Tromboemboli Vena dan Epidemiologi di Indonesia

Tujuan dari buku panduan ini adalah untuk membantu para klinisi dalam mengelola kasus tromboemboli vena dalam praktik sehari-hari.

Tromboemboli vena merupakan kondisi medis yang melibatkan pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh darah vena, yang kemudian dapat lepas dan menyumbat pembuluh darah lain.

Trombosis vena dalam (TVD) merupakan kondisi dimana gumpalan darah terbentuk di dalam vena dalam, biasanya pada kaki.

Emboli paru (EP) adalah kondisi dimana gumpalan darah dari TVD terlepas dan menyumbat pembuluh darah di paru-paru.

Penatalaksanaan kasus tromboemboli vena melibatkan berbagai aspek, termasuk diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan manajemen komplikasi.

Buku panduan klinis ini diharapkan dapat menjadi referensi yang komprehensif bagi para klinisi dalam menangani kasus tromboemboli vena.

Rekomendasi yang disusun dalam buku ini tidak bersifat mengikat, para klinisi dapat memilih untuk mengikuti buku panduan ini, atau menata laksana berdasarkan panduan yang disusun institusi lokal.

Metode penyusunan buku ini didasarkan atas studi pustaka dari berbagai studi klinis, serta panduan internasional yang ada pada saat buku ini disusun.

Penulis akan melakukan revisi setiap saat, sesuai dengan perkembangan ilmu yang ada.

Penyusunan buku ini bersifat ilmiah murni dan tidak ada konflik kepentingan dengan pihak manapun.

Buku ini disusun dari sumber dana yang berasal dari Perhimpunan Trombosis dan Hemostasis Indonesia (PTHI) atau The Indonesia Society of Thrombosis and Hemostasis (ISTH) dan educational grant dari Bayer Pharmaceutical.

Pemberi dana tidak ada pengaruh dalam penyusunan buku ini.

Tingkat bukti yang kuat untuk mendukung rekomendasi.

Tingkat bukti yang sedang untuk mendukung rekomendasi.

Trombosis merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Satu dari empat kematian di dunia disebabkan oleh trombosis.

Trombosis adalah kondisi yang umum di balik penyakit jantung iskemik, stroke iskemik, dan tromboemboli vena (TEV).

Tromboemboli vena (TEV) meliputi trombosis vena dalam dan emboli paru. TEV sangat berbahaya dengan tingkat kematian yang tinggi.

Insiden TEV di dunia berkisar 0.75-2.69 per 1000 individu, meningkat menjadi 2-7 per 1000 pada usia di atas 70 tahun.

Penatalaksanaan TEV sangat penting karena morbiditas, mortalitas, komplikasi jangka panjang dan biaya yang tinggi.

Penatalaksanaan TEV meliputi pencegahan primer, pengobatan akut, dan pengobatan sekunder.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena tromboemboli vena.

Trombosis adalah penyakit yang dapat dicegah.

Perhimpunan Trombosis Hemostasis Indonesia (PTHI) dibentuk pada tahun 2001 untuk meningkatkan pengetahuan dan penanganan trombosis di Indonesia.

Faktor risiko ini termasuk riwayat tromboemboli vena, kehamilan, penggunaan pil KB hormonal, operasi besar, kanker, dan penyakit jantung.

Gejala tromboemboli vena bisa bervariasi tergantung lokasi bekuan.

Gejala DVT meliputi nyeri, bengkak, kemerahan, dan kehangatan pada kaki.

Gejala PE meliputi sesak napas, nyeri dada, batuk, dan detak jantung cepat.

Faktor risiko sementara adalah kondisi yang dapat menyebabkan TEV, tetapi hanya untuk jangka waktu tertentu. contohnya: pembedahan, trauma, imobilisasi, kehamilan.

Faktor risiko persisten adalah kondisi yang meningkatkan risiko TEV dalam jangka waktu lama. contohnya: riwayat TEV, obesitas.

Skor Wells digunakan untuk memprediksi kemungkinan TVD berdasarkan faktor risiko. Skor ≥2 mengindikasikan kemungkinan TVD, sedangkan skor ≤1 mengindikasikan kemungkinan bukan TVD.

Pemeriksaan doppler ultrasound (CUS) digunakan untuk mendiagnosis TVD dengan melihat aliran darah di vena.

Selulitis adalah infeksi pada kulit yang menyebabkan kemerahan, bengkak, dan nyeri.

Penatalaksanaan TEV memerlukan diagnosis yang cepat dan terapi yang efektif untuk mencegah EP.

Warfarin merupakan obat antikoagulan yang digunakan dalam pengobatan tromboemboli vena. Dosis awal warfarin yang dianjurkan adalah 10 mg per hari selama 2 hari, diikuti penyesuaian dosis berdasarkan pengukuran INR.

INR adalah singkatan dari International Normalized Ratio. INR merupakan alat untuk mengukur kemampuan penggumpalan darah. INR digunakan untuk memantau efektivitas terapi warfarin dan untuk menentukan dosis yang tepat.

Rentang INR terapeutik yang optimal untuk pengobatan tromboemboli vena adalah antara 2,0-3,0. Target INR yang dianjurkan adalah 2,5.

Pemeriksaan INR dianjurkan dilakukan setiap 12 minggu pada pasien yang mendapat terapi AVK dengan INR yang telah stabil.

Terapi warfarin dianjurkan dimulai pada hari ke-1 atau ke-2 dari terapi LMWH atau dosis rendah UFH.

Terapi EP tanpa syok sama dengan terapi TVD. Artinya, penatalaksanaan emboli paru tanpa syok sama dengan penatalaksanaan trombosis vena dalam.

LMWH merupakan singkatan dari Low Molecular Weight Heparin. LMWH adalah jenis heparin yang memiliki berat molekul lebih rendah dibandingkan heparin biasa. LMWH digunakan sebagai terapi antikoagulan.

UFH merupakan singkatan dari Unfractionated Heparin. UFH adalah jenis heparin yang tidak dipecah menjadi molekul yang lebih kecil. UFH digunakan sebagai terapi antikoagulan.