Pengenalan Sistem Informasi PDF
Document Details
Uploaded by FaithfulHarpGuitar3647
Universitas Teknokrat Indonesia Bandar Lampung
Tags
Summary
Dokumen ini membahas tentang pengantar Sistem Informasi, termasuk komponen-komponen, jenis-jenis, dan proses pengembangannya. Penjelasan meliputi pengertian sistem informasi menurut para ahli, dan contoh-contoh system. Topik ini relevan untuk mahasiswa tingkat sarjana di bidang Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi ini.
Full Transcript
Sistem Informasi BAB II PENGENALAN SISTEM INFORMASI 2.1. Uraian Materi Sebuah sistem informasi pada hakikatnya merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen atau subsistem-subsistem untuk menghasilkan informasi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai penge...
Sistem Informasi BAB II PENGENALAN SISTEM INFORMASI 2.1. Uraian Materi Sebuah sistem informasi pada hakikatnya merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen atau subsistem-subsistem untuk menghasilkan informasi. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian- pengertian mendasar yang menuju pada pemahaman Sistem Informasi secara menyeluruh. a. Penjelasan Umum Sistem Informasi Sistem Informasi adalah kesatuan subsistem/komponen yang terdiri dari komputer, basis data (database), sumber daya manusia, sistem jaringan, dan prosedur yang dioperasikan secara terpadu untuk menghasilkan informasi (Badan Pusat Statistik, 2021:5). Definisi sistem informasi menurut para ahli: 1. Menurut J.L. Whitten sistem informasi adalah pengaturan orang, data, proses, dan informasi teknologi/teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan sebagai output informasi yang diperlukan untuk mendukung organisasi (Whitten, 2004) 2. O’Brien mengatakan bahwa sistem informasi merupakan suatu kombinasi dari setiap unit yang dikelola oleh user atau manusia, hardware (perangkat keras komputer), software (perangkat lunak), jaringan komputer dan jaringan komunikasi data (komunikasi), dan juga database (basis data) yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi tentang suatu organisasi. Jadi, pada dasarnya, sistem informasi memang harus memiliki elemen – elemen tersebut agar dapat berguna dan juga bekerja dengan optimal (O’Brien, 2011). 3. Leitch & Davis juga mengemukakan pendapat mereka mengenai sistem informasi. Sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdapat di dalam 4 Sistem Informasi suatu organisasi yang berfungsi untuk mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, kegiatan manajerial dan strategis dari suatu organisasi dan memberikan hasilnya dalam bentuk laporan bagi pihak – pihak luar (Leitch, 1983). 4. Davis (1991) mengatakan bahwa suatu sistem informasi adalah sebuah sistem yang menerima input data dan instruksi, mengolah data sesuai dengan instruksi dan mengeluarkan hasilnya. Dengan begitu, maka bisa disimpulkan bahwa suatu sistem informasi memiliki alur tertentu, mulai dari input hingga menjadi output yang bermanfaat (Davis, 2012). 5. Stair & Reynolds (2010) mengatakan bahwa sistem informasi merupakan suatu perangkat elemen atau komponen yang saling terkait satu sama lain, yang dapat mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan juga menyebarkan data dan juga informasi, serta mampu untuk memberikan feedback untuk memenuhi tujuan suatu organisasi (Stair, 2017). 6. Kenneth & Laudon (2010) Laudon mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sistem informasi adalah suatu komponen yang saling bekerja satu sama lain untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan juga menyebarkan informasi untuk mendukung kegiatan suatu organisasi, seperti pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis masalah, dan juga visualisasi dari organisasi (Laudon dan Laudon, 2015). Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Sistem informasi mengolah data menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Data yang diolah saja tidak cukup dapat dikatakan sebagai suatu informasi. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: (1) tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), (2) tepat waktu (timeliness), dan (3) tepat nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung oleh tiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi merupakan “sampah” (garbage). 5 Sistem Informasi b. Jenis Sistem Informasi Dari konfigurasi alur informasi yang terdapat di dalamnya, sistem informasi terdiri dari sistem informasi terbuka (Open Loop Information System) dan sistem informasi tertutup (Closed Loop Information System). Sistem informasi tertutup merupakan sistem yang menyediakan informasi umpan balik yang digunakan oleh kontrol untuk melakukan penyempurnaan terhadap proses atau pun input sistem, sedangkan sistem informasi terbuka tidak menyediakan umpan balik pada prosesnya. Pada kenyataannya sebagian besar sistem informasi merupakan sistem informasi tertutup. Hal ini didukung melalui Sommervile, pengembangan perangkat lunak tidak berhenti ketika sistem dikirimkan tetapi berlanjut sepanjang masa pakai sistem. Setelah sistem dikerahkan, mau tidak mau harus berubah jika ingin tetap berguna. Perubahan bisnis dan perubahan harapan pengguna menghasilkan persyaratan baru untuk perangkat lunak yang ada. Bagian dari perangkat lunak mungkin harus dimodifikasi untuk memperbaiki kesalahan yang ditemukan dalam operasi, untuk menyesuaikannya dengan perubahan pada platform perangkat keras dan perangkat lunaknya, dan untuk meningkatkan kinerjanya atau karakteristik non-fungsional lainnya. Berdasarkan jajak pendapat industri informal, Erlikh (2000) menunjukkan bahwa 85-90% dari biaya perangkat lunak organisasi adalah biaya evolusi. Survei lain menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga dari biaya perangkat lunak adalah biaya evolusi. Yang pasti, biaya perubahan perangkat lunak adalah bagian besar dari anggaran TI untuk semua perusahaan. 6 Sistem Informasi Gambar 2.1. Jenis Sistem Informasi berdasarkan Alur Informasi Terdapat beberapa klasifikasi yang membagi jenis-jenis sistem informasi yaitu: 1. Level Organisasi a) Sistem Informasi Departemen adalah sistem informasi yang hanya digunakan dalam sebuah departemen. Contoh, Aplikasi pemantau kinerja pegawai yang digunakan departemen SDM. b) Sistem Informasi Perusahaan adalah sebuah sistem terpadu yang dapat dipakai sejumlah departemen bersama-sama Contoh, sistem informasi perguruan tinggi. c) Sistem Informasi Antar Organisasi adalah sistem informasi yang menggabungkan dua organisasi atau lebih. Contoh, sistem informasi reservasi pesawat terbang. 2. Dukungan Kepada Pemakai Berdasarkan fungsi yang diberikan kepada pemakai, sistem informasi yang digunakan pada semua area fungsional dalam organisasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a) Sistem Pemrosesan Transaksi (Transaction Processing System/TPS) adalah sistem yang dapat memproses jumlah data yang besar dan sumber data umumnya internal dan keluaran terutama dimaksudkan 7 Sistem Informasi untuk pihak internal. Pemrosesan informasi dilakukan secara teratur dalam harian, bulanan, dsb. Kapasitas penyimpanan besar dan kecepatan pemrosesan yang diperlukan tinggi karena volume yang besar. b) Sistem Informasi Manajemen (Management Information System/MIS) adalah sistem yang beroperasi pada tugas-tugas yang terstruktur, yakni pada lingkungan yang telah mendefinisikan pekerjaan secara tegas dan jelas dan dapat meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya, serta menyediakan laporan dan kemudahan akses yang berguna untuk pengambilan keputusan tetapi tidak secara langsung. c) Sistem Otomasi Perkantoran (Office Automation System/OAS) adalah sistem yang memberikan fasilitas tugas-tugas pemrosesan informasi sehari-hari di dalam perkantoran dan organisasi bisnis. Sistem ini sering kali dikatakan dapat mendukung kantor tanpa kertas (paperless office). d) Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System/DSS) adalah sistem berbasis komputer yang interaktif dan membantu mengambil keputusan dengan menggunakan data dan model untuk memecahkan persoalan-persoalan tak terstruktur. e) Sistem Informasi Eksekutif (Executive Information System/EIS) adalah sistem yang menyediakan fasilitas yang fleksibel bagi manajer dan eksekutif dalam mengakses informasi eksternal dan internal untuk mengidentifikasi masalah atau mengenali peluang. f) Sistem Pendukung Kelompok (Group Support System/GSS) adalah sistem informasi yang mendukung sejumlah orang yang bekerja dalam suatu kelompok. Sistem ini mencakup penggunaan teknologi presentasi, pengaksesan basis data pada komputer, dan kemampuan yang memungkinkan peserta pertemuan dapat berkomunikasi secara elektronis. 8 Sistem Informasi g) Sistem Pendukung Cerdas (Intelligent Support System/ISS) adalah sistem cerdas yang biasa dipakai dalam aplikasi bisnis atau biasa disebut sistem pakar yang mampu memberikan tanggapan yang cepat dan memuaskan terhadap situasi-situasi baru dan menangani masalah yang kompleks berdasarkan penalaran dan pengetahuan. 3. Arsitektur Sistem a) Arsitektur Tersentralisasi Arsitektur tersentralisasi (terpusat) sudah dikenal semenjak tahun 1960-an, dengan mainframe sebagai aktor utama. Mainframe adalah komputer yang berukuran relatif besar yang ditujukan untuk menangani data yang berukuran besar, dengan ribuan terminal untuk mengakses data dengan tanggapan yang sangat cepat, dan melibatkan jutaan transaksi. Gambar 2.2. Arsitektur Sistem Tersentralisasi Implementasi dari arsitektur terpusat adalah pemrosesan data yang terpusat (biasa disebut komputasi terpusat). Semua pemrosesan data dilakukan oleh komputer yang ditempatkan di dalam suatu lokasi yang 9 Sistem Informasi ditujukan untuk melayani semua pemakai dalam organisasi. Kebanyakan perusahaan yang tidak memiliki cabang menggunakan model seperti ini. b) Arsitektur Desentralisasi Arsitektur desentralisasi merupakan konsep dari pemrosesan data tersebar (atau terdistribusi). Sistem pemrosesan data terdistribusi (atau biasa disebut sebagai komputasi tersebar) sebagai sistem yang terdiri atas sejumlah komputer yang tersebar padu di berbagai lokasi yang dihubungkan dengan sarana telekomunikasi dengan masing-masing komputer mampu melakukan pemrosesan yang serupa secara mandiri tetapi bisa saling berinteraksi dalam pertukaran data. Dengan kata lain sistem pemrosesan data distribusi membagi sistem pemrosesan dan terpusat ke dalam subsistem-subsistem yang lebih kecil, yang pada hakikatnya masing-masing subsistem tetap berlaku sebagai sistem pemrosesan data yang terpusat. Gambar 2.3. Arsitektur Sistem Desentralisasi Model sederhana sistem pemrosesan terdistribusi terdapat pada sejumlah komputer yang terhubung dalam jaringan yang menggunakan arsitektur peer-to-peer pada model ini komputer memiliki kontrol terhadap resource misalnya data, printer atau CD-ROM, tetap 10 Sistem Informasi memungkinkan komputer lain menggunakan sumber tersebut. Sistem seperti ini menjadi pemandangan umum semenjak kehadiran PC yang mendominasi perkantoran. Penerapan sistem terdistribusi biasa dilakukan pada dunia perbankan. Setiap kantor cabang memiliki pemrosesan data tersendiri. Namun, jika dilihat pada operasional seluruh bank bersangkutan, sistem pemrosesannya berupa sistem pemrosesan data yang terdistribusi. c) Arsitektur Client Server Pada Arsitektur ini terbagi dua yakni client dan server. Client adalah sistem atau proses yang melakukan suatu permintaan data atau layanan ke server, sedangkan Server merupakan suatu sistem yang menjadi pusat data yang menyediakan data/layanan yang diminta oleh client. Client mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri, ketika sebuah client meminta suatu data ke server maka server akan segera menanggapinya dengan memberikan data yang diminta ke client bersangkutan dan setelah diterima oleh client segera melakukan pemrosesan. Model komputasi yang berbasis client/server mulai banyak diterapkan pada sistem informasi. Dengan menggunakan arsitektur ini, sistem informasi dapat dibangun dengan menggunakan perangkat lunak yang berbeda-beda. 11 Sistem Informasi Gambar 2.4. Arsitektur Sistem Client-Server Arsitektur informasi mencakup area fungsional (keuangan, akuntansi, dan sebagainya) serta juga sistem-sistem yang mendukungnya (seperti TPS dan MIS). 12 Sistem Informasi Gambar 2.5. Contoh Arsitektur Sistem Client-Server Kompleks c. Daur Hidup Sistem Informasi Siklus hidup sistem (system life cycle) adalah proses evolusioner yang diikuti dalam penerapan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer. Siklus hidup sistem terdiri dari serangkaian tugas yang mengikuti langkah- langkah pendekatan sistem, karena tugas-tugas tersebut mengikuti pola yang teratur dan dilakukan secara top down. Siklus hidup sistem sering disebut sebagai pendekatan air terjun (waterfall approach) bagi pembangunan dan pengembangan sistem. Pembangunan sistem hanyalah salah satu dari rangkaian daur hidup suatu sistem. Meskipun demikian proses ini merupakan aspek yang sangat penting. Kita akan melihat beberapa fase atau tahapan daur hidup suatu sistem. 1. Requirements Analysis (Analisis Kebutuhan) Tahap ini menganalisis masalah dan kebutuhan yang harus diselesaikan dengan sistem komputer yang akan dibuat. Tahap ini berakhir dengan pembuatan laporan kelayakan yang mengidentifikasi kebutuhan sistem yang baru dan merekomendasikan apakah kebutuhan atau masalah tersebut dapat diselesaikan dengan sistem komputer yang ada. 2. System and Software Design (Perancangan Sistem) Tahap ini melakukan rancangan desain sistem. Tahap ini memberikan rincian kinerja program dan interaksi antara pengguna dengan program tersebut. 3. Implementation (Implementasi) Tahap ini adalah spesifikasi desain yang telah dibuat untuk diterjemahkan de dalam program/instruksi yang ditulis dalam bahasa pemrograman. 4. System Testing (Pengujian Sistem) 13 Sistem Informasi Tahap ini semua program digabungkan dan diuji sebagai satu sistem yang lengkap untuk menjamin semua bekerja dan memenuhi kebutuhan penanganan masalah yang dihadapi. 5. Operation and Maintenance (Pengoperasian dan Pemeliharaan) Tahap ini merupakan penerapan program yang telah dibuat untuk digunakan secara utuh dan pengelolaan masalah baru yang muncul sebagai bahan masukan untuk memperbaiki sistem program yang baru. Sistem informasi kemudian akan melanjutkan daur hidupnya. Sistem dibangun untuk memenuhi kebutuhan. Sistem beradaptasi terhadap aneka perubahan lingkungan yang dinamis hingga kemudian sampai pada kondisi di mana sistem tidak dapat lagi beradaptasi. Sistem baru kemudian dibangun untuk menggantikannya. Terdapat beberapa metode yang lazim digunakan pada daur hidup pengembangan sistem informasi seperti waterfall, iterative, incremental, dan agile. 1. Waterfall Menurut Pressman (2010), model waterfall adalah model klasik yang bersifat sistematis, berurutan dalam membangun software. Model ini juga dikenal dengan nama “Linear Sequential Model” dan sering disebut dengan “classic life cycle”. Model ini sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing/verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan. Sebagai contoh tahap desain harus menunggu selesainya tahap sebelumnya yaitu tahap requirement. 14 Sistem Informasi Gambar 2.6. Siklus Hidup Pengembangan Sistem Waterfall Pembangunan sistem dengan metode waterfall dapat dianalogikan dengan gambaran sebagai berikut: 15 Sistem Informasi Gambar 2.7. Contoh Pembangunan Sistem Dengan Metode Waterfall 2. Iterative Model pengembangan sistem yang bersifat dinamis dalam artian setiap tahapan proses pengembangan sistem dapat diulang jika terdapat kekurangan atau kesalahan. Setiap tahapan pengembangan sistem dapat dikerjakan berupa ringkasan dan tidak lengkap, namun pada akhir pengembangan akan didapatkan sistem yang lengkap pada pengembangan sistem. Gambar 2.8. Siklus Hidup Pengembangan Sistem Iterative Progres pembangunan sistem dengan metode iterative juga dapat dianalogikan dengan gambaran sebagai berikut: 16 Sistem Informasi Gambar 2.9. Contoh Pembangunan Sistem Dengan Metode Iterative 3. Incremental Model pengembangan sistem yang dipecah sehingga model pengembangannya secara increment/bertahap. Kebutuhan pengguna diprioritaskan dan prioritas tertinggi dimasukkan dalam awal increment. Model Incremental digambarkan sebagai berikut. Gambar 2.10. Siklus Hidup Pembangunan Sistem Incremental Pembangunan sistem dengan metode incremental dapat dianalogikan dengan gambaran sebagai berikut: 17 Sistem Informasi Gambar 2.11. Contoh Pembangunan Sistem Dengan Metode Incremental 4. Agile Sekelompok metodologi pengembangan perangkat lunak yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang sama atau pengembangan sistem jangka pendek yang memerlukan adaptasi cepat dari pengembang terhadap perubahan dalam bentuk apapun. Agile memiliki pengertian bersifat cepat, ringan, bebas bergerak, dan waspada sehingga saat membuat perangkat lunak dengan menggunakan agile diperlukan inovasi dan responsibility yang baik antara tim pengembang dan klien agar kualitas dari perangkat lunak yang dihasilkan bagus dan kelincahan dari tim seimbang. Secara umum gambaran metode adalah sebagai berikut. Gambar 2.12. Siklus Hidup Pembangunan Sistem Agile Sekilas pendekatan agile ini mirip dengan metode incremental. Namun pada agile, setiap increment akan menghasilkan working system yang bisa langsung disebarkan untuk digunakan oleh pengguna dengan mempertimbangkan modularitas dari fitur-fitur yang dirilis. Hal ini berbeda dengan metode increment yang mana bisa jadi satu increment yang dilakukan belum berupa sistem utuh yang bisa digunakan. Hal ini memudahkan untuk penyesuaian kebutuhan pengguna yang sering berubah-ubah karena sistem sudah dapat disampaikan terlebih dahulu dan 18 Sistem Informasi pengembangan selanjutnya bisa lebih independen atau modular terhadap fungsi/fitur yang sudah berjalan. Berdasarkan tahapan pemenuhan kebutuhannya, pembangunan sistem dengan metode agile juga dapat dianalogikan dengan gambaran sebagai berikut: Gambar 2.13. Contoh Pembangunan Sistem Dengan Metode Agile Tidak seperti pada metode-metode sebelumnya yang apabila terjadi perubahan kebutuhan pengguna, maka otomatis akan mempengaruhi anggaran dan waktu pengerjaan sistem, metode agile ini lebih memudahkan manajer proyek untuk mengunci anggaran dan waktu agar tidak berubah dengan menyesuaikan cakupan yang ingin diberikan kepada pengguna sistem. Dengan demikian kualitas yang ingin diberikan pada setiap fiturnya akan lebih terjaga. 19 Sistem Informasi d. Penyebab Kegagalan Proyek Sistem Informasi Dari suatu studi yang dilakukan oleh Project Management Consulting Company, PM Solutions, ada beberapa penyebab utama kegagalan proyek pengembangan TI. Dan diantara penyebab utama tersebut, poor requirements management adalah nomor satu. Pada tahun 2013, salah satu perusahaan penyedia menajemen portfolio berbasis cloud “Innotas” mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa sekitar 50% dari proyek TI mengalami kegagalan. Pada penelitian lanjutan tahun 2016 angka ini meningkat menjadi sekitar 55%. Angka yang tidak jauh berbeda dikeluarkan oleh IBM yang mengungkapkan bahwa hanya 40% proyek TI yang sesuai jadwal, anggaran, dan kualitasnya. Namun demikian pada tahun 2017, laporan Project Management Institute (PMI) menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu dengan rentang sekitar 60-80% proyek TI yang sukses. Penjelasan lebih spesifik pada laporan tersebut menyebutkan penyebab peningkatan performa ini dikarenakan beberapa hal yaitu: manajemen proyek yang semakin matang, era digital yang membuat TI dan bisnis menjadi semakin sejalan, peningkatan kapabilitas baik secara teknis maupun kepemimpinan, penggunaan PMO dan EPMO, dukungan pimpinan, dan yang terakhir adalah agile. 2.2. Rangkuman Sistem informasi mengolah data menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya dan harus didukung oleh tiga pilar (1) tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), (2) tepat waktu (timeliness), dan (3) tepat nilainya atau akurat (accurate). Sistem informasi dapat diklasifikasikan berdasarkan level organisasi, dukungan kepada pemakai, dan arsitektur sistem. 20 Sistem Informasi Siklus hidup sistem terdiri dari serangkaian tugas yang mengikuti langkah-langkah pendekatan sistem dimulai dari analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, pengujian, sampai dengan pengoperasian dan pemeliharaan sistem. Penyebab utama kegagalan proyek pengembangan TI adalah poor requirements management. Namun persentase kegagalan ini sudah semakin menurun salah satunya karena penggunaan metode agile yang menerapkan adaptasi cepat dari pengembang terhadap perubahan dalam bentuk apapun. 2.3. Soal Latihan 1) Jelaskan secara singkat daur hidup suatu sistem! 2) Jelaskan perbedaan metode Incremental dengan Agile! 3) Jelaskan pendapat Anda apakah metode Agile harus selalu mengakomodir perubahan requirement oleh pengguna atau stakeholder! 21