Farmakoterapi Gangguan Endokrin dan Ginekologi (PDF)
Document Details
Uploaded by Deleted User
Universitas Padjadjaran
Tags
Summary
This document discusses the pharmacology of endocrine and gynecological disorders, particularly premenstrual syndrome (PMS). It details the symptoms, etiology, and potential treatments for PMS, along with a variety of prevention and treatment methods. The document also touches upon other menstrual disorders.
Full Transcript
ﺑﺳم ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم Farmakoterapi Gangguan Endokrin dan Ginekologi FARMAKOTERAPI GANGGUAN REPRODUKSI WANITA GANGGUAN PRAMENSTRUASI...
ﺑﺳم ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم Farmakoterapi Gangguan Endokrin dan Ginekologi FARMAKOTERAPI GANGGUAN REPRODUKSI WANITA GANGGUAN PRAMENSTRUASI DAN MENSTRUASI UNIVERSITAS PADJADJARAN Bersama FAKULTAS FARMASI Dr. Apt. Rini Hendriani Pendahuluan u obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari kehamilan dan persalinan. Sedangkan ginekologi adalah cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajari masalah reproduksi wanita. u PMS u Dysmenorrhea u Abnormal Uterine Bleeding Premenstrual syndrome (PMS) u The American College of Obstetricians and Gynecologists mendefinisikan periode yang terjadi kira-kira lima hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam beberapa hari setelah menstruasi dimulai dan disertai dengan gejala fisik dan psikologis sebagai sindrom pramenstruasi (PMS). u Post-menstrual syndrome adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan gejala yang muncul setelah periode seseorang berakhir. u Premenstrual dysphoric disorder (PMDD) adalah bentuk PMS yang parah u PCOS/Polycystic Ovary Syndrome adalah gangguan hormonal yang biasanya menyebabkan menstruasi tidak teratur, penambahan berat badan, dan pertumbuhan rambut yang berlebihan. Gejala psikologis dari kedua gangguan ini sering tumpang tindih u PCOS adalah gangguan hormonal yang sering ditandai dengan anovulasi atau kegagalan ovulasi, sedangkan PMDD lebih sering terjadi pada wanita yang berovulasi secara teratur. KONSEP PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) u Premenstrual syndrome (PMS) merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti (Wiknjosastro, 2005). u Premenstrual syndrome (PMS) adalah keluhan-keluhan yang dirasakan seperti ; rasa cemas, depresi, suasana hati yang tidak stabil, kelelahan, pertambahan berat badan, pembengkakan, sakit pada payudara, kejang dan nyeri punggung yang dapat timbul sekitar 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat haid timbul (Bardosono, 2006). u Premenstrual syndrome adalah kombinasi gejala yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar (Paath, 2004). u Premenstrual syndrome (PMS) merujuk pada kumpulan gejala fisik, psikologis, dan perilaku yang terjadi selama akhir fase luteal dalam siklus menstruasi dan berakhir dengan awitan menstruasi (Varney, 2006). u Sindrom premenstruasi (SPM) adalah sekelompok gejala yang terjadi dalam fase luteal dari siklus haid. Gejala-gejala itu menyembuh dengan datangnya haid atau dalam 2-3 hari setelah haid mulai (Rayburn, 2001). Etiologi dan Patofisiologi : PMS u Terdapat banyak teori tentang etiologi dari PMS, dan tidak ada teori atau patofisiologi yang dapat diterima secara universal. Kenaikan estrogen dikemukakan sebagai penyebab (Rayburn, 2001). u Etiologi premenstrual syndrome (PMS) belum jelas, akan tetapi mungkin satu faktor yang memegang peranan ialah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesterone dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang- kadang edema (Wiknjosastro, 2005). u Penyebab pasti PMS tidak diketahui, tetapi beberapa teori menunjukkan adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi. Selama bertahun-tahun teori ini mendapat dukungan yang cukup banyak dan terapi progesteron biasa dipakai untuk mengatasi PMS (Brunner & Suddarth, 2001 ; Maulana, 2008). u Keluhan premenstrual syndrome (PMS) belum ditemukan penyebabnya secara pasti namun ada yang mengaitkan dengan zat gizi tertentu seperti gangguan metabolisme asam lemak esensial ataupun kekurangan vitamin B6 dan mineral kalsium (Bardosono, 2006). u Salah satu teori: aktivitas serotogenik di otak. Reseptor serotonin sensitif terhadap estrogen dan progesteron. Progesteron membuat seseorang rentan terhadap depresi dengan meningkatkan monoamine oksidase yang berhubungan dengan transport serotonin, sedangkan estrogen menciptakan efek antidepresan. Oleh karena itu, kadar estrogen yang rendah pada fase luteal dan kadar progesteron yang tinggi pada fase luteal memicu mood depresi u Salah satu teori etiologi PMS didasarkan pada hubungan antara progesteron dan GABA. Allopregnanolone, yang muncul sebagai metabolit progesteron, mengatur tingkat GABA dalam darah. Reseptor GABA menjadi kurang sensitif terhadap allopregnanolone, karena sudah terpapar allopregnanolone konsentrasi tinggi sebelum fase luteal. Oleh karena itu, konsentrasi allopregnanolone yang rendah pada fase luteal menyebabkan kecemasan, mood depresi dan agresi. Memang, tingkat allopregnanolon terbukti lebih rendah pada wanita yang menderita PMS Gejala PMS u Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dan sebagainya, sedang pada kasus-kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas (Wiknjosastro, 2005). Penanganan PMS Menurut Rayburn (2001), terapi PMS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : u Terapi simtomatik untuk menghilangkan gejala-gejala antara lain dengan diuretika untuk mengobati kembung, anti depresan dan anti ansietas untuk menghilangkan cemas dan depresi, bromokriptin untuk menghilangkan bengkak dan nyeri pada payudara dan anti prostaglandin untuk mengatasi nyeri payudara, nyeri sendi dan nyeri muskuloskeletal. u Terapi spesifik dibuat untuk mengobati etiologi yang diperkirakan sebagai penyebab dari PMS antara lain dengan progesteron alamiah untuk mengatasi defisiensi progesteron dan pemberian vitamin B6. u Terapi ablasi yang bertujuan untuk mengatasi PMS dengan cara menghentikan haid. Pencegahan dan penanganan PMS u Modifikasi gaya hidup u Olahraga /latihan fisik Olahraga berupa lari dikatakan dapat menurunkan keluhan premenstrual syndrome. Berolahraga dapat menurunkan stress dengan cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah atau kecemasan yang terjadi. Beberapa wanita mengatakan bahwa berolah raga ketika mereka mengalami premenstrual syndrome dapat membantu relaksasi dan tidur di malam hari. u zat gizi makro dan mikro Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat (Karyadi, 2007). u Diet (pola konsumsi) Penurunan asupan garam dan karbohidrat (nasi, kentang, roti) dapat mencegah edema (bengkak) pada beberapa wanita. Penurunan konsumsi kafein (kopi) juga dapat menurunkan ketegangan, kecemasan dan insomnia (sulit tidur). Pola makan disarankan lebih sering namun dalam porsi kecil karena berdasarkan bukti bahwa selama periode premenstruasi terdapat gangguan pengambilan glukosa untuk energi. Menjaga berat badan, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita premenstrual syndrome u Usia PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan umur, penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000 dalam Maulana). Walaupun ada fakta yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gejala yang sama dan kekuatan PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam Maulana, 2008). u Stres (faktor stres memperberat gangguan PMS) Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita. Stres merupakan predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual syndrome (PMS) (Mulyono dkk, 2001 dalam Maulana, 2008). u Kebiasaan merokok dan minum alkohol dapat memperberat gejala PMS. u Kurang berolah raga dan aktivitas fisik juga dapat memperberat gejala PMS. u Obat-obatan Apabila gejala premenstrual syndrome begitu hebatnya sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, umumnya modifikasi hidup jarang berhasil dan perlu dibantu dengan obat- obatan. u Asam mefenamat (500 mg, 3 kali sehari) berdasarkan penelitian dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia (menstruasi dalam jumlah banyak) namun tidak semua. Asam mefenamat tidak diperbolehkan pada wanita yang sensitif dengan aspirin atau memiliki risiko ulkus peptikum. u Kontrasepsi oral dapat mengurangi gejala premenstrual syndrome seperti dismenorea dan menoragia, namun tidak berpengaruh terhadap ketidakstabilan mood. Pada wanita yang sedang mengkonsumsi pil KB namun mengalami gejala premenstrual syndrome sebaiknya pil KB tersebut dihentikan sampai gejala berkurang. u Obat penenang seperti alparazolam atau triazolam, dapat digunakan pada wanita yang merasakan kecemasan, ketegangan berlebihan, maupun kesulitan tidur. u Obat anti depresi hanya digunakan bagi mereka yang memiliki gejala premenstrual syndrome yang parah. Summary : PMS u PMS adalah masalah kesehatan yang umum, dan perempuan menghabiskan separuh hidupnya dengan masalah pramenstruasi dan mengalami penurunan kepercayaan diri, isolasi sosial, penurunan prestasi akademik, peningkatan kecenderungan kecelakaan dan kehilangan pekerjaan. u Dengan pengelolaan PMS, kualitas hidup dapat ditingkatkan. u The first step in PMS management is to create awareness, to make women self-screen, adopt lifestyle changes, apply nutrition suggestions and use stress coping methods. u the second step CBT and CAT u the third step hormonal, non-hormonal and symptomatic treatment u the fourth step oophorectomy or laparoscopic hysterectomy + bilateral salpingo- oopherectomy in are applied u women who are admitted to primary health care institutions should be evaluated routinely in terms of PMS. Also it is recommended to give awareness training for young people in high schools and universities, to set up counseling units, and to organize social awareness campaigns using the press organs. Dysmenorrhea u Dismenorea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri rahim yang parah (severe uterine pain) selama menstruasi yang bermanifestasi sebagai nyeri perut bagian bawah yang berulang-ulang. u Dismenorea adalah kondisi ginekologi yang sangat umum menyerang 45 hingga 95% wanita dan satu dari lima kasusnya parah. u Dismenorea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri hebat pada rahim selama menstruasi yang bermanifestasi sebagai nyeri siklis pada perut bagian bawah atau panggul, yang juga dapat menjalar ke punggung dan paha. u diklasifikasikan menjadi : u dismenore primer tanpa adanya patologi yang menyertainya u dismenore sekunder bila terdapat kondisi patologis yang dapat diidentifikasi. Primary dysmenorrhoea u Dismenore primer : kram spasmodik pada perut bagian bawah yang terjadi sesaat sebelum atau selama menstruasi u Nyeri haid bukanlah gejala dari kelainan apa pun yang mendasarinya, melainkan bagian dari proses menstruasi yang normal. u Gejalanya meliputi kram perut, sakit punggung, diare, kelelahan, sakit kepala, edema, mual, muntah, dan perubahan suasana hati. Gejala ini berlangsung kurang lebih tiga hari Patofisiologi u Nyeri pada dismenore primer disebabkan oleh produksi prostaglandin yang berlebihan di dalam sel sekretorik endometrium. u Pelepasan prostaglandin ini selanjutnya menyebabkan kontraksi uterus, iskemia otot uterus, dan peningkatan sensitivitas saraf tepi. u Ditambah dengan peningkatan kadar prostaglandin, wanita yang menderita dismenore memiliki tingkat aktivitas uterus yang lebih tinggi selama menstruasi dibandingkan wanita yang tidak menunjukkan gejala. u Perdarahan menstruasi dipicu oleh penghentian progesteron setelah matinya korpus luteum. u Ketika kadar progesteron turun sebelum menstruasi, kadar prostaglandin meningkat seiring dengan rangsangan serat nyeri tipe-C dan berperan besar dalam nyeri, peradangan, dan proses fisiologis lainnya yang mengatur suhu tubuh dan tidur. Secondary dysmenorrhoea u Secondary dysmenorrhoea is menstrual pain associated with an identifiable disease such as endometriosis, adenomyosis, uterine fibroids, or infection u Elevated prostaglandin production may also play a role in secondary dysmenorrhoea, but pelvic pathology must be present u Women with secondary dysmenorrhoea may be more susceptible to developing other chronic pain conditions later in life Gejala dismenore primer gejala yang muncul umumnya : dismenore sekunder biasanya adalah: u Nyeri muncul berdekatan dengan haid pertama kalinya/ menarche (umumnya dalam u Umumnya keluhan muncul pada usia 20an 6 bulan pertama). atau 30an, di mana siklus haid sebelumnya tidak disertai keluhan nyeri. u Berdurasi 48–72 jam (sering kali muncul beberapa jam sebelum haid atau begitu mulai u Nyeri haid semakin lama semakin bertambah haid). dan berdurasi lebih lama dari nyeri haid u Nyeri seperti kram atau nyeri persalinan. normal. u Haid lebih banyak dari biasanya, atau siklus u Nyeri pada perut bawah, dapat menjalar ke punggung atau paha. yang tidak teratur. u Adanya infertilitas. u Dapat disertai keluhan mual, lelah, kembung. u Adanya dispareunia (nyeri saat berhubungan u Sering kali keluhan berkurang seiring pertambahan usia, atau setelah melahirkan. seksual) u Keluarnya keputihan abnormal. u Hasil pemeriksaan normal. u Hasil pemeriksaan tidak normal. Treatment u Depot medroxyprogesterone acetate (DMPA) works by suppressing ovulation and is useful as an alternative to COCs with comparable pain relief and fewer side-effects. u The use of DMPA in women has been associated with a lower prevalence of dysmenorrhoea. u The progesterone-only pill reduces menstrual flow and up to 10% of users can end up developing amenorrhoea Summary : Dismenorea u Dismenorea merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup banyak wanita. u Penetapan prevalensi dismenorea yang akurat masih sulit dilakukan karena beragamnya kriteria diagnostik. u Dismenorea primer disebabkan oleh kadar prostaglandin yang berlebihan, yang diikuti dengan kontraksi rahim selama menstruasi, u dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh sejumlah kondisi patologis yang mendasarinya. Abnormal Uterine Bleeding (AUB) u Abnormal Uterine Bleeding (AUB) is defined as changes in frequency of menses, duration of flow or amount of blood loss. u AUB is a diagnosis of exclusion when there is no pelvic pathology or underlying medical cause. u AUB is a common problem among women in the reproductive age. u AUB may be accompanied by pain and discomfort, cause significant social embarrassment, and have a substantial effect on health-related quality of life. u AUB leads to loss of productivity and may result in surgical interventions including hysterectomy. Etiologi dan Patofisiologi : AUB u To standardize nomenclature of AUB, a system known by the acronym PALM-COEIN (Polyp; Adenomyosis; Leiomyoma; Malignancy and Hyperplasia; Coagulopathy; Ovulatory Disorders; Endometrial factors; Iatrogenic; and Not classified) was introduced in 2011 by the 5 International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) Treatment Polyp u Obat-obatan Obat-obatan untuk menyeimbangkan hormon, seperti progestin dan gonadotropin releasing merupakan kelainan lapisan hormone agonist, dapat meredakan gejala polip endometrium yang tumbuh berlebihan rahim. Meski begitu, efek ini bersifat sementara. dan bertangkai Gejala dapat muncul kembali setelah konsumsi obat dipengaruhi oleh estrogen dihentikan. bersifat jinak, namun dapat juga u Histeroskopi atau kuretase berkembang ke arah keganasan Histeroskopi dan kuretase dapat dilakukan untuk mengangkat polip rahim. Efek samping yang bisa terjadi setelah kedua tindakan tersebut adalah kram perut dan perdarahan ringan. Prosedur ini efektif untuk menangani polip berukuran kecil dan biasa dipilih pada polip rahim yang dialami oleh ibu hamil atau wanita yang sedang merencanakan kehamilan u Histerektomi histerektomiyaitu prosedur operasi untuk mengangkat rahim. TREATMENT 1. Obat pereda nyeri: NSAID Adenomyosis 2. Terapi hormon 5. Adenomiektomi u adenomiosis adalah kondisi u Terapi hormon diberikan kepada u mengangkat jaringan ketika endometrium tumbuh di pasien yang mengalami adenomiosis melalui dalam dinding otot rahim perdarahan dan nyeri hebat.. operasi. (miometrium). Salah satu jenis terapi hormon adalah pil KB u umumnya kondisi ini tidak 6. Embolisasi pembuluh darah arteri rahim berbahaya, tetapi dapat 3. Ablasi endometrium menimbulkan perdarahan, u menghancurkan lapisan rahim u menghambat darah yang nyeri, dan berpengaruh buruk yang mengalami adenomiosis. mengalir ke area pada kualitas hidup u Prosedur ini hanya bisa dilakukan adenomiosis, sehingga penderitanya. jika adenomiosis belum masuk ukurannya akan mengecil terlalu dalam ke otot rahim. dan keluhan mereda. 4. High intensity focused ultrasound 7. Histerektomi (HIFU) u pengangkatan rahim u menghancurkan jaringan dilakukan jika penderita endometrium dengan tidak lagi berkeinginan menggunakan alat ultrasound untuk hamil. khusus. TREATMENT u The majority of uterine leiomyomas Leiomyoma are asymptomatic and will not require therapy. u NSAID and antifibrinolytics u Fibroids Tranexamic acid inhibits tissue plasminogen activator, which u merupakan kelainan dari exerts fibrinolytic activity and degrades clots; the result is jaringan otot rahim yang antifibrinolytic activity. tumbuh berlebih u Combined oral contraceptives u dipengaruhi hormon estrogen Oral contraceptives are effective in reducing menstrual bleeding in the short-term and may prevent the development of uterine dan progesterone fibroids u Progestins/Levonorgestrel Intrauterine System Progestogens also down-regulate both estrogen and progesterone receptors in fibroids progestins cause endometrial atrophy, which has the potential to decrease menstrual blood loss in women with fibroids. u Gonadotropin-Releasing Hormone Agonists GnRH agonists are useful preoperatively to shrink fibroids and to reduce anemia related to uterine bleeding u Gonadotropin-Releasing Hormone Antagonists GnRH antagonists work via the classical competitive blockage mechanism Malignancy and Hyperplasia u Maligna /kanker adalah tumor yang memiliki sifat keganasan yang dapat menyerang dan merusak jaringan di dekatnya serta dapat menyebar atau metastasis ke bagian lain dari tubuh. u Endometrial cancer is the most common gynaecological malignancy u Hiperplasia endometrium adalah suatu kondisi di mana endometrium menebal secara tidak normal karena terlalu banyak sel (hiperplasia). Coagulopathy u Gangguan pendarahan (bleeding disorder) : suatu kondisi di mana kemampuan darah untuk koagulasi atau menggumpal untuk membentuk trombus, mengalami gangguan Levonorgestrel-Releasing Intrauterine System (LNG-IUS) merupakan alat kontrasepsi berbentuk seperti huruf T yang melepaskan 20 µg LNG ke dalam uterus per hari selama bbrp tahun. Iatrogenic u "Iatrogenic" is used to describe an illness or injury caused by a medical or surgical treatment u Injury refers to tissue or organ damage that is caused by necessary medical treatment, pharmacotherapy, or the application of medical devices and has nothing to do with the primary disease u The IATROGENIC wound is defined as infection, necrosis or defect of skin and deep soft tissue resulting from a medical procedur. u Treatment u Whenever possible, medications causing AUB should be changed to other alternatives, if no alternatives are available, LNG-IUS is recommended Not classified u Pada pasien dengan AUB idiopatik dan menginginkan kontrasepsi yang efektif / infertilitas, LNG-IUS direkomendasikan sebagai terapi lini pertama untuk mengurangi perdarahan menstruasi. u Pada pasien dengan AUB-N yang masih menginginkan fertilitas, dimana LNG-IUS dikontraindikasikan, penggunaan COC direkomendasikan sebagai terapi lini kedua. u Untuk penatalaksanaan perdarahan uterus abnormal yang sebagian besar bersifat siklik atau dapat diprediksi waktunya, pilihan non- hormonal seperti NSAID dan asam traneksamat direkomendasikan. u Ketika perawatan medis atau bedah konservatif (seperti ablasi) gagal atau merupakan kontraindikasi, dan agonis GnRH serta terapi hormon tambahan direkomendasikan untuk mengurangi AUB idiopatik, sedangkan histerektomi disarankan sebagai pilihan terakhir. Summary : Abnormal Uterine Bleeding (AUB) Terima Kasih u Doa Akhir Majlis u Subhanaka Allahuma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.