Pengajaran 1 - Kajian Rumpaka Kawih (PDF)
Document Details
Uploaded by LustrousParticle
Tags
Summary
This document provides an analysis of the Rumpaka Kawih, a form of Sunda literature. It explores concepts like purwakanti, the structure of the poems, and different literary styles. The text also includes examples and analysis of stanzas of a song, 'Jang'.
Full Transcript
Pengajaran 1 RUMPAKA KAWIH Dalam sastra Sunda ada yang disebut kawih dan ada pula yang diseb tembang. Apabila dilihat dari liriknya, kawih sama dengan puisi Sunda yang tidak terikat oleh aturan. Sedangkan tembang. Sunda yana tik puisi dikatakan, bahwa kawih Sunda, yaitu suatu jenis lagu-lagu Sunda...
Pengajaran 1 RUMPAKA KAWIH Dalam sastra Sunda ada yang disebut kawih dan ada pula yang diseb tembang. Apabila dilihat dari liriknya, kawih sama dengan puisi Sunda yang tidak terikat oleh aturan. Sedangkan tembang. Sunda yana tik puisi dikatakan, bahwa kawih Sunda, yaitu suatu jenis lagu-lagu Sunda yong bebas, yang tidak terikat dengan aturan seperti halnya tembang. kakawihany merupakan Berbagai alat musik bisa mengiringi kawih Sunda. Dari mulgi alat mus tradisional, seperti calung, réog, kecapi, sampai alat musik moderen sepe gitar, piano, keyboard. 1\. Purwakanti dalam Kawih Biasanya akan terasa indahnya kata-kata dari rumpaka (lirik) kawih Hal ini timbul karena memang kata-kata yang dipakai merupakan kata kata pilihan yang sengaja dipakai oleh pengarang untuk mewakili ungkapar hatinya. Selain itu, adanya purwakanti makin terasa indahnya kata-kata da Jagu tersebut. Perhatikan cutatan lagu \'Jang\' di bawah ini! 1\) Jang! Hirup téh teu gamp\[a\]ng Teu cukup ku dipikir\[a\]n Bari kudu dilakon\[a\]n (murwakanti pada suara a di bait ke-1) ) Jang! Jalan kahirup\[a\]n Henteu sapanjangna dat\[a\]r Aya mudun jeung tanjak\[a\]n (murwakanti pada suara a di bait ke-2) Kudu s\[a\]b\[a\]r din \[a\] kur\[a\]ng (murwakanti pada suara a) Ulah nep\[a\]k d\[a\]d\[a\] beungh{a}r (murwakanti pada suara a) Salawasna k\[u\]d\[u\] s\[u\]k\[u\]r (murwakanti pada suara u) Éling ka N\[u\] Maha Ag\[u\]ng (murwakanti pada suara u) Kadé hidep bisi k\[u\]p\[u\]r (murwakanti pada suara u) \[14.25, 27/9/2024\] Ade Rifqi R: Lirik di atas jumlahnya ada tiga (3) bait. Terdapat suara-suara yang sama di tiap barisnya. Bait kesatu dan kedua terdiri dari tiga baris, baris ketiga terdiri dari lima baris. Akhir baris di bait kesatu dan kedua sama, yaitu \[a\]. Pada bait ketiga, terdapat suara yang sama pada baris kesatu dan kedua, yaitu suara \[a\] dan pada baris ketiga, keempat, dan kelima terdapat suara yang sama, yaitu \[u\]. Nah, suara yang sama pada lirik seperti itu disebutnya purwakanti. Jadi purwakanti maksudnya berdekatannya suara atau kata yang sama dalam ungkapan kalimat lirik sebuah lagu. Dilihat dari posisinya, purwakanti terbagi dua. Persamaan atau berde- katannya suara atau kata yang sama dengan posisi ke bawah serta biasanya ada di ujung baris tiap bait disebut purwakanti runtuyan. Contohnya seperti di bawah ini. kudu s\[a\]b\[a\]r dina kur\[a\]ng ulah nep\[a\]k d\[a\]d\[a\] beungh{a}r salawasna k\[u\]d\[u\] s\[u\]k\[u\]r éling ka N\[u\] Maha Ag\[u\]ng kadé hidep bisi k\[u\]p\[u\]r (murwakanti pada suara a) (murwakanti pada suara a) (murwakanti pada suara u) (murwakanti pada suara u) (murwakanti pada suara u) Sedangkan yang satu lagi yaitu persamaan atau berdekatannya suar kata yang sejajar dalam satu baris, disebutnya purwakanti rantayan. Contoh nya seperti di bawah ini. kudu s\[a\]b\[a\]r din\[a\] kur\[a\]ng (murwakanti pada suara a) ang 2\. Stuktur Kawih Sunda Rumpaka (lirik) kawih dan tembang mempunyai nilai sastra. Umumn ditulis dalam bentuk puisi sisindiran atawa puisi bebas. Oleh karena rumpaka kawih dan tembang mempunyai unsur-unsur puisi, yaitu ter nada dan suasana, rasa, dan amanat. a\. Tema Tema yaitu gagasan pokok yang akan disampaikan oleh pengara kepada pembaca atau pendengarnya. Tema dalam kawih macam-mac- ada tema keagamaan, kemanusiaan, cinta tanah air, persahabatan, ke sayang, dll. \[14.26, 27/9/2024\] Ade Rifqi R: Nada dan Suasana Nada yaitu sikap pengarang terhadap pembaca. Dari sikap menyebabkan adanya suasana yang terasa oleh pembaca. Perhatikan kutipan kawih di bawah ini! pengarang Kudu sabar dina kurang Ulah nepak dada beunghar Salawasna kudu sukur Éling ka Nu Maha Agung Kadé hidep bisi kupur Berdasarkan rumpaka (lirik) kawih di atas, terlihat sikap pengarang ingin memberi nasihat kepada anaknya, bahwa harus bersabar dalam kekurangan dan tidak sombong apabila keadaan berlebih. Selamanya harus bersyukur. ingat selalu kepada Tuhan, dan hati-hati jangan sampai menjadi manusia yang kufur nikmat. Dari nasehat tersebut kita juga merasa bahwa isi nasehat itu juga mengingatkan kepada kita yang membaca atau mendengar link tersebut. C. Rasa C. Rasa Rasa itu menjiwai isi kawih. Rasa dalam kawih bisa diketemukan sesudah liriknya dinyanyikan. Enak tidaknya sebuah kawih itu bisa dirasakan sesudah dinyanyikan. d\. Amanat Amanat yaitu pesan atau keinginan pengarang yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengarnya melalui karyanya. Dalam hal ini penentuan amanat tergantung dari pembaca atau pendengar. Kita bebas untuk menentukan amanat dari sebuah kawih. Gaya Basa: Mijalma jeung Rarahulan pemilihan Dalam rumpaka (lirik) kawih, seperti halnya penulisan puisi, kata (diksi) mutlak diperlukan sekali untuk mewakili rasa yang ingin diung kapkan oleh pengarangnya. Berbagai kata dipakai pengarang atau penulis atau penden dengya. untuk meyakinkan atau mempe membandingkan satu benda dengan bendo lainnyaa disebut gaya basa. 1\. Gaya Basa Mijalma (Personifikasi) Perhatikan contoh lirik kawih di bawah ini: Purnama nu kungsi nyanding (Bulan yang pernah bersanding) Ayeuna nganjang ka buruan deui (Sekarang mengunjungi halaman lagi) Pada kutipan lirik di atas terdapat kata purnama, yang artinya bulan. Diterangkan bahwa bulan yang pernah bersama sekarang mengunjungi halaman lagi. Kita tahu, bahwa kenyataan yang sesungguhnya bulan tidak pernah ke mana-mana, tapi tetap di angkasa. Pada kalimat di atas yan diperlukan hanyalah kata perumpamaannya. Kata Purnama, yaitu bula yang merupakan benda mati diibaratkan hidup seperti manusia, maka ga basa seperti ini disebut gaya basa mijalma (personifikasi). 2\. Gaya Basa Rarahulan (Hiperbola) Perhatikan contoh lirik kawih di bawah ini: Bubuy bulan sangray béntang (Bulan dibembam bintang digoreng) Pada kutipan lirik di atas kata bulan dan bentang dibandingkan dengan makanan yang bisa dibakar atau digoreng. Kita mengetahui bahwa bulan yang begitu besar tidak mungkin dibembam atau digoreng. Tapi pengarang sengaja memakai kata tersebut untuk mempengaruhi pembaca bahwa apa yang diceritakannya terkesan \'wah\'. Pemakaian kata yang melebih-lebihkan sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya disebut gaya basa rarahulan (hiperbola). Pancén 2 Carilah kata-kata yang mengandung gaya basa mijalma dan gaya basa rarahulan pada contoh kawih-kawih di atas! Harti Kecap: Konotatif jeung Dénotatif Waktu membuat rumpaka (lirik) kawih, berbagai kata dipilih oleh penulis untuk mengungkapkan rasa dan ungkapan hatinya. Selain pemakaian kata yang mempunyai arti sesungguhnya (denotatif), penulis terkadang menyisipkan kata yang mempunyai arti bukan sesungguhnya atau arti pinjaman (konotatif). Perhatikan contoh di bawah ini: 1\. Jang! Jalan kahirupan henteu sapanjangna datar aya mudun jeung tanjakan 2\. Jang! Jalan ka Puncak henteu sapanjangna datar aya mudun jeung tanjakan Kata jalan pada contoh kalimat di atas mempunyai arti yang berbeda. Pada kalimat nomor 1 kata jalan mempunyai arti pinjaman, yaitu \'keadaan/ perjalanan\'. Sedangkan pada kalimat nomor 2 kata jalan mempunyai arti yang sesungguhnya, yaitu \'tanah yang bisa dilalui oleh manusia atau kendaraan\'.