Document Details

BrightJudgment9710

Uploaded by BrightJudgment9710

Universitas Pancasila

Tags

epilepsy antiepileptic drugs seizure disorders medical

Summary

This document provides information on epilepsy and anti-epileptic drugs, covering different aspects of the condition, treatment options, and guidelines. It details various seizure types and medication classifications, including dosage information and potential side effects. It has a strong focus on medical implications.

Full Transcript

EPILEPSI — Gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dan episoda singkat (bangkitan/seizure) — Gejala utama : kesadaran menurun sampai hilang — Bangkitan disertai kejang (konvulsi), hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau psikik dan gambaran letupan EEG abnormal...

EPILEPSI — Gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dan episoda singkat (bangkitan/seizure) — Gejala utama : kesadaran menurun sampai hilang — Bangkitan disertai kejang (konvulsi), hiperaktivitas otonomik, gangguan sensorik atau psikik dan gambaran letupan EEG abnormal dan eksesif — Epilepsi dibagi menjadi 3 golongan — Bangkitan umum (epilepsi umum) — Bangkitan parsial atau fokal atau lokal — Bangkitan lain-lain (tidak termasuk golongan I & II) Mekanisme Terjadinya Epilepsi — Pada fokus epilepsi di korteks serebri terjadi letupan yang timbul kadang-kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat — Letupan menjadi bangkitan umum bila neuron disekitarnya terkena pengaruh letupan Golongan epilepsi I. Bangkitan Umum II. Bangkitan parsial/fokal — Bangkitan tonik-klonik — Bangkitan parsial sederhana — Bangkitan lena — Bangkitan parsial kompleks — Bangkitan mioklonik — Bangkitan parsial yang — Bangkitan klonik berkembang menjadi — Bangkitan tonik bangkitan umum — Bangkitan atonik — Bangkitan infantil III. Bangkitan lain-lain ANTIEPILEPSI Mekanisme kerja antiepilepsi — Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi — Mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsi — Sebagian besar antiepilepsi masuk golongan ini Kadar antiepilepsi dalam plasma — TDM penting dalam individualisasi dosis antiepilepsi — Berbagai faktor dapat menyebabkan perbedaan kadar obat dalam darah pada masing-masing individu — Perbedaan faktor genetik dan fisiologik mempengaruhi absorpsi, distribusi, biotransportasi, dan ekskresi obat — Pengukuran kadar obat : — Kepatuhan pasien — Apakah kadar terapi dapat dicapai dengan dosis yang diberikan — Apakah peningkatan dosis masih dapat dilakukan pada bangkitan yang belum terkendali tanpa efek toksik — Penyesuaian dosis bila terjadi interaksi obat, perubahan fisiologis dan penyakit 10 Treatment “Drugs of Choic e for Specific -Seizure Disorders” Treatments are determined by seizure type 11 Source. Pharma c otherapy, DIPIRO 13 Guideline dari negara lain juga dapat diakses melalui: 14 Pharmacokinetic ▶ Attention : protein bound. Some of AED are low therapeutic index drug Conditions altering AED protein binding include chronic renal failure, liver disease, hypoalbuminemia, burns, pregnancy, malnutrition, displacing drugs, and age (neonates and the elderly). Unbound concentration ▶ Monitoring is especially useful for phenytoin. ▶ Neonates and infants may metabolize drugs more slowly, and children may metabolize drugs more rapidly than adults. Lower doses of AEDs are often required in the elderly. Some elderly patients have increased receptor sensitivity to CNS drugs, making the accepted therapeutic range invalid. 15 Antiepileptic Drug Pharmacokinetic Data 16 Side Effect 17 Drug Interaction ▶ Phenobarbital, phenytoin, primidone, and carbamazepine are potent inducers of cytochrome 18 P450 (CYP450), epoxide hydrolase, and uridine diphosphate glucuronosyltransferase enzyme systems. ▶Valproic acid inhibits many hepatic enzyme systems and displaces some drugs from plasma albumin. OBAT ANTIEPILEPSI — Obat antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan — Hidantoin, barbiturat, oksazolidindion dan suksinimid rumus kimia dengan inti berbentuk cincin yang mirip satu sama lain — Karbamazepin dan asam valproat paling banyak digunakan 1. Golongan Hidantoin — Fenitoin ( difenilhidantoin), mefenitoin, etotoin (prototipe fenitoin) FENITOIN — obat utama, kecuali bangkitan lena — Efek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP — Didasarkan pada penghambatan penjalaran rangsang dari fokus ke bagian lain otak — Stabilisasi membran sel pada saraf tepi dan membran sel lain yang mudah terpacu (sel sistem konduksi di jantung) FARMAKOKINETIK — Absorpsi ; peroral lambat; 10% diekskresi utuh pada tinja — Kadar puncak : 3-12 jam — Loading dose (bila perlu) : 600-800 mg dalam dosis terbagi antara 8-12 jam — Pemberian IM mengendap ditempat suntikan sampai 5 hari — Distribusi : keberbagai jaringan tubuh dengan kadar yang berbeda-beda — Pengikatan oleh protein : 90%; fraksi bebas 10 % — Terikat kuat pada jaringan saraf kerjanya bertahan lama — Biotransformasi : hidroksilasi enzim mikrosom hati; dapat mengalami penjenuhan pada kadar terapià peningkatan dosis, meningkatkan kadar fenitoin serum — Oksidasi pada gugus fenil, menghilangkan efek antikonvulsan — Ekskresi bersama empedu; reabsorpsi; biotranformasi dan diekskresi melalui ginjal INTERAKSI OBAT — Diberikan bersama kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, dikumarol dan bbrp sulfonamid à meningkatkan kadar fenitoin — Menghambat biotransformasi fenitoin — Sulfisoksasol, fenilbutazon, salisilat, asam valproat à meningkatkan kadar fenitoin — Mengurangi ikatan protein plasma — Teofilinà menurunkan kadar krn meningkatkan biotransformasi dan mengurangi absorpsi — Fenobarbital dan karbamazepim — kadar menurun : Fenobarbital menginduksi enzim mikrosom hati — Kadar meningkat : inhibisi kompetitif dalam metabolisme INTOKSIKASI & EFEK SAMPING — SSP: — Jika dosis lebih dari 0,5 g/hari — Defisiensi folat mrp faktor utuk terjadinya gangguan mental — Saluran cerna & gusi — Nyeri ulu hati, anoreksia, mual&muntah, edema gusi (gingivitis) — Kulit: — Ruam morbiliform, keratosis — Bersifat teratogenik (trimester 1) 2. Golongan Barbiturat FENOBARBITAL — Mekanisme kerja: membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan menaikkan ambang rangsang — Pilihan : murah & efektif — Efek sedatif (efek samping), diatasi dengan stimulan — Meningkatkan aktivitas enzim mikrosom hati — Dengan asam valproat kadar meningkat 40% PRIMIDON — Potensi sbg antikonvulsan lebih rendah dibanding fenobarbital — Tidak efektif untuk bangkitan lena — Efek samping — SSP : kantuk, pusing, sakit kepala, mual — Kulit : ruam — Anorexia, impotensi, aktivasi psikotik — Interaksi — Fenitoin : meningkatkan konversi primidon menjadi fenobarbital — INH: menghambat konversi primidon menjadi fenobarbital 3. Golongan Oksazolidindion TRIMETADION — Prototipe obat bangkitan lena — Bersifat hipnotik dan analgesik — Indikasi utama : bangkitan lena murni (tanpa bangkitan bentuk lain) — Pada terapi bangkitan lena dapat menimbulkan bangkitan tonik-klonik — Kombinasi trimetadion dengan fenobarbital, primidon atau fenitoin Farmakodinamik — Pada SSP; memperkuat depresi pasca transmisi, sehingga transmisi impuls berurutan dihambat; transisi impuls satu persatu tidak terganggu — Memulihkan pola EEG abnormal pada bangkitan lena Farmakokinetik — Absorbsi : oral — Distribusi : ke berbagai cairan tubuh — Biotransformasi : di hati menghasilkan demetilasi yang menghasilkan didion yang masih aktif terhadap bangkitan lena tapi mulai melemah — Ekskresi: berlangsung lambat penumpukan metabolit pada pengobatan kronik Intoksikasi dan Efek Samping — Bersifat ringan : sedasi, gejala pada kulit (ruam morbiform dan kelainan akneform) — Kontraindikasi : anemia, leukopenia, penyakit hati dan ginjal 4. Golongan Suksinimid — Etosuksimid, Metsuksimid, dan fensuksimid — ETOSUKSIMID — Obat terpilih untuk bangkitan lena — Efektif untuk bangkitan mioklonik dan akinetik — Pada terapi bangkitan lena dapat menimbulkan bangkitan tonik-klonik — Absorpsi : oral; kadar puncak plasma 1-7 jam — Distribusi : merata ke segala jaringan — Efek samping : mual, sakit kepala, kantuk dan ruam kulit 5. Karbamazepin — Efektif untuk bangkitan parsial kompleks dan tonik klonik — Paling utama digunakan kecuali untuk bangkitan lena — Mengurangi kejang dan perbaikan psikis (kewaspadaan dan perasaan) — Efek samping : pusing, vertigo, ataksia, pengelihatan kabur,mual,muntah dan reaksi alergi — Interaksi Obat — Fenobarbital dan fenitoin meningkatkan kadar karbamazepin — Biotransformasi karbamazepin dapat dihambat oleh eritromisin — Meningkatkan konversi primidon menjadi fenobarbital — Asam valproat menurunkan kadar asam valproat 6. Golongan Benzodiazepin DIAZEPAM — Terapi konvulsi rekuren, bangkitan parsial sederhana, bangkitan klonik fokal — Efektif pada bangkitan lena karena menekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi dalam 1 detik — Mengatasi bangkitan status epileptikus : 5-20 mg diazepam IV secara lambat; dosis diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit — Per rektal : 0,5 mg atau 1 mg/kgBB untuk bayi dan anak kurang dari 11 tahun KLONAZEPAM — Benzodiazepin dengan masa kerja panjang — Terapi bangkitan mioklonik, bangkitan akinetik dan spasme infantil — Obat alternatif suksinimid untuk terapi bangkitan lena NITRAZEPAM — Paling efektif terhadap bangkitan mioklonik — Tidak untuk bangkitan lena — Hipersekresi lendir saluran nafas — Gangguan terhadap SSP (ataksia) 7. Asam Valproat — Efektif untuk terapi epilepsi umum (bangkitan lena, bangkitan tonik-klonik,epilepsi parsial dan kurang efektif terhadap epilepsifokal — Efek antikonvulsi meningkatnya kadar asam gama aminobutirat (GABA) dalam otak FARMAKOKINETIK — Peroral cepat diabsorpsi (kadar max dalam serum 1-3 jam) — Waktu paruh : 8-10 jam — Ekskresi melalui urin dalam 24 jam TOKSISITAS DAN EFEK SAMPING — Saluran cerna : anorexia, mual, muntah — SSP : kantuk, ataksia, tremor — Hati : peninggian aktivitas enzim hati bahkan nekrosis hati INTERAKSI OBAT — Meningkatkan kadar fenobarbital 40% karena terjadi penghambatan hidroksilasi fenobarbital — Fenitoin total dalam plasma akan turun, krn biotransformasi, yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari ikatan protein plasma — Klonazepam timbulnya status epileptikus bangkitan lena 8. Antiepilepsi lain FENASEMID — Meningkatkan ambang rangsang fokus serebral hipereksitabilitas dan letupan abnormal neuron dapat ditekan — Indikasi : efektif terhadap bangkitan tonik kloniklena dan parsial kompleks — Efek samping: psikosis, nekrosis hati, anemia aplastik dan neutropenia — Fenasemid + fenobarbital — Fenasemid+ fenitoin bangkitan parsial komplek Prinsip pemilihan obat pada terapi epilepsi — Membebaskan pasien dari bangkitan epilepsi, tanpa mengganggu fungsi normal SSP — Prinsip — Melakukan pengobatan kausal pembedahan (tumor serebri) — Menghindari faktor pencetus suatu bangkitan (minum alkohol, emosi, kelelahan fisik& mental) — Penggunaan antikonvulsi — Diagnosa jenis bangkitan harus tepat obat tunggal yang sesuai — Pasien dan keluarga membuat catatan mengenai waktu datangnya bangkitan — Obat tunggal dimulai dengan dosis kecil bertahap ditingkatkan — Monitor kadar obat dalam plasma — Pilihan utama : fenitoin & karbamazepin, kecuali bangkitan lena — Pilihan lain: fenobarbital (range keamanan luas) Kegagalan terapi — Tidak tepatnya diagnosis bentuk epilepsi — Tidak tepatnya pilihan obat dan dosis — Terlalu sering mengganti obat — Ketidakpatuhan pasien No Jenis Bangkitan Pilihan obat 1 Bangkitan tonik-klonik Fenitoin + fenobarbital 2 Bangkitan fokus lobus temporalis Fenitoin, bagian anterior/ bangkitan parsial Karbamazepin, Asam kompleks valproat Atau kombinasi ketiganya 3 Bangkitan lena Etosuksimid, asam valproat 4 Serangan diensefalik/ bangkitan lena Fenitoin + tidak khas fenobarbital 5 Status epileptikus Diazepam, fenobarbital Kejang Demam — Terjadi pada anak usia 5 bulan – 5 tahun yang mengalami demam, tanpa disertai infeksi intrakranial serta tidak ditemukan penyebab kejang yang lain — Pemberian diazepam per rektal saat kejang

Use Quizgecko on...
Browser
Browser