PAI Bab 5: Peran dan Keteladanan Tokoh Ulama Islam di Indonesia PDF

Summary

This document discusses prominent figures in Indonesian Islamic history, focusing on their roles and exemplary characteristics. It delves into the contributions of various scholars, and aims to promote an understanding of their impact.

Full Transcript

## Bab 5 Peran dan Keteladanan Tokoh Ulama Islam di Indonesia ### Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat: 1. menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia: * Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurrauf As-Singkili, Syekh...

## Bab 5 Peran dan Keteladanan Tokoh Ulama Islam di Indonesia ### Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat: 1. menganalisis peran dan keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia: * Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Abdurrauf As-Singkili, Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari * Al-Bantani, Abdus Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani, Nawawi Al-Bantani, dan Muhammad Sholeh bin Umar As-Samarani 2. mempresentasikan paparan mengenai peran dan keteladanan ulama Islam tersebut 3. mencontoh sikap keteladanan tokoh ulama Islam di Indonesia 4. membiasakan sikap gemar membaca, menulis, berprestasi, kerja keras, tanggung jawab, literasi, dan produktif dalam berkarya ### PROFIL PELAJAR PANCASILA * Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia * Bergotong Royong * Kreatif ### Kata Kunci: Peran, Keteladanan, Tokoh, Ulama Islam Indonesia ### A. Hamzah Fansuri #### 1. Biografi Hamzah Fansuri Hamzah Fansuri adalah seorang ulama sufi dan sastrawan yang hidup pada abad ke-16. Beliau berasal dari Barus, sekarang berada di provinsi Sumatra Utara. Hamzah Fansuri adalah seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan budayawan terkemuka yang diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Nama gelar yang tercantum di belakang nama kecil Hamzah Fansuri menunjukkan bahwa beliau adalah seorang tokoh pendekar puisi dan ilmu suluk yang berasal dari Fansur, sebagai sebutan orang-orang Arab terhadap Barus. Sekarang Barus menjadi sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra yang terletak di antara kota Sibolga dan Singkel. Sampai pada abad ke-16, kota tersebut merupakan pelabuhan dagang penting yang banyak dikunjungi oleh saudagar dan musafir dari negeri-negeri jauh. Di dalam buku Hamzah Fansuri, Penyair Aceh, karya Prof. A. Hasymi menyebutkan bahwa Hamzah Fansuri hidup di masa pemerintahan Sultan Alauddin Riayat Syah Sayyid Al-Mukammil  (1589-1604 M) sampai awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda Darmawangsa Mahkota Alam (1607-1636 M). Dari berbagai sumber lain disebutkan bahwa Hamzah Fansuri telah belajar berbagai ilmu yang memakan waktu cukup lama. Selain belajar di Aceh, beliau telah mengembara ke berbagai tempat, di antaranya ke Banten (Jawa Barat), mengembara ke seluruh tanah Jawa, semenanjung tanah Melayu, India, Parsi, dan Arab. Sehingga Hamzah Fansuri sangat mahir dalam ilmu-ilmu fikih, tasawuf, falsafah, mantiq, kalam, sejarah, sastra, dan lain-lain. Dalam bidang bahasa, beliau menguasai seluruh sektor ilmu arabiyah, fasih dalam ucapan bahasa, menguasai bahasa Urdu, Parsi, Melayu, dan Jawa. #### 2. Karya Hamzah Fansuri Karya Hamzah Fansuri yang terkenal, antara lain sebagai berikut. * Kitab *Asrarul 'Arifin fi Bayāni 'Ilmi As-Suluk wa At-Tauhid*, yang membahas masalah-masalah ilmu tauhid dan ilmu tarekat. * Kitab *Syarab Al-'Asyiqin*, yang membahas masalah-masalah tarekat, syariat, hakikat, dan makrifat. * Kitab *Al-Muntahi*, yang membahas masalah-masalah tasawuf. * *Rubā'i Hamzah Fansuri*, syair sufi yang penuh butir-butir filsafat. * *Syair Burung Unggas*, dan lain-lain. #### 3. Peran Hamzah Fansuri Hamzah Fansuri berperan dalam menyebarkan ilmu pengetahuan Islam di Asia Tenggara melalui tasawuf dan mendirikan lembaga pendidikan Islam, seperti dayah, semacam perguruan tinggi di Aceh. Tak hanya dari warga Aceh, murid beliau bahkan berasal dari berbagai penjuru Nusantara. #### 4. Keteladanan Hamzah Fansuri Keteladanan Hamzah Fansuri sebagai ulama Nusantara di antaranya adalah sebagai berikut. * Sebagai seorang ulama yang gigih dalam mendakwahkan ajaran Islam melalui tasawuf. * Sebagai seorang ulama yang produktif dalam berkarya. Karya-karyanya tentang ilmu agama, tasawuf, dan sastra ditulis di dalam bahasa Arab atau Persia. * Sebagai seorang ulama yang menjadi pelopor penulisan puisi-puisi yang bersifat filosofis dan mistis bercorak Islam, sehingga sulit ditandingi oleh penyair yang sezaman ataupun sesudahnya. * Menjadi teladan yang hasil karyanya menjadi rujukan para penulis Melayu abad ke-17 dan 18. * Sebagai sosok teladan yang memperkenalkan syair, puisi empat baris dengan skema sajak akhir a-a-a-a. Syair sebagai suatu bentuk pengucapan sastra seperti halnya pantun yang sangat populer dan digemari oleh para penulis sampai pada abad ke-20. * Sukses dalam mengangkat bahasa Melayu tidak hanya sebagai lingua franca, tetapi menjadi bahasa intelektual dan ekspresi keilmuan yang canggih dan modern. * Sebagai tokoh Islamisasi bahasa Melayu dan Islamisasi pemikiran dan kebudayaan. * Sebagai pelopor dalam penerapan metode takwil atau hermeneutika kerohanian, seperti terlihat dalam *Asrarul 'Arifin* (rahasia ahli makrifat), sebuah risalah tasawuf klasik yang paling berbobot, sebagai hasil dari ahli tasawuf Nusantara. ### B. Nuruddin Ar-Raniri #### 1. Biografi Nuruddin Ar-Raniri Nuruddin Ar-Raniri memiliki nama lengkap Nuruddin Muhammad bin 'Ali bin Hasanji bin Muhammad Hamid Ar-Raniri Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan kira-kira pada abad ke-16 M di daerah Ranir (Rander) yang merupakan kota pelabuhan tua di pantai Gujarat (India) dan wafat pada 22 Zulhijjah 1096 H/21 September 1658 M di India. Beliau menganut aliran Ahlusunnah wal jama'ah dan dalam ilmu fikih beliau bermazhab Asy-Syafi'i. Pendidikan awal Nuruddin Ar-Raniri dalam bidang keagamaan diperoleh di tempat kelahirannya, Ranir. Guru beliau yang paling berpengaruh adalah Abu Nafs Sayyid Imam bin Abdullah bin Syaiban, seorang guru tarekat Rifaiyah. la kemudian melanjutkan pendidikan ke Tarim, Hadramaut, wilayah Arab bagian selatan yang merupakan pusat studi agama Islam pada masa itu. Setelah menyelesaikan pendidikan di Tarim, Nuruddin Ar-Raniri memutuskan kembali ke Ranir. Di tanah kelahirannya, beliau mengajarkan ilmu-ilmu yang telah diperolehnya selama di Tarim, termasuk ajaran tarekat Rifaiyah yang dibawa oleh Syekh Ahmad Rifai. Nuruddin Ar-Raniri menulis kurang lebih 29 kitab dan paling terkenal adalah kitab *Bustānus Salātin*. Namanya kini diabadikan sebagai nama Universitas Islam Negeri (UIN) di Banda Aceh. #### 2. Karya Nuruddin Ar-Raniri Di antara karya Nuruddin Ar-Raniri adalah sebagai berikut: * *Bustānus Salātin* * *Sirāţal Mustaqim* * *Darul Fawaid fi Syarh Al-'Aqā'id* * *Al-Fawaidul Bahiyyah* * *Tibyān fi Ma'rifat Al-Adyān* #### 3. Peran Nuruddin Ar-Raniri Di antara peranan penting Nuruddin Ar-Raniri adalah menjelaskan kepada kaum muslimin Indonesia dasar-dasar pokok keimanan dan ibadah dalam Islam, serta mengungkap kebenaran Islam dalam suatu perspektif perbandingan dengan agama-agama lain. Beliaulah ulama pertama di wilayah Melayu yang menulis sebuah karya mengenai perbandingan agama yang berjudul *Tibbān fi Ma'rifat Al-Adyān*. #### 4. Keteladanan Nuruddin Ar-Raniri Di antara keteladanan Nuruddin Ar-Raniri adalah kontribusi keulamaannya dari berbagai bidang kajian Islam, antara lain bidang kalam, tasawuf, fikih, sejarah, akidah, dan sebagainya. Hal inilah yang menjadikan beliau seorang tokoh yang disegani secara keilmuan dan ketokohannya. ### C. Abdurrauf As-Singkili #### 1. Biografi Abdurrauf As-Singkili Abdurrauf As-Singkili memiliki nama lengkap Amin Ad-Din Abdurrauf bin Ali Al-Jawi Al-Fansuri As-Singkili. Beliau diperkirakan lahir di Singkil, Kabupaten Aceh Selatan pada 1620 M. Ayahnya seorang guru dan mubalig yang bernama Ali, berasal dari Persia atau Arabia yang datang dan menetap di Singkil, Aceh pada akhir abad ke-13. Gelar Al-Fansuri didapat karena ibu Abdurrauf As-Singkili berasal dari Desa Fansur, Barus. Sedangkan gelar As-Singkili karena beliau lahir di daerah Singkil, Aceh. Pada masa mudanya, ia belajar agama Islam kepada ayahnya sendiri, sehingga Abdurrauf As-Singkili mempunyai dasar agama yang cukup kuat. Sekitar tahun 1642, beliau merantau ke tanah Arab. Selama di tanah Arab, Abdurrauf As-Singkili belajar kepada sejumlah guru, ulama, dan tokoh mistik ternama di Jeddah, Mekah, Madinah, Mokha, Bait Al-Faqih, dan tempat-tempat lain. Seorang guru yang paling berpengaruh pada diri Abdurrauf As-Singkili adalah Syekh Syafiuddin Ahmad Ad-Dajjani Al-Qusyasyi, guru spiritual yang berada di Madinah. la memperoleh ijazah dan khirqah untuk menjadi khalifah dalam tarekat Syattariyah dan Qadiriyyah. Abdurrauf As-Singkili bukanlah sekadar ulama tasawuf, tetapi juga merupakan ahli ilmu lainnya, seperti tafsir, fikih, dan hadis. Perpaduan bidang ilmu tersebut sangat memengaruhi sikap keilmuan Abdurrauf As-Singkili, yang sangat menekankan perpaduan antara syariat dengan tasawuf. Abdurrauf As-Singkili kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H/1662 M untuk mengajarkan dan mengembangkan tarekat Syattariyah. Beberapa murid yang terkenal adalah Syekh Burhanuddin Ulakan dari Pariaman, Sumatra Barat dan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Karena pemikirannya menarik hati Sultanah Safiyyatudin yang pada saat itu memerintah Kesultanan Aceh, akhirnya Abdurrauf As-Singkili diangkat sebagai Qadi Malik Al-'Adil yang bertanggung jawab terhadap administrasi masalah-masalah keagamaan. Abdurrauf-As-Singkili wafat pada tahun 1693 M dan dimakamkan di Kuala Sungai Aceh, sehingga mendapat sebutan Teungku Syiah Kuala. Sebutannya kini menjadi nama sebuah Universitas Syiah Kuala. #### 2. Karya Abdurrauf As-Singkili Beberapa karya besar Abdurrauf As-Singkili yang menjadi kajian, bacaan, dan rujukan umat Islam, termasuk para akademisi, yaitu sebagai berikut. * *Turjumān Al-Mustafid*, kitab tafsir pertama dalam bahasa melayu yang ditulis oleh Abdurrauf sekembalinya dari negeri Arab. Hingga kini, karya tersebut masih dapat ditemui. Tak hanya dicetak dan diterbitkan di Nusantara, melainkan juga di Istanbul-Turki, Singapura, Penang-Malaysia, Mumbai-India, Afrika Selatan, serta kawasan Timur Tengah, seperti Kairo dan Mekah. * *Mir'ātut Tullab fĩ Tashìl Ma'rifatil Ahkam Asy-Syar'iyyati lil Malikil Wahhab*, kitab fikih yang ditulis atas permintaan Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah. Kitab ini berisi kajian tentang muamalat. * *Kitabul Farā'id*, kitab tentang ilmu waris dalam Islam. * *Umdatul Muhtājīn Ilā Sulūk Maslak Al-Mufradin*, kitab tasawuf yang isinya terdiri atas tujuh bab. Di akhir kitab tersebut, Abdurrauf As-Singkili menguraikan silsilah tarekat Syattariyah sampai kepada Nabi Muhammad Saw. #### 3. Peran Abdurrauf As-Singkili Peran Abdurrauf As-Singkili terhadap perkembangan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut. * Sebagai orang pertama yang memperkenalkan tarekat Syattariyah di Indonesia. * Pengajar dan pengembang tarekat Syattariyah. * Melahirkan beberapa ulama terkenal di Indonesia, seperti Syekh Burhanuddin Ulakan (dari Pariaman, Sumatra Barat), Syekh Nurqodim Al-Baharuddin (dari Sumatra Selatan) and Syekh Abdul Muhyi (dari Tasikmalaya, Jawa Barat). * Tarekat Syattariyah yang dibawa oleh Abdurrauf menjadi "penyejuk" bagi perbedaan yang tajam antara dua aliran, yaitu wahdatul wujūd dan syuhūdiyah pada saat itu. * Sukses dan berhasil memasyarakatkan zikir sebagai suatu usaha untuk melepaskan diri dari sifat lalai dan lupa. Dengan zikir, hati akan selalu mengingat Allah Swt. * Corak pemikiran Abdurrauf As-Singkili tentang tasawuf dibagi menjadi tiga pokok, yaitu ketuhanan dan hubungannya dengan alam, insan kamil, dan jalan menuju Tuhan. * #### 4. Keteladanan Abdurrauf As-Singkili Di antara keteladanan Abdurrauf As-Singkili adalah kesungguhan dalam menimba ilmu dan keproduktifan beliau dalam menghasilkan karya. Di antara karyanya adalah di bidang tafsir fikih, hadis, tauhid, hingga tasawuf. Sebagai bukti kesungguhan beliau dalam menuntut ilmu adalah karya-karyanya yang terkenal dan sangat bermanfaat sampai sekarang. ### D. Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani #### 1. Biografi Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1626 M dan meninggal di Cape Town, Afrika Selatan pada 23 Mei 1699 M. Beliau termasuk seorang pahlawan nasional Indonesia yang digelari “Tuanta Salamaka ri Gowa” artinya tuan guru penyelamat kita dari Gowa oleh pendukungnya di kalangan rakyat Sulawesi Selatan. Ketika meninggal, jenazah Syekh Yusuf dibawa ke Gowa atas permintaan Sultan Abdul Jalil (1677-1709 M) dan dimakamkan kembali di Lakiung, pada bulan April 1705. Syekh Yusuf dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto dengan SK Presiden: Keppres No. 071/TK/1995, tanggal 7 Agustus 1995. Pada tahun 2009, Syekh Yusuf memperoleh anugerah penghargaan "Ordo Sahabat Oliver Thambo" yaitu penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Afrika Selatan oleh Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki kepada ahli warisnya yang disaksikan oleh Wakil Presiden RI, M. Yusuf Kalla di Pretoria, Afrika Selatan. Syekh Yusuf adalah seorang ulama sufi, beliau dikenal sebagai mursyid (pembimbing) tarekat Khalwatiyah. Meski demikian, beliau juga dapat mengajarkan tarekat lainnya, seperti Qadiriyah, Naqsabandiyah, Ba'alawiyah, dan Syattariyah. Semuanya beliau ajarkan sesuai ijazah yang pernah diterimanya. Dalam urusan tarekat, Syekh Yusuf pernah seperguruan dengan Syekh Abdurrauf As-Singkili dari Syekh Mulla Ibrahim, khalifah tarekat Syattariyah. Ajaran pokok tarekat Syekh Yusuf berkisar pada usaha manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. yang mengacu pada peningkatan kualitas akhlak mulia serta penekanan amal saleh dan zikir. Ibadah salat dan zikir, menurut Syekh Yusuf merupakan amalan yang dapat membawa seorang salik sampai ke ujung suluknya. Dengan demikian, kedudukan zikir dalam tarekat Syekh Yusuf menempati posisi yang sangat penting. Syekh Yusuf banyak menulis buku di dalam bidang tasawuf. Buku-buku mengenai ajaran tasawuf ditulis ketika dalam perantauan dan pada saat menjalani pengasingan. Ketika menjalani pengasingan di Sri Lanka, salah seorang ulama besar dari India yang beliau temui yaitu Syekh Ibrahim bin Mi'an. Beliau meminta Syekh Yusuf menulis sebuah buku tentang tasawuf yang berjudul *Kaifiyyat At-Tasawwuf*. Begitu juga selama menetap di Banten, Syekh Yusuf menulis sejumlah karya. Untuk mengenalkan ajaran tasawuf kepada umat Islam di Indonesia. Salah satu bukunya berjudul *Al-Barakāt Al-Sailāniyyah* berisi nasihat mengenai cara dan bagaimana mengikuti jalan sufisme, seperti berzikir, syahadat, dan cara bagaimana mendekatkan diri kepada Allah Swt. #### 2. Karya Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani Di antara karya Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani yang terkenal adalah sebagai berikut. * *Kaifiyyat At-Tasawwuf*, kitab yang berisi tentang tata cara bertatasawuf. * *Al-Barakat Al-Sailāniyyah*, kitab yang berisi nasihat mengenai cara dan bagaimana mengikuti jalan sufisme, seperti berzikir, syahadat, dan cara bagaimana mendekatkan diri kepada Allah Swt. * *Al-Fawā'il Al-Yusūfiyyah fi Bayān Tahqiq Aş-Şufiyyah*. * *Kaifiyyat Al-Mugni fi Isbāt fi Al-Hadis Al-Qudsi*, kitab yang menjelaskan pentingnya mengingat Allah Swt. kapan pun dan di manapun, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw. Di dalam kitab tersebut, dijelaskan juga tentang cara-cara bertobat dan memperoleh rida Allah Swt. * *Mațālib As-Sālikīn*, kitab yang menjelaskan keesaan Allah Swt. sebagai landasan untuk menjadi seorang muslim. Menurut Syekh Yusuf, seorang muslim harus percaya konsep tauhid (keesaan Allah) dan makrifat (mengenal Allah) serta menjalankan ibadah. Urutannya dapat dilihat sebagaimana pohon, terdiri dari batang yang diibaratkan sebagai tauhid, cabang serta daun-daunnya yang diibaratkan sebagai makrifat, dan ibadah sebagai buahnya. #### 3. Peran Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani Peran Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani terhadap dakwah Islam, yaitu sebagai berikut. * Petulang ilmu dan pejuang * Sejarah mencatat, Syekh Yusuf adalah seorang petualang ilmu. Dalam perjalanan Haji pada tahun 1645, Syekh Yusuf singgah di banyak tempat, seperti Banten, Aceh, dan Yaman. Di tempat-tempat singgah tersebut, beliau bertemu dengan Sultan Ageng Tirtayasa, Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdullah Muhammad Abdul Baqi, and ulama-ulama yang lain. * Syekh Yusuf banyak menimba ilmu pengetahuan dari setiap tempat yang disinggahi. Seperti ketika di Aceh, ia berguru kepada Syekh Nuruddin Ar-Raniri. Dari Ar-Raniri, ia belajar ilmu tasawuf and tarekat. * Selain seorang petualang yang haus akan ilmu pengetahuan, Syekh Yusuf juga seorang pejuang yang gigih melawan Belanda. Ketika kesultanan Banten (di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa) bertempur dengan Belanda, Syekh Yusuf ikut membantu kesultanan Banten bersama-sama dengan Pangeran Purbaya dari Kesultanan Mataram. Pertempuran itu berlangsung selama dua tahun (Februari 1682-Desember 1683). Dalam pertempuran itu, Kesultanan Banten mengalami kekalahan. Akibat dari kekalahan itu, Syekh Yusuf ditangkap and kemudian diasingkan hingga ke Afrika Selatan * Pejuang Islam di Afrika Selatan * Syekh Yusuf adalah seorang ulama Nusantara yang menjadi panutan di Afrika Selatan. Namanya menjadi penyemangat perjuangan rakyat Afrika Selatan melawan apartheid. Nelson Mandela menyebutnya sebagai "Putra Afrika, pejuang teladan kami". * Jejaknya di Afrika Selatan dimulai pada tahun 1693 dalam pengasingan Belanda. Syekh Yusuf ditangkap oleh Belanda akibat membantu Sultan Ageng Tirtayasa, menentang Belanda. * Syekh Yusuf sempat dipenjara di Batavia, namun tidak lama. Beliau segera dipindah ke Sailon, Sri Lanka, karena Belanda khawatir dengan pengaruh Syekh Yusuf, meski para pengikutnya telah dipulangkan ke Sulawesi Selatan. Di Sri Lanka, karisma Syekh Yusuf tidak pudar, malah semakin menguat. Banyak penduduk Sri Lanka yang masuk Islam karena pendekatan Syekh Yusuf yang humanis. * Selain itu, Syekh Yusuf juga berhasil membangun jejaring dengan jamaah haji asal Nusantara yang transit ke Sri Lanka sebelum ke Mekah. Dari jejaring itu, ia berhasil membangun komunikasi dengan Kesultanan Banten and Kerajaan Gowa. Melihat pengaruh Syekh Yusuf yang semakin menguat, Belanda mulai cemas. Pada tahun 1693, Belanda mengasingkan Syekh Yusuf lebih jauh lagi, yaitu ke Afrika Selatan. Di Afrika Selatan inilah, jejak petualangan Syekh Yusuf berakhir. #### 4. Keteladanan Syekh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Bantani Syekh Yusuf merupakan seorang ulama, sufi, intelektual, dan seorang pejuang yang patut untuk dicontoh and dijadikan sebagai teladan bagi kita semua. Dengan ilmunya yang sangat tinggi, tidak membuat dirinya sombong. Beliau tetap memiliki sifat tawudu. Syekh Yusuf tidak pernah lelah dalam perjalanannya untuk mencari ilmu, Syekh Yusuf tidak pernah patah semangat dalam mengembangkan Islam. ### E. Abdus Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani #### 1. Biografi Abdus Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani Abdus Samad bin Abdullah Al-Jawi Al-Palimbani lahir sekitar tahun 1116 H/1704 M. Beliau berasal dari Palembang. Ketika beliau lahir, daerah Palembang merupakan pusat sebuah kerajaan Islam. Kesultanan Palembang berdiri sejak pertengahan abad ke-17 M. Ayahnya bernama Syekh Abdul Jalil bin Syekh Abdul Wahhab bin Syekh Ahmad Al-Mahdani, beliau berasal dari Yaman. Sementara ibunya, bernama Radin Ranti adalah perempuan asli Palembang. Di Arab, beliau dikenal dengan nama Sayyid Abdus Samad bin Abdurrahman Al-Jawi. Hampir seluruh hidup Abdus Samad Al-Palimbani dijalaninya dengan belajar, mengajar, and menulis buku. Sejak usia anak-anak, beliau dididik orang tuanya dengan sangat disiplin. Pada masa belajarnya, Abdus Samad Al-Palimbani gemar mempelajari ilmu tasawuf yang bersumber dari buku-buku karangan Syekh Abdur Rahman bin Abdul Aziz Al-Magribi. Dalam menuntut ilmu, beliau memiliki dua ulama Indonesia yang dijadikan panutannya, yaitu Abdurrauf As-Singkili and Syamsuddin As-Sumatrani. Abdus Samad Al-Palimbani juga mempelajari ilmu suluk dari Syekh Muhammad As-Samman, and ilmu tauhid dari tulisan-tulisan Syekh Mustafa Al-Bakri. Setelah itu, Abdus Samad Al-Palimbani pergi ke Mekah untuk menunaikan haji and melanjutkan perjalanan keilmuannya. Di sana, beliau berguru kepada seorang ulama Mesir, Ahmad bin Abdul Mun'im Ad-Damanhuri. Pada musim haji, Abdus Samad Al-Palimbani meluangkan waktunya untuk menolong and membimbing para jamaah haji yang berasal dari Indonesia dalam melaksanakan ibadah haji. #### 2. Karya Abdus Samad Al-Palimbani Di antara karya Abdus Samad Al-Palimbani adalah sebagai berikut. * *Nașīhah Al-Muslimin wa Tazkirah Al-Mu'minin fì Fadā'il Al-Jihād fì Sabilillāh wa Karāmah Al-Müjāhidin*. Kitab yang membahas tentang nasihat and peringatan untuk umat Islam terkait keutamaan jihad di jalan Allah Swt. * *Syarh Lubab Ihyā ‘Ulūm Ad-Din*. * *Syarh Bidayah Al-Hidāyah*. * *Zuhrah Al-Murid fi Bayān Kalimah At-Tauhid*. Kitab yang membahas tentang makna kalimat tauhid. * *Zad Al-Muttaqin fi Tauhid Rabb Al-'Alamin*, Kitab yang memuat ringkasan ajaran tauhid menurut Syekh Muhammad As-Samman. * *Ratib 'Abd As-Samad*. * *Hidayah As-Sālikin fi Suluk Maslak Al-Muttaqin*. Kitab yang membahas tentang petunjuk untuk mencapai tingkat orang-orang yang bertakwa. * *Sa'ir As-Salikin ila Ibadah Rabb Al-'Alamin*, Kitab yang membahas tentang cara beribadah kepada Allah Swt. #### 3. Peran Abdus Samad Al-Palimbani Abdus Samad Al-Palimbani menjalani sebagian besar hidupnya dengan menuntut ilmu dan mengajar di dua kota tanah suci. Beliau dikenal, disegani and dihormati oleh semua kalangan, baik pelajar Nusantara maupun masyarakat lokal karena kedalaman ilmunya. Di sana beliau juga dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki ikatan kuat dengan negeri asalnya, yaitu Indonesia. Walaupun beliau tidak tinggal di Indonesia, beliau tetap peduli dengan keadaan perkembangan sosio-religius umat Islam di Indonesia. Karena pada masa itu, rakyat Indonesia dalam penjajahan. Beliau selalu memberikan semangat untuk tidak takut melakukan perlawanan terhadap penjajah. Selain itu, Abdus Samad Al-Palimbani juga peduli terhadap masalah kolonialisme Barat di negeri-negeri Islam. Hal ini dibuktikan dengan karyanya yang berjudul *Nașīḥah Al-Muslimin wa Tazkirah Al-Mu'minin fi Fadā'il Al-Jihad fi Sabilillāh wa Karāmah Al-Mujahidin* yang ditulisnya dalam bahasa Arab pada tahun 1772 M. Dengan demikian, selain terlibat dalam jaringan ulama, Abdus Samad Al-Palimbani juga termasuk salah satu ulama sufi yang ikut menyebarkan paham tasawuf and kesadaran jihad umat Islam dalam melawan penjajahan. #### 4. Keteladanan Abdus Samad Al-Palimbani Kehidupan Abdus Samad Al-Palimbani tidak pernah lepas dari kegiatan belajar, mengajar, and menulis buku. Ketekunan sudah menjadi wataknya sejak dirinya masih berusia anak-anak. Kedua orang tuanya juga tegas dalam menegakkan disiplin. Ketekunan inilah yang patut kita contoh sebagai penerus bangsa dalam menegakkan agama Islam. ### F. Nawawi Al-Bantani #### 1. Biografi Nawawi Al-Bantani Nawawi Al-Bantani memiliki nama lengkap Abu Abdullah Al-Mu'thi Muhammad Nawawi bin Umar Al-Tanari Al-Bantani Al-Jawi. Beliau lahir di Desa Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten, Jawa Barat. Nawawi Al-Bantani merupakan salah satu ulama Nusantara yang karismatik and berjasa besar dalam perkembangan dakwah Islam. Karya-karyanya hingga kini masih dijadikan rujukan di berbagai lembaga pendidikan seperti pesantren, baik di Indonesia maupun luar negeri. Nawawi Al-Bantani di masa kecil didik langsung oleh ayahnya yang bernama K.H. Umar bin Arabi and sudah diarahkan untuk menjadi seorang ulama. Setelah itu, ayahnya menitipkan Nawawi Al-Bantani kepada K.H. Sahal, seorang ulama terkenal di Banten. Kemudian beliau menuntut ilmu kepada Kiai Yusuf, ulama besar di Purwakarta. Setelah itu, Nawawi Al-Bantani pergi ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji bersama dua orang saudaranya. Selesai berhaji, beliau berniat tinggal di sana untuk menimba ilmu kepada ulama-ulama besar. Di antara ulama yang menjadi guru beliau ketika di tanah suci adalah Syekh Ahmad Khatib Sambas, Abdul Ghani Bima, Yusuf Sumbulaweni, Syekh Nahrawi, Syekh Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Khatib Hambali, dan Syekh Abdul Hamid Daghestani. Nawawi Al-Bantani belajar di tanah suci selama tiga tahun. Ketika merasa sudah saatnya mengamalkan ilmu yang dipelajarinya di tanah suci, beliau kembali ke tanah air and mengajar di pesantren ayahnya. Saat itu, Indonesia sedang dijajah oleh Belanda and suasananya tidak kondusif. Hal ini membuat Nawawi Al-Bantani mengurungkan berdakwah and mengajarkan agama Islam. Nawawi Al-Bantani kembali ke tanah suci untuk melanjutkan pendalaman ilmunya. Di Masjidil Haram, Nawawi Al-Bantani menjadi salah satu murid yang disegani karena kecerdasan and ketekunannya. Hal ini dibuktikan ketika suatu hari Syekh Ahmad Khatib Sambas sedang uzur, murid yang ditunjuk untuk menggantikannya adalah Nawawi Al-Bantani. Sejak saat itu, beliau dijadikan Imam Masjidil Haram and dipanggil dengan sebutan Syekh Nawawi Al-Jawi. Selain menjadi imam masjid, Nawawi Al-Bantani juga menyempatkan waktunya untuk mengajar and menyelenggarakan halaqah (diskusi ilmiah) untuk pelajar yang datang dari berbagai negara. Di antara muridnya yang berasal dari Indonesia adalah K.H. Kholil Bangkalan, K.H. Asnawi Kudus, K.H. Tubagus Bakri, K.H. Arsyad Thawil dari Banten, and K.H. Hasyim Asy'ari dari Jombang. #### 2. Karya Nawawi Al-Bantani Sekitar 15 tahun sebelum wafat, Nawawi Al-Bantani giat menulis buku. Beliau termasuk penulis yang produktif melahirkan kitab-kitab mengenai berbagai persoalan agama, karya-karyanya mencapai lebih dari 100 judul. Di antaranya adalah sebagai berikut. * *Syarh Tijan Ad-Darāri*, kitab yang menjelaskan tentang akidah ahlussunnah wal jamaah. * *Nasaihul 'Ibad*, kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran tasawuf Islam. * *Qāmi'ut Tugyan*, kitab ringkas yang menjelaskan cabang iman. * *Maraqi Al-'Ubūdiyyah*, kitab yang mengandung perpaduan antara ilmu fikih and tasawuf. * *Nur Az-Zalām*. * *Kāsyifatus Sajā*, syarah atas kitab *Safinah An-Najā*, karya Syekh Salim bin Sumair Al-Hadrami. * *'Uqūdul Lujain fi Bayāni Huqūqil Zawājain*, kitab fikih mengenai hak and kewajiban suami-istri. * *Syarh Al-Jurūmiyyah*, kitab tentang tata bahasa Arab. * *Lubāb Al-Bayān*, kitab yang membahas ilmu balagah. * *Al-Ibriz Ad-Dāni fì Maulid Sayyidinā Muhammad*, kitab yang berisi sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw. * *Tafsir Al-Munir*. #### 3. Peran Nawawi Al-Bantani Peran Nawawi Al-Bantani dalam perkembangan dakwah Islam sangatlah berpengaruh. Nawawi Al-Bantani mengajar di pesantren ayahnya setelah tiga tahun menggali ilmu dari ulama-ulama di tanah suci. Beliau tidak lama menetap di tanah air karena ada tekanan dari penjajah Belanda, beliau kembali ke tanah suci untuk belajar. Di sana beliau ditunjuk menjadi imam Masjidilharam menggantikan gurunya Syekh Ahmad Khatib Sambas. Nawawi Al-Bantani juga mengajar and membuka halaqah untuk pelajar dari luar Arab. Dakwah Islam Nawawi Al-Bantani sukses menciptakan kader ulama Nusantara ketika beliau mengajar di tanah suci. Selain itu, beliau juga produktif dalam hal menulis sehingga melahirkan banyak karya. Hingga kini kitab-kitab yang ditulis oleh Nawawi Al-Bantani banyak dijadikan rujukan pesantren-pesantren di Nusantara. #### 4. Keteladanan Nawawi Al-Bantani Keteladanan Nawawi Al-Bantani yang dapat kita teladani, yaitu semangat and giatnya dalam menuntut ilmu, mengajarkan and mengamalkan ilmu dengan menulis. Beliau adalah salah satu ulama Indonesia yang sangat produktif and karyanya meliputi bidang ilmu fiqih, tafsir, tauhid, tasawuf, and hadis. ### G. Muhammad Sholeh bin Umar Al-Samarani #### 1. Biografi Muhammad Sholeh bin Umar Al-Samarani Muhammad Sholeh bin Umar Al-Samarani adalah seorang ulama yang terkenal dari Semarang. Di tanah Jawa, beliau dikenal dengan sebutan Mbah Sholeh Darat. Adapun nama lengkap and gelar yang diberikan kepada beliau adalah Al-'Alim Al-'Allamah Asy-Syekh Muhammad Sholeh bin Umar Al-Samarani Al-Jawi Asy-Syafi'i. Muhammad Sholeh bin Umar Al-Samarani atau Mbah Sholeh Darat memiliki ayah bernama Kiai Umar yang merupakan salah seorang pejuang and orang kepercayaan Pangeran Diponegoro, di Jawa Bagian Utara, Semarang. Terdapat perbedaan pendapat terkait tempat kelahiran Mbah Sholeh Darat, pendapat pertama menyatakan bahwa Mbah Sholeh Darat dilahirkan di Desa Kedung Cumpleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sekitar tahun 1820 and pendapat kedua menyatakan bahwa Mbah Sholeh Darat lahir di Dukuh Kedung Cumpleng, Desa Ngroto Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Dikenal dengan sebutan "Darat" karena beliau tinggal di daerah yang bernama Darat, suatu daerah di pantai utara Semarang yang dijadikan tempat mendarat wisatawan dari luar pulau Jawa. Kini daerah tersebut termasuk wilayah Semarang Barat. Semenjak kecil hingga remaja, Mbah Sholeh Darat belajar Al-Qur'an and ilmu agama, seperti ilmu nahwu, sharaf, akidah, akhlak, hadis and fikih dari ayahnya. Setelah itu, beliau merantau untuk belajar kepada ulama-ulama, baik yang ada di Nusantara, maupun di luar negeri. Di antara guru Mbah Sholeh Darat, yaitu: * **Guru di Nusantara:** * K.H. Syahid Waturoyo * K.H. Muhammad Saleh Asnawi Kudus * K.H. Ishaq Damaran * K.H. Abu Abdillah Muhammad Hadi Banguni * K.H. Ahmad Bafaqih Ba'alawi, ulama yang mengajarkan Kitab Jauhar At-Tauhid karya Syekh Ibrahim Al-Laqqoni and Kitab Minhaj Al-'Ābidīn karya Imam Al-Ghazali. * K.H. Abdul Ghani Bima, ulama yang mengajarkan Kitab Masā'il As-Sittin karya Abu Abbas Ahmad Al-Mishri. * Mbah Ahmad Alim, ulama yang mengajarkan ilmu tasawuf and tafsir Al-Qur'an. * **Guru di luar negeri (Mekah):** * Syekh Muhammad Al-Muqri * Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki * Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan * Syekh Ahmad Nahrowi * Sayid Muhammad Saleh bin Sayid Abdur Rahman Az-Zawawi. * Syekh Zahid * Syekh Umar Asy-Syami * Syekh Yusuf Al-Mishri Setelah melewati masa belajarnya dalam beberapa tahun di Mekah, Mbah Sholeh Darat ditunjuk untuk menjadi pengajar di sana. Murid yang belajar berasal dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Jawa and Melayu. Selang beberapa tahun, beliau kembali ke Semarang and mengajar santri-santrinya di pondok pesantren milik mertuanya, Kiai Murtadho. Di antara murid Mbah Sholeh Darat yang tercatat dalam sejarah adalah sebagai berikut. * K.H. Hasyim Asy'ari * K.H. Ahmad Dahlan * K.H. Amir Idris Pekalongan * K.H. Dahlan Tremas * K.H. Dimyathi Tremas * K.H. Dalhar Watucongol Magelang * K.H. Bisri Syansuri Jombang * K.H. Kholil Lasem * K.H. Sya'ban Semarang * K.H. Abdus Syakur Senori Tuban * K.H. Yasir Jekulo Kudus * K.H. Thoyib Semen Mranggen Demak Muhammad Sho

Use Quizgecko on...
Browser
Browser