Pengembangan Karakter Remaja

Sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia, yang jika hilang maka segalanya akan hilang.

Sifat alami seseorang dalam menanggapi situasi secara moral yang tercermin dalam tindakan nyata seperti berbuat baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan lain-lain.

Ciri khusus struktur dasar kepribadian seseorang.

Kondisi dimana moral seseorang atau masyarakat berada dalam keadaan yang tidak stabil, ditandai dengan perilaku buruk seperti pergaulan bebas, pelecehan seksual, penyalahgunaan narkoba, dan sebagainya.

Proses membentuk sifat atau kepribadian yang lebih baik untuk meningkatkan moral dan perilaku seseorang.

Usia remaja merupakan masa peralihan yang masih labil sehingga sangat membutuhkan bimbingan pengembangan karakter.

Situasi dan kondisi karakter bangsa yang memprihatinkan memerlukan penguatan pendidikan karakter atau pengembangan karakter untuk mengatasi masalah moral dan perilaku.

Teori yang menjelaskan bagaimana perilaku manusia dibentuk melalui pengamatan dan peniruan orang lain, menggabungkan faktor-faktor kognitif dan sosial.

Proses belajar melalui mengamati dan meniru perilaku orang lain. Model bertindak sebagai penyalur nilai, norma, dan perilaku.

Individu belajar bukan hanya melalui hadiah dan hukuman, tetapi juga melalui pengamatan dan imitasi. Pengalaman ini membentuk karakter dan perilaku.

Kognitif (berpikir) berperan penting dalam pembelajaran. Individu memahami konteks, konsekuensi, dan hasil dari perilaku yang diamati.

Keyakinan diri sendiri untuk mencapai tujuan. Orang dengan 'self-efficacy' tinggi lebih cenderung mengembangkan karakter yang kuat dan percaya diri.

Individu tidak hanya membutuhkan hadiah dari luar, tetapi juga dapat memberi penghargaan pada dirinya sendiri. Ini memperkuat perilaku positif dan membangun karakter.

Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Ini melibatkan kemampuan untuk melihat dunia dari perspektif mereka dan berbagi perasaan mereka.

Kemampuan untuk mengendalikan emosi dan perilaku. Mengalokasikan kontrol diri untuk tidak memanjakan keinginan berlebihan.

Sifat rendah hati adalah kebijakan moral yang penting. Kemampuan untuk menerima kekurangan diri, menghormati orang lain, dan menghindari kepercayaan diri yang berlebihan.

Perasaan bersalah yang dipicu oleh suatu tindakan yang merugikan orang lain, tanpa rasa malu. Ini mendorong orang untuk memperbaiki kesalahan dan mencegah tindakan serupa di masa depan.

Kemampuan untuk mengubah nilai-nilai moral menjadi tindakan yang nyata. Mampu memahami perbedaan antara benar dan salah, dan bertindak sesuai dengan norma moral.

Perasaan yang baik muncul dari melakukan kebaikan. Seseorang dengan kecenderungan ini merasa senang dan bersemangat untuk melakukan hal baik.

Keyakinan pada diri sendiri, kemampuan, dan nilai-nilai. Memiliki harga diri dapat mendorong orang untuk berbuat baik dan bertekad untuk mencapai tujuan.

Tindakan moral adalah hasil dari kecerdasan moral dan emosi. Ini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar, berdasarkan penilaian terhadap benar dan salah.

Dalam teori ini, perilaku dipelajari melalui pengulangan, latihan, dan pengalaman. Misalnya, belajar bersepeda membutuhkan latihan berulang hingga kamu mahir.

Teori ini berfokus pada bagaimana lingkungan memengaruhi perilaku manusia. Lingkungan memberikan stimulus yang memicu respons tertentu.

Orang cenderung meniru perilaku yang mereka lihat dari orang lain, terutama dari individu yang dianggap sebagai otoritas atau teladan.

Dalam teori ini, perilaku diperkuat atau dihukum untuk memengaruhi kemungkinan perilaku tersebut muncul lagi di masa depan. Contohnya, jika anak mengerjakan tugas sekolah, ia diberi hadiah, sehingga ia lebih mungkin mengerjakan tugas di masa depan.

Penguatan positif melibatkan pemberian hadiah atau imbalan setelah perilaku. Contohnya, anak yang mendapatkan nilai bagus diberi hadiah.

Penguatan negatif melibatkan menghilangkan atau mengurangi stimulus yang tidak diinginkan setelah perilaku. Contohnya, orang yang tidak memakai helm tidak boleh naik motor.

Dalam konteks pendidikan, penguatan positif digunakan untuk meningkatkan kemungkinan perilaku atau respons yang diinginkan muncul lagi. Contohnya, siswa diberi nilai bagus karena memberikan jawaban yang benar.

Teori ini menekankan bahwa pembelajaran terjadi melalui proses pengkondisian, di mana perilaku dipelajari melalui penguatan positif atau negatif yang terkait dengan stimulus tertentu. Contohnya, siswa yang mendapatkan nilai bagus dalam ujian mendapatkan pujian dari guru, sehingga ia lebih termotivasi untuk belajar.

Piaget (1896-1980) adalah seorang tokoh aliran kognitif yang terkenal dengan teorinya tentang perkembangan kognitif dan perkembangan moral. Teori moral Piaget menekankan pentingnya sosialisasi, aturan, dan moralitas dalam membentuk karakter manusia.

Menurut Piaget, fungsi utama kognitif atau kecerdasan adalah untuk memahami realitas. Sedangkan moralitas berfungsi untuk berinteraksi dengan realitas tersebut dan mengambil tindakan berdasarkan nilai-nilai moral.

Piaget mengidentifikasi tahap hateronomous pada anak berusia 3-6 tahun. Pada tahap ini, anak-anak memiliki moral yang masih labil, mudah terpengaruh, dan mudah terbawa arus.

Guru memiliki peran penting dalam pendidikan moral anak usia 3-6 tahun karena moral mereka masih labil. Guru dapat mengajarkan moral melalui teladan, wawasan, dan kegiatan yang menarik seperti bercerita.

Tahap perkembangan kognitif anak yang ditandai dengan penggunaan simbol sebagai representasi objek. Anak mulai memahami konsep yang lebih kompleks melalui pengalaman, tetapi masih belum dapat berpikir logis secara abstrak.

Tahap perkembangan kognitif anak yang ditandai dengan kemampuan berpikir logis dan kemampuan memanipulasi data dalam pemecahan masalah, asalkan ada keterlibatan objek yang konkrit atau pengalaman sebelumnya.

Tahap perkembangan kognitif anak yang ditandai dengan kemampuan berpikir abstrak dan simbolik. Anak dapat menyelesaikan masalah melalui eksperimentasi sistematis.

Struktur kognitif yang digunakan untuk mengorganisir dan memahami dunia. Skemata dapat berupa tingkah laku (misalnya, memegang benda, mengendarai mobil) atau pikiran (misalnya, menyelesaikan masalah, mengkategorikan konsep).

Proses membangun pengetahuan dan kemampuan baru melalui interaksi dengan lingkungan. Proses ini melibatkan asimilasi dan akomodasi.

Proses memasukkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada.

Proses mengubah skema yang sudah ada untuk menyesuaikan informasi baru.

Perubahan dalam pemikiran, perilaku, dan kemampuan seseorang yang terjadi secara bertahap seiring dengan perkembangan usia.