Bahan Kuliah Komunikasi Kelompok (Rabu, 25 Sept 2024)
Document Details
Uploaded by HilariousFable
Tags
Summary
Ini adalah catatan kuliah tentang komunikasi kelompok. Materi ini mencakup pengertian, jenis-jenis, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Catatan tersebut sesuai dengan kuliah pada Rabu, 25 September 2024, pukul 19.30.
Full Transcript
Assalamualaikum WW Para Mhs Sekalian. Mohon dibaca bahan ini dan seterusnya ditugaskan membuat soal choice (pilihan) 5 option sebanyak 5 buah beserta jawabannya. Kirimkan tugas ini via WA (japri) paling lam bat sebelum jadwal pertemuan Senin depan (30.09.2024). Tks atas perhatiannya. A. **Pengert...
Assalamualaikum WW Para Mhs Sekalian. Mohon dibaca bahan ini dan seterusnya ditugaskan membuat soal choice (pilihan) 5 option sebanyak 5 buah beserta jawabannya. Kirimkan tugas ini via WA (japri) paling lam bat sebelum jadwal pertemuan Senin depan (30.09.2024). Tks atas perhatiannya. A. **Pengertian komunikasi kelompok** Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin *communicatio* dan bersumber dari kata *communis* yang berarti "sama". Kata "sama" di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, secara singkat komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan untuk mencapai kesamaan makna. Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber ke pada penerima. Komunikasi mempunyai pengertian sebagai proses penyampaian pesan dari komunikan dengan menggunakan media tertentu dengan tujuan merubah perilaku. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling memengaruhi di antara keduanya. Josephh A. Devito membagi pola komunikasi menjadi empat; komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompol kecil, komunikasi publik, dan komunikasi massa.[^1^](#fn1){#fnref1.footnote-ref} Adapun komponen komunikasi adalah sebagai berikut.[^2^](#fn2){#fnref2.footnote-ref} 1. Komunikator, sumber informasi (source) 2. Pesan (message) 3. Saluran, media (channel) 4. Komunikan, penerima informasi (receiver) 5. Umpan balik (feedback) 6. Gangguan (noise/ barrier) Pada umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua pihak. Formulasi komunikasi menurut Harol D. Laswell[^3^](#fn3){#fnref3.footnote-ref} mencakup siapa penyampai pesan (who), pesan yang disampaikan (says what), media yang digunakan (in which channel), kepada siapa pesan disampaikan (to whom), efek apa yang diharapkan (with what effect). Kelompok merupakan sekumpulan orang-orang yang terdiri atas tiga orang atau lebih yang memiliki keterkaitan psikologis terhadap sesuatu hal yang saling berinteraksi satu sama lain. Suatu kelompok memiliki suatu tujuan dan organisasi serta cenderung melibatkan interaksi antara anggota-anggotanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa kelompok adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan system norma yang mengatur pola-pola interaksi antar manusia. Sedang, Robert F Bales mengasumsikan Kelompok adalah "sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka". Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Dan B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) menyatakan komunikasi kelompok terjadi ketika tiga orang atau lebih bertatap muka, biasanya di bawah pengarahan seorang pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran bersama dan mempengaruhi satu sama lain. Lebih mendalam ketiga ilmuwan tersebut menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut: 1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka 2. Kelompok memiliki sedikit partisipan 3. Kelompok bekerja di bawah arahan seorang pemimpin 4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama 5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain. B. **Jenis- jenis Komunikasi Kelompok** Umumnya disepakati bahwa jika jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut sebagai komunikasi kelompok saja. Sedangkan komunikasi kelompok besar biasa disebut dengan komunikasi public atau komunikasi massa. Jumlah manusia pelaku komunikasi dalam komunikasi kelompok, besar atau kecilnya, tidak ditentukan secara sistematis tetapi tergantung pada ikatan emosional antar anggotanya. [^4^](#fn4){#fnref4.footnote-ref} Adapun jika dilihat dari jumlah komunikasi, komunikasi kelompok dibagi menjadi: 1. Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok kecil merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam kelompok tersebut anggota beriteraksi satu sama lain. Dalam komunikasi ini mempunyai cirri mudaah di arahkan, seperti menejer dengan sekelompok karyawannya. Tipe komunikasi ini oleh banyak kalangan dinilai sebagai pengembangan dari komunikasi antar pribadi. Trenholm dan Jensen mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka, biasanya bersifat spontan dan informal. Peserta satu sama lain menerima umpan balik secara maksimal. Setelah orang ketiga bergabung di dalam interaksi tersebut, berakhirlah komunikasi antar pribadi, dan berubah menjadi komunikasi kelompok kecil.Untuk ukuran mengenai kelompok kecil, beberapa ahli memberikan batasan yang berbeda- beda. De Vito member batasan, bahwa kelompok kecil sebagai sekumpulan orang kurang, lebih 5-12 orang. Ukuran kelompok kecil menurut Kumar berkisar antara 15-25 orang. Anggota- anggota kelompok kecil dapat berkomunikasi dengan mudah. Sumber dan peneriaan informasi dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama. Kelompok tersebut mempunyai alasan yang sama bagi anggotanya untuk berinteraksi. 2. Komunikasi Kelompok Besar Komunikasi ini adalah komunikasi kelompok yang karena jumlahnya yang banyak, dalam situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal. Dengan kata lain, kecil sekali kemungkinannya bagi komunikator untuk berdialog dengan para komunika. Jadi dalam komunikasi kelompok besar ini, hanya bersifat nalar dalam segi penerimaannya. Cirri yang menonjol adalah wabah metal sering terjadi, serta emosional lebih tinggi. Contohnya: pengajian, ceramah., seminar, forum. C. **Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Komunikasi Kelompok** Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Jalaluddin Rakhmat (2004) meyakini bahwa faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu: - **Faktor situasional karakteristik kelompok** 1. Ukuran kelompok. Hubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi krja kelompok bergantung pada jenis tugas yang harus diselesaikan oleh kelompok. Tugas kelompok dapat dibedakan dua macam, yaitu tugas koaktif dan interaktif. Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain, tetapi tidak berinteraksi. Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara teroganisasi untuk menghasilkan suatu produk, keputusan, atau penilaian tunggal. Pada kelompok tugas koaktif, jumlah anggota berkorelasi positif dengan pelaksanaan tugas. Yakni, makin banyak anggota makin besar jumlah pekerjaan yang diselesaikan. Misal satu orang dapat memindahkan tong minyak ke satu bak truk dalam 10 jam, maka sepuluh orang dapat memindahkan pekerjaan tersebut dalam satu jam. Tetapi, bila mereka sudah mulai berinteraksi, keluaran secara keseluruhan akan berkurang. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memelukan kegiatan konvergen (mencapai suatu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya produktif, terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan, dan kemampuan yang terbatas. Bila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti memhasilkan gagasan berbagai gagasan kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar. Dalam hubungan dengan kepuasan, Hare dan Slater (dalam Rakmat, 2004) menunjukkan bahwa makin besar ukuran kelompok makin berkurang kepuasan anggota-anggotanya. Slater menyarankan lima orang sebagai batas optimal untuk mengatasi masalah hubungan manusia. Kelompok yang lebih dari lima orang cenderung dianggap kacau, dan kegiatannya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok. 2. Jaringan komunikasi. Terdapat beberapa tipe jaringan komunikasi, diantaranya adalah sebagai berikut: roda, rantai, Y, lingkaran, dan bintang. Dalam hubungan dengan prestasi kelompok, tipe roda menghasilkan produk kelompok tercepat dan terorganisir. Dalam sebuah ruangan, anda berbicara di depan, menghadapi barisan kursi yang sejajar, diduduki oleh para hadirin. Pada kesempatan lain, anda bersama kawan- kawan anda duduk melingkar di meja bundar. Perbedaan pengaturan ruangan ini ternyata menimbukan perbedaan pola komunikasi. 3. Kohesi kelompok. Kohesi kelompok didefinisikan sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Mc.David dan Harari (dalam Jalaluddin Rakmat, 2004) menyarankan bahwa kohesi diukur dari beberapa faktor sebagai berikut: ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu sama lain; ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok; sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personal. Kohesi kelompok erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok, makin kohesif kelompok makin besar tingkat kepuasan anggota kelompok. Dalam kelompok yang kohesif, anggota merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, lebih terbuka, dan lebih sering. Pada kelompok yang kohesifitasnya tinggi, para anggota terikat kuat dengan kelompoknya, maka mereka makin mudah melakukan konformitas. Makin kohesif kelompok, makin mudah anggota-anggotanya tunduk pada norma kelompok, dan makin tidak toleran pada anggota yang devian. 4. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergek ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang paling menentukan kefektifan komunikasi kelompok. Klasifikasi gaya kepemimpinan yang klasik dilakukan oleh White danLippit (1960). Mereka mengklasifikasikan tiga gaya kepemimpinan: otoriter; demokratis; dan laissez faire. Kepemimpinan otoriter ditandai dengan keputusan dan kebijakan yang seluruhnya ditentukan oleh pemimpin. Kepemimpinan demokratis menampilkan pemimpin yang mendorong dan membantu anggota kelompok untuk membicarakan dan memutuskan semua kebijakan. Kepemimpinan laissez faire memberikan kebebasan penuh bagi kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi dengan partisipasi pemimpin yang minimal. - **Faktor personal karakteristik kelompok** 1. Kebutuhan interpersonal 1. Ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion). 2. Ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control). 3. Ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain. 2. 3. 4. 5. 6. D. **Efek atau Pengaruh Kelompok pada Prilaku Komunikasi** 1. Konformitas Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. 2\. Fasilitasi sosial. Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain-dianggap-menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena itu, peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja individu. 3. Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. E. **Fungsi Komunikasi Kelompok** Secara umum, fungsi komunikasi Harold D. Laswell (1948)[^5^](#fn5){#fnref5.footnote-ref} 1. Pengawasan lingkungan (surveillance of the environment) 2. Menghubungkan bagian-bagian yg terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya. 3. Menurunkan warisan social dari generasi ke generasi berikutnya Adapun fungsi komunikasi kelompok menurut perspektif sosial sebagai berikut. 1. Menjalin hubungan social antar anggota dan kelompok. Bagaimana individu dalam suatu kelompok bisa berhubungan social tanpa komunikasi atau sejauh mana suatu kelompok dapat memelihara hubungan social diantara anggota dengan anggota atau pun anggota dengan kelompok. 2. Fungsi pendidikan atau adukasi. Hal ini berkaitan dengan pertukaran informasi anatar anggota. Melalui fungsi ini kebutuhan anggota akan informasi baru dapat terpenuhi. Dan secara tidak langsung kemampuan para anggota dibidangnya masing-masing dapat embawa pengetahuan baru atau justru membawa keuntungan untuk para anggota lainnya ataupun bagi kelompok. 3. Kemampuan persuasi. Fungsi ini sebelumnya dapat menguntungkan atau merugikan pihak yang mem-persuasi. Misalnya, seorang anggota yang berusaha mem-persuasi anggota kelompok lainnya untuk tidak atau melakuakan sesuatu. Jika ia mem-persuasi suatu yang sejalan dengan kelompok, maka ia akan diterima dan menciptakan iklim yang positif di dalam kelompok, tapi sebaliknya jika ia mem-persuasi suatu yang bertentangan dengan kelompok, maka akan berpotensi menciptakan konflik dan perpecahan di dalam kelompok. 4. Masalah problem solving. Hal ini berkaitan erat dengan jalan-jalan alternative dari para anggota kelompok untuk memecahkan masalah. Keuntungan problem solving dalam kelompok, salah satunya adalah.. F. **Kelebihan dan Kekurangan komunikasi kelompok** - Kelebihan komunikasi kelompok : 1. Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain. 2. Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok. 3. Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok. - Kekurangan komunikasi kelompok : ::: {.section.footnotes} ------------------------------------------------------------------------ 1. ::: {#fn1} Stanley J. Baran, *Pengantar Komunikasi Massa*, (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 5[↩](#fnref1){.footnote-back} ::: 2. ::: {#fn2} Suranto Aw, *Komunikasi Sosial Budaya* (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2010) h. 5[↩](#fnref2){.footnote-back} ::: 3. ::: {#fn3} Nurudin, *Sistem Komunikasi Indonesia* (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) h. 27[↩](#fnref3){.footnote-back} ::: 4. ::: {#fn4} Nurani Suyomukti, *Pengantar Ilmu Komunikasi* (Jogja : Ar Ruzz Media, 2010) h. 176[↩](#fnref4){.footnote-back} ::: 5. ::: {#fn5} Sistem komunikasi Indonesia, Nurudin. (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2004, h. 15-16[↩](#fnref5){.footnote-back} ::: :::