bobath

Stroke

• Stroke merupakan penyebab kecacatan paling umum di dunia, menyebabkan hilangnya kemandirian, beban ekonomi besar bagi negara, dan menjadi penyebab utama kematian.

• Di Indonesia, 10,9 dari 1.000 penduduk mengalami stroke pada tahun 2018, yang menurun menjadi 8,3 dari 1.000 penduduk pada tahun 2023.

• Fisioterapi berperan penting dalam semua fase stroke, mulai dari fase awal hingga pemulihan dan keberlanjutan.

• Definisi stroke adalah perubahan neurologis akibat gangguan suplai darah ke otak.

Rehabilitasi Stroke

• Rehabilitasi stroke dapat meningkatkan kemampuan fungsional pasien lebih signifikan dibanding pasien yang tidak menerima perawatan khusus.

• Rehabilitasi stroke dapat meningkatkan kesempatan pasien untuk hidup mandiri dan kembali ke rumah dalam 1 tahun setelah stroke.

Fase Rehabilitasi Stroke

• Fase rehabilitasi stroke terbagi menjadi fase akut, sub-akut, dan kronik.

• Fase akut: dilakukan pada pasien dengan kondisi stroke ringan dan sedang, fokus pada peningkatan fungsi respirasi, kontrol postural, dan mencegah komplikasi seperti dekubitus.

• Fase sub-akut: dilakukan pada pasien dengan kondisi stroke yang membaik, fokus pada kontrol spastik dan nyeri, serta meningkatkan fungsi motorik ekstremitas atas dan bawah.

• Fase kronik: dilakukan pada pasien dengan kondisi stroke yang stabil, fokus pada pemulihan fungsi motorik, keseimbangan, dan kemampuan berjalan.

Intervensi Fisioterapi Fase Akut

• Intervensi fokus pada edukasi posisi pasien, meningkatkan fungsi respirasi, mencegah dekubitus, dan dekondisi.

Intervensi Fisioterapi Fase Sub-akut/Fase Lanjut

• Fokus pada kontrol spastik dan nyeri, serta latihan postural, ekstremitas atas dan bawah, dan berjalan.

Teknologi Fisioterapi

• Teknologi dapat meningkatkan kualitas layanan pasien, mempercepat pemulihan, dan meningkatkan hasil terapi.

• Teknologi seperti robot therapy, virtual reality games, dan augmented reality applications dapat membantu pasien dalam latihan rehabilitasi dan meningkatkan fungsi motorik dan kognitif.

Kesimpulan

• Tatalaksana dan manajemen stroke membutuhkan pendekatan menyeluruh, dengan fisioterapi sebagai bagian penting.

• Dukungan dan penanganan yang tepat membantu penyintas stroke mencapai pemulihan lebih baik dan kembali hidup aktif.

Konsep Bobath

• Fokus pada inhibisi aktivitas reflek abnormal dan pembelajaran kembali gerakan normal dengan fasilitasi dan penanganan (konsep lama).
• Pendekatan penyelesaian masalah dengan penilaian dan pengobatan individual yang mempengaruhi tonus, gerakan, dan fungsi akibat gangguan Sistem Saraf Pusat (konsep baru).
• Tujuan pengobatan adalah untuk mengoptimalkan fungsi dengan meningkatkan kontrol postural dan gerakan selektif melalui fasilitasi.

Gaya yang Bekerja pada Tubuh

• Sistem Gerak
• Kontrol Saraf
• Pendekatan Sistem pada Kontrol Motorik

Plastisitas

• Pembelajaran motorik adalah perubahan permanen dalam kinerja motorik individu sebagai hasil latihan.
• Kepekaan supersensitive denervasi (kehilangan masukan dari wilayah otak lain)
• Percabangan kolateral (dendrit kolateral membuat koneksi dengan sinaps yang hilang karena nekrosis sel)
• Pembukaan cadangan sinaps laten (membentuk koneksi baru)

Plastisitas Kortikal

• Terdapat banyak temuan yang menunjukkan plastisitas kortikal dan pemetaan ulang setelah lesi kortikal meskipun tidak sepenuhnya dapat dibalik.

Plastisitas Otot

• Otot rangka dapat dikondisikan atau dekondisikan tergantung pada permintaan yang diberikan pada otot, dan ini dapat memengaruhi properti seperti kekuatan, kecepatan, dan daya tahan otot.

Asumsi Teoritis Kunci

• Plastisitas saraf dan otot
• Sistem: Neuromuskuler
• Strategi: Melakukan tugas
• Plastisitas: Kemampuan untuk beradaptasi, membangun kembali, dan mengorganisasikan kembali dalam dua hal yaitu molekul dan fungsi

Pembelajaran Motorik

• Tahap kognitif ke otomatis
• Partisipasi aktif, latihan, dan tujuan yang berarti
• Keterampilan baru

Pentingnya Informasi Aferen dalam Kontrol Gerakan

• Informasi sensorik penting untuk menciptakan kesadaran terhadap tubuh dan lingkungan, yang memungkinkan kontrol gerakan yang tepat.

Pendekatan Bobath

• Aktif
• Komunikasi
• Hindari pasif dan noise

Konsep Bobath

• Kontrol postural
• Fungsi optimal dan efisien
• Gerakan selektif

Aspek Kunci Praktik Klinis

• Penalaran klinis dan analisis gerakan
• Penilaian
• Hipotesis

Postural Set

• Penyelarasan titik kunci membuat tonus yang lemah menjadi aktif sebagai gerakan selektif
• Melawan gravitasi
• Bersama gravitasi
• Di dalam sikap (posture)

Asumsi Teoritis Kunci

• Pemulihan
• Posisi dan penanganan oleh pengasuh
• Cara individu mencoba untuk bergerak
• Pemulihan fungsional adalah lebih dari sekedar pemulihan dari gangguan

Mekanisme Antisipasi Sinergi

• Membuat perkiraan yang akurat tentang gerakan yang dibutuhkan agar dapat mengontrol gerakan yang akan datang

Penyelarasan Postural

• Penyelarasan bagian tubuh untuk menentukan gerakan selanjutnya.

Inhibisi

• Inhibisi adalah upaya untuk menurunkan tonus postural
• Teknik yang digunakan disebut Reflex Inhibitory Pattern (RIP)
• Inhibisi berfungsi untuk mengurangi aktivitas refleks yang abnormal dan reaksi asosiasi
• Selain itu, mengurangi tingkat spastisitas dan efek fluktuatif tonus otot
• Inhibisi juga membantu memperbaiki Range of Motion (ROM) dan variasi gerakan
• Inhibisi tidak digunakan pada kasus hipotonus

Fasilitasi

• Fasilitasi adalah upaya untuk mempermudah reaksi otomatis dan gerakan motorik yang sempurna pada tonus otot normal
• Teknik yang digunakan disebut dengan Key Point of Control (KPOC)
• Fasilitasi bertujuan untuk memperbaiki tonus postural
• Fasilitasi juga bertujuan untuk memelihara dan mengembalikan kualitas tonus otot yang normal
• Selain itu, memfasilitasi gerakan yang disengaja

Stimulasi

• Stimulasi merupakan upaya untuk memperkuat dan meningkatkan tonus otot
• Teknik yang digunakan adalah propioseptif dan taktil.
• Memberikan informasi (rangsangan) untuk meningkatkan tonus postural.
• Stimulasi biasanya digunakan pada kasus flaccid.
• Teknik stimulasi berupa kompresi, tapping, dan stroking.

Penerapan Teknik Terapi pada Fase Flaccid

• Positioning untuk menunjang proses rehabilitasi
• Latihan berputar ke posisi miring
• Latihan bangun ke duduk
• Latihan posisi duduk
• Latihan bangun ke berdiri
• Meningkatkan kesadaran posisi badan/sisi yang lumpuh

Penerapan Teknik Terapi pada Fase Spastis

• Latihan mengontrol gerakan tungkai: Bobath tidak membiarkan tungkai bergerak dalam total pola.
• Mobilisasi Shoulder Girdle: Mobilisasi pasif dengan traksi-traksi rotasi.
• Latihan Berjalan: Rotasi trunk harus dikembangkan secara maksimal untuk memfasilitasi gerak fleksi-ekstensi tungkai.

Penerapan Teknik Terapi pada Fase Penyembuhan

• Memperbaiki fungsi motorik halus, hindari latihan gerakan sulit agar tidak terjadi reaksi asosiasi
• Mengembangkan fungsi lengan, disarankan untuk memperbaiki reaksi otomatis
• Memperbaiki pola jalan

Positioning Miring ke Sisi yang Sehat Pada Pasien Hemiparese Dextra

• Miring pada sisi yang sehat
• Lengan yang parese (lemah) disangga dengan bantal

Positioning Miring ke Sisi yang Sakit Pada Pasien Hemiparese Dextra

• Miring pada sisi yang sakit
• Hindarkan infus dari tekanan

Positioning Terlentang Pada Pasien Hemiparese Dextra

• Alternatif lain, lengan yang parese lurus ke atas
• Dilakukan beberapa kali perhari dengan waktu yang singkat pada posisi tidur terlentang

Positioning Terlentang Pada Pasien Hemiparese Dextra

• Tidur terlentang, bantal di bawah pinggul bagian luar dan scapula serta koreksi posisi ekstremitas
• Kepala menghadap ke sisi yang sakit

Urutan Intervensi Konsep Bobath

• Persiapan gerakan untuk gerakan pasif atau body alignment
• Pemilihan key points untuk handling terapi sesuai dengan tonus postural
• Fasilitasi secara aktif atau pola gerakan otomatis dengan menambahkan tingkatan dan berbagai macam input terapi

Key Point of Control

• Cara mengontrol dengan menggunakan beberapa bagian yang akan digunakan untuk handling oleh terapis
• Menormalkan tonus postural dan membimbing kearah gerakan yang aktif dan normal.
• Proximal: spine, sternum, shoulder/scapula, pelvis/hip
• Distal: jaw, elbow, wrist, knee, base of the thumb, ankle, big toe
• Head bisa proximal atau distal KPOC

Pendekatan Terapi Bobath

• Hindarkan kompensasi sisi yang sehat
• Prioritas latihan sisi yang lumpuh harus diusahakan aktif
• Tidak memakai usaha (effort) berlebihan
• Gerakan aktif yang dipakai adalah automatic reaction dan voluntary movement
• Berikan stimulasi secara benar diharapkan terbentuk kembali konsep pola gerakan

Perhatian Khusus: Abnormal Tonus Postural

• Menurut Bobath, jika abnormal tonus postural diatasi, maka penderita akan lebih mudah untuk membentuk automatic reaction yang normal
• Selain itu, voluntary movement dalam pola normal dan aktivitas fungsional yang normal akan terbentuk

Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Terapis

• Reaksi-reaksi yang timbul pada saat latihan, stop jika timbul abnormal
• Bandingkan reaksi sisi yang lumpuh dan sehat saat bergerak
• Upayakan tidak memakai usaha yang berlebihan
• Kembangkan usaha pasien untuk bergerak sendiri
• Kembangkan kemampuan untuk mencegah timbulnya spastisitas berlebihan dengan reflex inhibitory pattern secara dinamis
• Gunakan reflex inhibitory pattern untuk mengembangkan kontrol gerakan dalam pola normal
• Tentukan program latihan berikutnya

Adult Hemiplegia

• Pendekatan terapi diperluas untuk rehabilitasi orang dewasa dengan masalah motorik, khususnya CVA
• Masalah utama: Koordinasi pola gerakan abnormal yang digabungkan dengan tonus postural abnormal
• Masalah sekunder: Kekuatan otot dan aktivitas otot

Prinsip Terapi Bobath

• Mengembangkan kapasitas fisik sisi yang lumpuh agar dapat dipakai untuk berfungsi kembali
• Beberapa teknik Bobath:
  • Inhibisi dari postur yang abnormal
  • Tonus otot yang dinamis
  • Fasilitasi pada pola gerak normal

### Plastisitas Otak

• Plastisitas berasal dari kata Yunani "plaistikos" yang berarti "membentuk".
• Kemampuan otak untuk beradaptasi, reorganisasi, dan pulih dari cedera atau kerusakan.
• Otak manusia sangat adaptif dan plastis.
• Otak dapat melakukan perubahan struktural dan fungsional jika diberikan stimulasi lingkungan.
• Stimulasi lingkungan berupa stimulasi sensoris yang diterima sebagai pengalaman dan respon tindakan (sensorimotor).
• Aktivitas otak meningkat saat membayangkan gerakan (mental practice), tanpa harus melakukan aktivitas.

### Jenis Plastisitas

• Plastisitas central: Neuron yang fungsinya utuh mengambil alih fungsi neuron yang rusak, tetapi target perifernya masih ada.
• Plastisitas perifer: Neuron yang masih utuh berubah dari fungsi awalnya mengadopsi fungsi area sekitarnya yang fungsinya tidak hilang.

### Faktor yang Mempengaruhi Pemulihan

• Ukuran lesi (luas vs sempit? umbra vs penumbra?)
• Umur (bayi vs orang dewasa vs lanjut usia?)
• Jenis kelamin (lelaki vs wanita?)
• Tipe/perjalanan kerusakan (mendadak vs perlahan?)
• Kematangan area yang rusak
• Fungsi area tersisa
• Pengalaman (didapat dari pelatihan spesifik)
• Penggunaan/latihan motorik (dari intervensi terapi)
• Lingkungan
• Intervensi obat-obatan (farmakoterapi)

### Mekanisme Plastisitas

• Kapasitas sistem saraf pusat untuk beradaptasi dan memodifikasi organisasi struktural & fungsional terhadap kebutuhan.
• Terjadi terus sesuai dengan kebutuhan dan stimulasi.
• Mekanisme kompleks melibatkan: perubahan kimia saraf, kelistrikan saraf, penerimaan saraf, perubahan struktur neuron saraf, reorganisasi otak, dll.

### Implikasi untuk Fisioterapis

• Pemulihan sebenarnya (true recovery) pada otak mungkin terjadi pada situasi tertentu.
• Kompensasi mungkin lebih menonjol daripada pemulihan sebenarnya.
• Jika kompensasi dikedepankan, pemulihan sebenarnya tidak akan terjadi.
• Fisioterapis harus tahu kapan mengembangkan pemulihan sebenarnya atau kompensasi.
• Pemulihan sebenarnya memungkinkan gerakan fungsional yang efektif dan efisien, meskipun akan terjadi kelambatan kemajuan gerak fungsional

### Intervensi Dini

• Intervensi dini lebih efektif daripada intervensi yang terlambat.
• Semakin intens intervensi fisioterapis, semakin baik hasil yang dicapai.
• Efektivitas biaya.
• Pemulihan maksimal terjadi pada masa awal (masa emas), tetapi pemulihan dapat terus berlangsung hingga beberapa tahun (jangka panjang).
• Semakin spesifik jenis latihan, semakin baik hasil fungsionalnya.
• Perlu kerjasama antar profesi rehabilitasi dan jenis intervensinya.
• Perlu untuk selalu memantau perkembangan up to date dan melakukan penelitian.

### Pengaruh Umur terhadap Plastisitas

• Hemispherectomy diikuti dengan pemulihan yang ekstensif jika dilakukan pada anak usia dini dibandingkan dengan dewasa.
• Kebutaan pada usia dini yang membaca huruf Braille akan melibatkan korteks visual, sedangkan dewasa tidak.

### Pengaruh Latihan Motorik Terhadap Plastisitas

• Studi pada hewan: Latihan motorik memperkuat hubungan neuron yang ada dan menciptakan hubungan baru.
• Pada manusia: Latihan motorik menghasilkan perubahan fungsional di dalam otak, seperti perubahan aktivitas di level korteks dan peningkatan vaskularisasi.

Plastisitas

• Plastisitas berasal dari bahasa Yunani “plaistikos” yang berarti "membentuk"
• Merupakan kemampuan otak untuk belajar, mengingat, melupakan, dan reorganisasi setelah cedera atau kerusakan
• Otak sangat adaptif dan plastis, mampu melakukan perubahan struktural dan fungsional akibat stimulasi lingkungan
• Stimulasi lingkungan berupa stimulasi sensoris yang diterima sebagai pengalaman dan respon tindakan (sensorimotor)
• Aktivitas otak meningkat saat membayangkan gerakan (mental practice), tanpa harus melakukan aktivitas

Plastisitas Central vs Perifer

• Central: Neuron yang masih utuh menggantikan fungsi neuron yang rusak, tetapi target di perifernya masih ada
• Perifer: Neuron yang utuh mengubah fungsinya dan mengadopsi fungsi area sekitarnya yang tidak rusak

Jenis Plastisitas

• Perubahan keseimbangan eksitasi dan inhibisi
• Potensiasi jangka panjang dan depresi jangka panjang
• Perubahan eksitabilitas membran saraf
• Perubahan struktur anatomi dan fungsinya, seperti terminal axon dan sinapsis

Mekanisme Plastisitas

• Terjadi akibat perubahan kimia saraf, kelistrikan saraf, penerimaan saraf, struktur neuron saraf, dan reorganisasi otak

Jenis Plastisitas pada Otak (Held in Cohen, 1993)

• Plastisitas Struktur Anatomi:
  • Regenerasi: Pemulihan serabut saraf
  • Penyebaran Kolateral (Collateral Sprouting): Pertunasan dari sel yang utuh ke daerah denervasi setelah sebagian atau semua input normalnya rusak
• Penyesuaian Fisiologis:
  • Diaschisis: Gangguan laten aktivitas neuronal di dekat area kerusakan
  • Peningkatan Sensitivitas Hubungan Saraf (Denervation Supersensitivity): Pasca sinapsis sangat sensitif sehingga impuls saraf minimal dapat diterima
  • Pengefektifan Sinapsis Laten (Silent Synapsis Recruitment): Pembukaan jalur yang sebelumnya depresi, dipanggil ketika sistem yang biasa telah gagal

Jenis Plastisitas pada Otak (Kulak et al, 2005)

• Cross Modal Plasticity:
  • Aktivasi bilateral dari sistem motorik
  • Penggunaan jalur ipsilateral
  • Perekrutan area motorik tambahan

Diaschisis (Neural Shock)

• Gangguan laten aktivitas neuronal di dekat area kerusakan
• Penurunan suplai darah dan metabolisme
• Pasien menunjukkan gejala flaccid
• Pemulihan dini (3-4 minggu) disebabkan oleh resolusi diaschisis, hilangnya edema serebri, perbaikan fungsi sel saraf daerah penumbra, dan adanya kolateral

Pemulihan Berkelanjutan

• Berlangsung dalam beberapa bulan hingga tahun
• Pengefektifan Sinapsis Laten (Silent Synapsis Recruitment): Pembukaan jalur yang sebelumnya telah ada tetapi secara fungsional terdepresi, melalui belajar dan dapat dipanggil ketika sistem yang biasa telah gagal
• Peningkatan Sensitivitas Hubungan Saraf (Denervation Supersensitivity): Pasca sinapsis menjadi sangat sensitif sehingga impuls saraf minimal mampu diterima, perubahan dalam konduksi dendrit termasuk peningkatan pengeluaran transmitter & disinhibisi terminal eksitatoris
• Axonal Regeneration: Regenerasi pada serabut saraf dimulai dari proksimal menuju ke distal
• Collateral Sprouting (Pertunasan Kolateral): Merupakan pertunasan dari sel yang utuh/tidak rusak yang berdekatan dengan jaringan saraf yang rusak, ke daerah denervasi setelah sebagian/semua input normalnya rusak. Pertunasan meningkatkan efektivitas sinaptik dan menggantikan sinaps yang rusak, sinaptogenesis dinamis yang terus menerus terjadi dalam keadaan normal

Faktor yang Mempengaruhi Pemulihan

• Ukuran Lesi
• Umur
• Jenis Kelamin
• Tipe/Perjalanan Kerusakan
• Kematangan dari Area yang Rusak
• Fungsi dari Area Tersisa
• Pengalaman
• Pemakaian/Latihan Motorik
• Lingkungan
• Intervensi Obat-obatan (Pharmacotherapy)

Implikasi untuk Fisioterapis

• Pemulihan sebenarnya pada otak mungkin terjadi pada situasi tertentu
• Kompensasi mungkin lebih menonjol dibandingkan dengan pemulihan sebenarnya
• Bila kompensasi dikedepankan, pemulihan sebenarnya tidak akan terjadi
• Fisioterapis harus tahu kapan mengembangkan pemulihan sebenarnya atau kompensasi, pemulihan sebenarnya memungkinkan gerakan fungsional yang efektif dan efisien
• Intervensi dini lebih efektif daripada intervensi yang terlambat
• Intensitas fisioterapis yang tinggi menghasilkan outcome yang lebih baik
• Efektivitas biaya
• Pemulihan maksimal terjadi pada masa-masa awal (golden period) tetapi pemulihan dapat terus berlangsung hingga beberapa tahun
• Semakin spesifik jenis latihan, semakin baik hasil fungsionalnya
• Perlu kerjasama antar profesi rehabilitasi dan jenis intervensinya
• Perlu memantau perkembangan up to date dan melakukan penelitian

Pengaruh Umur terhadap Plastisitas

• Hemispherectomy diikuti pemulihan yang ekstensif jika dilakukan pada anak usia dini dibandingkan dengan dewasa
• Kebutaan pada usia dini yang membaca huruf Braille akan melibatkan cortek visual, sedangkan dewasa tidak

Pengaruh Latihan Motorik terhadap Plastisitas

• Studi pada hewan: latihan motorik memperkuat hubungan neuron yang ada dan menciptakan hubungan baru
• Pada manusia: latihan motorik menghasilkan perubahan fungsional di dalam otak:
  • Perubahan aktivitas di level cortical
  • Meningkatkan vaskularisasi

Latihan Mental

• Latihan mental dapat dilakukan untuk pasien stroke yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan motorik
• Jaringan otak yang sama aktif saat pasien melakukan gerakan fisik maupun membayangkan gerakan
• Latihan mental bermanfaat untuk menjaga aktivasi sirkuit saraf yang terlibat dalam lokomosi, membantu rehabilitasi pasien yang mengalami kerusakan otak

Perubahan Fungsi Otak

• Perubahan fungsi otak dapat terjadi akibat stimulasi lingkungan
• Aktivitas di otak meningkat bahkan saat membayangkan gerakan
• Informasi yang masuk dan diterima memori jangka pendek merupakan fenomena biolistrik yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam
• Keberhasilan pembelajaran terjadi ketika informasi ditransfer ke memori jangka panjang, dapat diingat lebih lama, bahkan seumur hidup
• Proses transfer informasi dapat melalui latihan, ulangan, perhatian, dan asosiasi
• Memori jangka panjang terjadi akibat perubahan struktur otak dengan aktivitas gen, pembentukan protein, dan pertumbuhan cabang-cabang sel neuron

Relokasi Fungsi Otak

• Orang dengan pengangkatan satu hemisfer otak (hemispherectomy) menunjukkan relokasi fungsi dan melatih otak yang tersisa untuk melakukan aktivitas yang dulunya dikerjakan oleh hemisfer yang sudah diangkat
• Otak seperti otot, semakin diaktifkan semakin baik hasilnya
• Neural plastisitas dapat terjadi pada pemulihan kemampuan motorik, memori, penglihatan, dan bicara
• Neural plastisitas dapat terus terjadi bahkan beberapa tahun setelah stroke
• Filosofi Constraint Induced Movement Therapy (CIMT/CIT) "use it or loose it", perbaikan fungsional menyebabkan perbaikan neurologis

Kerangka Teoritis

• Gerakan dapat dibagi menjadi tiga kategori: mobilitas, stabilitas, dan manipulasi
• Gerakan dipengaruhi oleh tiga faktor: tugas, individu, dan lingkungan
• Tugas gerakan mencakup mobilitas seseorang, stabilitas, dan kemampuan manipulasi
• Faktor individu yang memengaruhi gerakan meliputi kognitif, persepsi, dan aksi
• Faktor lingkungan dibagi menjadi dua kategori: peraturan dan non peraturan

Locomotion Manusia

• Informasi sensorik berperan penting dalam kontrol gerakan
• Siklus berjalan merupakan serangkaian gerakan yang terorganisir yang memungkinkan manusia untuk bergerak
• Stabilitas dinamis lokal mengacu pada kemampuan tubuh untuk tetap seimbang selama berjalan
• Keluaran motorik spinal mengontrol otot yang memungkinkan gerakan berjalan
• Tantangan pada "locomotion" manusia: stabilitas dan organisasi modular dalam kondisi tidak stabil

Informasi Sensorik

• Informasi aferen memainkan peran penting dalam kontrol gerakan
• Gangguan neurovisual dialami oleh 20-40% orang dengan cedera otak
• Untuk meraih objek, manusia membutuhkan motivasi, orientasi, dan pemahaman lokasi objek di ruang

Propioception

• Propioception mengacu pada kemampuan tubuh untuk merasakan posisi dan gerakannya
• Spindel otot dan organ tendon Golgi berperan penting dalam proprioception

Siklus Berjalan

• Siklus berjalan dibagi menjadi empat fase: hentakan tumit, respons beban, sikap akhir, dan ayunan awal
• Fase hentakan tumit terjadi pada 0% siklus berjalan
• Fase respons beban terjadi pada 20% siklus berjalan
• Fase sikap akhir terjadi pada 75% siklus berjalan
• Fase ayunan awal terjadi pada 100% siklus berjalan

Asesmen Siklus Berjalan

• Kecepatan berjalan 1,1-1,5 m/s dianggap normal
• Lingkungan, konteks sosial, dan perubahan lingkungan dapat memengaruhi pola berjalan
• Tes Time Up and Go digunakan untuk menilai risiko jatuh
• Waktu ≥12 detik pada Time Up and Go Test dikaitkan dengan risiko tinggi jatuh

Stabilitas Dinamis Lokal

• Otot multifidus berperan penting dalam stabilitas spinal
• Otot multifidus bekerja sebagai stabilisator segmen
• Otot multifidus memiliki sensor posisi segmen spinal
• Otot multifidus memiliki komposisi spindel otot yang kaya
• Atrofi otot multifidus ditemukan pada orang dengan nyeri punggung bawah

Mekanisme Antisipatif

• Mekanisme antisipatif membantu tubuh mempersiapkan diri untuk gerakan

Keluaran Motorik Spinal

• Keluaran motorik spinal mengontrol aktivasi otot yang memungkinkan gerakan berjalan

Fisioterapi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berjalan

• Dukungan berat badan oleh anggota tubuh bagian bawah merupakan persyaratan utama untuk berjalan
• Propulsi tubuh ke arah yang diinginkan merupakan bagian utama untuk berjalan
• Ritme lokomotor dasar penting untuk berjalan
• Kontrol keseimbangan dinamis sangat penting untuk berjalan
• Fleksibilitas diperlukan untuk mobilitas optimal saat berjalan

Propulsi Tubuh Ke Arah yang Diinginkan

• "Progression" terjadi dari kontak awal hingga pra-ayunan
• "Progression" terjadi dari kiri ke kanan

Kontrol Keseimbangan Dinamis

• Kemampuan tubuh mempertahankan pusat gravitasi di atas dasar penyangga

Ritme Lokomotor Dasar

• Pergeseran beban ke depan
• Pola berjalan reaktif
• Aktivitas CPG (Central Pattern Generators)
• Irama: >70 langkah/menit
• Kecepatan normal: 112-120 langkah/menit

Lokomotion Manusia

• Lokomotion manusia memiliki dua aspek: inisiasi dan adaptasi sukarela
• Kognitif terlibat dalam pemindaian visual, persepsi, navigasi, dan lain-lain
• Kontrol gerakan otomatis
• Motivasi untuk berjalan: korteks dan sistem limbik
• Inisiasi berjalan: daerah lokomotor di otak tengah dan subtalamus
• CPG (Central Pattern Generators): pola lokomotor dasar

Fleksibilitas

• Kemampuan sendi dan otot untuk bergerak melalui rentang gerak penuh
• Fleksibilitas sangat penting untuk berjalan karena memungkinkan tubuh untuk bergerak dengan lancar dan tanpa rasa sakit

Kesimpulan

• Persyaratan utama untuk berjalan antara lain: dukungan berat badan oleh anggota tubuh bagian bawah, propulsi tubuh ke arah yang diinginkan, ritme lokomotor dasar, kontrol keseimbangan dinamis, dan fleksibilitas.
• Informasi sensorik, siklus berjalan, stabilitas dinamis lokal, dan keluaran motorik spinal memainkan peran penting dalam kontrol gerakan berjalan.
• Mekanisme antisipatif membantu tubuh mempersiapkan diri untuk gerakan berjalan.
• Fisioterapi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berjalan dengan meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, kontrol keseimbangan, dan kemampuan neuro-muskuler.

Keterbatasan Aktivitas

• Keterbatasan aktivitas dapat terjadi karena kondisi medis, cedera, atau faktor lainnya
• Keterbatasan aktivitas dapat memengaruhi kemampuan untuk berjalan dan berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.