenis ini mempunyai jumlah promonosit yang sangat banyak Gambar LMA M5b. LMA M6 (Leukemia eritroid akut) Leukemia jenis ini mempunyai karakteris?k >80% sel di sumsum tulang adalah lini eritroid dengan >30% adalah rubriblas. Sel lini eritroide mempunyai gambaran 24 dysplasia (abnormal) seper? vakuolisasi, mul?nuclear dan tampilan megablastoid. Eritrosit berin? >50% dapat ditemukan pada darah perifer. Gambar LMA M6. LMA M7 (Leukemia megakarioblas[k akut) Leukemia jenis ini mempunyai megakarioblas ≥50%. Megakarioblas mempunyai ukuran bervariasi dari yang sebesar limfosit matang sampai ?ga kali ukuran megakarioblas normal. Kroma?n megakarioblas halus dengan nucleoli menonjol. Megakariosit imatur dapat mempunyai tonjolan (bleb) pada sitoplasma. 25 2. Leukemia Kronik a. Leukemia Limfoblas[k Kronik (LLK) Leukemia jenis ini mempunyai karakteris?k limfositosis di darah tepi, dengan limfosit berukuran kecil, berwarna biru, in? bulat, kroma?n padat dan nucleoli ?dak jelas. Ditemukan juga smudge cell yang terjadi akibat kerusakan membran secara mekanik pada saat proses pembentukan apusan darah tepi dan menjadi penanda khas untuk LLK. Gambar LLK. 26 b. Leukemia Granulosi[k Kronik (LGK) Jumlah leukosit darah meningkat, dan ditemukan semua tahap perkembangan granulosit di darah. Jumlah mieloblas bervariasi dari 0%-10%. Sumsum tulang hiperseluler, rasio myeloid terhadap eritrosit meningkat menjadi 10:1 – 30:1 (normal 2:1-4:1). Eritropoeisis menurun, megakariosit jumlah normal atau meningkat. 4. Prosedur − Siapkan alat dan bahan yang digunakan − Letakkan preparat sediaan hapus darah tepi atau sediaan sumsum tulang pada meja mikroskop − Khusus untuk sediaan hapus darah tepi, cari terlebih dahulu daerah hitung (coun3ng area) dengan perbesaran 10x − Hitung jumlah sel leukosit yang terlihat dengan perbesaran 100x menggunakan minyak emersi sampai jumlah sel leukosit mencapai 100. Penghitungan sel dapat dilakukan pada beberapa lapangan pandang. 5. Interpretasi Leukemia akut (myeloid / limfoid): ditemukan sel blast minimal 20% pada hitung jenis leukosit (sediaan hapus darah tepi atau sumsum tulang). Leukemia kronik (myeloid / limfoid): jumlah sel blast kurang dari 20%. Khusus untuk leukemia limfosi?k kronik, lebih dari 85% limfosit yang terlihat berukuran kecil, matur, sitoplasma banyak, kroma?n memadat tanpa nucleolus terlihat jelas. Pola limfosit ini dikenal juga berbentuk seper? bola sepak atau cobble stone. 6. Simpulan Leukemia merupakan keganasan sel darah yang terjadi akibat mutasi pada gen kunci yang mengatur pertumbuhan, survival, diferensiasi atau pematangan sel. Mutasi ini dapat terjadi pada semua lini sel hematopoie?k danpada berbagai tahapan perkembangan sel. Leukemia dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan lini sel yang terkena, yaitu lini myeloid dan lini limfoid. Secara durasi waktu, leukemia juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu akut dan kronik. 27 REFERENSI 1. Keohane EM, OZo CN, Walenga JM. Rodak’s Hematology Clinical Principles and Applica?ons. 2020. 6th Ed. Elsevier. 2. Kaushansky K, Lichtman MA, Prchal JT, Levi M, Burns MJ, Linch DC. William’s Hematology. 2021. 10th Ed. McGraw-Hill. 3. Weksler BB, Scechter GP, Ely SA. Wintrobe’s Atlas of Clinical Hematology. 2018. 2nd Ed. Wolters Kluwer. 28 Hitung Eritrosit, Hitung Retikulosit dan LED 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan darah dalam menhghitung eritrosit, re?kulosit dan LED Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat menghitung eritrosit secara manual menggunakan kamar hitung Improved Neubauer. b. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan hitung re?kulosit dengan pewarnaan supravital untuk memantau keadaan sumsum tulang sebagai produsen eritrosit (mengukur eritropoiesis efek?f), hilangnya eritrosit dari sirkulasi seper?akibat perdarahan maupun terapi anemia. c. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan laju endap darah menggunakan pipet Westergren. 2. Pengantar Teori 2.1 Hitung Eritrosit § Alat dan Bahan a. Pipet eritrosit b. Kamar hitung Improved Neubauer c. Kaca penutup d. Larutan pengencer (larutan Hayem) e. Darah kapiler atau darah vena dengan an?koagulan EDTA § Prosedur Pemeriksaan Mengisi pipet eritrosit: 1. Darah diisap sampai garis tanda 0,5 dan larutan pengencer sampai garistanda 101 2. Angkat pipet dari cairan, tutup ujung pipet dengan ujung jari, lepaskankaret pengisap 3. Kocok pipet selama 20-30 de?kMengisi kamar hitung 1. Letakkan kamar hitung mendatar di atas meja, dengan kaca penutup 2. Kocok pipet selama 3 menit 3. Buang cairan dalam batang kapiler (3-4 Zs) 4. Sentuhkan ujung pipet dengan sudut 300 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup 5. Biarkan 2-3 menit supaya eritrosit mengendap 29 Kamar Hitung Eritrosit: --1mm-- Perhitungan: Pengenceran yang dilakukan adalah 200x Luas bidang yang dipakai untuk menghitung jumlah eritrosit adalah1/5 mm x 1/5mm x 5 kamar = 1/5 mm2 Volume sel yang dihitung = 1/5 mm2 x 0,1 = 0,02 mm3 Jumlah leukosit yang dihitung= 1/0,02 x 200 x N = 10.000 x N § Interpretasi Hasil Nilai rujukan -neonatus : 4,4 – 5,8 juta/uL -bayi/anak-anak : 3,8 – 5,5 juta/uL -wanita : 4 – 5 juta/uL -laki-laki : 4,5 – 5,5 juta/uL Nilai eritrosit < N : Anemia Nilai eritrosit > N : Polisitemia § Damar Pustaka 1. Chairlan & Lestari E, 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan (Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory) Edisi 2. EGC. P 286-7. 2. Gandasoebrata R, 2010. Hematologi. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Penerbit Dian Rakyat. P 54-6 2.2 Hitung Re[kulosit Re?kulosit adalah eritrosit muda, ?dak berin? dan di dalam sitoplasmanya masih terdapat sisa ribosom dan RNA. Sisa ribosom dan RNA tersebut dapat dilihat dengan pewarnaan supravital seper? Brilliant Cressyl Blue (BCB) atau new methylene blue. Sisa RNA tampak sebagai filamen/granula berwarna ungu atau biru tergantung zat warna yang dipakai dan hanya terlihat pada sediaan yang ?dak vital dan pada pewarnaan vital. § Alat dan Bahan a. Mikroskop cahaya b. Counter c. Tabung reaksi kecil d. Kaca objek dan kaca penggeser 30 e. Pipet pasteur f. Darah segar/kapiler atau darah EDTA g. Pewarnaan BCB/new methylen blue h. Parafilm i. Emersi oil § Prosedur Pemeriksaan a. Sebanyak 3 tetes pewarna BCB/new methylen blue dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil b. Darah EDTA ditambahkan sama banyak dengan pewarnaan supravital, campur dengan baik, tutup dengan parafim dan diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit. c. Isi tabung dicampur lagi kemudian diambil 1 tetes untuk dibuat sedian hapus. d. Sedian hapus dibiarkan kering diudara e. Periksalah dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa objek?f 10x100 menggunakan imeri oil § Interpratasi Hasil Normal (dewasa) : 0,5-1,5 % atau 5-15 ‰ atau 25.000 – 75.000/mm3 sedangkan pada neonatus 25-60 ‰. § Damar Pustaka 1. Chairlan & Lestari E, 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan (Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory) Edisi 2. EGC. P 286-7. 2. Gandasoebrata R, 2010. Hematologi. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Penerbit Dian Rakyat. P 54-6 3. Wirawan R. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Bagian Patologi Klinik FKUI, Jakarta. 2011 2.3 Laju Endap Darah (LED) Laju endap darah (LED) adalah suatu pemeriksaan untuk mengukur kecepatan pengendapan sel darah merah di dalam plasma dengan satuan milimeter (mm). Cara Fahraeus dan Westergren adalah cara pemeriksaan yang dianjurkan oleh Interna3onal Council for Standardiza3on in Haematology (ICSH). Laju endap darah melalui 3 fase yaitu fase pembentukan rouleaux (15 menit pertama), fase pemadatan (30 menit kemudian) dan fase pengendapan (15 menit terakhir). § Alat dan Bahan a. Pipet Westergren b. Rak untuk pipet Westergren c. Balon hisap d. Darah EDTA e. Larutan pengencer NaCl 0,9% (darah diencerkan dengan NaCl dengan perbandingan 4:1) § Prosedur Pemeriksaan a. Isi pipet Westergren yang bersih dan kering dengan darah yang sudah diencerkan sampai garis tanda 0. b. Letakkan pipet di rak dan perha?kan posisinya tegak lurus. Jauhkan dari cahaya matahari dan getaran. c. Baca hasil dalam mm tepat setelah 1 jam 31 § Interpratasi Hasil Normal (laki-laki) : < 10 mm (perempuan) : < 15 mm Laju endap darah meningkat/cepat pada anemia, infeksi, keganasan. Laju endap darah menurun/lambat pada polisitemia, anemia sel sabit, hypofibrinogenemia. § Simpulan Laju endap darah terdiri dari 3 fase yaitu fase rouleaux, pemadatan dan pengendapan. Hasil pemeriksaan LED tergantung dari jumlah dan morfologi eritrosit, faktor plasma dan teknik pemeriksaan. § Damar Pustaka 1. Chairlan & Lestari E, 2011. Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan (Manual of Basic Techniques for A Health Laboratory) Edisi 2. EGC. P 286-7. 2. Gandasoebrata R, 2010. Hematologi. Penuntun Laboratorium Klinik. Edisi 10. Penerbit Dian Rakyat. P 54-6 3. Wirawan R. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Bagian Patologi Klinik FKUI, Jakarta. 2011 32

Use Quizgecko on...
Browser
Browser