Tradisi, Kearifan Lokal, dan Budaya Indonesia

Makna Tradisi, Kearifan Lokal, dan Budaya

• Tradisi berasal dari bahasa Latin "traditio", yang berarti menyampaikan dan mengamankan.
• Tradisi adalah kebiasaan, kepercayaan, lembaga, atau artefak bersejarah yang diwariskan dari generasi ke generasi.
• Tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan turun-temurun dan berbeda di setiap tempat atau suku.
• Ciri-ciri tradisi: kebiasaan bersama komunitas, keberlanjutan adat, menciptakan identitas kelompok, dan diakui oleh kelompok.
• Tradisi diciptakan, bukan hanya ditemukan atau diwarisi, dan diturunkan melalui naskah kuno, pepatah, cerita rakyat, upacara adat, dll.
• Kearifan lokal dan kejeniusan lokal tersimpan dalam bahasa, seperti dongeng, pepatah, istilah kekerabatan, budaya kuliner, arsitektur, seni tenun, dll.
• Kearifan lokal dipelajari dari para pendahulu agar generasi kini dapat melangkah lebih baik.
• Kearifan lokal adalah keteladanan manusia yang berbudi pekerti luhur, mengerti, peduli, dan menghargai sesama.
• Naskah kuno Indonesia menjadi sumber kearifan lokal yang memuat nilai-nilai kehidupan dan sosial budaya bangsa masa lalu.
• Pengetahuan lokal adalah ragam pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki suatu kelompok masyarakat atau masyarakat adat.
• Pengetahuan tradisional adalah praktik hidup yang dikembangkan dari sekelompok orang tentang lingkungan sekitarnya berdasarkan pengalaman sejarah yang membudaya.
• Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa.
• Budaya merupakan karya rasa dan cipta masyarakat, termasuk teknologi, kebudayaan kebendaan, nilai-nilai sosial, kemampuan berpikir, dan sistem filsafat.
• Nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman yang memberi arah dan orientasi dalam kehidupan masyarakat.
• Negara memajukan Kebudayaan Nasional Indonesia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya (Pasal 32 UUD 1945).
• Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban (Pasal 28I UUD 1945).

Contoh Tradisi, Kearifan Lokal, dan Budaya di Indonesia

• Filosofi ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana (Jawa): seseorang dihargai berdasarkan perkataannya dan dihormati dari pakaiannya.
• Filosofi Tri Hita Karana (Bali): tiga penyebab kesejahteraan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, alam, dan sesama.
• Filosofi Cageur Bageur Bener Singer Pinter (Sunda): sehat jasmani dan rohani, berbuat baik, benar, mawas diri, dan pandai.
• Filosofi Satu Tungku Tiga Batu (Fakfak, Papua Barat): adat, pemerintah, dan agama (Kristen Protestan, Katolik, dan Islam) menjadi rujukan toleransi dan kerukunan.
• Filosofi Lojor teu meunang dipotong, Pondok teu meunang disambung (Badui): panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung, pedoman hidup melestarikan lingkungan.
• Filosofi Alam Takambang Jadi Guru (Minangkabau): alam tidak hanya tempat hidup, tetapi juga sumber belajar yang tidak terbatas.

Peran Tradisi, Kearifan Lokal, dan Budaya dalam Masyarakat Global

• Tradisi, kearifan lokal, dan budaya berperan sebagai pedoman berperilaku dalam masyarakat.
• Nilai-nilai tradisi, kearifan lokal, dan budaya yang ada masih relevan atau sesuai dengan kondisi saat ini.
• Sistem nilai yang ada berhasil diwariskan secara turun-temurun.
• Filosofi ajining diri saka lathi, ajining raga saka busana mengingatkan untuk menjaga perkataan, perbuatan, dan busana yang dikenakan.
• Filosofi Tri Hita Karana mengingatkan untuk menjaga hubungan dengan Sang Pencipta, sesama manusia, dan alam.
• Filosofi Cageur Bageur Bener Singer Pinter mengajak manusia agar selalu sehat fisik dan batin, berbuat baik, berhati-hati, dan mampu beradaptasi.
• Filosofi Satu Tungku Tiga Batu dapat menjadi contoh untuk membangun toleransi dan kerukunan dalam masyarakat yang memiliki perbedaan.
• Filosofi Alam Takambang Jadi Guru menjadi salah satu penyemangat untuk terus belajar dari lingkungan sekitar.

Komitmen Menjaga dan Melestarikan Tradisi, Kearifan Lokal, serta Budaya Indonesia dalam Masyarakat Global

• Menjaga dan melestarikan tradisi, kearifan lokal, dan budaya Indonesia menjadi komitmen yang perlu dikuatkan.
• Tantangan makin besar karena percampuran budaya yang makin pesat melalui internet.
• Pendidikan, pemanfaatan akses internet, pengetahuan yang memadai tentang nilai-nilai tradisi, kearifan lokal, dan budaya menjadi penting.
• Pentingnya literasi digital agar dapat memilah konten-konten sesuai usia.
• Kerjasama berbagai pihak untuk menjaga tradisi kearifan lokal dan budaya Indonesia, dimulai dari keluarga.
• Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah membuat aturan yang memberi perhatian terhadap pelestarian tradisi kearifan lokal dan budaya Indonesia.
• Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2022 tentang registrasi nasional dan pelestarian cagar budaya.
• Cara mudah menjaga dan melestarikan cagar budaya: berkunjung, membagikan kegiatan kunjungan di media sosial, tidak melakukan vandalisme, dan ikut dalam kegiatan relawan.
• Komitmen terhadap pelestarian tradisi kearifan lokal dan budaya di Indonesia melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan.
• Objek kemajuan kebudayaan (laporan BPS 2021): seni pertunjukan, peninggalan sejarah, tradisi lisan, bahasa, olahraga tradisional, permainan tradisional, produk tradisional, dan upacara adat.
• Diplomasi budaya: memanfaatkan kuliner sebagai bagian dari diplomasi budaya.
• Strategi Kementerian Pariwisata: menetapkan National foods, menetapkan destinasi wisata kuliner berstandar UNWTO, dan melakukan kranding merek bersama dengan restoran Indonesia diaspora di mancanegara.